pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 4, No. 7, Juli 2023 http://jist.publikasiindonesia.id/
Doi : 10.59141/jist.v4i7.645 832
INTERAKSI KOMUNIKASI ANTARA MAHASISWA NON DISABILITAS
DENGAN MAHASISWA DISABILITAS DI UNIVERSITAS TEKNOLOGI
SUMBAWA
Miftah Hilmy Afifah
Universitas Teknologi Sumbawa, Indonesia
*Correspondence
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
: 27-06-2023
Direvisi
: 13-07-2023
Disetujui
: 14-07-2023
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pola komunikasi
penyandang disabilitas dengan menggunakan metode kualitatif
deskriptif melalui wawancara secara langsung yang melibatkan
responden mahasiswa nondisabilitas dan disabilitas di Universitas
Teknologi Sumbawa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif untuk memahami pengalaman dan
persepsi penyandang disabilitas terkait dengan pola komunikasi
mereka. Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer dengan pertanyaan terstruktur.
Hasil penelitian ini menunjukan beberapa hambatan yang dihadapi oleh
penyandang disabilitas dalam berkomunikasi, seperti kurangnya
pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang kebutuhan komunikasi
mereka, stigma dan diskriminasi, serta keterbatasan aksesibilitas
komunikasi. Temuan ini mengindikasikan perlunya adanya pendekatan
yang inklusif dalam membangun pola komunikasi yang efektif bagi
penyandang disabilitas. Dalam kesimpulannya, penelitian ini
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang komunikasi
penyandang disabilitas sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan strategi komunikasi yang lebih baik.
ABSTRACT
This research aims to describe the communication patterns of people
with disabilities by using thed qualitative method through direct
interviews involving respondents of non-disabled and disabled students
at Sumbawa University of Technology. The research conducted using a
descriptive-qualitative approach to understand experiences and
perceptions of people with disabilities related to their communication
patterns. Interviews were the method used to collect the primary data
with structured questions. The results of this study show several
barriers faced by people with disabilities in communicating, such as
lack of understanding and awareness about their communication needs,
stigma, and discrimination communication needs, stigma and
discrimination, and limited communication accessibility. These findings
indicate the need for an inclusive approach to building effective
communication patterns for people with disabilitiesbu ffective
communication patterns for people with disabilities. In conclusion, this
research provides a more in-depth understanding of the communication
of people with disabilities so that it can be used as a basis for
developing better communication strategies.
Kata kunci: hubungan
komunikasi; mahasiswa;
penyandang disabilitas
Keywords: communication
relationship; university
students; people with disability.
Attribution-ShareAlike 4.0 International
Interaksi Komunikasi Antara Mahasiswa Non Disabilitas Dengan Mahasiswa Disabilitas Di
Universitas Teknologi Sumbawa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 6, Juni 2023 833
Pendahuluan
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia memiliki struktur yang sempurna
dengan masing-masing diantaranya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda.
Namun, semua itu harus di syukuri dan terciptanya rasa saling menghargai apa yang
menjadi ketetapannya (Widyaningrum, 2019). Karena tidak semua orang terlahir
sempurna baik dari segi fisik ataupun yang lainnya. Seperti contoh manusia yang
terlahir dengan keterbatasan atau yang disebut dengan disabilitas. Menurut (Yanuarita,
2021) Kata disabilitas mengarah pada individu yang memiliki hambatan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari seperti hambatan pada penglihatanw (tunanetra),
hambatan pada pendengaran (tunarungu), hambatan pada bahasa dan komunikasi
(tunawicara), hambatan pada fisik dan gerak tubuh (tuna daksa), intelektual diatas
normal (gifted and talented), intelektual dibawah normal (tunagrahita), hambatan pada
pembelajaran (disleksia), hambatan pada perilaku dan emosi (tuna laras, autisme,
hiperaktif), mempunyai lebih dari satu hambatan (tuna ganda), serta down symdrom.
Meskipun demikian, manusia yang terlahir dengan keterbatasan, disabilitas, namun
tetap mempunyai hak yang sama seperti manusia padawumumnya sesuai dengan
penjelasan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Disabilitas, yang
mengatakan bahwa disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik,
intelektual, mental mental, atau sensorik dalam berinteraksi dengan lingkungan serta
sikapnya secara sosial dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyulitkan
untuk memberikan partisipasi penuh secara efektif berdasarkan persamaan hak (Utami
& Hairunisah, 2023).
