115
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN: 2745-5254
Vol. 2, No. 1, Januari 2021
STRATEGI ADAPTASI NELAYAN DI KENJERAN, KECAMATAN SUKOLILO
LARANGAN, KABUPATEN SURABAYA, PROVINSI JAWA TIMUR DALAM
MENGHADAPI EKOLOGINYA
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
Universitas Indonesia
Abstract
The resources that exist in coastal Indonesia are faced with two conditions. First,
there are areas that have not been touched by development activities. Second, there
are areas that have been greatly utilized. This research was conducted to study
fishermen's adaptation strategies in dealing with ecological changes in the coastal
area of Kenjeran Beach, Sukolilo Larangan District, Surabaya Regency, East Java
Province. The method in conducting this research is qualitative by collecting
interview data and field observations. The results showed that there were several
adaptation strategies applied by Kenjeran fishermen's household life to meet their
daily needs with changing ecological conditions due to natural fluctuations and the
construction of Surabaya bridges. Kenjeran fisherman households carry out various
kinds of adaptation options according to the resources owned by Kenjeran fishermen,
based on the results of observations at the research location, the adaptations made
by fishermen include: diversifying jobs, diversifying fishing gear, utilizing social
relationships, and household mobilization.
Keyword : adaptation strategy; fisherman; ecological change.
Abstrak
Sumber daya yang ada di pesisir Indonesia dihadapkan pada dua kondisi. Pertama,
adanya kawasan yang belum tersentuh oleh aktivitas pembangunan. Kedua, terdapat
adanya kawasan yang sudah dimanfaatkan secara besar. Penelitian ini dilakukan
untuk mengkaji strategi adaptasi nelayan dalam menghadapi perubahan ekologi di
kawasan pesisir pantai Kenjeran, Kecamatan Sukolilo Larangan, Kabupaten
Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Metode dalam melakukan penelitian ini adalah
dengan cara kualitatif dengan mengumpulkan data wawancara dan obervasi
lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa strategi adaptasi
yang diterapkan oleh kehidupan rumah tangga nelayan Kenjeran guna memenuhi
kebutuhan sehari-harinya dengan kondisi ekologi yang berubah-ubah diakibatkan
karena fluktuasi alam dan pembangunan jembatan Surabaya. Rumah tangga nelayan
Kenjeran melakukan berbagai macam pilihan adaptasi sesuai sumberdaya yang
dimiliki oleh nelayan Kenjeran. Berdasarkan hasil observasi di lokasi penelitian,
adaptasi yang dilakukan oleh nelayan antara lain: (1) melakukan diversifikasi
pekerjaan; (2) penganekaragaman alat tangkap; (3) memanfaatkan hubungan sosial;
dan (4) mobilisasi rumah tangga.
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
116 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Kata kunci: strategi adaptasi; nelayan; perubahan ekologi.
Pendahuluan
Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas, lebih luas daripada wilayah
darat. Dalam wilayah laut juga terdapat sumberdaya yang memiliki potensi yang sangat
tinggi, yang dapat dimanfaatkan untuk menjamin kesejahteraan kehidupan nelayan dan
keluarganya. Kemiskinan merupakan fenomena yang sering terjadi khususnya di
masyarakat perkotaan. Kemiskinan di perkotaan ditandai dengan beberapa ciri yaitu sulit
untuk memenuhi sandang dan pangan, tempat tinggal yang berada dibawah jembatan,
serta wilayah tempat tinggal yang kumuh. Kemiskinan terjadi karena adanya proses
urbanisasi yang dianggap bahwa kehidupan di kota menyediakan banyak lowongan
pekerjaan, namun hal ini sulit menjadi proses adaptasi orang desa yang pergi ke kota
karena orang desa tidak memiliki keterampilan yang digunakan untuk bertahan di
perkotaan, maka hal ini dapat menjadikan kondisi kemiskinan.
Dari penjelasan kemiskinan yang terjadi karena pendapatan yang diterima oleh
seseorang tersebut kurang mencukupi kebutuhan pokok mereka sehingga terkadang
mereka mencari solusi tersebut dengan mengemis namun ada juga yang menjual barang-
barang bekas. Tempat tinggal mereka terkadang juga tidak menentu, ada juga yang
tinggal di dekat rongsokan, di bawah jembatan, di emperan toko dan lain-lain, biasanya
hal ini terjadi pada daerah perkotaan. Penyebab terjadinya kemiskinan di kota adalah
pekerjaan yang kurang diperhatikan oleh pemerintah, yaitu petani dan nelayan. Padahal
pekerjaan mereka sangat dibutuhkan di negara yang kaya akan sumber daya alam lautan
dan tanah yang bisa ditanam oleh beribu-ribu pohon, biji-bijian, padi dan lain-lain.
Pekerjaan ini seringkali diremehkan sehingga pendapatan yang dihasilkan oleh petani dan
nelayan terkadang kurang mencukupi kehidupan mereka. Untuk mengatasi permasalahn
kemiskinan pada nelayan pemerintah memberikan kredit motorisasi kepada nelayan,
namun ternyata program ini menjadikan bumerang bagi para nelayan (Retno, 2016).
