pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 4, No. 4, April 2023 http://jist.publikasiindonesia.id/
Doi : 10.59141/jist.v4i4.598 392
KONSTRUKSI STRATEGI KOMPARTEMENTALISASI AUSTRALIA DALAM
HUBUNGAN DIPLOMATIK DENGAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK
MASA KEPEMIMPINAN SCOTT MORRISON
Stefanus Hendri Putra
Universitas Paramadina Jakarta, Indonesia
*Correspondence
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
: 30-03-2023
Direvisi
: 04-04-2023
Disetujui
: 14-04-2023
Hubungan diplomatik antara Australia dan Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) memanas pada masa kepemimpinan Scott Morrison. Arah
kebijakan Luar Negeri Partai Liberal yang menitikberatkan kepada
sektor keamanan sedikit banyak mempengaruhi arah kebijakan Luar
Negeri Scott Morrison selama 3 tahun masa kepemimpinannya. Di
Australia dikenal akan strategi kompartementalisasi yang di cetus oleh
Perdana Menteri Bob Hawke di mana memiliki fokus menempatkan
semua perbedaan penting dari hubungan Australia dan RRT kedalam
sebuah kotak dan memisahkan mereka di satu tempat. Lantas,
bagaimana konstruksi dari strategi kompartementalisasi selama masa
pemerintahan Scott Morrison?. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami ide dan persepsi strategi kompartementalisasi Australia
dalam hubungan diplomatik dengan RRT selama masa pemerintahan
Scott Morrison. Metode penelitian yang dipakai adalah dalam koridor
kajian kualitatif dan bersifat deskriptif. Hasil konstruksi menunjukkan
bahwa strategi kompartementalisasi tidak relevan bila digunakan dalam
menjalin hubungan diplomatik dengan RRT selama masa pemerintahan
Scott Morrison. Arah kebijakan Luar Negeri Morrison dalam
penerapannya banyak dipengaruhi oleh arah kebijakan dari partai
pengusung yakni Liberal serta berkiblat pada Negara aliansi akibat dari
semakin agresifnya RRT di kancah internasional. Morrison berdalih
memprioritaskan hubungan ekonomi politik yang erat dengan RRT
namun dalam prakteknya lebih berfokus pada upaya menghentikan
pengaruh RRT di Australia dengan dalih kepentingan nasional.
Beberapa aksi yang membuat geram RRT dan dinilai konfrontatif
diantaranya tuntutan Morrison kepada RRT akan asal usul virus Covid
19 dan kesepakatan AUKUS guna mengimbangi kekuatan RRT di Indo
Pasifik.
ABSTRACT
Diplomatic relations between Australia and the People’s Republic of
China (PRC) were inflamed during Scott Morrison’s leadership. The
Liberal Party’s foreign policy direction which focuses on the security
sector has more or less influenced Scott Morrison’s foreign policy
direction during his 3 years of leadership. In Australia, the
compartementalisation strategy well known and initiated by Prime
Minister Bob Hawke which has a focus on placing all the differences
between Australia and the PRC into a box and separating them in one
place. So, how was the construction of the compartementalisation
strategy during the leadership of Scott Morrison? The purpose of this
research is to observe an idea and perception of Australia’s
compartementalisation strategy in a diplomatic relations with PRC
during the leadership of Scott Morrison. The research method is in the
corridor of qualitative and descriptive. The construction result of the
research has shown that compartemtalisation strategy was not
relevance if implementing in diplomatic relationship with PRC during
Kata kunci:
Kompartementalisasi;
Konstruktivisme; Ekonomi
Politik; Australia & RRT.
Keywords: Complementary;
Constructivism; Political
Economic; Australia & PRC
Konstruksi Strategi Kompartementalisasi Australia Dalam Hubungan Diplomatik Dengan
Republik Rakyat Tiongkok Masa Kepemimpinan Scott Morrison
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 393
the leadership of Scott Morrison. Scott Morrison’s direction of
Australia’s foreign policy was influenced by the policy of the
supporting party direction, and oriented on alliance state as a result of
PRC’s aggressiveness in international relationship. Scott Morrison
argued that prioritized a close political economy relationship with the
PRC but practically restrain PRC’s influence in Australia under the
name of National Interest. Some of the actions that angered the PRC
and were considered as confrontational are asking about the origin of
Covid 19 and AUKUS trilateral security pact for balancing PRC’s
power in the Indo Pasific.