Melihat dari pandangan pendidikannya, di Indonesia khususnya kota Sumbawa
sudah ada beberapa Universitas/Perguruam tinggi yang bisa menerima mahasiswa
disabilitas, salah satunya di Universitas Teknologi Sumbawa yang merupakan salah satu
kampus terbaik di Sumbawa ini telah membuka penerimaan calon mahasiswa disabilitas
dengan cara melakukan sosialisasi ke sekolah SLB yang merupakan satu satunya
sekolah yang memberikan pendidikan formal bagi disabilitas. Terhitung dari tahun
2019, sudah ada 9 mahasiswa disabilitas yang sedang menempuh pendidikan di kampus
tersebut. Meskipun terbilang masih sedikit, namun merupakan harapan baru bagi
penyandang disabilitas untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 yang menyebutkan bahwa “setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan”. Hak mendapatkan pendidikan untuk penyandang
disabilitas juga dimuat dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas bahwa mereka berhak untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas di
lembaga pendidikan secara khusus dan inklusif (Ndaumanu, 2020; Pratama, 2019).
Maka dari itu, untuk mendapatkan akses pendidikan tinggi menjadi hak untuk semua
mahasiswa termasuk yang memiliki kebutuhan khusus (Ndaumanu, 2020).
Interaksi sosial merupakan hubungan antar individu, individu dan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok yang memiliki timbal balik tertentu (Pebriana, 2017).
Dalam hubungan itu, individu atau kelompok menjalin kerjasama atau mengadapi
konflik secara fomal ataupun informal, secara langsungwmaupun tidak langsung.
Miftah Hilmy Afifah
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 7, Juli 2023 834
Interaksi sosial menjadi suatu hubungan yang menyangkut orang perorang maupun
kelompok manusia secara dinamis. Pihak yang terlibat interaksi dapat mengalami
perubahan pandangan, perasaan, ataupun perilaku sebagai respon interaksi tersebut.
Komunikasi menjadi suatu proses penyampaian serta penerimaan pesan berupa
ide dan gagasan dari satu pihak kepada pihak lain untuk terjadinya upaya saling
mempengaruhi satu sama lain (Harapan, Ahmad, & MM, 2022). Komunikasi bisa
diterapkan melalui kata-kata atau bahasa yang bisa dipahami semua pihak yang terlibat
dan dilakukan menggunakan gerak gerik tubuh maupun kode tertentu. Misalnya
tersenyum, mengangkat bahu, serta menggelengkan kepala. Komunikasi
bisawberlangsung secara efektif, maka diperlukan beberapa komponen antara lain: (a)
Komunikan atau receiver yang merupakan pihak yang menerima suatu pesan; (b) Pesan
atau message yang merupakan isi atau gagasan yang disampaikan dari komunikator
kepada komunikan; (c) Umpan balik atau feedback yang merupakan respon dari
komunikan terhadap pesan yang tersampaikan; (d) Media yang merupakan alat
penyampaian pesan yang dapatwberupa lisan, tulisan, maupun gambar.
Pola komunikasi merupakan pola hubungan atau bentuk antara dua pihak atau
lebih yang melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan dengan media dan isi pesan
yang dapat dipahami satu sama lain (Rahmawati & Gazali, 2018). Terdapat dua dimensi
pola komunikasi yaitu yang memiliki orientasi pada konsep dan memiliki orientasi pada
sosial dengan berlainan arah hubungan. Pola hubungan atau komunikasi yang
disampaikan oleh Tubbs dan Moss memiliki karakteristik yaitu simetris dan
komplementaris (Sunarwan, 2018). Simetris mengacu pada tingkatan seseorang dalam
melakukan interaksi berdasarkan pada kesamaan. Sedangkan komplementer mengacu
pada bentuk sikap dominan dari satu pihak yang membuat pihak lain tertunduk atau
yang lainnya (Aulia & Irma, 2017).
Sementara itu, model komunikasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
merepresentasikan hubungan antara unsur-unsur yang terlibat dan kesinambungannya,
yang memfasilitasi pemikiran sistematis dan logis dalam komunikasi (Molizar, 2018).
Dengan kata lain, model komunikasi adalah gambaran abstrak atau sederhana dari
proses komunikasi yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur komunikasi seperti
sarana komunikasi, sarana komunikasi dan medianya. Dalam istilah yang
disederhanakan, model komunikasi adalah bagaimana kebiasaan suatu kelompok
berinteraksi, bertukar informasi, ide, dan pengetahuan dengan menggunakan simbol-
simbol yang telah disepakati sebelumnya.
