pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 4, No. 4, April 2023 http://jist.publikasiindonesia.id/
Doi : 10.59141/jist.v4i4.611 480
PENERIMAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK PENYANDANG
DISABILITAS CEREBRAL PALSY DI SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN D
YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT BANDUNG
Ria Faisyahril
1*
, Santoso Tri Raharjo
2
, Hery Wibowo
3
Universitas Padjadjaran, Indonesia
1*
2
,
3
*Correspondence
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
: 27-04-2023
Direvisi
: 29-04-2023
Disetujui
: 30-04-2023
Penerimaan orang tua terhadap anak penyandang disabilitas cerebral
palsy meliputi pemberian kasih sayang, perhatian, dan kesempatan dari
orang tua kepada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui: 1) Karakteristik subjek, 2) Pemberian kasih sayang, 3)
Pemberian perhatian, 4) Pemberian kesempatan, dan 5) Harapan subjek
terhadap penerimaan orang tua. Metode yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi.
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah uji
kredibilitas, uji transferabilitas, uji depenabilitas, dan uji
konfirmabilitas. Selanjutnya, hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian telah
menunjukkan adanya kasih sayang dan kesempatan dari orang tua
kepada anak penyandang disabilitas cerebral palsy. Namun, belum
menunjukkan adanya perhatian orang tua terhadap anak penyandang
disabilitas cerebral palsy. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
ditawarkan program "Pelatihan Keterampilan Pengasuhan Bagi Orang
Tua yang Memiliki Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy di
Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat
Bandung.
ABSTRACT
Parents' acceptance of children with cerebral palsy disabilities
includes giving affection, attention, and opportunities from parents to
children. The purpose of this study was to examine: 1) Characteristics
of the subject, 2) Giving affection, 3) Giving attention, 4) Giving
opportunities, and 5) Subject's expectations of parental acceptance.
The method used is a qualitative research method. The data sources
used are primary and secondary data sources. Data collection
techniques used were in-depth interviews, participatory observation,
and documentation studies. The technique for checking the validity of
the data used is the credibility test, the transferability test, the
depenability test, and the confirmability test. Furthermore, the results
of the study were analyzed using qualitative analysis techniques. The
results of the study have shown that there is affection and opportunity
from parents for children with disabilities cerebral palsy. However, it
has not shown parental attention to children with disabilities cerebral
palsy. In this regard, a program "Parenting Skills Training for Parents
Who Have Children with Cerebral Palsy Disabilities at Special Schools
Part D of the Bandung Disabled Children Development Foundation" is
offered.
Kata kunci: Penerimaan Orang
Tua; Pembinaan; Anak dengan
Disabilitas Cerebral Palsy.
Keywords: Parental
Acceptance; Coaching; Child
with Cerebral Palsy Disability.
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 481
Attribution-ShareAlike 4.0 International
Pendahuluan
Anak dilahirkan tidak semuanya dalam keadaan sempurna, melainkan ada anak-
anak yang dilahirkan mengalami keterbatasan fungsi fisik, mental, intelektual, atau
sensorik (Desiningrum, 2017). Anak-anak yang mengalami keterbatasan fungsi-fungsi
tersebut disebut sebagai anak penyandang disabilitas. Anak penyandang disabilitas
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun yang mengalami kedisabilitasan
mempunyai kelainan pada fungsi fisik, mental, intelektual, atau sensoriknya, dimana
kelainan-kelainan tersebut dapat menggangu atau menghambat dirinya untuk melakukan
fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak (Ni’matuzahroh, Yuliani,
& Mein-Woe, 2021). Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan seorang anak
mengalami kedisabilitasan.
Seorang anak mengalami kedisabilitasan disebabkan karena adanya kesalahan
pada proses kelahiran baik sebelum maupun sesudah kelahiran. Masalah-masalah dan
penyakit-penyakit yang terjadi ketika ibu megandung juga dapat menyebabkan seorang
anak mengalami kedisabilitasan. Seorang anak yang mengalami kedisabilitasan disebut
sebagai anak penyandang disabilitas. Anak penyandang disabilitas terdiri dari anak
penyandang disabilitas fisik, mental, intelektual, dan sensorik.
Anak penyandang disabilitas fisik ditandai dengan terganggunya fungsi gerak atau
motorik salah satu anggota tubuh atau lebih yang dikarenakan faktor bawaan,
kecelakaan, amputasi, ganguan neuro maskular seperti cerebral palsy (Nuryati, 2022).
Faktor-faktor tersebut menyebabkan anak kurang mampu untuk melaksanakan fungsi
sosial secara wajar sehingga, dalam melakukan aktivitas sehari-hari membutuhkan
bantuan orang lain. Aktivitas sederhana seperti makan, mandi, mengganti pakaian
sangat sulit dilakukan oleh anak-anak tersebut karena keterbatasan fisik yang dialami.
Cerebral palsy merupakan salah satu jenis disabilitas fisik yang ditandai dengan
gangguan pada sistem motorik. Seorang anak penyandang disabilitas cerebral pasly
mengalami masalah dalam pengendalian sistem motorik yang disebabkan kerusakan
pada bagian otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik. Anak-anak
yang mengalami cerebral palsy sangat bergantung pada bantuan orang lain, terutama
orangtua yang berperan dalam memenuhi kebutuhan.
Orangtua mempunyai kewajiban dalam memenuhi kebutuhan hidup anak, seperti
pemenuhan kebutuhan sandang, papan, dan pangan bagi anak. Orangtua juga
mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk memberikan perawatan, pengasuhan,
perhatian, dan bimbingan serta kasih sayang kepada anak. Pemenuhan kewajiban dan
tanggungjawab orangtua terhadap anak dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. Semua anak mempunyai hak yang sama terhadap
hal tersebut, termasuk anak penyandang disabilitas cerebral palsy (Desriyani,
Nurhidayah, & Adistie, 2019).
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 482
Anak penyandang disabilitas cerebral palsy memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan dan pelayanan sosial. Upaya untuk memenuhi hak anak penyandang
disabilitas fisik (cerebral palsy) yaitu dengan didirikannya lembaga kesejahteraan
sosial. Lembaga kesejahteaan sosial merupakan organisasi sosial atau perkumpulan
sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial dan dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. Bentuk
lembaga kesejahteraan sosial salah satunya adalah yayasan anak atau panti sosial anak
(Jauhari, Rosmi, Wasesa, & Rachmadtullah, 2022).
Salah satu lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan pelayanan terhadap
anak penyandang disabilitas khususnya cerebral palsy adalah Sekolah Luar Biasa
Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung (Salmiati, 2023). Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat memberikan pembinaan, pendidikan,
dan pelatihan terhadap peserta didik yang merupakan anak-anak berkebutuhan khusus.
