Jurnal Indonesia Sosial
Teknologi: p�ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
HERE TO HEAR :
METODE THERAPYS GROUP DALAM PROSES MENTAL HEALTH ATTENTION UNTUK MENANGANI
STRESS MAHASISWA AKIBAT STUDY FROM HOME DI TENGAH PANDEMI
Refki Rizki Alfani, Muhamad Rafi Abdul Rasyd dan Mochamad Ravi Adia
Pramesti
Politeknik
Negeri Bandung, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
dan [email protected]
Abstract
The
COVID-19 virus outbreak has made significant changes to people's lifestyles.
Included in the learning process. Students especially, should study online. So
based on research shows that many students experience stress, as a result
students need movements or programs that provide mental training. The research
method in this study uses a qualitative method, namely through literature
studies, by combining the theory of group therapy and mental health attention.
Also presented are solutions in the form of experimental actions, such as
motivational approaches, therapy, and mentoring to increase students' sense of
calm in dealing with stress. In addition, the purpose of this study is to integrate
psychological methods with technology.
Keywords: mental; stress;
health attention; therapys group.
Abstrak
Wabah
virus COVID-19 telah membuat perubahan signifikan pada gaya hidup manusia.
Termasuk dalam proses pembelajaran. Siswa khususnya, harus belajar daring.
Sehingga berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami
stres, akibatnya mahasiswa membutuhkan gerakan atau program
yang memberikan pelatihan mental. Metode penelitian dalam penelitian ini
menggunakan metode kulitatif, yakni melalui studi pustaka,
dengan menggabungkan teori terapi kelompok dan perhatian kesehatan mental.
Disajikan pula solusi berupa tindakan eksperimental, seperti
pendekatan motivasi, terapi, dan juga mentoring untuk
meningkatkan rasa tenang pada mahasiswa dalam
mengatasi stres. Selain itu, tujuan dari penelitian
ini juga mengintegrasikan antara metode psikologi dengan teknologi.
Kata kunci: mental;� tekanan; perhatian kesehatan; kelompok
terapis.
Pendahuluan
Merebaknya wabah
virus COVID-19 pada Maret 2020 di Indonesia menciptakan perubahan signifikan
pada dunia pendidikan. Pembelajaran melalui media daring atau dikenal dengan e-learning ini belum sepenuhnya baik.
Hal ini diamini oleh Nadiem Makarim, selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, beliau mengatakan aktivitas pembelajaran di masa darurat seperti ini
belum optimal (Purandina, 2020).
Ketidakoptimalan ini juga terasa di perguruan tinggi, alhasil menciptakan
suasana penuh tekanan terhadap mahasiswa. Mahasiswa disesaki dengan beban tugas
juga masalah lain akibat study from home
yang tidak efektif. Peneliti Universitas Padjajaran menemukan 47% mahasiswa
mengalami depresi di masa pandemi COVID-19, banyak diantara mereka terkena
gejala depresi akibat beban tugas menumpuk, gagal beradaptasi, hingga
kebingungan dengan kejar target tugas akhir (Florensa,
Keliat, & Wardani, 2016).
Selanjutnya,
menurut Diana Setiawayati peneliti dari Center of Public Mental Health
Psikologi Universitas Gajah Mada memprediksikan bahwa 15-25% mahasiswa
membutukan mental health attention
(perhatian lebih untuk mengatasi masalah kesehatan mental). Dari 10.000
mahasiswa, sekiranya ada 2000 mahasiswa yang memerlukan mental health attention. Kondisi ini sudah diwanti-wanti oleh
Centers for Disease Control and Prevetion (CDC) yang mengatakan bahwa pandemik
ini beresiko memunculkan ganguan mental, gangguan depresi dan kecemasan di
masyarakat. Bahkan, lebih buruknya efek depresi ini menurut Prof. Rory
o�Connnori dari Universitas Glasgow dapat membuat seseorang melakukan perilaku
negatif seperti mengonsumsi alkohol dan narkoba. Ditambahkan oleh WHO (2019)
stress di masa pandemi juga dapat berupa, Menurut WHO (2019), stres yang muncul
selama masa pandemi COVID-19 dapat memperparah fisik orang yang memiliki
penyakit kronis, sulit tidur dan konsesntrasi dan perubahan pola tidur dan pola
makan (Zu et
al., 2020).