Menurut Convention on the Rights of Persons with Disabilities, penyandang
disabilitas merupakan individu yang mempunyai keterbatasan khusus, baik secara fisik,
mental, sensorik, atau intelektual dalam waktunyang lama sehingga memiliki hambatan
untuk melakukan adaptasi pada lingkungan sekitarnya secara penuh (Indriani &
Marlina, 2020). Disabilitas berasal kata “disability” yang dalam bahasa Inggris
memiliki arti ketidakmampuan atau cacat. Disabilitas sebagai istilah yang menunjukan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas dan berpartisipasi dalam kegiatan yang
Interaksi Komunikasi Antara Mahasiswa Non Disabilitas Dengan Mahasiswa Disabilitas Di
Universitas Teknologi Sumbawa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 6, Juni 2023 835
disebabkan oleh gangguan pada struktur atau fungsi pada tubuh (Kusumajati,
Chairiyani, & Martoredjo, 2020).
Penyandang disabilitas terdiri dari beberapa jenis yang memiliki keterbatasan
pada hal tertentu sehingga memerlukan bantuan untuk berkembang dan menjalaankan
aktivitas dengan baik. Menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1997, jenis penyandang
disabilitas yaitu: (1) disabilitas mental, yang terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: (a)
mental tinggi, yaitu memiliki bakat intelektual di atas rata-rata dan mempunyai
tanggung jawab serta kreativitas tinggi. (b) mental rendah, yaitu kapasitas IQ atau
kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Yang memiliki IQ antara 70-90 disebut
dengan lamban belajar dan yang dibawah 70 disebut memiliki kebutuhan khusus, (c)
berkesulitan belajar spesifik yang terkait dengan perolehan prestasi belajar. (2)
Disabilitas fisik, yang terdiri dari beberapa macam yaitu: (a) kelainan tubuh (tuna
daksa), yang mempunyai hambatan gerak karena kelainan struktur tulang dan neuro-
muskular yang merupakan bawaan atau akibat dari kecelakaan, (b) gangguan indera
penglihatan (tuna netra), yang mempunyai ganguan dalam penglihatan dan dibagi
menjadi dua yaitu buta total (blind), (c) gangguan pendengaran (tunarungu), yang
mempunyai gangguan dalam pendengaran sehingga sering kali memiliki gangguan juga
dalam berbicara, (d) ganguan bicara (Tunawicara), yang memiliki ganguan dalam
berbicara dan mengungkapkan pikiran dalam bahasa sehingga orang lain cukup sulit
untuk mengerti. Gangguan ini bersifatnfungsional dapat disebabkan karena kelainan
atau gangguan motorik yang menyebabkan ketidaksempurnaan dalam bberbicar, (e)
Tunaganda (disabilitas ganda). Yaitu individu yang memiliki lebih dari satu hambatan
yang bisa berupa gangguan fisik dan mental. Contohnya adalah penyandang tunanetra
yang juga tunarungu, atau penyandang tunadaksa yang juga tuna grahita.
Mahasiswa merupakan seorang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan
tinggi. Terdiri dari kata “maha” yang memiliki arti tinggi dan kata “siswa” yang
memiliki arti pembelajar. Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang
belajar di sebuah sekolah tinggi atau universitas dan memperoleh statusnya dalam
masyarakat karena ikatan pendidikan tersebut. Mahasiswa juga menjadi bakal
cendekiawan atau intelektual dalam masyarakat (Hasanah, 2017). Penelitian dari
Husnan Imama (2021), berjudul Pola Komunikasi Interpersonal, Anak Penyandang
Disabilitas Tunagrahita, dengan tujuan mengetahui pola komunikasi penyandang
disabilitas tunagrahiya dengan guru di kelas untuk mengembangkan kemandirian.
Penelitian ini memakai teori SOR (Stimulus-Respon) yang menggunakan metode
deskriptifwkualitatif melalui teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara,
serta dokumentasi. Hasilnya menunjukan jika pola komunikasi dari penyandang
disabilitas dengan guru secara interpersonal memakai pola ceramah, media, dan tanya
jawab untuk mengembangkan kemandirian melalui pola kemandirian serta bina diri.
Melalui penerapan pola yang tepat, maka komunikasi interpersonal antara penyandang
disabilitas yaitu tunagrahita dengan gurunya dapat berjalan kompeten dan efektif
(Daming, 2016).
