Representasi Perempuan Di DPR-Ri: Studi Perbandingan Sulawesi Utara Dan Kepulauan
Bangka Belitung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 6, Juni 2023 849
Politisi perempuan yang berhasil terpilih sebagai anggota legislatif di daerahnya
seringkali tidak memiliki kesempatan untuk menduduki jabatan politik yang strategis.
Pengalaman di Bangka Belitung menunjukkan dampak positif dari keberhasilan
perempuan dalam berkompetisi, tetapi juga mencatat beberapa tantangan yang perlu
dikritisi. Pertama, partisipasi perempuan dalam politik tidak hanya sekadar memenuhi
kuota perempuan, tetapi juga melibatkan mereka sebagai kandidat yang aktif. Kedua,
hasil dari pemilihan umum legislatif tahun 2019 harus digunakan sebagai momentum
untuk memberikan kesempatan kepada perempuan yang terpilih untuk menduduki
posisi penting di tingkat kepemimpinan politik di wilayah legislatif.
Perempuan di negara-negara Asia Tenggara seperti Kamboja, Filipina, Malaysia,
Indonesia, dan Timor-Leste menghadapi tantangan yang relatif serupa dalam partisipasi
politik. Salah satu tantangan tersebut adalah apakah keterwakilan perempuan dalam
lima negara tersebut hanya bersifat deskriptif atau sudah mencapai tingkat substansial,
serta apakah indikator deskriptif yang ada sudah memadai untuk mencapai pencapaian
substansial dalam partisipasi politik perempuan.
Kedua tantangan tersebut memerlukan kerjasama dan sinergi antara pemerintah,
partai politik, dan gerakan masyarakat sipil, terutama gerakan perempuan dalam
melakukan upaya politik yang sejalan. Ketidakharmonisan dalam hubungan antara
pemerintah, partai politik, dan gerakan masyarakat sipil menjadi hambatan utama dalam
mencapai keterwakilan perempuan yang substansial. Untuk mencapai keterwakilan
perempuan yang substansial, penting untuk menyadari bahwa identitas perempuan tidak
seragam, sehingga kepentingan perempuan juga beragam. Dalam penelitian ini, terlihat
adanya peningkatan dalam cara pandang dan praktik keterwakilan politik perempuan,
namun masih ada dominasi identitas perempuan yang terlalu seragam. Dalam mencapai
keterwakilan politik yang substansial, yang menjadi hal terpenting adalah adanya
keterikatan antara perempuan di parlemen dengan masyarakat yang mereka wakili.
Menurut (Ballington, 2011), Penerimaan terhadap perspektif perempuan dan
partisipasi aktif perempuan dalam politik dianggap sebagai prasyarat bagi pembangunan
demokrasi dan berkontribusi pada penguatan tata kelola yang baik (good governance).
Partai politik memiliki peran sentral dalam mendorong inisiatif pemberdayaan
perempuan melalui partisipasi mereka yang luas. Hal ini memiliki manfaat politik dan
keuangan dalam siklus pemilihan. Dengan menerapkan reformasi yang transparan dan
resmi untuk mendukung partisipasi perempuan, partai politik memiliki potensi untuk
mengubah persepsi publik, memperluas basis dukungan, dan meningkatkan citra mereka
baik di tingkat nasional maupun internasional. Keuntungan politis dan praktis yang
mungkin mereka peroleh termasuk mendapatkan basis dukungan baru, menarik anggota
baru, menarik pendanaan publik ke partai, dan meningkatkan reputasi mereka di mata
negara lain.
Di samping itu, pentingnya peranan partai politik di dalam mendorong
keterwakilan perempuan setidaknya juga dikemukakan oleh (Syahputa, Darkasyi, &
Ahmady, 2021). Menurut mereka, peran partai politik dalam menjamin keterwakilan
perempuan pada lembaga legislatif relatif berhasil dilakukan oleh Partai Aceh. Dengan