Untuk itu
dibutuhkan program yang dapat menunjang kesehatan mental mahasiswa saat
melakukan study from home. Namun,
tentu sebagai mahasiswa, mereka tidak memiliki waktu untuk sekadar
berkonsultasi kepada psikiater apalagi jika berbayar. Mahasiswa disibukan
dengan tumpukan tugas, belum lagi mahasiswa tingkat akhir yang disibukan dengan
riset, observasi, pengetikan bahan skripsi dan lain-lain. Hal ini membuat
mereka tidak punya pilihan. Maka dari itu, metode terbaik memberikan pelayanan
kesehatan mental pada mahasiswa harus dilakukan secara dor-to-dor dengan meraih
banyak partisipan secara kolektif agar waktu bisa efisien. Selain itu, program
yang dihadirkan wajib terstruktur agar menghasilkan output yang diinginkan.
Dalam hal
gagasan yang diajukan akan berfokus pada penerapan metode psikologi yang sudah
ada namun, dipadukan dengan kegiatan yang kreatif. Dikutip dari Departemen
Piskologi Klinis
(UNAIR,
2020), bahwa
program yang cocok untuk mengatasi stress masa pandemi adalah mental health attention untuk self healing dalam hal ini berupa
kegiatan seperti mindfulness
(penyegaran pikiran), guided imagenery
(membayangkan sesuatu yang menyenangkan), self
talk (berbicara pada diri sendiri secara positif), expressive writing (refleksikan pikiran dan perasaan). Namun hal
ini, dianggap belum cukup, karena jika ita merujuk pada Maslow Hierarchy Needs,
memiliki kebutuhan sosial atau social
needs tentunya akan membutuhkan keterlibatan orang lain untuk saling
menguatkan di masa pandemi. Maka dibutuh metode terapi healing yang dirancang
group to group dalam proses mengatasi terapi akibat stress (Arroisi,
2018).
Terapi kelompok
adalah treatment yang dilakukan dengan proses menyertakan orang dalam kelompok
kecil tertentu yang disertai pendamping. Tujuan terapi ini untuk meningkatkan
ketenangan batin, dengan pendekatan kognitif dan efektif (Bahrien
& Ardianty, 2017).
Maka dari itu,
gagasan tertulis ini mengajukan suatu program. Rencananya program ini bernama here to hear adalah program
terorganisasi periodik menggunakan metode grup terapi yang dilakukan untuk
melakukan mentorisasi kepada mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan mental
ketika masa pandemi Covid-19. Program here
to hear ini akan berkolaborasi dengan lembaga bimbingan konseling kampus
dan organisasi peer conselor
(mahasiswa yang berwenang menjadi konselor psikologis mahasiswa) (Mufarida,
2020). Secara
singkat, terapi grup adalah program yang dibarengi dengan tutor-tutor terlatih
yang akan mengarahkan mahasiswa untuk melakukan berbagai aktivitas positif dan
produktif mengatasi masalah kesehatan mental mereka. Tentunya, program ini juga
kurikulumnya akan diarahkan oleh psikolog yang ahli di bidangnya.
Metode Penelitian
metode
kulitatif, yakni melalui studi pustaka, dengan menggabungkan
teori terapi kelompok dan perhatian kesehatan mental. Disajikan pula solusi
berupa tindakan eksperimental, seperti pendekatan motivasi,
terapi, dan juga mentoring untuk meningkatkan rasa tenang pada mahasiswa
dalam mengatasi stress.
Hasil dan Pembahasan
Solusi yang Pernah Ditawarkan
Dalam kasus ini,
terdapat beberapa upaya yang pernah dilakukan demi menunjang kesehatan mental
mahasiswa. Salah satunya dilakukan oleh Unit Pelayanan Terpadu Bimbingan,
Konseling dan Pendampingan yang biasa disebut UPT BKP ialah salah satu badan
yang mengupayakan pembenahan mental bagi mahasiswa. Dengan berbagai program
yang dinamis, unit ini dibantu oleh sekelompok mahasiswa yang bersedia menjadi
tutor sebaya (peer conselor). Perlu dicatat, masih banyak mahasiswa yang belum
sadar akan adanya unit ini, maka dari itu diperlukan upaya-upaya sosialisasi
agar informasi baik ini dapat terdengar bagi seluruh mahasiswa. Selain itu, upaya lain yang sudah digalakan adalah
maraknya platform daring untuk menangani kesehatan mental. Selain mudah dan
efisien, media ini menjadi solusi karena pengguna platform ini bisa mengakses
dimanapun ia berada atau fleksibel. Platform ini pun sudah ada di berbagai
universitas ternama, salah satunya rumah empati web daring yang dikembangkan dosen UGM. Namun
kekurangan media ini ialah tidak sepenuhnya daerah di indonesia yang memiliki
jaringan internet, selain itu sinyal yang tidak stabil dapat mengganggu
jalannya konsultasi.