Miftah Hilmy Afifah
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 7, Juli 2023 836
Penelitian dari Ni’mah Hasanah (2017), berjudul Interaksi Sosial Antara
Mahasiswa Difabel dengan Relawan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, bertujuan
untuk memahami pola interaksi sosialwmahasiswa disabilitas dengan relawan di UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Adanya pola kerjasama antar mahasiswa dalam proses
belajar di perkuliahan menjadi latar belakang penelitian ini meskipun terdapat
perbedaan komunikasi antar keduanya. Karena perbedaan cara siswa difabel
berkomunikasi dengan relawan, hal ini dapat mempengaruhi pola interaksi sosial antara
kedua kelompok. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan model
deskriptif analitis. Metode snowball sampling digunakan untuk memilih responden dan
objek penelitiannya adalah siswa penyandang disabilitas dan relawan. Teknik
pengumpulan datawyang digunakan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik validasi data memakai teknik triangulasi, khususnya pengecekan sumber data.
Teknik analisis datawyang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan
pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses interaksi sosial
yang terjadi antara mahasiswa difabel dengan relawan di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta adalah kerjasama dalam bentuk konferensi, namun merupakan bentuk
pemisahan yaitu kompetisi dan antagonisme yaitu, kebencian yang tersembunyi antara
relawan dan relawan penyandang disabilitas.
Penelitian dari Yuniasih Dwi Candra Kirana (2018), berjudul Komunikasi
Interpersonal Disabilitas Tunarungu Wicara di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
ABCD Kuncup Mas Banyumas, yang memakai teori Interactionism Herbert Blumer
yang memiliki tiga premis. Pertama, memberikan penjelasan bahwa manusia akan
merespon sesuatu berdasarkan makna yang ada pada benda-benda tersebut untuk
mereka. Kedua, makna-makna itu adalah hasil interaksi terus menerus secara sosial dan
terjadi berulang kali. Ketiga, menyebutkan kalau makna-makna itu bisa diperbarui
melalui sebuat usaha dan proses pemaknaan yang dipakai oleh setiap individu dalam
partisipasinya terhadap suatu kondisi. Hal itu bisa berubah berdasarkan pada konteks
dalam ruang dan waktu yang melibatkan komunikasi. Interaksi dengan penyandang
tunarungu berat atau total akan lebih sulit dibandingkan dengan tunarungu sedang.
Tunarungu total tidak memberi respon terhadap sebuah gerakan atau suara keras,
sehingga dibutuhkan mimik yang pelan dan jelas serta jarak fisik yang sangat dekat.
Selama penelitian, penulis menemukan 3 isyarat non verbal bagi penyandang tuna
rungu dan gangguan pendengaran yang semuanya tidak sama dengan yang ada di
Kamus Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI). Sinyal ini disebut sinyal lokal. Tiga kiat yang
berbeda tetapi makna yang sama diterapkan oleh guru sebagai sarana komunikasi dapat
dikatakan kreatif dan efektif. Kreatif karena guru dapat menyajikan pesan sesuai dengan
kondisi yang ada tanpa harus berpedoman pada kamus SIBI. Sehingga terjadi secara
efektif karena umpan balik yang diterima guru sama dengan harapannya.
Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan supaya penulis dapat
mengetahui interaksi komunikasi mahasiswa nondisabilitas dengan mahasiswa
disabilitas khususnya di lingkungan Universitas Teknologi Sumbawa. Dengan adanya
hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi evaluasi baru bagi pihak kampus.
Interaksi Komunikasi Antara Mahasiswa Non Disabilitas Dengan Mahasiswa Disabilitas Di
Universitas Teknologi Sumbawa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 6, Juni 2023 837
Apabila hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyaknya mahasiswa
nondisabilitas yang “belum mengerti tentang disabilitas”, maka diharapkan kepada
pihak kampus untuk dapat memberikan pengenalan tentang mahasiswa disabilitas
kepada mahasiswa non disabilitas, selalu melibatkan mahasiswa disabilitas dalam
berbagai kegiatan kampus guna mengukur kemampuan mahasiswa disabilitas di luar
kegiatan akademik. Dan apabila hasil penelitian menunjukkan sebaliknya, maka akan
semakin baik bagi mahasiswa disabilitas karena merasa aman dan meminimalisir
terjadinya kasus diskriminasi terhadap mahasiswa non disabilitas. Hal tersebut juga
akan menjadikan nilai plus untuk nama baik kampus. Dan demikian memberikan
peluang bagi Universitas Teknologi Sumbawa untuk menjadi kampus yang inklusi di
Sumbawa.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakann metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
Moleong (2016: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
memahami fakta tentang apa yang dialami oleh subjek/pelaku penelitian. Misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Deskriptif adalah data berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2016: 11). Penelitian deskriptif lebih fokus
kepada masalah-masalah yang benar-benar terjadi. Data yang diperoleh dapat
bersumber dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi,
dan dokumen resmi lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
menyimpulkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden dan memahami
fakta serta berfokus pada masalah yang benar-benar terjadi di Universitas Teknologi
Sumbawa.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Lingkungan Universitas Teknologi Sumbawa.
