pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 4, No. 4, April 2023 http://jist.publikasiindonesia.id/
Doi : 10.59141/jist.v4i4.597 423
PEMANFAATAN TEPUNG FULI PALA (MYRISTICA FRAGRANS HOUTT)
SEBAGAI PERISA ALAMI
PADA PEMBUATAN COOKIES
Sapinah Sarman
1
, Meitycorfrida Mailoa
2*
, S.G.Sipahelut
3
Universitas Pattimura Ambon, Indonesia
*Correspondence
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
: 29-03-2023
Direvisi
: 14-04-2023
Disetujui
: 15-04-2023
Cookies merupakan kue kering yang memiliki rasa manis, tekstur yang
kurang padat dan renyah yang terbuat dari tepung terigu dan bahan
tambahan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari
pengaruh penambahan tepung fuli pala sebagai perisa alami pada
pembuatan cookies. penelitian ini menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) satu faktor yaitu penambahan tepung fuli dengan 5 taraf
perlakuan 0%, 0,25%, 0,50%, 0,75% dan 1%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penambahan tepung fuli pala 0,75% menghasilkan
cookies yang terbaik dengan kadar total fenol 0,18%, kadar lemak
20,16%, dan kadar protein 8,73%. Sedangkan berdasarkan sifat
organoleptik menunjukkan rasa suka (3,38), warna agak suka (2,72),
tekstur suka (3,16) aroma agak suka (2,36), dan overall suka (3,28).
ABSTRACT
Cookies are pastries that have a sweet taste and a less dense,crunchy
texture made from wheat flour and other additives. The purpose of this
study was to study the effect of adding mace flour as a natural flavor in
making cookies. This study used a completely random design with one
factor, which was the addition of mace flour at five different levels: 0,
0.25, 0.50, 0.75, and 1.0%. The results showed that the addition of
0.75% nutmeg mace flour produced the best cookies, with a total
phenol content of 0.18%, a 20.1% fat content, and an 8.73% protein
content. Meanwhile, based on organoleptic properties, the cookies
were liked (3,32), slightly liked for color (2,72), liked for texture (3,16),
slightly liked for aroma (2,36), and liked overall (3,28).
Kata kunci: Cookies; Tepung
fuli pala; Perisa Alami.
Keywords: Cookies; Mace
flour; Natural Flavors.
Attribution-ShareAlike 4.0 International
Pendahuluan
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang
berasal dari kepulauan Banda dan Maluku. Saat ini, Indonesia merupakan penghasil
pala terbesar di dunia (70-75%) (Sari, Elfrieda, Marsuan, Sapitri, & Hafidh, 2022).
Tanaman pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Hasil tanaman pala yang biasa dimanfaatkan adalah buah pala. Buah pala terdiri
dari daging buah (77%), fuli (4%), tempurung (5,1%) dan biji (13,1%). Bagian buah
pala yang bernilai ekonomis cukup tinggi adalah biji dan fuli (Ismiyarto et al., 2009).
Tanaman pala memiliki senyawa metabolit sekunder yaitu terpenoid, golongan fenol,
alkaloid, flavonoid, dan pada ekstrak buah pala ditemukan senyawa myristin (Ginting,
Fadlina, Siahaan, & Rahim, 2017).
Sapinah Sarman, Meitycorfrida Mailoa, S.G.Sipahelut
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 424
Tanaman Pala merupakan salah satu komoditas rempah yang bernilai tinggi, sakah
satu komoditas unggulan perkebunan yang menjadi primadona potensi permintaan pasar
internasional saat ini adalah pala Banda di Kecamatan Banda Naira Kabupaten Maluku
Tengah yang merupakan komoditas potensial yang sangat menjanjikan di pasaran dunia
dengan jumlah produksi terbesar pada tahun 2021 mencapai 39,50 ton (Lawalata,
Thenu, & Tamaela, 2018). Pala juga merupakan tanaman rempah endemik Maluku yang
terbesar di Kepulauan Seram dan Lease, yang dikenal dengan aromanya merupakan
komoditas unggulan ekspor yang banyak diincar sejak dahulu. Bentuk komoditas primer
pala dari buah, fuli dan biji merupakan produk yang bernilai ekonomis tinggi dengan
prospek pengembangan bisnis di pasaran internasional sebagai komoditi ekspor
unggulan. Setiap bagian dari buah pala memiliki zat aktif sebagai antimikroba,
antibakteri, antioksidan, antifungsi dan anti inflammatory (Wijayanti, Ijong, & Mandey,
2018).