Untuk melengkapi
solusi yang sudah ditawarkan maka, berikut adalah konsep gagasan yang diajukan
:
a.
Merancang program mental health attention untuk menunjang beban
Ketika study from home berupa program
terorganisasi, rediri dari mentorisasi, aplikasi, dan evaluasi yang dilakukan
secara bertahap, kegiatan dari tingkat prodi, jurusan, hingga tingkat
universitas.
Mentorisasi
Program
ini akan dimulai dengan pembagian
kelompok tutor yang mengedukasi suatu kelompok mahasiswa. Metode penyembuhan
psikologi dalam hal ini akan disesuaikan dengan masalah masing-masing mahasiswa
dihitung dari masalah yang paling banyak muncul. Mentoring yang akan dilakukan yakni melalui mentoring metode
informal casual dengan penerapannya
lebih.
Selanjutnya,
mentoring dari segi tujuannya lebih
kepada mentoring personal development atau pengembangan diri sedangkan medianya
menggunakan internet mentoring atau melalui basis teknologi komunikasi berbasis
internet. Dari segi jumlah partisipan yakni group mentoring atau berkelompok.
Dalam naskah publikasi �
Aplikasi
Mahasiswa
pada fase aplikasi� akan dituntun menerapkan metode-metode
psikologi yang dipilih, tentunya dengan cara yang menyenangkan tidak
memberatkan seperti halnya beban tugas kuliah. Langkah konkrit yang diterapkan
dalam fase aplikasi ini dengan menggunakan tren-tren yang sedang digandrungi
anak muda untuk menyenangkan mereka. Ada beberapa tahapan dalam fase aplikasi
ini, dibagi atas dua penerapan terapi, yakni terapi aktivitas dan terapi
meditasi/zikir:
Terapi aktivitas :
a. Pembiasaan
keagamaan.
Pelayanan
keagamaan adalah metode paling efektif untuk membangun mentalitas mahasiswa. Tentunya dalam aktivitas ini akan
ada kolaborasi antara UKM/organisasi
keagamaan kampus dan dosen rohani kampus dengan tim here to hear. Contoh sederhana dalam aktvitas ini adalah tantangan/challenge yang bernuansa keagamaan namun tentunya tidak
memberatkan.
b. Pembinaan
fisik dan permainan.
Terapi
ini bermanfaat untuk menjaga imun tubuh mahasiswa di tengah pandemi. Bagi
mahasiswa yang kesehariaannya jarang berolahraga, pembinaan fisik ini akan
mengarahkan siswa untuk menjaga fisik mereka sesuai kemampuan, mengajak mereka
untuk beberapa menit meluangkan waktu untuk melatih otot-otot tubuh. Sedangkan
untuk permainan, mahasiswa akan diajak bermain games yang sedang tren
dikalangan anak muda bisa berupa games
di media sosial (Fahrurrozi,
2019).
c. Pembinaan
mental dan psikologis
Pada
proses ini mahasiswa akan diajak melakukan self
healing atau penyembuhan diri dengan metode-metode sesuai anjuran ahli psikologi.
Selain itu, ada pembekalan tentang budi pekerti, hidup sehat, atau konsultasi
serta materi motivasi.
d. Bimbingan
Sosial
Mahasiswa
akan disentuh untuk responsif dengan kondisi sosial di tengah pandemi akan
masalah-masalah di masyarakat (Shadiq,
2020). Bisa
berupa diskusi, konseling, bakti sosial atau pun kajian pemecahan masalah
sesuai dengan minat mereka.
e. Pembinaan
Keterampilan
Pada
tahap ini, mahasiswa akan diarahkan untuk lebih mengasah kemampuan bakat.