Attribution-ShareAlike 4.0 International
Pendahuluan
Dahulu Asia di anggap sebagai benua yang miskin, namun Bob Hawke
membayangkan Asia sebagai benua yang berpotensi kaya. Pada tahun 1984 hanya
sedikit orang yang mengetahui kemana arah dari kebangkitan RRT, namun kebijakan
RRT Hawke yang berpandangan jauh ke depan bertepatan dengan meningkatnya
optimisme pada dekade 1980an (Fitzsimmons, 2022). Hawke melihat RRT sebagai
pasar yang sedang berkembang sehingga menginisiasi strategi kompartementalisasi
yang mana inti dari strategi tersebut adalah menempatkan semua perbedaan penting dari
hubungan bilateral Australia dengan RRT kedalam sebuah kotak dan memisahkannnya
di satu tempat. Strategi ini memungkinkan pemerintah Hawke memiliki visi yang jelas
tentang apa yang ingin dicapai dari hubungan bilateral dengan RRT sekaligus juga
menangani dan mengelola isu-isu diplomatik yang sensitif dan mengkhawatirkan publik
Australia secara efektif (Pekkanen, John Ravenhill, & Baihaqi, 2021). Tujuan utama
strategi kompartementalisasi sangat jelas yakni memandang kebangkitan RRT sebagai
peluang daripada ancaman, karena jika dilihat sebagai ancaman maka Australia akan
kembali ke Negara yang berwawasan rendah. Hawke ingin Australia melihat
kebangkitan RRT sebagai hal yang wajar yang akan menciptakan banyak peluang,
bukan fenomena yang mengancam kepentingan nasional Australia (The Conversation,
2016). Sekarang ini hubungan bilateral antara Australia dan RRT di donimasi oleh
ikatan sumber daya sehingga interdependensi tidak dapat diingkari (Zheng, 2014)
Dengan memisahkan manfaat positif RRT ke dalam suatu kompartemen dan
menempatkan hal yang sensitif ke kompartemen yang lainnya sehingga pemerintah
Hawke dapat lebih fokus pada kepentingan utama Australia dalam bisnis, perdagangan,
keuangan, pendidikan, dan pariwisata. Secara keseluruhan, strategi kompartementalisasi
Hawke sangat efektif dan memungkinkan kebijakan RRT Hawke berkembang secara
pragmatis dan seimbang, meskipun masih ada keraguan atas perkembangan RRT di
kemudian hari. Pemerintahan Hawke terutama berfokus pada peningkatan ekspor ke
Negara-negara utama Asia yakni RRT. Berdasarkan data yang dihimpun penulis dari
berbagai sumber Hawke mengambil pendekatan multifaset yang berfokus pada tiga
bidang utama yakni (1) pertukaran ekonomi dan perdagangan antara kedua Negara. (2)
meningkatkan hubungan diplomatik antara Canberra dan Beijing. (3) Menyeimbangkan
Stefanus Hendri Putra
urnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 394
pertimbangan geostrategis selama titik kritis dalam hubungan bilateral. Namun
demikian, Hawke tetap memiliki komitmen yang kuat terhadap aliansi Amerika Serikat
(AS). Strategi kompartementalisasi Hawke dinilai membawa pengaruh yang signifikan
dan berhasil dengan baik. Mempromosikan bentuk keterlibatan ekonomi yang berfokus
pada institusi dan dialog multilateral. Terobosan yang diinisasinya adalah membentuk
Masyarakat Ekonomi Asia-Pasifk (APEC) tahun 1989 yang mana menekankan pada
pendekatan kebijakan RRT dengan melihat potensi manfaat ekonomi yang akan
mengalir dari membangun hubungan yang lebih dekat dengan RRT. Hal tersebut juga
sejalan dengan arah kebijakan partai yang dipimpinnya yakni partai Buruh yang mana
fokus pada menyeimbangkan masalah hak asasi manusia dengan kepentingan ekonomi
yang lebih luas dari hubungan bilateral. Strategi kompartementalisasi yang diinisiasi
Hawke ternyata tetap menjadi pedoman bagi penerusnya di pemerintahan (Mulyawan,
2014).