Nelayan bukanlah sesuatu yang tunggal, melainkan terdiri dari beberapa
kelompok. Pengelompokan nelayan dapat ditinjau dari segi kepemilikan alat tangkap
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) nelayan buruh; (2) juragan; dan (3)
nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja menggunakan alat
tangkap milik orang lain. Juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang
dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang
mempunyai alat tangkap sendiri dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang
lain. Dari ketiga jenis nelayan tersebut, pada umumnya kelompok nelayan juragan dalam
keadaan ekonomi yang baik. Kemiskinan cenderung dialami oleh nelayan perorangan dan
buruh nelayan. Oleh karena itu kedua jenis kelompok nelayan itu jumlahnya mayoritas,
maka citra tentang kemiskinan melekat pada kehidupan nelayan (Imron, 2003). Untuk
mengatasi kemiskinan yang dialami oleh nelayan maka perlu adanya perhatian dari
pemerintah terhadap nelayan seperti memberikan kredit motorisasi pada nelayan (Retno,
2016).
Secara geografis masyarakat nelayan merupakan masyarakat yang tumbuh dan
berkembang di wilayah pesisir, yaitu di kawasan antara daratan dan lautan (Kusnaidi
2008:27). Nelayan merupakan pekerjaan yang tepat bagi negara Indonesia yang sebagian
besar wilayahnya adalah lautan. Namun faktanya nelayan Indonesia masih tergolong
miskin. Sebenarnya melihat dari kondisi Indonesia yang dikelilingi oleh lautan maka
nelayan merupakan pekerjaan yang seharusnya lebih sejahtera (H. Hamdani & K.
Wulandari, 2013). Secara geografis negara Indonesia terbagi menjadi ribuan wilayah,
Strategi Adaptasi Nelayan di Kenjeran, Kecamatan Sukolilo Larangan, Kabupaten
Surabaya, Provinsi Jawa Timur dalam Menghadapi Ekologinya.
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 117
dimana setiap wilayah masing-masing memiliki potensi Sumber Daya Alam dan Sumber
Daya Manusia, seperti halnya pantai Kenjeran. Pantai yang terletak di kota Surabaya ini,
merupakan salah satu pantai yang membatasi kota Surabaya dengan Madura dan
termasuk salah satu ikon wisata kota Surabaya (Hardiyanti, 2016).
Nelayan pada umumnya bekerja di desa-desa namun berbeda dengan nelayan
yang ada di Kenjeran yang kerjanya di tengah kota metropolitan. Kenjeran ini berada di
kota Surabaya yang berdekatan dengan pulau Madura. Di sini terdapat kehidupan nelayan
yang tergolong tingkat perekonomiannya rendah dan sulit untuk memenuhi
kehidupannnya sendiri. Kehidupan di perkotaan biaya hidup tegolong tinggi dan
kebutuhan serba mahal, dengan kondisi perekonomian nelayan yang tidak pasti dan
pendapatan yang tidak menentu. Sehingga hal ini mengakibatkan kehidupan nelayan
serba kekurangan, dan nelayan harus beradaptasi dengan lingkungan perkotaan.
Adaptasi serta perubahan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari
makhluk hidup. Adaptasi berhubungan bagi semua makhluk hidup dalam menjalani
kehidupannya yang seiring selalu berubah (Bennet, 1976). Memandang adaptasi sebagai
suatu respon perilaku manusia terhadap lingkungan yang tidaklah tetap. Perilaku ini
mengatur sistem tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya agar dapat menyesuaikan
diri dengan situasi kondisi yang ada. Perilaku ini berkaitan dengan kebutuhan hidup,
setelah melewati keadaan-keadaan sebelumnya dan selanjutnya membentuk suatu strategi
serta keputusan untuk menghadapi keadaan yang akan datang.
Adaptasi merupakan hal dari bagian proses evolusi kebudayaan, yaitu proses yang
mencakup usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau memberi respon pada perubahan
lingkungan fisiknya atau sosial yang terjadi. Menjelaskan bahwa asumsi dasar adaptasi
berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang melihat menusia berupaya
untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, baik secara biologis atau genetik
maupun secara sosial dan budaya. Sehingga proses adaptasi dalam evolusi melibatkan
genetic dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan
permasalahan ekologinya.
Membedakan antara adaptive behaviour (perilaku adaptif) dengan adaptive
strategies (strategi adaptif) dan adaptive processes (proses adaptif). Adaptive behaviour
melihatkan pada cara dimana masyarakat dalam merencanakan memperoleh sumberdaya
untuk mencapai sebuah tujuan dan memecahkan masalah. Adaptive behaviour merupakan
suatu pilihan tindakan dengan mempertimbangan biaya yang harus dikembangkan dan
hasil yang akan dicapai. Adaptive strategies merupakan pola umum yang terbentuk
melalui penyesuaian pemikiran masyarakat secara terpisah. Dimana masyarakat
merespon sebuah permasalahan yang dihadapi dengan melakukan sebuah cara dengan
mempertimbangkan konsekuensinya. Adaptive process adalah perubahan yang ditujukan
melalui proses yang panjang dengan menyesuaikan strategi yang dipilih.