Mahasiswa akan diajak memahami passion,
reiki positif, atau ikigai masing- masing. Tentunya dengan panduan-panduan yang
terpadu dan terintegrasi. Memahami apa itu passion sangat menarik. Dalam
skripsi
Terapi
Meditasi :
Secara
teknik, terapi ini hampir mirip perenungan diri dalam kurun waktu tertentu.
Evaluasi
Dalam
tahap ini adalah bentuk pengawasan kepada mahasiswa untuk setiap kegiatan H2H.
Pengawasan H2H (Here to Hear) ini,
mahasiswa akan diawasi oleh mentor terlatih. Di akhir kegiatan, seluruh mahasiswa yang terlibat akan diarahkan
membuat satu karya menarik hasil dari bimbingan di H2H ini.
Pengembangan
Teknologi
Menambahkan
teknologi web atau aplikasi mental health
attention yang menjadi sarana mahasiswa konseling, belajar dan mengikuti
tips-tips mengatasi masalah depresi akibat pandemi Covid-19. Web atau aplikasi
H2H ini sebetulnya hanya pendukung saja untuk menjadi tempat konseling, hanya
saja diferensiasinya web ini bisa menjadi alat pengawas pada setiap
tahapan-tahapan program H2H dilaksanakan.
Pihak
yang Membantu untuk Mengimplementasikan Gagasan
Gagasan here to hear ini tentu akan terwujud
apabila adanya dukungan dari beberapa pihak :
a.
Direktorat
Kemahasiswaan
Direktorat
kemahasiswaan memiliki peran vital dalam menjalankan program ini. Karena
nantinya akan menjadi penangung jawab setiap rangkaian kegiatan. Dalam prosesnya,
direktorat kemahasiswaan, akan ikut merancang bersama kegiatan ini, dengan
melibatkan perwakilan badan eksekutif mahasiswa dan tutor-tutor psikologis dari
UPT Badan Konseling dan Psikologi Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Direktorat
juga bertanggung jawab atas segala dana yang digunakan, itulah alasan program
ini perlu dimasukan ke dalam RAK dan RAB satu tahun periode. Selain dana,
direktorat juga memberikan tugas kepada staf-stafnya menjadi pengawas kegiatan
tersebut, agar sesuai dengan harapan perguruan tinggi.
b.
Badan
Konseling dan Psikologi Mahasiswa
Unit ini
nantinya berperan menyiapkan para
tutor untuk disebar ke berbagai fakultas/jurusan selain itu berkontribusi
sebagai pengarah kegiatan. Selain tutor BKP juga harus menyiapkan kurikulum yang sesuai dengan standar psikologi
mahasiswa. Dengan fase awal melakukan
riset terkait permasalahan mahasiswa berkenaan dengan program daring. Selain
itu, nantinya dari pihak BKP akan membuat silabus kegiatan, setiap minggu serta
indikator-indikator kognitif dan afektif kemahasiswaan.
c.
Peer
konselor
Organisasi
ini dapat berkontribusi sebagai panitia agar kegiatan lebih mudah dipahami
serta menjadi media informasi kepada mahasiswa lainnya. Mereka juga nantinya
yang akan menjadi fasilitator kegiatan dan mentorisasi tentang self healing.
Langkah Strategis untuk
Mengimplementasikan Gagasan
Berikut
ini adalah penjabaran tahap-tahap dari pelaksanaan H2H :
Tahap 1:
Pengumpulan, pengolahan data dilanjut dengan pencetusan ide yang akan
disampaikan kepada pihak UPT Badan Konseling dan Pembinaan Kampus.
Tahap 2:
Diskusi dengan Badan Konseling Kampus, disertai dengan pematangan ide menjadi
rencana yang kompleks dan matang. Selanjutnya, pada tahap ini dibentuk
keapnitiaan tim serta pembuatan proposal resmi. Salah satunya membuat agenda
transisi, analisis resiko, konsultasi dan persentasi proyek.
Tahap 3:
Menggerakan pihak-pihak terlibat dan melaksanakan gagasan ini.
Tahap 4:
Evaluasi, monitoring, dan pembelajaran. Segala bentuk masalah akan menjadi
bahan evaluasi ke depan untuk perbaikan program ini.
Kesimpulan
H2H (Here to Hear) merupakan gagasan yang
bertujuan untuk memberikan kesadaran kesehatan mental pada mahasiswa. Program
ini bermanfaat untuk mengurangi stres mahasiswa akibat beban perkuliahan daring
dan kejenuhan melaksanakan karantina mandiri di rumah. Selain itu, program ini
juga merupakan optimalisasi badan konseling kampus dalam rangka memberikan
pelayanan psikologis bagi mahasiswa.