Scott Morrison terpilih sebagai pemimpin Partai Liberal ke 14 pada 24 Agustus
2018. Hal tersebut juga membawanya ke pucuk pimpinan tertinggi politik di Negara
Kangguru tersebut. Partai Liberal sendiri dikenal sebagai partai yang memiliki ideologi
lebih konservatif yakni mempertahankan apa yang telah ada. Partai Liberal sangat kuat
kerterikatannya dengan Negara Aliansi seperti Amerika Serikat dan Britania Raya. Tiga
tahun masa pemerintahan Scott Morrison di rasa sebagian pihak adalah sebagai masa
terburuk untuk hubungan antara Australia dan RRT (Syafiqa, 2016). Pemerintahan
Morrison mewarisi hubungan dengan RRT yang panas serta terkena dampak negative
akibat dari pergeseran geostrategis di linkungan internasional maupun politik Dalam
Negeri. Walaupun diawal pemerintahannya Morrison tampak berhati-hati dengan tidak
mengkritik RRT namun pada akhirnya Morrison semakin melihat RRT melalui lensa
ancaman dan ingin melakukan lindung nilai semaksimal mungkin dan mengakomodasi
kepentingan nasional RRT seminimal mungkin. Hal tersebut tercermin pada pidatonya
di Washington pada akhir September 2019 di AS dan awal Oktober di Lowy Institute
yang mengisyaratkan sikap keras terhadap RRT dalam masalah perdagangan (Symonds
et al., 2019). Terdapat dua peristiwa atau aksi yang diinisiasi Morrison selama dia
menjabat yang berdampak buruk terhadap hubungan ekonomi politik Australia - RRT
yakni (1) memutuskan untuk berada di depan dalam mengusut tuntas asal muasal
pademi Covid 19. (2) kemitraan keamanan AUKUS dengan Inggris dan AS dengan
tujuan tersirat untuk mengimbangi RRT di Asia Pasifik. Ini merupakan perubahan
dalam permainan di mana menyoroti elemen baru dalam visi strategis Australia
terhadap RRT (Hughes, Patalano, & Ward, 2021). Lantas dengan semakin buruknya
hubungan antara Australia dan RRT semasa pemerintahan Scott Morrison apakah dapat
dikatakan strategi kompartementalisasi yang diwariskan oleh Hawke tidak layak lagi
dipakai atau Morrison mengabaikan dan mengambil jalan yang lain atau kondisi global
saat ini yang menyebabkan strategi kompartementalisasi menjadi tidak relevan.
Memahami peran atau pengaruh seorang pemimpin merupakan bentuk dari level
analisis individu dalam hubungan internasional. Level analisis individu menggunakan
pendekatan aktor tertentu yang lebih spesifik dalam hubungan internasional,
Konstruksi Strategi Kompartementalisasi Australia Dalam Hubungan Diplomatik Dengan
Republik Rakyat Tiongkok Masa Kepemimpinan Scott Morrison
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 395
berdasarkan asumsi bahwa pengambilan keputusan dalam setiap interaksi dan tindakan
Negara adalah individu atau kelompok tertentu, seperti presiden, perdana menteri, atau
aktor spesifik lainnya. Dalam menggunakan level analisis individu, peneliti
menggunakan berbagai macam perspektif, baik menggunakan perspektif realis yang
menekankan pada rasionalitas aktor (Nye, 2019), perspektif kognitif yang menekankan
karakteristik atau personalitas pemimpin (Hussain & Shakoor, 2017), maupun
konstruktivisme yang menyertakan unsur-unsur non-material dalam pilihan tindakan
aktor. Dari beragam cara analisis tersebut, penelitian ini menggunakan konstruktivisme
sebagai kerangka analisis.