Batas ekologi manusia merupakan sebuah kemampuan manusia untuk melakukan
sebuah self objectification, yaitu belajar serta mengantisipasi. Manusia memiliki
intelektual dalam merasakan serta menerima informasi untuk membentuk dirinya sendiri
agar dapat bertindak pada lingkungan sekitarnya. Bedasarkan konsep adaptasi Bennet
dinyatakan bahwa adaptasi sebagai suatu konsep umum yang dikaitkan pada proses
penyesuaian terhadap keadaan yang berubah. Begitu juga pada nelayan dimana mereka
menyesuaikan dirinya terhadap keadaan ekologinya yang berubah sehingga membuat
nelayan melakukan sebuah strategi adaptasi dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
118 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Terdapat sebuah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kehidupan nelayan dengan
ekologinya sebagai berikut.
(Wiyono, 2008) meneliti strategi nelayan Cirebon Jawa Barat dimana dikatakan
bahwa melihat cara nelayan dalam memutuskan pengoperasian alat tangkapnya dimana
nelayan perlu mengetahui pola adaptasi nelayan terhadap perubahan lingkungan diluar
usahanya. Adaptasi yang dihadapi oleh nelayan Cirebon adalah mencakup pada adaptasi
dalam kenaikan BBM pada kapal yang digunakan, adaptasi menghadapi peningkatan
biaya usaha penangkapan, adaptasi menghadapi penurunan pendapatan usaha
penangkapannya. Namun berbeda halnya yang dilakukan oleh (Nurisnaeny, 2016)
meneliti tentang adaptasi nelayan kawasan perbatasan di Desa Sei Pancang Kecamatan
Sebatik Utara Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur dimana pada penelitian
ini terdapat adanya hubungan lintas negara baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi
dari penduduk yang tinggal di Desa Sei Pancang (Indonesia) ke Kota Tawau (Malaysia)
melalui jalur laut, hal ini menjadikan masyarakat Desa Sei sendiri harus beradaptasi
dengan lingkungannya dengan adanya perbatasan Negara saat mencari ikan.
(Surur, 2015) yang meneliti tentang strategi adaptasi nelayan terhadap perubahan
ekologi Danau Tempe di Desa Pallime Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo. Dalam
tulisan penelitian ini terdapat perubahan ekologi yang diakibatkan karena pendakalan dan
pencemaran yang dirasakan oleh nelayan sehingga menyebabkan penurunan hasil
tangkapannya. Dengan perubahan ekologi yang dirasakan oleh nelayan Desa Pallime
menjadikan nelayan harus beradaptasi dengan keadaan yang dirasakannya, adaptasi yang
dilakukan oleh nelayan Desa Pallime adalah dengan adanya pengakenaragaman
pendapatan, pemanfaatan hubungan sosial, memobilisasi anggota rumah tangga,
perubahan daerah tangkapan, dan memanfaatkan teknlogi tradisional.
Namun dengan studi kajian terdahulu yang sudah diuraikan diatas tentang kajian
adaptasi, hal yang belum di bahas dalam keterkaitan dengan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana bentuk strategi adaptasi nelayan di Kenjeran dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya pada ekologisnya yang ditengah perkotaan Surabaya dimana di
Kenjeran ini terdapat adanya pembangunan jembatan di tengah laut yang berdampak pada
ekologi serta perekonomian nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk
beradaptasi pada kondisi ekologi yang ada saat ini. Sehingga dalam penelitian ini
tujuannya untuk memgetahui kehidupan nelayan Kenjeran yang dimana dalam memenuhi
kebutuhannya masih serba kekurangan walaupun dilakukannya strategi-strategi yang
sudah dilakukan oleh para nelayan Kenjeran.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang digunakan untuk mengetahui
lebih banyak kehidupan sosial ekonomi nelayan yang berkaitan dengan ekologinya serta
mengetahui strategi adaptasi yang dilakukan nelayan dalam memenuhi kehidupannya
dengan keadaan lingkungannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Penelitian deskriptif berguna untuk penjelasan menjadi lebih sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Strategi penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus. Kasus yang dipilih dalam penelitian ini adalah
strategi adaptasi nelayan Kenjeran terhadap ekologisnya yang berada di tengah perkotaan
Surabaya. Pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara observasi
serta wawancara langsung pada informan.
Penelitian ini dilakukan di jl. Kenjeran, Kecamatan Sukolilo Larangan, Surabaya,
Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja karena dengan lokasi
Strategi Adaptasi Nelayan di Kenjeran, Kecamatan Sukolilo Larangan, Kabupaten
Surabaya, Provinsi Jawa Timur dalam Menghadapi Ekologinya.
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 119
di Kenjeran Surabaya ini merupakan daerah pesisir yang ada di Kota Surabaya, dimana
sebagian besar masyarakat di Kenjeran bermatapencaharian sebagai nelayan yang
menggantungkan hidupnya hanya pada hasil laut yang mereka dapat pada sehari-hari.
Dalam pengumpulan data menggunakan data primer dan data skunder. Data
primer yang diperoleh melalui teknik wawancara informan dengan menggunakan
pedoman wawancara yang disiapkan. Sedangkan pengumpulan datanya dari informan
yang dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara.
Selain menggunakan data primer dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder
yang merupakan data yang diperoleh dari buku, internet, jurnal penelitian yang kaitannya
dengan penelitian ini.
Dalam teknik analisis data dilakukan sejak awal melakukan pengumpulan data.