Penggunaan senyawa antiokdisan berkembang dengan pesat baik untuk makanan
maupun pengobatan. Salah satu tanaman yang mengandung senyawa antioksidan adalah
pala. Pala memiliki beberapa bagian yaitu biji, fuli, dan dagiang buah. Biji pala paling
banyak dimanfaatkan untuk tambahan bumbu masakan yang dapat menghangatkan
tubuh (Fadhilah Ulfah, 2019). Umumnya digunakan pada makanan manis seperti
produk roti, produk minuman, makanan penutup (dessert). Sementara itu, fuli pala
digunakan sebagai bahan penambahn rasa pada produk roti, seperti cake, cookies, pie
dan topping, dan juga sebagai bumbu pada masakan dan minuman. Daging buah pala
berpotensi untuk dioleh menjadi berbagai produk pangan yang sudah dikenal antara lain
manisan pala, sirup pala, selai, dodol dan sebagainya.
Fuli pala merupakan selaput tipis berwarna merah cerah yang menutupi kulit buah
pala. Fuli pala mengandung minyak atsiri, zat samak, dan zat pati. Ekstrak fuli pala kaya
akan senyawa antioksidan yang didapat dari senyawa fenolik, antosianin dan flavonoid
(Wijayanti et al., 2018). Penelitian (Khadijah, 2019) menyatakan bahwa penambahan
fuli pala lebih dari atau sama dengan 0,25% dikategorikan tidak toksik karena memiliki
LC50 > 1000 µg/mL sehingga aman sebagai suatu minuman fungsional. Kandungan
senyawa antioksidan pada fuli pala ini dapat dimanfaatkan sebagai perisa alami pada
pembuatan produk pangan, salah satunya cookies.
Salah satu pemanfaatan fuli pala ini yaitu dijadikan tepung sebagai bahan utama
makanan, perisa alami pada pembuatan cookies (Aini, 2022). Flavor atau perisa
merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memberikan, menambah, atau
mempertegas suatu rasa pada makanan. Perisa dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan pembuatannya, yaitu perisa alami (natural flavour), identik alami (natural
identical), dan sintetik (artifical flavour). Perisa alami merupakan senyawa-senyawa
yang berasal dari bahan alami yang diekstrak. Perisa identik alami merupakan perisa
yang dibuat dari bahan yang disintetis secara kimiawi tetapi bahan tersebut merupakan
bahan alami. Sedangkan perisa sintetik merupakan perisa bauatan yang banyak
digunakan oleh masyarakat, seperti MSG (Monosodium glutamat), perisa sintetik
seperti MSG ini sangat berbahaya apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.
Pemanfaatan Tepung Fuli Pala (Myristica fragrans houtt) Sebagai Perisa Alami
Pada Pembuatan Cookies
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 425
Cookies merupakan salah satu makanan ringan yang sangat digemari. Hampir
semua masyarakat menyukai cookies yang memiliki rasa manis dan asin (gurih), baik
sebagai makanan pendamping minum teh atau kopi, dan biasanya dihidangkan pada saat
hari besar, misalnya hari Raya Idul Fitri, Natal, Tahun Baru. Kelebihan dari produk
cookies adalah dapat bertahan lama karena bahan yang digunakan banyak menggunakan
bahan kering sehingga bisa bertahan 1-6 bulan.
Cookies merupakan kue kering yang berbentuk kecil, memiliki rasa manis, tekstur
yang kurang padat dan renyah. Cookies biasanya terbuat dari tepung terigu, gula dan
telur. Ciri khas cookies adalah memiliki kandungan gula dan lemak yang tinggi serta
kadar air rendah (kurang dari 5%), sehingga bertekstur renyah apabila dikemas.
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan ini, maka penulis telah meneliti tentang :
Pemanfaatan Tepung Fuli Pala Sebagai Perisa Alami pada Pembuatan Cookies.
Metode Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fuli pala, tepung terigu, telur
ayam, gula halus, margarin, baking powder, dan vanili .
Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu
penambahan tepung fuli pala terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu P0 = tepung fuli pala
0% P1 = tepung fuli pala 0,25%, P2 = tepung fuli pala 0,50%, P3 = tepung fuli pala
0,75%, dan P4 = tepung fuli pala 1%. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
dianalisis menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA). Apabila terdapat pengaruh
nyata dan sangat nyata antara perlakuan maka dilakukan uji anjut dengan metode
orthogonal polynomial (MOP). Hasil uji Organoleptik dibahas secara deskriptif.
Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan pada penelitian ini yaitu analisa kimia yang meliputi total
fenol, kadar lemak, dan kadar protein. Uji organoleptik meliputi rasa, warna, tekstur,
aroma, dan overall.
Prosedur Penelitian
Tepung Fuli Pala
Pembuatan tepung fuli pala proses awal dimulai dari fuli pala basah dikeringkan
dengan bantuan sinar matahari, setelah fuli pala kering kemudian dihancurkan dengan
crusher ± 1 menit, dan selanjutnya dilakukan pengayakan dengan ayakan 60 mesh.