Anak-anak tersebut terdiri dari anak-anak yang memiliki hambatan motorik dan
kecerdasan (Sulistyo, Suwarni, & Novianti, 2022).
Pembentukan Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat
merupakan salah satu bentuk kesadaran terhadap peningkatan jumlah penyandang
disabilitas. Tahun 2012 tercatat jumlah penyandang disabilitas di Kota Bandung
mencapai 6.129 jiwa dari 2.444.617 jiwa atau sekitar 0,24 persen, sedangkan pada tahun
2015 tercatat jumlah penyandang disabilitas mencapai 6.289 jiwa dari 2.481.469 jiwa
atau sekitar 0,25 persen. Kenaikan jumlah penyandang disabilitas dari rentang tahun
2012 hingga tahun 2015 yaitu sebesar 0,01 persen, ini menunjukkan terdapat
peningkatan jumlah penyandang disabilitas di Kota Bandung sehingga, perlu adanya
lembaga kesejahteraan sosial yang menangani hal tersebut.
Lembaga kesejahteraan sosial berbentuk yayasan anak atau panti sosial anak
tersebut tidak dapat dipisahkan dari peran serta masyarakat yang peduli. Masyarakat
memiliki berbagi jenis karakteristik, ada yang peduli dan ada yang tidak peduli.
Masyarakat yang tidak peduli umumnya memberikan pandangan yang negatif terhadap
keberadaan anak penyandang disabilitas fisik terutama anak penyandang disabilitas
cerebral palsy.
Sebagian besar masyarakat memandang bahwa anak penyandang disabilitas
cerebral palsy sebagai seseorang yang kurang dapat melakukan apa-apa, tidak berguna,
dan hanya bisa merepotkan saja. Pandangan-pandangan tersebut menyebabkan anak
penyandang disabilitas cerebral palsy kurang mendapatkan kesempatan untuk
berkembang dimasyarakat. Pandangan-pandangan negatif tersebut seharusnya tidak ada
dalam masyarakat, karena anak penyandang disabilitas cerebral palsy juga memiliki
hak yang sama dengan manusia lainnya.
Berbagai pandangan negatif masyarakat terhadap anak penyandang disabilitas
cerebral palsy dapat mempengaruhi sikap orangtua ataupun orang lain terhadap anak
penyandang disabilitas cerebral palsy. Pandangan-pandangan tersebut dapat membuat
orangtua menjadi tidak menerima kondisi anaknya serta cenderung berfikir negatif
terhadap kondisi anaknya yang mengalami keterbatasan. Orangtua yang demikian akan
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 483
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anaknya karena merasa hal tersebut
tidak berguna. Hal demikian akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak
khususnya anak penyandang disabilitas cerebral palsy.
Orangtua sebagai tempat yang pertama dan utama tumbuh kembang anak
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan anak dengan maksimal serta dapat
memberikan pengasuhan yang terbaik terlebih lagi kepada anak penyandang disabilitas
cerebral palsy. Orangtua memerlukan pemahaman dan pengetahuan untuk memenuhi
kebutuhan anak karena tidak semudah saat melakukannya dengan anak normal.
Orangtua yang sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi anak akan
lebih mudah dalam mengoptimalkan perkembangan anak serta dapat mengembangkan
bakat dan potensi yang dimiliki oleh anak penyandang disabilitas cerebral palsy
sehingga, dapat menunjang kehidupan dimasa perkembangan selanjutnya.
Disisi lain, masih banyak orangtua yang tidak siap menerima kenyataan bahwa
anaknya lahir dengan kondisi keterbatasan. Orangtua mengalami kesulitan untuk
menerima keadaan anaknya. Orangtua yang demikian akan cenderung untuk
menyangkal keberadaaan anaknya dengan menyembunyikan anak tersebut agar tidak
diketahui orang lain. Orangtua merasa malu dengan kondisi anaknya sehingga memilih
untuk tidak banyak bicara tentang keadaan anaknya. Anggapan-anggapan negatif dari
masyarakat semakin memperburuk keadaan. Reaksi orangtua pun beragam, ada yang
tidak mengakui bahwa anaknya memiliki keterbatasan, pemberian perlindungan yang
berlebihan, orangtua yang kehilangan kepercayaan diri sehingga tidak menyekolahkan
anaknya, serta ada pula orangtua yang takut memiliki anak lagi karena takut anaknya
akan mengalami keterbatasan lagi.
Berbagai anggapan masyarakat mengenai anak penyandang disabilitas cerebral
palsy merupakan salah satu penyebab orangtua mengalami masalah penerimaan
terhadap kondisi anaknya yang mengalami cerebral palsy. Orangtua cenderung tidak
dapat menerima kondisi anak yang mengalami kelainan namun tidak semua orangtua
demikian. Terdapat beberapa orangtua yang menerima kondisi anaknya yang
mengalami cerebral palsy.
Penerimaan orangtua terhadap kondisi anaknya ditandai dengan pemberian kasih
sayang, perhatian, dan kesempatan kepada anak. Penerimaan orangtua sangatlah penting
untuk mendukung tumbuh kembang anak. Orangtua yang menerima kondisi anaknya
akan memenuhi kebutuhan anaknya, salah satunya adalah kebutuhan akan pendidikan.
Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat adalah salah satu
sekolah yang memberikan fasilitas pendidikan kepada anak-anak penyandang disabilitas
fisik termasuk anak penyandang disabilitas cerebral palsy.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji informasi berkaitan dengan penerimaan
orangtua terhadap anak penyandang disabilitas cerebral palsy. Lokasi yang terpilih
yaitu di Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung yang
terletak di Jalan Mustang Nomor 46, Sukawarna, Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat.
Jumlah siswa yang terdapat di sekolah tersebut adalah 50 orang, dan didominasi oleh
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 484
anak penyandang disabilitas cerebral palsy berjumlah 25 orang, sedangkan sisanya
adalah anak-anak yang mengalami down syndrome, retardasi mental, autis, dan ADHD.
Berdasarkan permasalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral
Palsy di Sekolah Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung”.
Penelitian ini dikhususkan kepada orangtua yang memiliki Anak Penyandang
Disabilitas cerebral palsy. Orangtua tersebut juga menyekolahkan anaknya di Sekolah
Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung.