Hasil dari wawancara mendalam dan pengamatan (observasi) disajikan dalam bentuk
catatan harian yang dianalisis sejak pertama kali datang ke lapangan dan berlangsung
secara terus menerus yang terdiri dari pengumpulan data, analsis data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Pada saat ini masalah kemiskinan bukan hanya menjadi isu sosial yang
dibicarakan dengan lebih mengedepankan rasa kemanusiaan, namun juga telah menjadi
isu politik yang dipakai sebagai dasar untuk menilai kinerja pemerintahan. Secara
sosiologis, kemiskinan sesungguhnya bukanlah hal kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok atau standar hidup layak, tetapi lebih dari itu
kemiskinan merupakan hal yang mengaitkan kemungkinan orang atau keluarga miskin
itu untuk melangsungkan taraf kehidupannya. Studi yang dilakukan oleh Wigrjosorbroto
dkk (1992) tentang kehidupan masyarakat di Kota Surabaya menemukan bahwa
seseorang atau sebuah keluarga yang dijajah kemiskinan, mereka umumnya tidak
berdaya, kehidupannya serba kurang, dan cenderung sulit untuk telibat kedalam sektor
sektor yang membuat mereka dapat menjadikan dirinya ke tingkatan hidup yang
sejahterah, sedangkan untuk bertahan daam kehidupan fisiknya pada tingkatan yang
tersistem bagi keluarga miskin hampir menjadi sebuah hal yang tidak mungkin bila tidak
ditopang oleh jaringan dan pranata sosial di lingkungan sekitarnya. Faktor yang
disebabkan timbulnya kemiskinan diantaranya; rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya
derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan kondisi keterisolasian
Secara umum nelayan diartikan sebagai orang yang matapencahariaannya
mencari ikan, penangkap ikan dilaut. Nelayan adalah aktivitas dari manusia/ kelompok
yang kehidupannya bergantung langsung pada hasil laut, baik itu dengan cara menangkap
atau dengan membudidaya. Kelompok ini bertempat tinggal di pesisir pantai, dimana
lokasinya berdekatan langsung dengan lautan atau pantai yang memang sesuai dengan
kegiatannya sehari-hari. Kawasan pesisir pantai yang seharusnya kaya akan sumberdaya
perikanan dan biota laut yang mayoritas penduduknya merupakan nelayan seharusnya
mereka tidak tergolong pada kelompok masyarakat miskin, namun faktanya merekalah
yang sebagian besar merupakan kantong-kantong kemiskinan. Dari waktu ke waktu
masyarakat nelayan ini melawan ketidakpastian hidup terlebih pada nelayan yang melaut
ke lautan bebas. Saat mereka dilanda musim angin barat maka nelayan ini tidak bisa
mendapatkan penghasilan sama sekali. Alhasil keluarga mereka mengalami ketidak
cukupan untuk bertahan hidup. Dengan hal ini keluarga nelayan bekerjasama untuk
mencari penghasilan tambahan dengan mencari pekerjaan lain diluar melaut (Tain, 2013).
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
120 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Menurut Acheson dalam (Andrianti, 2012) kelompok masyarakat nelayan atau
masyarakat yang tinggal di pesisir pantai ini mengalami kehidupan yang kurang sejahtera
hal ini di karenakan adanya gangguan fluktuasi alam dimana pada saat musim angin barat
biasanya terjadi cuaca buruk dimana adanya ombak besar, angin kencang, badai dan harga
ikan di pasaran yang terjerat tengkulak. Menurut (Retno, 2016) jika dibandingkan dengan
kelompok masyarakat lain, kelompok petani dan nelayan ini termasuk dalam lapisan
kelompok sosial yang paling miskin, namun sebagian nelayan juga tidak bisa dikatakan
miskin. Pada umunya kelompok nelayan yang kaya atau biasa disebut dengan juragan ini
mereka akan melakukan gaya hidup yang konsumtif dimana penghasilan mereka diatas
rata-rata nelayan tradisional, mereka bisa membelanjakan uang mereka sesuai keperluan
mereka namun terkadang bukan kebutuhan pokok atau primer (Hamdani, 2013).
Di Surabaya tepatnya di pantai Kenjeran yang merupakan ikon kota Surabaya ini
membuat pemerintah semakin berbenah untuk melakukan perbaikan, pembenahan, dan
pembangunan area wisata pantai ria ini. Dengan adanya permasalahan yang ada saat ini
dikarenakan Covid-19 membuat pengunjung wisatawan pantai Kenjeran ini tidak seramai
biasanya. Hal ini membuat nelayan Kenjeran harus beradaptasi dengan adanya kondisi
saat ini dan juga faktor ekologi yang ada disekelilingnya. Penghasilan nelayan Kenjeran
Surabaya yang tidak menentu dikarenakan adanya faktor fluktuasi alam ditambah lagi
dengan kondisi permasalahan Covid-19 yang tak kunjung selesai pula. Para nelayan
Kenjeran mengklaim dirinya sama saja kondisi sebelum Covid dan saat Covid,
penghasilan mereka tetap tidak menentu dan penghasilannya pun sama, hal ini
dikarenakan masalah-masalah sosial yang mereka hadapi, seperti harus membayar hutang
mereka, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya sewa perahu (bagi kelompok
nelayan yang tidak memiliki perahu), dan membeli bensin untuk perahunya.