Sedangkann waktu penelitiannya dilaksanakan pada kurun waktu 9 hari, yakni pada
tanggal 2 sampai 10 Januari tahun 2023. Sumber data terbagi atas 2 yakni data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh penulis langsung dari
tangan pertama, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh penulis melalui
sumber yang sudah ada.
Untuk mengetahui interaksi komunikasi antara mahasiswa nondisabilitas dengan
mahasiswa disabilitas di Universitas Teknologi Sumbawa, peneliti menggunakan
teknik snowball. Menurut (Saleh, 2017), Snowball Sampling yaitu teknik dalam
menentukan sampel yang awalnya berjumlah kecil lalu menjadi besar. Dalam
menentukan sampel, dilakukan pemilihan beberapa mahasiswa untuk menjadi
responden. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, karena penulis mengumpulkan data dengan proses observasi,
wawancara, dan dokumentasi secara langsung dengan responden, yang kemudian hasil
penelitiannya dibahas dan dijelaskan secara deskriptif dalam bentuk teks atau narasi.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Universitas Teknologi Sumbawa
Miftah Hilmy Afifah
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 7, Juli 2023 838
Universitas Teknologi Sumbawa merupakan salah satu perguruan tinggi yang
berada di dekat bukit Olat Maras yang memiliki arti bukit kebahagiaan di daerah
Sumbawa. Perguruam tinggi ini telah menerima ratusan peneliti dan civitas akademika
di fakultas, serta belasan ribu mahasiswa yang berasal dari seluruh Indonesia dan
beberapa negara yang disebut sebagai elang muda dengan bekal berupa ketajaman
pengetahuan dan keterampilan dalam bersiap untuk terbang mencapai impian. Hal ini
menumbuhkan interaksi multi-budaya di Sumbawa Besar. Universitas ini menjadi salah
satu katalisator untuk perluasan kualitas pendidikan di Indonesia terutama di Pulau Jawa
dan Bali yang menjadi konsentrasi pembangunan.
Terdapat dua jenjang pendidikan di Universitas Teknologi Sumbawa yaitu sarjana
(S1) dan magister (S2) yang seluruh rumpun keilmuannya memiliki standar global.
Terdapat tujuh fakultas yang dibuka di universitas ini yaitu Fakultas Ekonomi dsn
Binsis, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Psikologi dan Humaniora, Fakyltas
Ilmu dan Teknologi Hayati, Fakultas Rekayasa Sistem, Fakultas Teknologi Pertanian,
dan Fakultas Teknologi Lingkungan dan Mineral, serta Sekolah Pascasarjana. Untuk
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, terdapat sarana prasarana dan fasilitas
yang disediakan yaitu laboratorium, asrama mahasiswa, perpustakaan, e-learning, pusat
bahasa, dan ruang publik kreatif. Universitas Teknologi Sumbawa juga mempunyai
tenaga pendidik yang memiliki kapasitas ilmu memadai dan mampu mengeksplorasi
serta membagi ilmunya kepada mahasiswa. Mahasiswa Universitas Teknologi
Sumbawa berasal dari seluruh wilayah Indonesia dan dari beberapa negara lain.
Hambatan Komunikasi Mahasiswa Disabilitas
Penyandang disabilitas kerap kali menghadapi hambatan dalam kehidupan sehari-
harinya, termasuk hambatan dalam komunikasi disebabkan oleh cara berinteraksinya
yang adakalanya kurang dipahami oleh sebagian besar masyarakat. Akhirnya,
penyandang disabilitas cenderung dihindari saat bertemu karena banyak orang merasa
khawatir jika melakukan kesalahan dalam berbicara ataupun bersikap. Daerah plosok
yang lebih banyak terjadi hal tersebut karena keterbatasan akses dan rendahnya tingkat
sosial, tetapi hal serupa juga kerap terjadi di kota besar yang tingkat sosialnya tinggi.