Peneliti berharap dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan informasi dan
sumbangan pemikiran terkait penerimaan orangtua terhadap anak penyandang
disabilitas cerebral palsy. Peneliti juga berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan serta dapat memberikan kontribusi dalam menyusun
suatu program yang dapat mendukung penerimaan orangtua terhadap anak penyandang
disabilitas cerebral palsy.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah
data yang bersifat deskriptif, di mana data yang dilaporkan adalah dalam bentuk gambar
atau kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang menjadi informan, dan bukan
dalam bentuk angka. Pendekatan penelitian kualitatif mengenai penerimaan orang tua
terhadap anak penyandang disabilitas cerebral palsy di Sekolah Luar Biasa Bagian D
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung digunakan sebagai strategi inquiri yang
menekankan pada pencarian makna mengenai suatu fenomena secara alamiah dan
holistik, yang disajikan secara naratif dengan tujuan menafsirkan fenomena yang terjadi
tanpa campur tangan manusia (Moleong, 2015). Metode deskriptif juga digunakan pada
penelitian ini guna menjabarkan data yang diperoleh mengenai penerimaan orang tua
terhadap anak penyandang disabilitas cerebral palsy di Sekolah Luar Biasa Bagian D
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung dengan prosedur ilmiah untuk menjawab
masalah aktual (Salasia, Tato, Sugiyono, Ariyanti, & Prabawati, 2011). Melalui
pendekatan yang telah dijabarkan, peneliti mencoba menggambarkan realitas sosial
secara apa adanya dan tidak berdasar atas hipotesis. Tujuannya adalah memberikan
penjelasan dan pemahaman yang menyuluruh secara luas dan mendalam mengenai
penerimaan orang tua terhadap anak penyandang disabilitas cerebral palsy di Sekolah
Luar Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung.
Hasil dan Pembahasan
Penerimaan Orang Tua
Reintegrasi sosial terungkap melalui perhatian pada anak, kepekaan terhadap
kepentingan anak, ungkapan kasih sayang dan hubungan yang penuh kebahagiaan
dengan anak. Penerimaan orang tua yang menerima keadaan anaknya akan berusaha
untuk memberikan perhatian, pengertian, dan kasih sayang kepada anaknya. Proses ini
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 485
terdiri dari komponen pemberian perhatian, pengertian, serta cinta dan kasih sayang dari
orangtua terhadap anaknya.
Aspek-aspek yang dapat dijadikan tolak ukur penerimaan orangtua diantaranya
rasa sayang atau kasih sayang dan perhatian. Kasih sayang adalah bentuk pemberian
cinta kasih dari orangtua kepada anak. Menurut Bashori “kasih sayang juga
mengandung pengertian kelekatan”. Kelekatan adalah ikatan kasih sayang yang
berkembang antara anak dengan orangtuanya.
Perhatian orang tua adalah pemusatan atau konsentrasi orang tua (ayah dan ibu)
kepada anaknya dalam memenuhi segala kebutuhan anak sebagai rasa tanggung jawab
kepada anak sehingga dapat membantu belajar anak agar dapat berjalan dengan baik”.
Orangtua yang meneriman kondisi anaknya selain memberikan kasih sayang dan
perhatian juga akan memberiakn kesempatan kepada anaknya untuk mengikuti berbagai
kegiatan yang dapat menunjang pengembangan dirinya. Pendapat lainnya yang serupa
juga dijelaskan oleh Rohner yang menyatakan bahwa “aspek-aspek penerimaan
orangtua diantaranya: kehangatan, kasih sayang, perawatan, perhatian, dukungan dari
orangtua untuk anaknya, kenyamanan dan pemeliharaan”.
Berdasarkan kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan
orangtua adalah ditandai dengan adanya pemberian kasih sayang, perhatian, perawatan,
dukungan, kenyamanan kepada anak. Selian itu, penerimaan orangtua juga ditunjukan
dengan pemberian kasih sayang, perhatian, dan kesempatan dari orangtua terhadap anak
yang dalam hal ini adalah anak penyandang disabilitas cerebral palsy. Anak yang
diterima oleh kedua orangtuanya akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang baik.
Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy
Cerebral pasly merupakan salah satu bentuk brain injury yaitu suatu kondisi yang
mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat ganguan dalam otak, atau
suatu penyakit neuromuscular yang disebabkan oleh ganguan perkembangan atau
kerusakan sebagain dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motoric
(SUKLASRINI, 2023). Berdasarkan pendapat (SHIDIK, 2022) bahwa cerebral pasly
adalah ganguan otak yang mempengaruhi fungsi sistem motorik seseorang. Seorang
anak yang mengalami cerebral palsy akan mengalami ganguan atau masalah ketika
menggunakan kaki dan tangannya untuk melakukan suatu aktivitas. Anak-anak tersebut
membutuhakan bantuan orang terdekatnya seperti orangtua ataupun significant others
lainnya untuk membantu dalam berbagai aktivitas sehari-hari misalnya mandi, makan,
mengganti baju, dan sebagainya.“cerebral palsy sebagai ganguan aspek motorik yang
disebabkan oleh disfungsinya otak”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa anak penyandang
disabilitas cerebral palsy adalah seseorang mengalami yang mengalami ganguan fungsi
motorik dikarenakan terjadi masalah pada sistem syaraf di otak. Terganggunya fungsi
syaraf ini dapat mempengaruhi sistem motorik atau gerak. Ganguan fungsi motorik
yang terjadi pada anak penyandang disabilitas cerebral palsy mempersulit mereka untuk
bergerak sesuai kehendak mereka, sehingga untuk melakukan aktivitas sehari-hari anak-
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 486
anak yang menderita cerebral palsy sangat bergantung pada bantuan orang lain salah
satunya adalah orangtua mereka atau significant others disekitar mereka.
