Analisis Aspartam dengan Metode Spektrofotometri Uv-Visible serta Optimasi Konsentrasi
Ninhidrin dan Aplikasinya untuk Penentuan Kandungan dalam Minuman Energi
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 509
sampai saat ini. Peningkatan konsumsi minuman energi sebesar 14% pada tahun 2011
yang setara dengan 4,8 juta Liter. Selama 5 tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata
mencapai 10% pertahun (Briawan & Aries, 2011).
Minuman energi berfungsi untuk meningkatkan energi karena mengandung
berbagai zat stimultan seperti kafein, gingseng, vitamin B, ekstrak herbal termasuk
guarana, gliko biloba, dan asam amino seperti taurin. Kafein yang terkandung dalam
minuman energi juga menjadi pemicu terjadinya efek peningkatan energi (PURBA,
2018).
Selain mengandung zat aditif untuk meningkatkan energi, sering kali pemanis
buatan Aspartam ditambahkan ke dalam minuman energi (Mayasari, Af’idah, &
Manasikana, 2021). Pemanis buatan tersebut ditambahkan sebagai pemanis tunggal atau
kombinasi dengan pemanis buatan lain seperti siklamat, asesulfam dan lain sebagainya.
Pemanis buatan aspartam ditambahkan dikarenakan aspartam memberikan rasa manis
sampai 200 kali lebih manis apabila dibandingkan dengan sukrosa (gula) (Praja, 2015).
Lebih dari 6.000 produk makanan dan minuman memiliki kandungan aspartame.
Sampai saat ini lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah mengkonsumsi
aspartame. Pada tahun 2004, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
mengeluarkan Peraturan Teknis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan
dalam Produk Pangan, didalamnya menginformasikan beberapa kategori minuman non
alkohol yang diijinkan menggunakan pemanis buatan seperti Sakarin, Aspartam,
Asesulfam-K, Sukralosa, Siklamat, Alitam, dan Neotam dengan jumlah yang dibatasi
(Cahyadi, 2023).
Batas aman mengkonsumsi aspartam menurut WHO adalah 40 mg/kg berat badan.
Kandungan aspartam di dalam produk makanan atau minuman yang beredar di pasaran
yaitu 20-38 mg/kemasan dan ini dimungkinkan berbahaya apabila dikonsumsi setiap
harinya (Erni Sumartini, 2015).
Dalam jumlah yang besar dan intensitas yang tinggi, aspartam yang dikonsumsi
dapat memberikan efek negatif terhadap tubuh. Aspartam akan termetabolisme dalam
tubuh makhluk hidup menjadi fenilalanin, asam aspartat, dan metanol (La Kariadin,
Yuniarty, & Fauzi, 2020). Senyawa-senyawa tersebut dapat memicu gangguan pada
sistem saraf seperti gejala vertigo, depresi, kaburnya penglihatan, bahkan hilangnya
memori. Beberapa laporan juga menyebutkan, mengkonsumsi aspartam dapat
menyebabkan gangguan pada syaraf seperti sakit kepala, insomnia dan kejang.
Pada minuman energi, informasi mengenai kandungan pemanis buatan Aspartam
tertera secara tidak lengkap (LO, 2023). Meskipun penggunaan pemanis buatan
Aspartam diijinkan, namun dalam hal ini perlu untuk dimonitor. Penentuan kandungan
aspartam penting untuk dilakukan, karena bahaya yang ditimbulkan bagi kesehatan
ketika mengkonsumsi aspartam berlebihan.
Berbagai macam metode telah dan masih dikembangkan untuk penentuan
kandungan aspartam seperti dalam obat-obatan, minuman, coklat, permen, produk
kacang kedelai, makanan pencuci mulut, pemanis, minuman ringan, minuman
berkarbonasi dan minuman susu fermentasi. Analisis aspartam dalam minuman ringan
telah dilakukan menggunakan Spektrofotometri UV, kromatografi cair, dan