Mayoritas nelayan Kenjeran merupakan nelayan tradisional. Berdasarkan
pengertian nelayan tradisional adalah nelayan yang bekerja menggunakan perahu dan alat
tangkap yang sederhana. Nelayan Kenjeran merupakan nelayan pantai yang dapat pulang
setiap harinya. Nelayan Kenjeran dikatakan sebagai nelayan tradisional karena ia juga
menangkap ikan dengan jarak kurang lebih 4 mil, karena kondisi perahu yang digunakan
adalah perahu sederhana dan kecil. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya nelayan
Kenjeran memiliki strategi sendiri.
barang dalam rumah dijual nanti bisa dapet lagi beli lagi jadi kalo kata lagu itu
seperti “gali lubang tutup lubang” gitu lho jadi nanti musim ini dijual punya emas
ya di jual untuk apa? untuk buat makan nanti kalo dapet lagi ya beli lagi gitu
lho.” (Bapak Muslimin, 50 Tahun)
Dalam kehidupan perekonomian kehidupan nelayan terbilang sangat kurang,
karena dalam pendapatan kehidupannya tidak pasti dalam setiap harinya dan bergantung
cuaca. Pekerjaan sebagai nelayan tradisional hanya menggunakan alat tangkap yang ada
sehingga nelayan Kenjeran sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari kacamata
nelayan Kenjeran mengatakan bahwa hidupnya bagaikan “gali lubang tutup lubang”.
Mereka memanfaatkan barang atau harta benda yang ada di rumahnya untuk dapat
menutup kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara dijual. Bagi
mereka (nelayan) barang / atau harta benda yang ada dirumah dianggap mudah untuk di
dapat, dengan menjual barang ia dapat membelinya kembali saat memiliki pendapatan
yang lebih. Namun hal tersebut sulit dipungkiri bahwasanya dengan cara tersebut tetap
saja hidupnya serba kekurangan karena kehidupan diperkotaan tidaklah mudah.
Strategi Adaptasi Nelayan di Kenjeran, Kecamatan Sukolilo Larangan, Kabupaten
Surabaya, Provinsi Jawa Timur dalam Menghadapi Ekologinya.
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 121
Kemiskinan yang dialami nelayan merupakan kemiskinan struktural (Andrianti,
2012). yang dimaksud dengan kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita
oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut
menggunakan sumber sumber pendapatan yang seharusnya tersedia bagi mereka.
Nelayan kenjeran bekerja untuk hidupnya namun ia tidak dapat merasakan hasilnya
sendiri karena mereka menutup hutang yang ada pada juragan tersebut, hasil laut yang
seharusnya mendapatkan lebih namun tidak dapat ia nikmati. Dengan roda kehidupan
yang berputar seperti itu nelayan Kenjeran sulit dalam memenuhi kehidupannya,
sehingga nelayan Kenjeran termasuk golongan kelompok miskin. Tidak hanya karena
fluktuasi alam nelayan Kenjeran juga mengeluh atas alat tangkap yang mereka gunakan.
Saat mereka pergi melaut hanya bisa dengan 4 mil, dan alat tangkap yang digunakan.
Terdapat nelayan pula yang menggunakan alat yang lebih modern, namun mendapatkan
hasil banyak. Dampaknya kepada nelayan tradisional adalah tidak mendapatkan hasil
sebanyak nelayan yang menggunakan peralatan modern. Nelayan tradisional umumnya
menggunakan alat sederhana yang ramah lingkungan. Nelayan yang menggunakan alat
tidak ramah lingkungan mulai dilakukan pelarangan. Oleh karena itu kementrian kelautan
mulai menggunakan pelarangan tersebut. Dengan kemiskinan yang dialami oleh nelayan
Kenjeran sehingga mereka melakukan beberapa strategi adaptasi yang dilakukan guna
memenuhi kebutuhan hidupnya selama sehari-hari.
A. Diversifikasi Pekerjaan Sebagai Strategi untuk mempertahankan
kelangsungan hidup
Strategi adaptasi yang dilakukan oleh nelayan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup adalah dengan cara dilakumannya diversifikasi pekerjaan.
Diversifikasi merupakan sebuah alternatif pilihan mata pencahariaan yang dilakukan oleh
nelayan, baik dalam bidang perikanan maupun non perikanan. Beragam pekerjaan dapat
dimasuki oleh mereka yang bergantung pada sumber daya yang tersedia di tempat nelayan
tersebut. Menurut (Allison, 2001) mengatakan bahwa penganekaragaman dalam
pendapatan merupakan pilihan yang tepat dengan tingginya sebuah masalah yang dialami
nelayan dalam menghadapi fluktuasi musim ikan dan cuaca yang tidak menentu.
Masyarakat nelayan Kenjeran terbiasa dengan melakukan kerja sampingan untuk
melakukan diversifikasi pekerjaan. Masyarakat nelayan Kenjeran tergolong nelayan
tradisional, dengan teknologi penangkapan ikan yang sederhana sehingga ketergantungan
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
122 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
kepada alam amat besar. Musim panen ikan hanya berlangsung sekitar tiga hingga empat
bulan. Dalam kondisi semacam inilah nelayan sering menghadapi kesulitan dalam
perekonomian, oleh karena itu melakukan pekerjaan sampingan disaat para nelayan ini
tidak melaut merupakan hal yang lumrah apabila dilakukan. Kemampuan dan kemauan
nelayan Kenjeran untuk melakukan kerja sampingan guna terpenuhinya kebutuhan
hidupnya amat beragam. Ada nelayan yang terbiasa melakukan kerja sampingan yang
dilakukan saat tidak melaut.