Di lingkungan Universitas Teknologi Sumbawa pun masih ada mahasiswa
disabilitas yang menghadapi hambatan baik dalam belajar maupun dalam berinteraksi
dan berkomunikasi. Masih ada mahasiswa nondisabilitas yang merasa khawatir akan
melakukan kesalahan ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan mahasiswa
disabilitas. Seperti dijelaskan oleh salah seorang responden mahasiswa nondisabilitas
berikut ini Ketika ditanya Bagaimana interaksi komunikasinya dengan mahasiswa
disabilitas di kampus?”, “sebenarnya saya ingin melakukan interaksi dan berkomunikasi
dengan mahasiswa disabilitas di kampus, tetapi saya merasa kesulitan karena saya tidak
tahu caranya seperti dengan mahasiswa tuna rungu, saya tidak mengerti bahasa isyarat.
Kalau dengan mahasiswa disabilitas yang selain tuna rungu sih masih mudah karena
kita bisa berbicara secara langsung tanpa menggunakan bahasa isyarat”.
Maka dari itu, agar interaksi dan komunikasi antara mahasiswa nondisabilitas
dengan mahasiswa disabilitas berjalan lancar, diperlukan pemahaman yang cukup
Interaksi Komunikasi Antara Mahasiswa Non Disabilitas Dengan Mahasiswa Disabilitas Di
Universitas Teknologi Sumbawa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 6, Juni 2023 839
mengenai penyandang disabilitas. Karena dengan adanya pemahaman yang cukup, kita
dapat meminimalisir terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Sebab, pada
dasarnya mahasiswa disabilitas dan mahasiswa nondisabilitas itu sama saja. Akan tetapi,
mahasiswa disabilitas memang mempunyai cara-cara tersendiri yang jika sudah
dipahami akan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam berkomunikasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, bahwasannya tidak semua
mahasiswa disabilitas mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan mahasiswa non
disabilitas. Ada sebagian disabilitas yang membutuhkan juru bicara, seperti keterbatasan
dalam berbicara dan mendengar. Kalau penulis mendengar dari hasil wawancara dengan
teman yang non disabilitas, mereka sangat senang dan mendukung keberadaan
mahasiswa disabilitas di Universitas Teknologi Sumbawa karena dengan begitu mereka
menjadi bersemangat dan tidak bermalas malasan. Dari hasil wawancara penulis dengan
teman disabilitas dan nondisabilitas tidak ada hambatan berarti dalam berinteraksi.
Semua dapat berinteraksi dengan cukup baik dalam hal berbicara dan bergaul.
Setidaknya, mereka masih dapat berkomunikasi dengan cukup lancar.
Berdasarkan UTS, ada 3 mahasiswa yang berkuliah di Universitas Teknologi
Sumbawa. Kendati demikian, keberadaan mahasiswa penyandang disabilitas masih
jarang diketahui oleh para mahasiswa nondisabilitas karena masih dikatakan minoritas.
Menurut hasil wawancara yang penulis lakukan, mereka hanya mengetahui keberadaan
mahasiswa disabilitas yang ada disekitar mereka saja. Seperti pernyataan dari responden
III (ZJI) yang hanya mengetahui satu orang mahasiswa disabilitas saja yang merupakan
teman seangkatannya.
Interaksi antarmahasiswa disabilitas dan yang nondisabilitas dapat dikatakan
lancar. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang ada sedikit kesalahpahaman.
Dari sisi mahasiswa nondisabilitas misalnya. Ada kalanya mereka ragu untuk
menyampaikan sesuatu kepada mahasiswa disabilitas, dengan alasan takut
menyinggung. Namun, tentu saja hal tersebut tidak selalu terjadi.
Adapun dari sisi mahasiswa disabilitasnya, mereka menghadapi kesulitan yang
berbeda-beda, bergantung pada jenis disabilitas yang mereka miliki. Misalnya yang
dihadapi oleh responden SIA, mahasiswa disabilitas Grahita yang beberapa kali
mengalami kesulitan berkomunikasi dengan mahasiswa nondisabilitas lantaran kawan
bicaranya gagal memahami isi percakapan yang disampaikan. Akan tetapi, masalah
tersebut cukup bisa teratasi dengan cara menuliskan kalimat per kalimat melalui tulisan.
Perlu diketahui, disabilitas grahita merupakan keterbatasan dengan tanda yang
signifikan dalammfungsi intelektual sehinggga penyandang disabilitas grahita
berkemungkinan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Namun, hal tersebut juga
bergantung pada tingkatan yang dialami karena disabilitas grahita juga terbagi lagi ke
dalam beberapa kelompok seperti ringan, sedang, dan berat.