Konstruktivisme memandang fenomena hubungan internasional dengan tidak
terpacu pada faktor kepentingan saja. Menurut (Darmawan, Dwianto, & Akmala, 2022),
pada dasarnya konstruktivisme melihat hubungan antarnegara dalam komunitas
internasional dari beberapa unsur seperti proses pembelajaran, interaksi antarsubjek
yang dibentuk oleh identitas, nilai-nilai, kepentingan dan intensi atau maksud yang
kemudian membentuk pola hubungan antara teman atau musuh. Secara sederhana,
konstruktivisme melihat dunia sebagai konstruksi sosial. Konstruktivis cenderung
melihat proses sosialisasi dan pembelajaran dari norma, nilai, dan prinsip yang dialami
oleh aktor yang berlaku di lingkungan serta budaya sekitarnya dan kemudian diterapkan
sebagai kebijakan suatu Negara (Hadiwinata, 2017).
Konstruktivis memperhatikan faktor linguistik dalam membentuk persepsi
hubungan antar aktor yang dapat membentuk pola hubungan “pertemanan” atau
“permusuhan”. Seperti komunikasi simbolik atau bahasa yang mengandung
kepentingan, intensi atau identitas merupakan “bahan mentah” yang mengandung
otensitas dan originalitas tinggi. Dalam prakteknya, “bahan mentahdapat dilihat dari
pernyataan para agen. Sedangkan fakta-fakta yang tetap merupakan “bahan jadi” yang
telah mengalami penyederhanaan dengan menghilangkan bagian-bagian yang absurd
dan tidak masuk akal. Dalam prakteknya, “bahan jadi merupakan dokumen resmi suatu
Negara / lembaga seperti kebijakan, peraturan, perjanjian, dan lain-lain
Aspek penting selanjutnya dalam konstruktivisme adalah alasan dan penyebab.
Konstruktivisme sering mendasarkan analisisnya pada kausalitas (sebab-akibat) atau
menitikberatkan pada pertanyaan seperti “apa yang menyebabkan aktor bertindak”.
Sekilas tampak bahwa kausalitas dalam teori konstruktivis hanya menyangkut
pemilihan istilah yang dimaksudkan untuk menggantikan kata alasan yang memotivasi
aktor untuk melakukan tindakan tertentu atau menemukan hubungan antara aktor,
norma, dan identitas. Namun, pada kenyataannya persoalannya tidak sesederhana itu
karena terdapat beda yang signifikan antara penyebab yang dilandasi oleh logika dan
hukum-hukum tertentu dengan alasan yang menyangkut itensi subjektif. Sederhananya,
analisis kontruktivis hanya perlu menunjukkan alasan dan itensi / maksud dari para
aktor dalam melakukan tindakan tertentu terlepas dari istilah yang mereka pakai
(Hadiwinata, 2017)
Kajian tentang hubungan diplomatik Australia RRT sudah pernah di bahas oleh
beberapa pengamat diantaranya yakni (Sward, 2022) dalam penelitiannya yang berjudul
Stefanus Hendri Putra
urnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 396
“An Empirical Study of China-Australia Bilateral Trade Potential Based on Gravity
Model” yang mana menyimpulkan bahwa skala perdagangan, komplementaritas
perdagangan, dan potensi perdagangan antara Australia dan RRT terus berkembang.
Namun, dari perspektif neraca perdagangan, RRT selalu berada pada posisi Negara
defisit, dan defisit yang besar, terutama dalam hal produk primer. Dilihat dari indeks
integrasi perdagangan, integrasi perdagangan RRT dengan Australia secara umum
menunjukkan tren yang meningkat, yang mengindikasikan bahwa ketergantungan
perdagangan antara RRT dan Australia secara bertahap semakin meningkat. Selain itu
ada juga penelitian dari Yixiao Zheng yakni dengan judul “Complex Interdependence
and China’s engagement with Australia”, dimana pada penelitian tersebut
menitikberatkan pada faktor domestik RRT yang mana sebenarnya membutuhkan
sokongan sumber daya dan dalam hal ini sangat membutuhkan pasokan dari Australia.
Sedangkan di posisi Australia membutuhkan RRT sebagai pasar yang besar dan sumber
devisa. Berdasarkan referensi kedua penelitian diatas, dalam penelitian ini lebih
berfokus pada konstruksi strategi kompartementalisasi yang diinisiasi oleh Bob Hawke
dalam hubungan ekonomi politik Australia dan RRT pada 3 tahun periode pemerintahan
Scott Morrison. Pentingnya pada penelitian ini yakni penulis mencoba
mengkonstruksikan kembali strategi kompartemantalisasi tsb. untuk lebih memahami
ide dan persepsi serta apakah masih relevan untuk diterapkan.