Menurut Bakwin & Bakwin, Hallahan, Kauffman (Hildayani, 2013), ada beberapa
karakteristik anak penyandang disabilitas cerebral palsy, diantaranya: 1.) Fungsi
intelektual dan bahasa, status mental dari anak penyandang disabilitas cerebral palsy
sulit untuk diperkirakan. 2.) Kemampuan membaca, anak penyandang disabilitas
cerebral palsy mengalami keterlambatan dalam membaca meskipun intelegensi mereka
tergolong rata-rata. 3.) Prestasi akademik, anak-anak penyandang disabilitas cerebral
palsy yang mempunyai ganguan neurologis (sistem syaraf) umumnya terbelakang dalam
prestasi akademik. 4.) Faktor personal dan sosial, kondisi yang dialami anak
penyandang disabilitas cerebral palsy dapat mempengaruhi kepribadian dan perilaku
anak. Berdasarkan pendapat Bakwin & Bakwin, Hallahan, Kauffman karakteristik anak
penyandang disabilitas cerebral palsy dapat dilihat dari fungsi intelektual dan bahasa,
kemampuan membaca, prestasi akademik, serta faktor personal dan sosial. Anak
penyandang disabilitas cerebral palsy biasanya memiliki kemampuan intelektual dan
bahasa yang rendah jika dibandingkan dengan anak-anak normal, begitu juga dengan
kemampuan membaca serta prestasi akademik. Selain itu, dengan kondisi keterbatasan
yang dimiliki anak penyandang disabilitas cerebral palsy dapat mempengaruhi
kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Menurut (Silvana & Purba, 2021) ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan
beberapa kerusakan didalam otak pada anak-anak yang kemudian mengakibatkan
cerebral palsy. Berikut adalah faktor penyebab cerebral palsy: 1.) Sebelum kelahiran
berupa ketidaknormalan sel kelamin pria, pendarahan waktu kehamilan, trauma atau
infeksi pada waktu kehamilan, kelahiran premature, keguguran yang sering dialami ibu
serta usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak. 2.) Pada saat kelahiran
berupa penggunaan alat-alat bantu pada waktu proses kelahiran yang sulit, misalnya:
tang, tabung, vacum, dan lain-lain serta penggunaan obat bius pada waktu proses
kelahiran. 3.) Setelah kelahiran berupa penyakit tuberculosis, radang selaput otak,
radang otak, serta keracunan arsen atau akrbon monoksida. Berdasarkan pendapat
Somantri faktro penyebab yang menyebabkan seorang anak mengalami cerebral palsy
disebabkan baik itu sebelum kelahiran, pada saat kehamilan, dan setelah kelahiran.
Permasalahan-permasalahan dan penyakit-penyakit yang terjadi pada saat ibu hamil,
proses kelahiran yang sulit sehingga membutuhkan alat bantu seperti vacum maupun
masalah-masalah setelah kelahiran juga dapat membuat seorang anak mengalami
cerebral palsy. Sehingga sangat penting bagi seorang Ibu untuk rutin memeriksakan
kandungannya untuk mencegah terjadinya masalah-masalah tersebut.
Menurut Baqnara (2008) masalah yang dialami oleh anak penyandang disabilitas
cerebral palsy adalah:
1. Masalah pendengaran, setiap anak penyandang disabilitas cerebral palsy rentan
untuk mengalami ganguan pendengaran sehingga orangtua perlu untuk
memerikasakan anaknya.
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 487
2. Masalah pengelihatan, anak penyandang disabilitas cerebral palsy seringkali
mangalami ganguan mata seperti mata juling atau gangguan mata lainnya sehingga
orangtua perlu untuk melakukan pengecekan kesehatan mata terutama pada masa
bayi atau tahun pertama.
3. Epilepsy, satu dari tiga anak penyandang disabilitas cerebral palsy mengalami
epilepsy. Beberapa anak dapat mengalami serangan epilepsy secara tiba-tiba
sehingga orangtua perlu untuk berkonsultasi dengan dokter anak ataupun ahli
syaraf.
4. Masalah dalam belajar, anak penyandang disabilitas cerebral palsy mengalami
kesulitan untuk belajar, anak-anak tersebut cenderung lambat untuk mengerti dan
memahami apa yang dipelajarinya. Orangtua membutuhakn kesabaran dan
ketekunan untuk mendidik anak penyandang disabilitas cerebral palsy.
5. Kesulitan membentuk persepsi, anak penyandang disabilitas cerebral palsy
mengalami kesulitan untuk menentukan ukuran ataupun bentuk dari suatu objek,
sehingga anak penyandang disabilitas cerebral palsy mengalami kesulitan untuk
mempersepsi suatu objek. Hal ini dapat terlihat dnegan jelas pada saat usia sekolah.
6. Mengalami masalah dalam menelan makanan, anak penyandang disabilitas cerebral
palsy seringkali mengalami kesulitan untuk menelan makanan, hal ini
menyebabkan anak penyandang disabilitas cerebral palsy sering kali muntah.
Selain itu, anak penyandang disabilitas cerebral palsy juga sering mengalami
pembengkakan disekitar area kerongkongan.
7. Masalah orthopedic atau tulang, selama masa pertumbuhan dan perkambangan otot-
otot anak yang mengalami cerebral palsy sering kali kejang atau kaku. Otot-otot
tersebut akan menjadi lebih pendek kerana adanya kontraksi. Hal ini sering terjadi
pada bagian angkel kaki, lutut, pinggul, siku, dan pergelangan tangan. anak
penyandang disabilitas cerebral palsy juga sering mengalami dislokasi, hal ini
menyebabkan anak-anak tersebut mengalami kesulitan untuk bergerak, misalnya
berjalan, memegang benda, dan sebagainya.
8. Sembelit (contipation), umumnya anak penyandang disabilitas cerebral palsy
mengalami sembelit karena sistem pencernaan yang tidak bekerja dengan baik.
Terkadang kurangnya gerak atau aktivitas yang dilakukan oleh anak penyandang
disabilitas cerebral palsy dapat menyebabkan sistem pencernaan tidak bekerja
dengan baik, selain itu kesulitan anak penyandang disabilitas cerebral palsy untuk
makan dan menelan makanan juga dapat menyebabkan hal tersebut.
9. Kesulitan mengontrol air liur (saliva), anak-anak bayi sering kali mengalami
kesulitan untuk mengontrol air liurnya, hal ini juga terjadi pada anak penyandang
disabilitas cerebral palsy.
10. Penyakit tulang, anak penyandang disabilitas cerebral palsy tidak dapat bergerak
bebas seperti anak normal karena kondisi tulang mereka yang rapuh (osteoporosis).
Selain itu, anak penyandang disabilitas cerebral palsy rentan mengalami patah
tulang sehingga perlu adanya obat yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 488
Secara umum setiap anak memiliki kebutuhan yang sama untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan,
begitu juga dengan anak penyandang disabilitas cerebral palsy. Anak penyandang
disabilitas cerebral palsy bahkan memiliki kebutuhan yang lebih khusus jika
dibandingkan dengan anak normal lainnya. Kebutuhan khusus bagi anak penyandang
disabilitas cerebral palsy berupa terapi-terapi, berikut adalah kebutuhan khusus bagi
anak penyandang disabilitas cerebral palsy menurut Kuntjorowati (dalam Baqnara,
2008:125):
1. Pelayanan sosial fisik, meliputi:
a. Fisioterapi untuk memperbaiki pola gerakan
b. Pemenuhan gizi
c. Rutinitas pemberian obat-obatan
d. Rutinitas pemeriksaan kesehatan
e. Pemenuhan alat bantu seperti kursi roda, tongkat ketiak dan kaki palsu.