Adapun kesulitan yang dihadapi IKR, mahasiswa disabilitas rungu sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan yang dihadapi responden sebelumnya. Responden beberapa
kali mengalami kesulitan berkomunikasi karena apa yang ia sampaikan kurang
dipahami oleh kawan bicaranya. Cara mengatasinya pun sama, yaitu menjelaskan
Miftah Hilmy Afifah
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 7, Juli 2023 840
melalui teks. Selain itu, dia juga dibantu dengan gerakan tangan, yaitu menunjuk
sesuatu yang dapat membuat kawan bicaranya paham dengan apa yang ia maksud.
Lain halnya dengan MAA, mahasiswa disabilitas daksa. Menurutnya, tidak ada
kesulitan apapun dalam berkomunikasi dengan mahasiswa nondisabilitas. Kalaupun
ada, baginya itu masih wajar, karena hal demikian bukan hanya terjadi dalam hal
berkomunikasi dengan mahasiswa nondisabilitas saja. Intinya, setiap orang pasti pernah
mengalami kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Tinggal bagaimana seseorang bisa
memastikan lagi apakah pesan atau kalimat yang ingin disampaikan itu dapat dipahami
oleh kawan bicara.
Selama melakukan penelitian, sudah ada beberapa jenis disabilitas yang ditemui di
UTS yaitu tuna daksa, tuna rungu, tuna grahita, slow learner. Penyandang disabilitas
tersebut mempunyai bentuk dan pola interaksi yang berbeda sehingga perlu penyesuaian
diri dengan lingkungan baru di kampus, serta penyesuaian untuk aktivitas tertentu
bersama orang-orang di sekitar. Penyandang disabilitas tersebut diharapkan agar lebih
mandiri dan bisa melakukan penyesuaian diri meskipun memerlukan waktu yang kurang
bisa diperkirakan sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki.
Mahasiswa non disabilitas yang juga memiliki teman kelas mahasiswa
penyandang disabilitas tunarungu juga kerap kali mengalami hal yang sama. Seringnya
terjadi miskomunikasi ketika sedang berinteraksi membuat mereka mengalami
kesusahan satu sama lain yang disebabkan oleh faktor kendala bahasa. Seperti pendapat
beberapa responden ketika saya mengajukan pertanyaannya mengenai “Apakah sering
terjadi miskomunikasi ketika melakukan interaksi satu sama lain” sebagai berikut:
Melihat dari pernyataan responden yang memiliki teman kelas penyandang
disabilitas rungu. Tentu merekalah yang sering mengalami kesulitan saat melakukan
interaksi dengan teman kelasnya yang non disabilitas. Mereka yang tidak memahami
bahasa satu sama lain, dan juga ketika mencoba berkomunikasi dengan menggunakan
tulisan sayangnya disabilitas rungu kebanyakan tidak bisa menulis kalimat dengan
bahasa yang tepat sehingga terkesan ambigu. Oleh karena itu mereka berharap agar
pihak kampus bersedia membuka kelas khusus belajar bahasa isyarat untuk lebih
memudahkan mereka dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian mereka
juga tidak merasa dibeda-bedakan oleh yang lainnya.
Dari uraian di atas, penulis menemukan bahwa interaksi yang diterapkan oleh
mahasiswa disabilitas dan mahasiswa nondisabilitas yang menjadi responden pada
penelitian ini menggunakan pola komunikasi yaitu:
1) Komunikasi primer yang memang umum digunakan, karena merupakan pola
komunikasi yang mendasar. Dalam hal ini, komunikator dan komunikan
menggunakan simbol bahasa secara verbal dan nonverbal.
2) Komunikasi sirkular. Hal ini tercermin pada penggunaan media tertentu seperti
pemanfaatan teks whatsapp sebagai media komunikasi mereka. Dalam hal ini,
komunikan dan komunikator saling bertukar peran dalam memberi pesan.
Kesimpulan
Interaksi Komunikasi Antara Mahasiswa Non Disabilitas Dengan Mahasiswa Disabilitas Di
Universitas Teknologi Sumbawa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 6, Juni 2023 841
Kesimpulan yang dapat dituliskan yaitu bahwa tidak semua mahasiswa disabilitas
mengalami kesulitan ketika melakukan interaksi komunikasi dengan mahasiswa
nondisabilitas, meskipun memerlukan adanya fasilitas tambahan seperti juru bicara, atau
harus berkomunikasi secara pelan-pelan terhadap mahasiswa disabilitas tertentu saja.
Selain itu, dalam kegiatan belajar di Universitas Teknologi Sumbawa, mahasiswa
nondisabilitas pun turut merasa senang dan mendukung keberadaan mahasiswa
disabilitas karena dapat menjadi semakin bersemangat dan tidak bermalas malasan,
serta menumbuhkan toleransi dan empati terhadap sesama.
