Konstruksi Strategi Kompartementalisasi Australia Dalam Hubungan Diplomatik Dengan
Republik Rakyat Tiongkok Masa Kepemimpinan Scott Morrison
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 395
berdasarkan asumsi bahwa pengambilan keputusan dalam setiap interaksi dan tindakan
Negara adalah individu atau kelompok tertentu, seperti presiden, perdana menteri, atau
aktor spesifik lainnya. Dalam menggunakan level analisis individu, peneliti
menggunakan berbagai macam perspektif, baik menggunakan perspektif realis yang
menekankan pada rasionalitas aktor (Nye, 2019), perspektif kognitif yang menekankan
karakteristik atau personalitas pemimpin (Hussain & Shakoor, 2017), maupun
konstruktivisme yang menyertakan unsur-unsur non-material dalam pilihan tindakan
aktor. Dari beragam cara analisis tersebut, penelitian ini menggunakan konstruktivisme
sebagai kerangka analisis.
Konstruktivisme memandang fenomena hubungan internasional dengan tidak
terpacu pada faktor kepentingan saja. Menurut (Darmawan, Dwianto, & Akmala, 2022),
pada dasarnya konstruktivisme melihat hubungan antarnegara dalam komunitas
internasional dari beberapa unsur seperti proses pembelajaran, interaksi antarsubjek
yang dibentuk oleh identitas, nilai-nilai, kepentingan dan intensi atau maksud yang
kemudian membentuk pola hubungan antara teman atau musuh. Secara sederhana,
konstruktivisme melihat dunia sebagai konstruksi sosial. Konstruktivis cenderung
melihat proses sosialisasi dan pembelajaran dari norma, nilai, dan prinsip yang dialami
oleh aktor yang berlaku di lingkungan serta budaya sekitarnya dan kemudian diterapkan
sebagai kebijakan suatu Negara (Hadiwinata, 2017).
Konstruktivis memperhatikan faktor linguistik dalam membentuk persepsi
hubungan antar aktor yang dapat membentuk pola hubungan “pertemanan” atau
“permusuhan”. Seperti komunikasi simbolik atau bahasa yang mengandung
kepentingan, intensi atau identitas merupakan “bahan mentah” yang mengandung
otensitas dan originalitas tinggi. Dalam prakteknya, “bahan mentah” dapat dilihat dari
pernyataan para agen. Sedangkan fakta-fakta yang tetap merupakan “bahan jadi” yang
telah mengalami penyederhanaan dengan menghilangkan bagian-bagian yang absurd
dan tidak masuk akal. Dalam prakteknya, “bahan jadi merupakan dokumen resmi suatu
Negara / lembaga seperti kebijakan, peraturan, perjanjian, dan lain-lain
Aspek penting selanjutnya dalam konstruktivisme adalah alasan dan penyebab.
Konstruktivisme sering mendasarkan analisisnya pada kausalitas (sebab-akibat) atau
menitikberatkan pada pertanyaan seperti “apa yang menyebabkan aktor bertindak”.
Sekilas tampak bahwa kausalitas dalam teori konstruktivis hanya menyangkut
pemilihan istilah yang dimaksudkan untuk menggantikan kata alasan yang memotivasi
aktor untuk melakukan tindakan tertentu atau menemukan hubungan antara aktor,
norma, dan identitas. Namun, pada kenyataannya persoalannya tidak sesederhana itu
karena terdapat beda yang signifikan antara penyebab yang dilandasi oleh logika dan
hukum-hukum tertentu dengan alasan yang menyangkut itensi subjektif. Sederhananya,
analisis kontruktivis hanya perlu menunjukkan alasan dan itensi / maksud dari para
aktor dalam melakukan tindakan tertentu terlepas dari istilah yang mereka pakai
(Hadiwinata, 2017)
Kajian tentang hubungan diplomatik Australia – RRT sudah pernah di bahas oleh
beberapa pengamat diantaranya yakni (Sward, 2022) dalam penelitiannya yang berjudul