2. Pelayanan sosial mental, meliputi:
a. Terapi okupasi
b. Pendampingan orangtua dalam segala terapi
c. Perhatian orangtua
d. Kasih sayang orangtua
e. Pelayanan sosial komunikasi
f. Terapi wicara
g. Membantu rutinitas pelatihan bicara.
Berdasarkan pendapat Kuntjorowati bahwa kebutuhan khusus bagi anak meliputi
kebutuhan pelayanan sosial fisik, pelayanan sosial mental, serta pelayanan sosial.
Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan terhadap anak penyandang disabilitas cerebral
palsy akan berdampak negatif pada pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual,
mental dan sosial.
Sekolah Luar Biasa D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Cabang Bandung dirintis pendiriannya
sejak tahun 1959, waktu Bapak Prof. dr. Soeharso mengunjungi Bandung dan
mengadakan pembicaraan dengan Bapak Komandan KMKB daerah Militer Jawa Barat
yaitu Bapak Letkol Amir Machmud yang sekarang menjadi Bapak Jenderal Amir
Machmud Ketua MPR RI, sebagai realisasi dari pembicaraan di atas pada tahun 1960
Korem Priabar mengeluarkan SK Nomo 0.005/K.P.T./6/1960 pada tanggal 8 Juni 1960.
September 1960 bertepatan dengan Kongres YPAC se-Indonesia yang ke IV di
Solo bahwa YPAC Bandung disahkan sebagai perwakilan yang ke IX. Kongres tersebut
dihadiri oleh Ibu Mashudi, Ibu Kosasih, Ibu Priatnakusumah, Ibu dr. Rachman
Mansjhur, dan Ibu Jaman. Berdasarkan kongres tersebut YPAC Bandung selain
disahkan sebagai perwakilan juga dibekali Cap YPAC dan anggaran dasar. Sejak itulah
YPAC Bandung mulai bergerak melaksanakan tugas kemanusiaan dengan dana sebesar
Rp 52.000,00 yang merupakan hasil sumbangan dari Soteksi Jawa Barat dengan biaya
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 489
tersebut dan bantuan dari darmawan dan sastrawan, YPAC Bandung dapat membuka
klinik di Jalan Bawean Nomor 01 Bandung, dan pelaksananya seorang fisiotherapist
lulusan Nederland yang bekerja sebagai tenaga sukarela. Selain itu, YPAC juga
menyebarluaskan mengenai informasi penjaringan anak penyandang disabilitas ke desa-
desa.
Pendirian YPAC saat itu, dibantu oleh orang-orang ternama yaitu Bapak Prof. dr.
Kustedjo yang mengusahakan tenaga medis dengan mempekerjakan seorang petugas
fisiotherapy dan seorang ahli bedah yaitu dr. Nagar Rasjid serta seorang psikiater yaitu
Brigjen dr. Sumantri Hardjoprakoso. Sehubungan perkembangan YPAC yang sangat
cepat, maka kebutuhan ruangan tidak memadai sehingga membutuhkan ruangan
tambahan, atas bantuan dr. Yuwono (alm), YPAC mendapatkan pinjaman gedung oleh
BPU Jawa Barat di Jalan Jendral Ahmad Yani Nomor 243. YPAC juga membuka
Taman Kanak-Kanak (TK) yang gurunya berasal dari Departemen P dan K. Selain itu,
YPAC mendapat bantuan peralatan medis dan pendidikan.
Jumlah anak yang terus bertambah setiap tahunnya membuat gedung BPU tidak
dapat memadai lagi untuk menampung jumlah siswa sehingga atas bantuan Bapak
Priatnakusumah (alm) pejabat Walikota Bandung waktu itu, YPAC mendapat sebidang
tanah hak guna bangunan di Jalan Taman Sari. Selain itu, dengan bantuan Bapak
Brigjen Sutoko, YPAC mendapatkan pinjaman dari Bank Dagang Umum yang
dipergunakan untuk membangun 6 ruangan yaitu klinik, sekolah, kantor dan ruang
periksa dokter. Ruangan-ruangan tersebut dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang
diperoleh dari sumbangan Pemda Kotamadya Bandung dan masyarakat.
Agustus 1962 Gedung YPAC di Jalan Tamansari Nomor 27 diresmikan oleh Ibu
Mashudi yang merupakan istri Gubernur Provinsi Jawa Barat. Dinas Kesehatan Kota
Bandung mempekerjakan 2 (dua) orang tenaga juru kesehatan, Rumah Sakit TNI
Angkatan Udara mempekerjakan 1 (satu) orang tenaga asisten physiotherapy dan dari
Departemen Pendidikan dan Keilmuan mempekerjakan 2 (dua) orang tenaga guru.
Oktober 1961, seorang fisiotherapy yang ditugaskan mengikuti Refresing Course di
Solo dan tahun berikutnya yaitu tahun 1962 pada bulan yang sama seorang guru dan
seorang tenaga administrasi mengikuti Refresing Course juga. Pada bulan Januari 1963
giliran pengurus untuk mengikuti Refresing Course.
Awalnya YPAC Cabang Bandung hanya menyelenggarakan pendidikan TK,
namun untuk tahun-tahun berikutnya diberlakukan tingkat Pendidikan Dasar, maka
untuk memenuhi kebutuhan ini YPAC berhubungan dengan Sekolah Guru Pendidikan
Luar Biasa (SGPLB). SGPLB memberikan bantuan guru yang berjumlah 2 orang,
sedangkan yang lainnya merupakan guru tetap di YPAC. YPAC juga menugaskan
tenaga pengajarnya untuk menuntut ilmu di SGPLB pada tahun ajaran 1965/1967.
Selain guru, YPAC juga menugaskan seorang melanjutkan studinya ke Akademi
Fisiotherapy di Solo sekitar tahun 1967/1969.
Menurut pengamatan Prof. dr. Soeharso dari kenyataan yang ada di setiap
perwakilan YPAC kebanyakan yang dididik dan dirawat adalah anak penyandang
disabilitas cerebral palsy (CP), maka YPAC pusat merencanakan meningkatkan
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 490
pelayanan terhadap anak-anak tersebut. Perhatian Bapak Walikota Madya Bandung
yaitu Bapak Priatnakusumah secara terus menerus menjadi pengurus selaku ketua.
Selain itu, beliau juga memberikan bantuan bahan bakar setiap hari, menempatkan 2
orang tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota, memberi bantuan meubel dan
mengizinkan menempati tanah di Tamansari dan menyewa tanah di Jalan Setiabudhi
seluas 2000 m2. Namun karena tanah tersebut digunakan pihak lain, maka YPAC tidak
sempat melanjutkan pembangunannya. Selain itu istri Bapak Priatnakusumah yaitu Ibu
Priatnakusumah berdedikasi sangat tinggi terhadap YPAC Bandung dalam mengelola
YPAC perwakilan Bandung. Ibu Priatnakusumah bekerja sama dengan Ibu H.R.