Metode Penelitian
Penelitian ini di tangkap dalam koridor kajian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk dapat memahami fenomena sosial tentang
apa yang di alami subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan
yang dijelaskan secara deskriptif menggunakan kata kata dan bahasa dengan
memanfaatkan berbagai metode saintifik. Penelitian ini bersifat deskriptif karena
menjelaskan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi dan mengidentifikasi mengapa
hal tersebut dapat terjadi dengan cara mengintepretasikan informasi yang ada secara
lebih komprehensif dan mendalam.
Metode ini penulis menilai sebagai sebuah metode yang tepat agar pengukuran
serta analisis dapat dijalankan dengan efektif dan tepat sasaran dan juga agar
pengembangan konsep dan penghimpunan fakta tidak dengan melakukan pengujian
hipotesis semata. Data yang digunakan dalam literatur ini adalah data - data sekunder
yang diperoleh melalui studi literatur yang mana merupakan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah informasi dari buku-buku akademik,
jurnal, website, yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian sebagai
bahan rujukan, memperoleh data teoritis, serta mendukung kebenaran data penelitian
(Danial & Warsiah, 2009).
Analisis yang penulis lakukan adalah terbatas pada isu-isu ekonomi politik dan
keamanan terhadap kepentingan nasional Australia menggunakan kajian
konstruktivisme. Penelitian ini berada pada sudut pandang Australia semasa
pemerintahan Scott Morrison periode 23 Agustus 2018 23 Mei 2022.
Konstruksi Strategi Kompartementalisasi Australia Dalam Hubungan Diplomatik Dengan
Republik Rakyat Tiongkok Masa Kepemimpinan Scott Morrison
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 397
Hasil dan Pembahasan
1. History (Sejarah)
a. Learning (Pembelajaran)
Saat Hawke menduduki posisi puncak kepemimpinan politik Australia, RRT
dipandang sebagai Negara dengan potensi yang besar namun ideologi komunis dan
ketimpangan di masyarakat yang menjadi dilemma bagi Negara-negara dunia dalam
melakukan Kerjasama. Harapan Hawke pada saat itu adalah RRT menjadi lebih
demokratis dengan semakin industrialisasi dan modernisasinya dalam kerangka sistem
internasional. Hawke melihat RRT sebagai pasar yang sedang berkembang namun
sangat besar untuk bahan mentah dan kunjungannya pada Februari 1984 ke RRT
merupakan momen penting dalam mengintegrasikan Australia dan industri baja RRT
(Preston, 2017).
Pemerintahan Hawke tidak melihat dan menyadari bahwa di masa depan RRT
bakal begitu raksasa dan dianggap tidak begitu penting sehingga tidak adanya kebijakan
khusus bagi RRT. Namun demikian, hal tersebut menjadi positif karena tidak menjadi
beban dalam bekerjasama. Oleh sebab itu, strategi kompartementalitas dapat berjalan
dengan baik. Australia mencoba mengesampingkan masalah terkait hak asasi manusia,
ideologi, otoriter, dsb. dan lebih fokus kepada hal yang menguntungkan bagi kedua
Negara yakni di sektor perdagangan.
Berbeda halnya dengan masa pemerintahan Scott Morrison yang mana peralihan
pemerintahan dari Turnbull membawa beban dimana RRT telah menjadi raksasa
pengaruhnya di anggap menggangu bagi Negara Barat. Ditambah adanya fakta bahwa
RRT berusaha menguasai ekonomi politik Dalam Negeri Australia seperti teknologi 5G,
penguasaan saham mayoritas perusahaan tambang, dan alih fungsi kelola Pelabuhan di
Negara bagian Victoria. Dengan demikian membawa beban tersendiri apabila Morrison
menggunakan strategi kompartementalisasi dengan menutup mata akan hal yang
mengganggu kepentingan nasionalnya. Terkecuali pemerintahan Morrison berfokus
pada hal terkait sektor keamanan dan juga ambisi untuk menghambat pengaruh RRT di
Indo Pasifik karena mengikuti Negara aliansinya yakni AS sehingga menerima
konsekuensi ekonomi yang terkena imbasnya. Strategi besarnya telah berubah dari
menjaga kerendahan hari menjadi berjuang untuk pencapaian (Yan, 2014).