Nelayan Kenjeran melakukan diversifikasi pekerjaan dengan memanfaatkan
perahunya untuk digunakan menjadi ojek pariwisata. Ojek pariwisata ini bentuk
diversifikasi pekerjaan bagi kelompok nelayan Kenjeran. Ojek perahu pariwisata ini
dilakukan oleh nelayan saat musim panen ikan sedang menurun, mereka melakukan
pekerjaan ini dengan cara menawarkan para pengunjung wisata Pantai Ria Kenjeran
dengan ongkos Rp. 5000 per-orang, dengan ongkos Rp. 5000 ini pengunjung diajak oleh
nelayan Kenjeran berkeliling Pantai Ria sekaligus untuk melihat Pulau Pasir yang diklaim
mengalami pendangkalan laut dikarenakan adanya pembangunan Jembatan Surabaya.
Dengan kerja sampingan yang dilakukan, nelayan Kenjeran perharinya dapat
mendapatkan uang hingga seratus seribu. Pekerjaan ini dilakukan sekedar untuk menutup
kebutuhan hidup sehari-hari. Ketika kondisi laut sudah memungkinkan, mereka segera
meninggalkan kerja sampingan untuk melaut. Ragam pekerjaan lain yang rutin adalah
kegiatan yang masih terkait dengan perikanan, misalnya mengawetkan ikan atau
mengasinkan ikan dan mencari teripang dipinggir pantai.
Penghasilan sebagai ojek perahu pariwisata biasanya dilakukan untuk menutup
hutang yang ada di tengkulak/juragan. Juragan adalah orang yang memiliki hak atas
kepemilikan perahu maupun alat tangkap. Perahu yang digunakan oleh nelayan Kenjeran
bukanlah kepemilikan secara pribadi namun ada beberapa yang meminjam kepada orang
yang disebut juragan. Tidak hanya meminjam perahu, nelayan juga meminjam uang
kepada juragan untuk membiayai kebutuhan hidupnya dan biaya sekolah anak. Mereka
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara baik karena roda kehidupan dimana
saat memiliki uang digunakan untuk memenuhi hidupnya dan membayar hutang pada
tengkulak, lalu saat mereka tidak memiliki uang mereka bekerja dengan melaut, saat
melaut hasil laut tersebut dijual di juragan tersebut dan dipotong dengan uang hutang
sebelumnya. Belum juga saat nelayan Kenjeran bekerja juga memerlukan biaya untuk
membeli solar, minyak tanah, dan peralatan lampu yaitu sebagai tanggung jawab pemilik
perahu.
“ Bu Saudah (isteri nelayan) Ya saya gak pernah dapet bantuan karena kan saya
seorang perempuan mbak kayak perahu gitu.. suami saya kerjae darat jadi
satpam aslie lho Cuma nelayan seng punya perahu tok seng dapet bantuan
bantuan mesin jaring gitu
Untuk nelayan yang meminjam perahu pada juragan, ia hanya menyumbang tenaga saja.
Saat adanya bantuan dari pemerintah yang mendapat keuntungan yaitu bagi pemilik
perahu saja namun nelayan yang meminjam tersebut tidak mendapat bantuan. Rendahnya
keterampilan nelayan untuk melakukan diversifikasi kegiatan penangkapan dan
keterikatan yang kuat terhadap pengoperasian satu jenis ala tangkap telah memberikan
kontribusi terhadap timbulnya kemiskinan nelayan.
Kegiatan ini berjalan bukan tanpa hambatan. Hambatan yang datang dari kondisi
lingkungan pesisir pantai Kenjeran. Kondisi pendangkalan pantai yang disebabkan oleh
pembangunan jembatan membuat nelayan susah saat melakukan ojek perahu wisata
karena nelayan harus menarik perahunya dengan membawa beban penumpang yang
Strategi Adaptasi Nelayan di Kenjeran, Kecamatan Sukolilo Larangan, Kabupaten
Surabaya, Provinsi Jawa Timur dalam Menghadapi Ekologinya.
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 123
banyak. Selain hambatan yang dirasakan pada saat ojek perahu wisata, ada pula hambatan
yang dirasakan saat mencari teripang di tepian pantai Kenjeran yang dikarenakan
banyaknya lumpur sehingga kesusahan untuk mencari teripang.
B. Memanfaatkan Hubungan Sosial
Strategi adaptasi dengan memanfaatkan hubungan sosial merupakan salah satu
strategi adaptasi rumah tangga nelayan Kenjeran guna memenuhi kehidupan sehari-hari.
Strategi hubungan sosial yang umum dilakukan pada kelompok nelayan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dibidang kenelayanan (missal pemasaran hasil untuk memenuhi
kebutuhan pokok). Semua rumah tangga nelayan memiliki hubungan sosial yang bersifat
informal. Menurut (Alfiasari, 2009) jaringan informal ini menjadi adanya kepercayaan
dan hubungan satu sama lain yang lebih umum dan bersifat personal. Ikatan yang lebih
umum dan personal ini dijadikan hubungan sosial antar rumah tangga sehingga menjadi
lebih dekat. Sehingga hubungan sosial tersebut dapat menjadikan untuk mencari hal yang
luas dalam mengoptimalkan sumberdaya yang ada dalam hal meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga nelayan Kenjeran.