Subarsih Argadinata, Ibu sugiri, Ibu SH Mulyo, Ibu TB Zuchradi, Ibu Makboel S, dan
Ibu Oeyeng Suwargana.
Tahun 1964 Ketua Seksi Medis YPAC dr. Rachman Masjhur diganti oleh dr.
Anna Alisyahbana dan beliau sempat menarik rekan-rekannya dari UNPAD yaitu antara
lain Dra. Tri Setiono (Psikolog), dr. Ahmad Mutadjid Djojosugito (Ahli Bedah), dr.
Venusri Latif (Neurologi), mereka sebagai tenaga ahli tetapi juga membantu dalam
usaha dana pengurus YPAC, sehingga peningkatan bukan hanya terhadap anak asuh
namun juga terhadap kesejahteraan karyawan.
Upaya dalam meningkatkan kualitas ketenagaan YPAC menugas belajarkan 2
(dua) tenaga fisiotherapy mengikuti sekolah fisiothrapy di Jakarta, 2 orang mengikuti
pendidikan Brace Maker dan Fisiotheray Aid di Solo dan penataran-penataran untuk
guru di Solo dan Jakarta. YPAC selalu berusaha mencari tenaga, baik tenaga ahli atau
organisasi dan seorang pengurus yang baru yaitu Ibu Dra. Kartini K.
Tahun 1972 YPAC Bandung menambah bangunannya untuk ruang latihan dengan
bantuan biaya dari Pemda Kodya DT. II Bandung, Women International Club (WIC),
para darmawan dan masyarakat kota Bandung lainnya. Tahun 1973 YPAC Bandung
mendapatkan bantuan dua buah ruangan untuk pembuatan Brace dari Women
International Club (WIC) yang waktu itu ketuanya adalah Ibu TH Nagar Rasyid SH.
Dikarenakan masih kekurangan ruangan, pengurus YPAC terus berusaha menambah
satu ruangan pendidikan dan ruangan speech therapy dengan hasil biaya dari
sumbangan masyarakat. Tahun 1974, YPAC membangun sebuah ruang serbaguna dan
diresmikan oleh Ibu Solihin yang merupakan Isteri Gubernur Jawa Barat.
YPAC banyak memperoleh sumbangan berupa uang yang dipergunakan untuk
membangun sarana dan prasarana. Selain itu, YPAC juga menerima sumbangan berupa
peralatan dari Persatuan Wanita Bank, WIC, Persit Kartika Candra Kirana, PIA Ardya
Garini, DNIKS Jakarta, Fraksi Karya Pembangunan DPR Pusat juga dari perorangan.
YPAC juga memperoleh bantuan dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, baik berupa tenaga
ahli maupun berupa materi khususnya untuk bidang medis.
Program jangka panjang YPAC Cabang Bandung adalah perluasan bangunan
untuk memenuhi kebutuhan bagian medis, pendidikan, dan sosial. Tenaga ahli
diprogramkan agar dapat memenuhi kebutuhan bagian medis, pendidikan, dan sosial.
Sedangkan dalam keorganisasian berangsur-angsur dilengkapi baik pengurus inti
maupun seksi-seksinya. Tanggal 18 Agustus 1977 dengan suratnya Nomor
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 491
31/Peng.um/XII/77 diadakan pergantian pengurus, yaitu kepengurusan yang diketuai
oleh Ibu Priatnakusumah diganti oleh dr. Nagar Rasyid FICS yang sejak tahun 1962.
Pengurus baru mulai bergerak dengan program meneruskan program
kepengurusan lama yaitu melengkapi anggota pengurus, menambahkan tenaga
pelaksana dan melengkapi peralatan serta fasilitas bangunan, dengan para donatur tetap
atau insidentil. Program jangka panjang YPAC yang berkaitan dengan program
pendidikan yaitu dengan dibangunnya Sekolah Luar Biasa Bagian D (SLB-D).
Pembangunan sekolah tersebut dilakukan pada tahun 1960 dengan dibantu oleh Kantor
Wilayah Pendidikan Provinsi Jawa Barat. SLB-D berlokasi di Jalan Mustang Nomor 46,
namun sebelumnya SLB-D berlokasi di Jalan Tamansari Nomor 31. Tanah tempat
berdirinya SLB-D YPAC seluas 2500 merupakan hibah dari PT Astra dan Kedutaan
Belanda.
Sejalan dengan visi dan misi dibentuknya SLB-D YPAC Bandung yaitu
terbentuknya siswa yang mandiri, bertaqwa, dan berprestasi dengan dijiwai nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa. SLB-D YPAC Bandung selain merumuskan visi juga
merumuskan tentang misi yaitu: 1.) Mengembangkan potensi yang dimiliki secara
optimal sesuai kemampuan dengan disiplin, jujur, kerja keras; 2.) Mengembangkan
pembelajaran berbasis iman dan taqwa, serta menjunjung nilai-nilai luhur budaya
masyarakat setempat dengan penuh toleransi, kerja sama, dan bertanggung jawab; 3.)
Mengembangkan rasa ingin tahu, gemar membaca, dan keterampilan melalui
pengalaman langsung sesuai dengan minat dan bakat peserta didik; 4.) Menumbuhkan
penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga terbangun siswa yang
berakhlak mulia toleran, dan religius; 5.) Mengembangkan sikap peduli terhadap sesama
dan lingkungan, dengan semangat kebangsaan, cinta tanah air, bersahabat/ komunikatif;
6.) Mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
Pembahasan Aspek Penelitian
Berdasarkan karakteristik subjek, kedua subjek merupakan anak yang berusia di
bawah atau sama dengan 18 tahun. Usia tersebut merupakan usia bagi seorang anak
wajib sekolah. Kedua subjek bersekolah di SLB-D YPAC Bandung. Kedua subjek juga
merupakan anak penyandang disabilitas cerebral palsy. Kedua subjek telah bersekolah
lebih dari 6 bulan di SLB-D YPAC, dimana subjek A sudah bersekolah selama 5 tahun
dan saat ini duduk di kelas 5 SD, sedangkan G sudah bersekolah selama 11 tahun dan
saat ini duduk di kelas 2 SMA.