b. Inter-Subjective (Interaksi Antar Subjek)
Amerika Serikat mengakui hubungan pribadi Hawke yang sangat dekat dengan
para pemimpin utama RRT disamping juga kedekatannya dengan presiden AS Ronald
Reagan. Namun demikian Hawke ingin memperkuat aliansi tetapi tidak dengan
mengorbankan komplementaritas ekonominya yang berkembang dengan RRT. Jiang
Zemin bahkan sampaikan dengan terbuka terhadap Hawke bahwa visi RRT adalah
meniru model dan pola pertumbuhan Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Seharunya
Hawke memahami itensi tersebut dan namun kondisi pada saat tersebut berbeda karena
di anggap sebagai upaya merintis suatu hubungan jadi akan lebih baik dengan berfokus
pada apa yang menguntungkan keduabelah pihak.
Stefanus Hendri Putra
urnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 398
Hubungan pribadi yang Hawke bangun dengan RRT mendorong orang Tionghoa
untuk berpartisipasi kedalam organisasi regional. Selain itu juga memanfaatkan
hubungan dekatnya dengan para pemimpin RRT untuk bertindak sebagai saluran antara
RRT dan AS. Hubungan pribadi Hawke yang dekat dengan para pemimpin RRT
memungkinkannya untuk mempersonalisasikan hubungan Australia RRT lebih dari
yang berhasil dicapai oleh orang-orang sezamannya di Barat dan bahkan PM lainnya.
Scott Morrison tidak dekat dengan pemimpin-pemimpin RRT sehingga sulit untuk
mengetahui secara pasti maksud dan arah dari pemerintahan RRT. Selain itu Morrison
dekat dengan Negara aliansi yang notabene saat masa pemerintahannya Trump sedang
keras kerasnya menentang RRT. Pernyataan awal Scott Morrison tentang RRT dengan
sangat hati hati untuk tidak mengkritik RRT dan menjauhkan diri dari Bahasa kasar
yang semakin keluar dari Washington. Namun tampaknya tidak bertahan lama.
Morrison pun semakin lantang dalam menyuarakan apa yang dianggap sebagai dugaan
kecurangan yang dilakukan RRT. Dalam hal ini, sudah tidak adanya lagi komunikasi
antara keduabelah pihak. Hal tersebutlah yang menyebabkan strategi
kompartementalisasi tidak relevan untuk digunakan. Masing masing pihak saling
tuding bahkan menjurus ke arah fitnah.
c. Co Determine (Saling Mempengaruhi)
Perkembangan RRT menghadirkan komplementaritas struktural yang sangat
besar antara Australia dan RRT, dalam hal permintaan RRT seperti apa yang akan
terjadi dengan industrialisasi dan pembukaan ekonomi serta urbanisasi dan apa
kapasitas pasokan Australia nantinya. Namun demikian walaupun situasi memanas di
masa kepemimpinan Scott Morrison walaupun adanya penurunan perdagangan akibat
dari pengenaan tarif impor dari RRT namun hanya untuk komoditas tertentu saja tidak
pada komoditas biji besih dan tambang karena pada dasarnya Australia membutuhkan
itu. Keefektifitasan strategi kompartementalisasi lagi-lagi harus diabaikan. Walaupun
semakin memanas namun di rasa hanya sementara terutama hanya selama masa
kepemimpinan 3 tahu Morrison saja.