Pada kelompok nelayan terdapat hubungan patron-klien yang terjadi pada
hubungan sosialnya. Peran patron yaitu pengepul hasil tangkapan nelayan, sedangkan
peran klien yaitu kelompok nelayan itu. Hubungan patron-klien yang dijalankan oleh
nelayan Kenjeran dibentuk karena adanya kepentingan yakni hubungan yang bertujuan
tertentu atau tujuan khusus. Tujuan keduanya dalam menjalani hubungan patron-klien ini
adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa barang dan jasa atau sumberdaya lain yang
tidak dapat diperoleh melalui cara lain atas pengorbanan yang telah diberikan. Patron
memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan nelayan dengan harga murah dan
memberikan kredit atau pinjaman uang dengan bunga yang tinggi. Sedangkan klien yaitu
nelayan Kenjeran ini berkepentingan mendapatkan jaminan sosial ekonomi berupa
pinjaman uang disaat situasi yang susah, bantuan barang atau keperluan alat tangkap.
Hubungan patron-klien ini terus menerus berlangsung lama. Awalnya hubungan
patron-klien ini dijalankan dengan intensitas yang jarang, artinya nelayan Kenjeran
membutuhkan bantuan dari patron hanya pada saat tertentu saja, seperti pada saat
mendaftarkan anaknya sekolah dan kegiatan incidental lainnya. Namun sejak adanya
perubahan ekologi menyebabkan menurunnya hasil tangkapan nelayan, maka jalinan
patron-klien ini semakin sering dimanfaatkan nelayan untuk menjamin kelangsungan
hidupnya.
C. Penganekaragaman Alat Tangkap
Strategi berikutnya yang dilakukan oleh nelayan Kenjeran adalah
menganekaragamkan alat tangkapnya. Terdapat beberapa alat tangkap digunakan oleh
nelayan Kenjeran dengan kondisi cuaca yang tidak menentu dan musim panen ikan yang
tidak pasti. Biasanya nelayan Kenjeran menggunakan penganekaragaman alat
tangkapnya dengan menyesuaikan musim dalam menangkap hasil lautnya. Beragamnya
jenis alat tangkapnya dan ukuran akan menyebabkan bervariasi pula teknik yang
digunakan untuk menangkap ikan. Menurut (Badjeck, 2010) kapasitas untuk cepat
beradaptasi terhadap perubahan ekologis melalui penggunaan teknik tangkap dan alat-
alat merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap matapencahariaan nelayan.
Minimnya teknologi penangkapan dan akses informasi mengenai jenis alat
tangkap yang ideal digunakan pada saat-saat tertentu menyebabkan nelayan biasanya
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
124 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
mengganti alat tangkapnya berdasarkan informasi dari sesama nelayan. Alat tangkap
nelayan Kenjeran menggunakan alat tangkap tradisional yang bervariasi, seperti alat
tangkap kepiting laut dan darat, alat tangkap udang rebon, alat tangkap ikan beranak, dan
masih banyak lagi. Dengan alat tangkap yang bervariasi ini nelayan Kenjeran mengikuti
musim hasil laut yang ada, saat dimana musim hasil laut yang sedang banyak maka alat
tersebut yang akan digunakan oleh nelayan Kenjeran. Biasanya hasil tangkapnya akan di
jual ke pengepul ikan, hasil dari panen yang dijual ke pengepul tersebut digunakan untuk
kebutuhan sehari-harinya. Hasil yang didapat biasanya tergantung banyaknya hasil panen
ikan yang didapat oleh nelayan kisaran dua ratus hingga tiga ratus seribu, penghasilan
nelayan Kenjeran ini tergantung dari pengepul akan menaikan harga atau tidak. Hasil
penjualan tergolong pas-pasan setidaknya bagi nelayan cukup untuk kebutuhan
pembiayaan anak untuk sekolah.
D. Mobilisasi Rumah Tangga
Dalam memenuhi kebutuhan hidup yang selalu dihadapi oleh keluarga atau rumah
tangga adalah bagaimana individu-individu yang ada didalamnya harus berusaha
maksimal dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga
kelangsungan hidupnya terpelihara. Mobilisasi rumah tangga nelayan diartikan sebagai
kegiatan yang mengikutsertakan anggota rumah tangga nelayan untuk bekerja baik sektor
perikanan maupun diluar sektor perikanan.
Menurut (Andrianti, 2012) salah satu strategi adaptasi yang dilakukan didalam
rumah tangga nelayan untuk mengatasi kesulitan ekonomi yaitu dengan mendorong para
istri mereka untuk ikut mencari nafkah. Kontribusi perempuan dalam memenuhi
kebutuhannya sangat membantu pekerjaan seorang nelayan. Perempuan-perempuan yang
terlibat dalam aktivitas mencari nafkah merupakan seseorang yang dianggap penting
dalam perubahan perekonomian seorang nelayan.
Dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, peranan istri cukup penting. Para istri
nelayan bertugas sepenuhnya dalam mengatur pengeluaran rumah tangga dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan tingkat penghasilan yang diperoleh. Pekerjaan yang
dilakukan oleh istri nelayan Kenjeran untuk membantu perekonomian keluarganya adalah
dengan ikut kerja pada orang yang memiliki usaha ikan asin disini istri nelayan
memasarkan hasil ikan yang sudah diolah menjadi makanan berupa kerupuk, selain itu
juga menjadi pengelola hasil ikan seperti membersihkan sisik ikan dan membuka
tempurung kerang sekaligus mengeluarkan isi kerang, pencari teripang, pembantu rumah
tangga, serta pengolahan hasil ikan seperti mengasinkan ikan dan mengasapi ikan. Pada
umumnya, bervariasinya pekerjaan yang dilakukan oleh seorang istri nelayan masih tidak
jauh dengan sektor hasil laut melainkan perikanan. Hasil kerja seorang istri nelayan akan
menambah keuangan rumah tangga, karena pendapatan yang diperoleh suami belum
cukup dalam memenuhi sebuah kebutuhan hidup sehari-hari.
Istri nelayan di Kenjeran tidak hanya melakukan kegiatan domestik tetapi juga
melakukan pekerjaan sampingan yang dapat menambah penghasilan rumah tangganya.
Pada kegiatan membuat kesenian dari cangkang keong pantai dimana mereka membuat
kesenian tersebut dihargai Rp. 10.000 hingga Rp. 20.000 per barang. Didalam sebuah
kegiatan usaha ekonomi lainnya, beberapa istri nelayan juga ada yang membuka warung
kecil yang menjual minuman di daerah pantai Kenjeran dan membuat hasil kesenian yang
lainnya.
Strategi Adaptasi Nelayan di Kenjeran, Kecamatan Sukolilo Larangan, Kabupaten
Surabaya, Provinsi Jawa Timur dalam Menghadapi Ekologinya.
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 125
Kesimpulan
Bedasarakan hasil pembahasan dari tujuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
bentuk perubahan ekologis yang dirasakan oleh nelayan di Kenjeran adalah meliputi
perubahan pada ekosistem laut yang disebabkan karena fluktuasi alam yaitu perubahan
alam yang terjadi pada saat melaut. Perubahan ekologis yang dirasakan oleh nelayan
Kenjeran berpengaruh pada kehidupannya sehingga dampak sosial ekonomi yang
dirasakan oleh nelayan Kenjeran adalah dengan menurunnya hasil laut yang didapat oleh
nelayan Kenjeran. Dengan pekerjaan yang bergantung pada lingkungannya menjadikan
nelayan Kenjeran harus melakukan strategi adaptasi dalam memenuhi kebutuhan sehari-
harinya yang lebih didominasi oleh pola adaptasi yang sifatnya reaktif. Strategi adaptasi
yang dilakukan oleh nelayan adalah seperti diversifikasi pekerjaan, strategi
penganekaragaman alat tangkap, strategi memanfaatkan hubungan sosial, dan strategi
mobilisasi anggota keluarganya.
Ni Nengah Dea Ayu Ferina
126 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Bibliography
Alfiasari, M. (2009). Modal Sosial dan Ketahanan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan
Tanah Sereal dan Kecamatan Bogor Timur, Kota Bpgor. Jurnal Sodality vol. 03, No. 01
.
Allison, E. E. (2001). The livelihoods approach and management of small-scale fishers.
Marine Policy , 377-388.
Andrianti, R. (2012). Antropologi Maritim. Surabaya: Revka.
Badjeck, M. e. (2010). Impacts of elimate variability and change on fishery-based
livehood. Journal of Marine Policy, 34 , 375-383.
Bennet, J. W. (1976). The Ecological Transition: Cultural Anthropology and Human
Adaption. England: Pergamon Press Ltd.
Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Hamdani, H. &. (2013). Faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan Tradisional (The Factor
Of Poverty Causes Traditional Fisherman). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa .
Hardiyanti, F. (2016). Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya
Berbasis Potensi Wilayah. Sains dan Seni ITS, Th. 5(2) , 293-298.
Imron, M. (2003). Kemiskinan Dlama Masyarakat Nelayan. Masyarakat dan Budaya, Th
5(1) , 1-20.
Nurisnaeny, P. S. (2016). Adaptasi Nelayan Kawasan Perbatasan Di Desa Sei Pancang
Kecamatan Sebatik Utara Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Tengah. Journal
Communicate Volume 1 (2) .
Retno, A. (2016). Kmebali Melaut: Industri dan Jasa Maritim dalam Visi Poros Maritim
Dunia. . Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman RI dan PUSHANKAM UPN
"Veteran". Yogyakarta , 69-82.
Smith, K. (1985). The Teritorial Dimension Of The State. London: Publishing House.
Surur, F. (2015). Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Ekologis Danau Tempe
di Desa Pallimae Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota , 100-102.
Tain, A. (2013). Faktor Dominan Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga Nelayan Motor
Tempel di Wilayan Tangkap Lebih Jawa Timur. Sosiohumaniora , 35-44.
Wiyono, E. S. (2008). Strategi Adaptasi Nelayan Cirebon, Jawa Barat. Billetin PSP. Vol
XVII. No.3. Desember 2008 , 357-360.