Kedua subjek merupakan anak penyandang disabilitas cerebral palsy, cerebral
pasly adalah ganguan otak yang mempengaruhi fungsi sistem motorik seseorang
(Anwar & Syakib, 2021). Seorang anak yang mengalami cerebral palsy akan mengalami
ganguan atau masalah ketika menggunakan kaki dan tangannya untuk melakukan suatu
aktivitas. Ganguan fungsi motorik yang terjadi pada anak penyandang disabilitas
cerebral palsy mempersulit mereka untuk bergerak sesuai kehendak mereka, sehingga
untuk melakukan aktivitas sehari-hari anak-anak yang menderita cerebral palsy sangat
bergantung pada bantuan orang lain salah satunya adalah orangtua mereka. Orangtua
memiliki peran penting dalam membantu anak penyandang disabilitas cerebral palsy
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 492
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, mengganti baju, pergi ke
sekolah, dan sebagainya.
1. Pemberian Kasih Sayang
Pemberian kasih sayang dari orangtua terhadap subjek sudah ditunjukkan dengan
adanya respon yang positif dari orangtua subjek terhadap subjek ketika subjek berhasil
mengerjakan tugas sekolah dengan baik. Selain itu, orangtua kedua subjek yang selalu
memberikan nasehat, serta membantu subjek ketika subjek memiliki masalah dengan
teman ataupun saudara di rumah juga merupakan bentuk pemberian kasih sayang dari
orangtua terhadap subjek. Bentuk pemberian kasih sayang juga ditunjukkan oleh kedua
orangtua subjek terhadap subjek yaitu selalu menghibur subjek ketika subjek sedih,
menunjukkan sikap yang baik ketika berbicara dengan subjek, serta menghabiskan
waktu luangnya dengan menemani subjek.
Orangtua yang menerima anaknya akan memberikan kasih sayang terhadap anak
tersebut. Pemberian kasih sayang dari orangtua terhadap anak merupakan salah satu
aspek dari penerimaan orangtua, hal inilah yang ditunjukkan oleh orangtua yang
memiliki anak penyandang disabilitas cerebral pasly di SLB-D YPAC Bandung.
Orangtua memberikan kasih sayang terhadap anaknya berupa tanggapan yang positif
ketika anak berhasil mengerjakan tugas, pemberina nasehat, membantu anak dalam
menyelesaikan masalah, mengibur anak, menunjukkan sikap yang baik ketika
berkomunikasi dengan anak, serta menghabiskan waktu luang bersama anak. Orangtua
yang menerima anaknya dengan memberikan kasih sayang terhadap anak akan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Pemberian Perhatian
Pemberian perhatian dari kedua orangtua subjek terhadap subjek belum
ditunjukkan terutama yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti
pangan dan papan sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan sandang sudah ditunjukkan
oleh orangtua terhadap subjek. Pemenuhan kebutuhan pangan (makanan) belum
ditunjukkan oleh orangtua terhadap subjek karena makanan yang dikonsumsi oleh
subjek belum mengandung 4 sehat 5 sempurna. Selain itu, pemenuhan kebutuhan papan
khususnya yang berkaitan dengan penyediaan kamar tidur belum ditunjukkan oleh
orangtua terhadap subjek karena kedua orangtua subjek tidak menyediakan kamar
khusus bagi subjek, dan subjek selama ini tidur bersama kedua orangtuanya.
Pemberian perhatian kedua orangtua subjek bukan hanya dilihat dari pemenuhan
kebutuhan dasar, namun juga dapat dilihat dari respon kedua orangtua subjek yang
membantu subjek ketika subjek mengalami kesulitan mengerjakan tugas sekoah. Selain
itu, pemberian perhatian kedua orangtua subjek juga dapat dilihat dari perhatian yang
diberikan ketika subjek sakit dan ketika menjaga kesehatan subjek serta perhatian yang
diberikan ketika menemani subjek bermain.
Penerimaan orangtua terhadap anak penyandang disabilitas cerebral pasly tidak
hanya ditandai dengan pemberian kasih sayang dari orangtua terhadap anak, namun juga
pemberian perhatian. Berdasarkan hasil penelitian pemberian perhatian dari orangtua
terhadap anak belum ditunjukkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang seharusnya
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 493
mengandung 4 sehat 5 sempurna dalam kenyataannya tidak meengandung 4 sehat 5
sempurna, dikarenakan orangtua anak hanya memperhatikan makanan yang disukai
anak dan makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh anak, tanpa
memperhatikan asupan gizi 4 sehat 5 sempurna bagi anak.
Penyedian tempat tidur bagi anak belum ditutunjukkan karena orangtua tidak
menyediakan kamar khusus bagi anak. Hal ini dikarenakan anak lebih memilih untuk
tidur bersama orangtua ataupun karena kondisi rumah yang memiliki jumlah kamar
yang sedikit. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan pakaian bagi anak sudah
ditunjukkan karena orangtua mampu membelikan anak pakaian lebih dari 2 potong
dalam setahun.
Perhatian orangtua bukan hanya dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar bagi
anak. perhatian orangtua juga dapat dilihat dari pemberian perhatian orangtua terhadap
anak ketika anak sakit atau setelah pulih, dan ketika menemani anak bermain. Orangtua
umumnya akan memberikan perhatian yang lebih besar ketika anak jatuh sakit ataupun
setelah pulih, hal ini juga yang dilakukan oleh orangtua anak penyandang disabilitas
cerebral palsy.
3. Pemberian Kesempatan
Pemberian kesempatan dari orangtua terhadap subjek sudah ditunjukkan dengan
memberikan izin terhadap subjek ketika ingin berkumpul dengan keluarga besar,
tetangga, ataupun masyarakat serta ketika ingin mengikuti acara rekreasi bersama
orangtua. Kedua orangtua subjek juga memberikan respon yang positif terhadap subjek
ketika subjek berkomunikasi degan keluarga besarnya. Selain itu, kedua orangtua subjek
juga mengupayakan agar subjek dapat mengakses layanan pendidikan dan layanan
kesehatan yang dibutuhkan.
Penerimaan orangtua terhadap anak penyandang disabilitas cerebral pasly tidak
hanya ditandai dengan pemberian kasih sayang dan perhatian, namun juga pemberian
kesempatan terhadap anak (Rachmah, 2020). Orangtua anak penyandang disabilitas
cerebral pasly memberikan kesempatan terhadap anaknya untuk menjalin relasi dan
komunikasi dengan keluarga besar, tetangga, maupun masyarakat. Orangtua yang
memberikan kesempatan terhadap anaknya untuk berkomunikasi dengan orang lain
menandakan bahwa orangtu tersebut tidak malu dan khawatir bahwa dirinya memiliki
anak penyandang disabilitas cerebral pasly. Orangtua yang demikian menunjukkan
bahwa orangtua tersebut menerima keadaan anaknya yang berbeda dengan anak normal
lainnya. Selain itu, orangtua yang menerima anaknya juga akan memberikan dan
mengupayakan anak untuk dapat mengakses layanan kesehatan dan pendidikan yang
dibutuhkan oleh anak.