2. Political Reality (Realitas Politik)
Dengan itensi yang disampaikan Jiang Zemin kepada Hawke berujung pada
semakin eratnya hubungan keduabelah pihak. Di periode awal kebijakan RRT
pemeritahan Hawke, penekanannya lebih pada perdagangan dan investasi dan ekonomi
daripada pada implikasi strategis dari kebangkitan RRT. Tujuan kompartementalisasi
adalah selain lebih fokus dalam melihat peluang juga memberikan kesempatan berupa
toleransi terkait dengan hak asasi manusia dengan harapan bahwa RRT akan secara
bertahap meliberalisasi dan akhirnya mendemokratisasi sistem politiknya (Fitzsimmons,
2022). Kejadian Tiananmen juga membuat goyah hubungan yang harmonis tersebut
walaupun Australia menangguhkan semua kontak Menteri dengan RRT dan memblokir
pendanaan baru untuk proyek-proyek pembangunan namun pemerintahan Hawke tetap
berhati-hati. Hawke memandang hubungan ekonomi dengan RRT dengan sangat
penting dan bertekad untuk tidak membiarkan agenda hak asasi manusia mengurangi
hubungan bilateral secara keseluruhan.
Konstruksi Strategi Kompartementalisasi Australia Dalam Hubungan Diplomatik Dengan
Republik Rakyat Tiongkok Masa Kepemimpinan Scott Morrison
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 399
Strategi kompartementalisasi Hawke signifikan, dan berhasil dengan baik karena
Hawke mempromosikan bentuk keterlibatan ekonomi yang berfokus pada institusi dan
dialog multilateral. Arah directive dan commissive dilakukan Hawke dengan
mengusulkan agar RRT menjadi anggota APEC. Inisiatif APEC pemerintahan Hawke
dan dialog multilateral yang lebih erat dengan Negara-negara ASEAN merupakan upaya
untuk mewujudkan aktivisme kekuatan menengah untuk mempromosikan dan
mengintegrasikan RRT secara lebih penuh ke dalam komunitas Asia Pasifik dengan
membuat Beijing lebih terlibat dalam mengembangkan Lembaga dan dialog multilateral
baru. Sedangkan Morrison telah memperjuangkan keterlibatan dan hubungan ekonomi
yang lebih erat dengan RRT sementara juga memblokir investasi RRT berdasarkan
alasan keamanan nasional (Huawei). Namun hal tersebut hanya wacana karena beberap
friksi friksi yang di bangun saat pidatonya mengindikasinya Tindakan yang konfrontir
terhadap RRT.
Sebagai penutup, penulis memiliki pandangan bahwa saling pengertian antara
pemimpin Negara-negara seperti RRT dan Australia menjadi penting karena ketika ada
masalah antara kedua Negara maka ada jalur komunikasi langsung antara para
pemimpin untuk saling berkonsultasi tentang masalah-masalah sulit dalam hubungan
Australia RRT. Ketika para pemimpin memiliki lebih banyak kesamaan daripada
mereka memiliki hal-hal yang tidak sama, maka krisis dapat diselesaikan dan dikelola
dengan lebih baik sebelum mencapai titik didih. Strategi Kompartementalisasi dapat
dihidupkan kembali dengan catatan bahwa komunikasi antar Negara telah jelas dan
terang benderang dan telah dituangkan kedalam suatu perjanjian yang konkret agar
dikemudian hari tidakadanya beban sehingga dapat lebih efektif dalam memisahkan
permasalahan satu dengan yang lainnya atau dengan memperkuat kembali ChAFTA
yang telah mencapai kata sepakat dan ditandatangani pada 17 Juni 2015 serta
memanfaatkan RCEP yang telah diikuti oleh 15 Negara dan efektif tanggal 1 Januari
2022 untuk meningkatkan transaksi perdagangan sehingga lebih berfokus kepada hal
ekonomi semata.
Kesimpulan
Setelah melihat konstruksi dari strategi Kompartementalisasi yang digagas Bob
Hawke maka dapat disimpulkan bahwasan strategi tersebut tidaklah relevan apabila
digunakan dalam menjalin hubungan diplomatik dengan RRT selama masa
pemerintahan Scott Morrison dikarenkan perbedaan itensi, motivasi, dan kondisi. Pada
masa kepemimpinan Bob Hawke di mana RRT sedang dalam fase perkembangan
ekonomi dan dilihat Australia sebagai peluang. Dasar dari strategi kompartementalisasi
guna mencapai hubungan yang harmonis yaitu mengutamakan komunikasi sejak semula
antara kedua belah pihak agar goal yang diinginkan dapat tercapai. Atas dasar tersebut
dan telah jelasnya fokus yang akan dituju maka Australia dan RRT sepakat untuk
menempatkan permasalahan di luar dari tujuan utama kedalam kotak yang terpisah. Hal
demikianlah mendukung hubungan diplomatik menjadi harmonis.
