Ni Nengah Dea Ayu Ferina
116 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Kata kunci: strategi adaptasi; nelayan; perubahan ekologi.
Pendahuluan
Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas, lebih luas daripada wilayah
darat. Dalam wilayah laut juga terdapat sumberdaya yang memiliki potensi yang sangat
tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk menjamin kesejahteraan kehidupan nelayan dan
keluarganya. Kemiskinan merupakan fenomena yang sering terjadi khususnya di
masyarakat perkotaan. Kemiskinan di perkotaan ditandai dengan beberapa ciri yaitu sulit
untuk memenuhi sandang dan pangan, tempat tinggal yang berada dibawah jembatan,
serta wilayah tempat tinggal yang kumuh. Kemiskinan terjadi karena adanya proses
urbanisasi yang dianggap bahwa kehidupan di kota menyediakan banyak lowongan
pekerjaan, namun hal ini sulit menjadi proses adaptasi orang desa yang pergi ke kota
karena orang desa tidak memiliki keterampilan yang digunakan untuk bertahan di
perkotaan, maka hal ini dapat menjadikan kondisi kemiskinan.
Dari penjelasan kemiskinan yang terjadi karena pendapatan yang diterima oleh
seseorang tersebut kurang mencukupi kebutuhan pokok mereka sehingga terkadang
mereka mencari solusi tersebut dengan mengemis namun ada juga yang menjual barang-
barang bekas. Tempat tinggal mereka terkadang juga tidak menentu, ada juga yang
tinggal di dekat rongsokan, di bawah jembatan, di emperan toko dan lain-lain, biasanya
hal ini terjadi pada daerah perkotaan. Penyebab terjadinya kemiskinan di kota adalah
pekerjaan yang kurang diperhatikan oleh pemerintah, yaitu petani dan nelayan. Padahal
pekerjaan mereka sangat dibutuhkan di negara yang kaya akan sumber daya alam lautan
dan tanah yang bisa ditanam oleh beribu-ribu pohon, biji-bijian, padi dan lain-lain.
Pekerjaan ini seringkali diremehkan sehingga pendapatan yang dihasilkan oleh petani dan
nelayan terkadang kurang mencukupi kehidupan mereka. Untuk mengatasi permasalahn
kemiskinan pada nelayan pemerintah memberikan kredit motorisasi kepada nelayan,
namun ternyata program ini menjadikan bumerang bagi para nelayan (Retno, 2016).
Nelayan bukanlah sesuatu yang tunggal, melainkan terdiri dari beberapa
kelompok. Pengelompokan nelayan dapat ditinjau dari segi kepemilikan alat tangkap
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) nelayan buruh; (2) juragan; dan (3)
nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja menggunakan alat
tangkap milik orang lain. Juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang
dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang
mempunyai alat tangkap sendiri dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang
lain. Dari ketiga jenis nelayan tersebut, pada umumnya kelompok nelayan juragan dalam
keadaan ekonomi yang baik. Kemiskinan cenderung dialami oleh nelayan perorangan dan
buruh nelayan. Oleh karena itu kedua jenis kelompok nelayan itu jumlahnya mayoritas,
maka citra tentang kemiskinan melekat pada kehidupan nelayan (Imron, 2003). Untuk
mengatasi kemiskinan yang dialami oleh nelayan maka perlu adanya perhatian dari
pemerintah terhadap nelayan seperti memberikan kredit motorisasi pada nelayan (Retno,
2016).
Secara geografis masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang tumbuh dan
berkembang di wilayah pesisir, yaitu di kawasan antara daratan dan lautan (Kusnaidi
2008:27). Nelayan merupakan pekerjaan yang tepat bagi negara Indonesia yang sebagian
besar wilayahnya adalah lautan. Namun faktanya nelayan Indonesia masih tergolong
miskin. Sebenarnya melihat dari kondisi Indonesia yang dikelilingi oleh lautan maka
nelayan merupakan pekerjaan yang seharusnya lebih sejahtera (H. Hamdani & K.
Wulandari, 2013). Secara geografis negara Indonesia terbagi menjadi ribuan wilayah,