Pada dasarnya
program ini adalah kegiatan terpadu berupa rangkaian mentorisasi, aplikasi, dan
evaluasi yang untuk memberikan pendidikan kesehatan mental bagi mahasiswa.
Dalam hal ini, setelah dimentorisasi maka mahasiswa akan melaksanakan praktik
aplikatif yang bertahap berupa terapis aktivitas dan terapis meditasi. Untuk
terapi aktivitas mahasiswa akan diajak melaksanakan kegiatan positif sesuai
bidangnya masing-masing secara bertahap,. Untuk proses selanjutnya mahasiswa
akan diajak secara serentak melaksanakan meditasi. Untuk selanjutnya,
web/aplikasi daring digunakan untuk mempermudah pengawasan kegiatan, dimana
fitur-fitur web berisi catatan agenda, hingga klaim penghargaan.
Here to Hear ini memerlukan
dukungan segala pihak yang dapat mewujudkannnya. Dengan proses mental health attention, mahasiswa dapat
mengurangi tingkat depresi akibat beban masalah di masa pandemi. Dalam H2H
mahasiswa diberi berupa treathment-treathment yang diperuntukan bagi mahasiswa.
Badan konseling kampus memiliki peran sebagai pembina pelaksanaa program ini,
dengan menghadirkan dosen ahli dan kurikulum pembelajaran.
Prediksi yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
1.
Mengurangi tingkat stres mahasiswa
akibat beban perkuliahan dari dan karantina mandiri di rumah.
2.
Menyeimbangkan kesadaran mahasiswa akan
kesehatan mental di masa pandemi Covid-19.
3.
Mengarahkan kepada kegiatan positif di
luar pembelajaran daring.
Arroisi, Jarman. (2018). Spiritual Healing dalam
Tradisi Sufi. TSAQAFAH, 14(2), 323�348.
Bahrien, Budiman, & Ardianty, Septi. (2017). Pengaruh Efektivitas
Terapi Self Healing Menggunakan Energi Reiki terhadap Kecemasan Menghadapi
Ujian Skripsi. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1),
141�148.
Fahrurrozi, A. M. (2019). MODEL PSIKOTERAPI DI KALANGAN MUSLIM BANTEN
(ANALISA KUALITATIF DESKRIPTIF TERHADAP TERAPI KEJIWAAN PARA PRAKTISI DI KOTA
SERANG). Al Qalam, 36(1), 21�36.
Florensa, Florensa, Keliat, Budi Anna, & Wardani, Ice Yulia. (2016).
Peningkatan Efikasi Diri dan Penurunan Depresi pada Remaja dengan Cognitive
Behavior Therapy. Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(3), 169�175.
Mufarida, Bina. (2020). Dampak Psikologis Corona Butuh Perhatian.
Retrieved from https:/nasional.sindonews.com/read website:
https:/nasional.sindonews.com/read
Purandina, I. Putu Yoga. (2020). Pendidikan Karakter Tumbuh Selama Pandemi
Covid-19. COVID-19: Perspektif Pendidikan, 99.
Shadiq, Rahyadi. (2020). Ini Pentingnya Konseling Online di Tengah Pandemi
COVID-19. Retrieved from https/beritabaik.id/read website:
https/beritabaik.id/read
UNAIR. (2020). Departemen Piskologi Klinis.
Zu, Zi Yue, Di Jiang, Meng, Xu, Peng Peng, Chen, Wen, Ni, Qian Qian, Lu,
Guang Ming, & Zhang, Long Jiang. (2020). Coronavirus Disease 2019
(COVID-19): A Perspective from China. Radiology, 296(2), E15�E25.
https://doi.org/10.1148/radiol.2020200490
Pengelola Web Kemdikbud.2020.�Mendikbud: Pandemi Ubah������� Cara Pandang Insan Pendidikan���� dalam� web kemdikbud. Kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 19 September 2020.
Sulistyowati, Eko Endah.2009.Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep�
Diri� Pelajar� SMA�
pada Lembaga ILNA YOUTH CENTRE BOGOR (Skripsi).UIN������� Syarif Hidayatullah.
Jakarta.