Diketahui bahwa interaksi yang diterapkan mahasiswa penyandang disabilitas dan
mahasiswa nondisabilitas yang menjadi responden pada penelitian ini memakai pola
komunikasi primer. Sebagaimana kita ketahui, pola komunikasi primer adalah pola
komunikasi yang memang umum digunakan, karena merupakan pola komunikasi yang
mendasar. Dalam hal ini, komunikator dan komunikan menggunakan simbol bahasa
secara verbal dan nonverbal. Di samping itu, mereka juga menggunakan pola
komunikasi sirkular. Hal ini tercermin pada penggunaan media tertentu seperti
pemanfaatan teks whatsapp sebagai media komunikasi mereka. Dalam hal ini,
komunikan dan komunikator saling bertukar peran dalam memberi pesan.
Miftah Hilmy Afifah
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 7, Juli 2023 842
Biblaiografi
Aulia, Rahmat, & Irma, Ade. (2017). . Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua
dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, 2(1), 1629.
Daming, Saharuddin. (2016). Komparasi Nilai Penguatan Hak Penyandang Disabilitas
dalam Lex Posterior dan Lege Priori. Jurnal Hak Asasi Manusia, 13(13), 53110.
https://doi.org/10.58823/jham.v13i13.101
Harapan, Edi, Ahmad, Syarwani, & MM, Drs. (2022). Komunikasi antarpribadi:
Perilaku insani dalam organisasi pendidikan. PT. RajaGrafindo Persada-Rajawali
Pers.
Hasanah, Eny Nimah. (2017). Interaksi Sosial Antara Mahasiswa Difabel dengan
Relawan Di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA.
Indriani, Suci, & Marlina, Marlina. (2020). Persepsi Mahasiswa Reguler dan Disabilitas
terhadap Layanan Aksesibilitas bagi Penyandang Disabilitas. Jurnal Basicedu,
4(4), 14381445.
Kusumajati, Dian Anggraini, Chairiyani, Rina Patriana, & Martoredjo, Nikodemus
Thomas. (2020). The influence of social media on human behavior in adolescents
(Case study of Bina Nusantara University students). Proceedings of the 2020 2nd
International Conference on Big Data Engineering and Technology, 102105.
Molizar, Poetri. (2018). Model Komunikasi Organisasi Dalam Menjaga Eksistensi
Produktivitas Pada Komunitastrieng Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Uinar-
Raniry Banda Aceh. UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Ndaumanu, Frichy. (2020). Hak penyandang disabilitas: Antara tanggung jawab dan
pelaksanaan oleh pemerintah daerah. Jurnal Ham, 11(1), 131150.
Pebriana, Putri Hana. (2017). Analisis penggunaan gadget terhadap kemampuan
interaksi sosial pada anak usia dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 1(1), 111. https://doi.org/10.33373/kop.v5i2.1521
Pratama, Ridho Arya. (2019). Pelaksanaan Pelayanan Dan Pemenuhan Hak-Hak
Penyandang Disabilitas Dalam Bidang Pendidikan Di Kota Bandar Lampung.
Rahmawati, Rahmawati, & Gazali, Muragmi. (2018). Pola komunikasi dalam keluarga.
Al-Munzir, 11(2), 245327.
Sunarwan, Aisyah. (2018). Evaluasi Interaksi Sosial dan Aksesibilitas Penyandang
Disabilitas pada Pelayanan Akademik di Institut Agama Islam Negeri Metro.
Interaksi Komunikasi Antara Mahasiswa Non Disabilitas Dengan Mahasiswa Disabilitas Di
Universitas Teknologi Sumbawa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 6, Juni 2023 843
Tapis: Jurnal Penelitian Ilmiah, 2(2), 214234.
https://doi.org/10.32332/tapis.v2i2.1033
Utami, Wiwik Surya, & Hairunisah, Hairunisah. (2023). Gangguan Berbahasa Pada
Mahasiswa Disabilitas dalam Interaksi Sosial di Program Studi Sastra Indonesia
Universitas Teknologi Sumbawa Kajian Sosiolinguistik. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, 6(6), 41964201. https://doi.org/10.54371/jiip.v6i6.1318
Widyaningrum, M. Enny. (2019). Manajemen sumber daya manusia.
Yanuarita, Heylen Amildha. (2021). Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Oleh Dinas
Sosial Kota Kediri. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 5(4).
https://doi.org/10.58258/jisip.v5i4.2556