Stefanus Hendri Putra
urnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 400
Sedangkan di masa pemerintahan Scott Morrison, kondisi ekonomi dan geopolitik
telah berubah drastis bila dibandingkan masa pemerintahan Bob Hawke. Maka dari itu
strategi kompartementalisasi menjadi tidak relevan apabila Scott Morrison harus
memisahkan permasalahan ke dalam kotak yang berbeda. Australia berada diposisi yang
paling dirugikan apabila mengesampingkan masalah lainnya diluar dari tujuan utama
dalam berhubungan dengan RRT. Semua komponen harus menjadi bahan pertimbangan
dan berjalan beriringan. Dengan semakin agresif-nya RRT di kancah internasional dan
tindak tanduk RRT dalam mempengaruhi ekonomi politik Dalam Negeri Australia yang
di anggap mengganggu keamanan dan kepentingan nasional maka penulis menilai Scott
Morrison sudah tepat dalam merespon RRT walaupun pada akhirnya hubungan
diplomatik kedua Negara menjadi panas. Namun sebelum merespon secara terbuka ke
publik ada baiknya dikomunikasikan dan disampaikan dalam bentuk nota keberatan
kepada RRT dengan menegaskan akan fokus pada kepentingan nasional Australia.
Konstruksi Strategi Kompartementalisasi Australia Dalam Hubungan Diplomatik Dengan
Republik Rakyat Tiongkok Masa Kepemimpinan Scott Morrison
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 401
Bibliografi
Darmawan, Arief Bakhtiar, Dwianto, Rahmad Agus, & Akmala, Herdho Husna.
(2022). Konstruksi Ide Xi Jinping dalam Belt And Road Initiative. Sospol: Jurnal
Sosial Politik, 8(1), 4561. https://doi.org/10.22219/jurnalsospol.v8i1.19876
Fitzsimmons, David. (2022). Australia’s Relations with China: The Illusion of Choice,
1972-2022. Taylor & Francis.
Hadiwinata, Bob Sugeng. (2017). Studi dan Teori Hubungan Internasional: Arus
Utama, Alternatif, dan Reflektivis. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Hughes, Christopher W., Patalano, Alessio, & Ward, Robert. (2021). Japan’s grand
strategy: the Abe era and its aftermath. Survival, 63(1), 125160.
Hussain, Nazir, & Shakoor, Fatima. (2017). The role of leadership in foreign policy: A
case study of Russia under Vladimir Putin. IPRI Journal, 17(1), 125.
Mulyawan, Brian Adam. (2014). FaktorFaktor Penyebab Berkembangnya Terorisme
di Indonesia Kurun Waktu 20022005. Global and Policy Journal of
International Relations, 2(02).
Nye, Andrea. (2019). Words of power: A feminist reading of the history of logic.
Routledge.
Pekkanen, Saadia M., John Ravenhill, Rosemary Foot, & Baihaqi, Imam. (2021).
Kebijakan Keamanan dan Luar Negeri Korea Utara: Handbook Hubungan
Internasional ASIA. Nusamedia.
Preston, Thomas. (2010). Leadership and foreign policy analysis. In Oxford Research
Encyclopedia of International Studies.
https://doi.org/10.1093/acrefore/9780190846626.013.255
Sward, Jeffrey Aaron. (2022). Modeling Tools for Wind and Solar Integration and Air
Quality Co-benefits in a Zero-Carbon Future. Cornell University.
Syafiqa, Alvia. (2016). Aliansi pertahanan Taiwan-Amerika Serikat dalam
menghadapi One China Policy Periode 2011-2014. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah.
Symonds, Joseph D., Zuberi, Sameer M., Stewart, Kirsty, McLellan, Ailsa, O ‘Regan,
Mary, MacLeod, Stewart, Jollands, Alice, Joss, Shelagh, Kirkpatrick, Martin, &
Brunklaus, Andreas. (2019). Incidence and phenotypes of childhood-onset genetic
epilepsies: a prospective population-based national cohort. Brain, 142(8), 2303
2318. https://doi.org/10.1093/brain/awz195