4. Harapan Subjek
Harapan kedua subjek berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
harapan untuk lebih diterima oleh orangtua, saudara, tetangga, dan masyarakat. Kedua
subjek juga berharap agar keduanya lebih disayangi dan diberikan perhatian terutama
oleh kedua orangtua subjek. Selain itu, kedua subjek juga berharap agar diberikan
kesempatan untuk dapat melanjutkan pendidikannya. Penerimaan oleh orangtua
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 494
ditunjukkan dengan pemeberian kasih sayang, perhatian, dan kesempatan. Harapan
terbesar kedua subjek adalah adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan.
Analisis Masalah
Berdasarkan hasil penelitian, kedua subjek penelitian telah mendapatkan
penerimaan dari kedua orangtuanya. Adapun aspek-aspek dari penerimaan orangtua
adalah adanya pemberian kasih sayang, perhatian, dan kesempatan terhadap anak.
Namun dari aspek-aspek tersebut masih terdapat aspek yang belum terpenuhi dengan
baik yaitu aspek pemberian perhatian.
Kesimpulan
Pemberian kasih sayang dari orangtua kepada kedua subjek dapat ditunjukkan
dengan adanya respon yang positif dari orangtua subjek kepada subjek ketika subjek
berhasil mengerjakan tugas sekolah dengan baik, orangtua kedua subjek yang selalu
memberikan nasehat, dan membantu subjek ketika subjek memiliki masalah dengan
teman ataupun saudara di rumah. Pemberian kasih sayang yang dilakukan oleh orangtua
kepada kedua subjek dapat menunjukkan bahwa adanya penerimaan orangtua terhadap
subjek. Penerimaan orangtua juga dapat ditunjukkan dengan pemberian perhatian
terhadap anak. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kedua subjek menunjukkan bahwa
adanya pemberian perhatian dari orangtua terhadap subjek. Pemberian perhatian dapat
ditunjukkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan
bagi kedua subjek. Orangtua subjek menunjukkan adanya pemenuhan kebutuhan
sandang terhadap subjek yaitu dengan membelikan pakaian yang layak bagi subjek.
Penerimaan orangtua kepada anak bukan hanya ditandai dengan pemberian kasih
sayang dan perhatian, namun juga pemberian kesempatan kepada anak. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan adanya pemberian kesempatan dari orangtua terhadap
subjek. Bentuk pemberian kesempatan dari orangtua kepada subjek adalah orangtua
memberikan respon yang baik dengan memberikan izin kepada subjek ketika subjek
ingin membangun relasi dan komunikasi dengan keluarga besar, tetangga, serta
masyarakat luas.
Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Cerebral Palsy Di Sekolah Luar
Biasa Bagian D Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 495
Bibliografi
Anwar, Suharto, & Syakib, Ahmad. (2021). Intervensi Kinesio Taping Dan Bobath
Exercises Terhadap Peningkatan Keseimbangan Berdiri Dan Penurunan
Spastisitas Tungkai Pasien Cerebral Palsy Di Sekolah Luar Biasa Dan Yayasan
Pendidikan Anak Cacat Makassar. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 24(4),
245251.
Desiningrum, Dinie Ratri. (2017). Psikologi anak berkebutuhan khusus. psikosain.
Desriyani, Yusi, Nurhidayah, Ikeu, & Adistie, Fanny. (2019). Burden of parents in
children with disability at Sekolah Luar Biasa Negeri Cileunyi. NurseLine
Journal, 4(1), 2130. https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.8696
Hildayani, Dian. (2013). Hubungan Antara Kredibilitas Kader Sebagai Komunikator
dengan Partisipasi Ibu Balita dalam Pemanfaatan Pelayanan Di Posyandu
Sejahtera I Puskesmas Andalas Kota Padang. Universitas Negeri Padang.
Jauhari, Muhammad Nurrohman, Rosmi, Yandika Fefrian, Wasesa, Andarmadi Jati
Abdhi, & Rachmadtullah, Reza. (2022). Kebutuhan Alat Bantu Asistif bagi
Penyandang Cerebral Palsy. Jurnal ORTOPEDAGOGIA, 8(2), 164168.
https://doi.org/10.17977/um031v8i22022p164-168
Moleong, Lexy J. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Tirtayasa.
Ni’matuzahroh, Ni’matuzahroh, Yuliani, Sri Retno, & Mein-Woe, Soen. (2021).
Psikologi dan Intervensi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Umm Press.
Nuryati, Nunung. (2022). Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Unisa Press.
Rachmah, Alfia Yunita. (2020). Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Anak Disabilitas
Cerebral Palsy di Unit Pelayanan Disabilitas (UPD) Kota Tangerang Selatan.
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Salasia, Siti Isrina Oktavia, Tato, Syarifudin, Sugiyono, Ngalijan, Ariyanti, Dwi, &
Prabawati, Feny. (2011). Genotypic characterization of Staphylococcus aureus
isolated from bovines, humans, and food in Indonesia. Journal of Veterinary
Science, 12(4), 353361. https://doi.org/10.4142/jvs.2011.12.4.353
Salmiati, Revi. (2023). Pelayanan Sosial Terhadap Anak Cerebral Palsy Di Yayasan
Sahabat Difabel Aceh. UIN Ar-Raniry Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
SHIDIK, BETA ARYA A. S. H. (2022). Rancangan Alat Terapi Kesehatan Kaki Yang
Inovatif Bagi Penderita Cerebral Palsy Spastik Diplegia.
Silvana, Sisca, & Purba, Yolanda. (2021). FAKTOR-FAKTOR RISIKO CEREBRAL
PALSY DI YPAC KOTA MEDAN.
SUKLASRINI, NAITHI APRILYANTI. (2023). Peningkatan Kemampuan Menulis
Ria Faisyahril, Santoso Tri Raharjo, Hery Wibowo
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 496
Permulaan Melalui Teknik Latihan Graphomotor Pada Murid Cerebral Palsy
Kelas III Sekolah Dasar Di SLB YPAC Makassar.
Sulistyo, Syifaa Inayah Putri, Suwarni, Eny, & Novianti, Marshela. (2022). Pengaruh
penerimaan diri terhadap tingkat stres pada orang tua yang memiliki anak
cerebral palsy di Yayasan Sayap Ibu Banten (Unit Pelayanan Disabilitas)
Tangerang Selatan.