Cookies
Formulasi bahan pembuatan cookies, bahan lain pada setiap perlakukan sama
yaitu margarin 150 g, gula halus 140 g, baking powder 1,5 g, vanili, dan kunig telur
aduk dimixer sampai mengembang. Setelah adonan mengembang tambahkan tepung
terigu 300 g adonan diaduk sampai tercampur rata. Selanjutnya dicetak, pencetakan
dilakukan dengan cetakan cookies, setelah dilakukan pencetakan cookies dilakukan
pemanggangan dalam oven pada suhu 180˚C selama 15 menit.
Sapinah Sarman, Meitycorfrida Mailoa, S.G.Sipahelut
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 426
Hasil dan Pembahasan
Uji Kimia
Total Fenol
Golongan fenol merupakan salah satu sumber antioksidan alami dari tanaman
(Saputri & Damayanthi, 2015). Pengaruh penambahan tepung fuli pala terhadap total
fenol cookies dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik penambahan tepung fuli pala terhadap kadar total fenol cookies
Gambar 1. merupakan grafik pengaruh penambahan tepung fuli pala terhadap
kadar total fenol cookies yang dihasilkan, dimana dengan persamaan regresi y= -
0,0073x + 0,2114 dan dengan koefisien determinasi R2 = 0,1958. Nilai -0,0073x
menentukan arah regresi linier dimana nilainya negatif, hasil ini menunjukkan
hubungan yang negatif terhadap penambahan tepung fuli pala. Nilai koefisien
determinasi (KP) sebesar 0,1958. Artinya 19,58% total fenol dipengaruhi oleh fuli pala,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Total fenol cookies sangat kecil diduga
kandungan fenol pada tepung fuli pala juga kecil. Menurut (Wijayanti et al., 2018), total
fenol oleoresin fuli pala sebesar 0,37 mgGAE/g 0,52 mgGAE/g.
Kadar Lemak
Lemak merupakan salah satu nutrisi yang diperlukan tubuh karena kegunaannya
untuk menyediakan energi sebesar 9 kkal (Khotimah, Faizah, & Sayekti, 2021).
Pengaruh penambahan tepung fuli pala pada kadar lemak cookies dilihat pada Gambar
2.
y = -0,0073x + 0,2114
R² = 0,1958
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0% 0,25% 0,50% 0,75% 1%
Total Feno
l (%)
Tepung Fuli Pala (%)
Pemanfaatan Tepung Fuli Pala (Myristica fragrans houtt) Sebagai Perisa Alami
Pada Pembuatan Cookies
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 427
Gambar 2. Grafik pengaruh penambahan tepung fuli pala terhadap kadar lemak
cookies
Gambar 2 menunjukkan terjadinya penigkatan pada kadar lemak cookies dengan
persamaan regresi y= 0,3127x + 18,142. Nilai positif pada 0,3127x menunjukkan
hubungan positif terhadap penambahan tepung fuli pala. Semakin tinggi penambahan
tepung fuli pala, maka akan terjadi peningkatan pada kadar lemak cookies sebesar
0,3127. Nilai koefisien determinasi R2 = 0,2875. Artinya 28,75% dipengaruhi oleh
tepung fuli pala, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Fuli pala memiliki
kandungan minyak lemak sebanyak 20-30% (Nurdjanah, 2007).
Menurut (Wulandari, Setiani, & Susanti, 2016), tingginya kadar lemak cookies
yang dihasikan dipengaruhi oleh penambahan bahan lainnya seperti margarin, susu
bubuk, dan telur.
Kadar Protein
Protein merupakan salah satu senyawa yang penting bagi tubuh. Pengaruh
penambahan tepung fuli pala terhadap kadar protein cookies dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik pengaruh penambahan tepung fuli palaterhadap kadar lemak
cookies
y = 0,3127x + 18,142
R² = 0,2875
10
12
14
16
18
20
22
0% 0,25% 0,50% 0,75% 1%
Kadar Lemak (%)
Tepung Fuli Pala (%)
y = -0,0714x + 8,9707
R² = 0,1125
7,2
7,7
8,2
8,7
9,2
9,7
0% 0,25% 0,50% 0,75% 1%
Kadar Protein(%)
Tepung Fuli Pala (%)
Sapinah Sarman, Meitycorfrida Mailoa, S.G.Sipahelut
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 428
Gambar 3 menunjukkan bahwa persamaan regresi y = -0,0714x + 8,9707. Nilai
0,0714 menunjukkan hubungan negatif terhadap penambahan tepung fuli pala. Nilai
koefisien determinasi R2 = 0,1125. Artinya 11,25% dipengaruhi oleh fuli pala,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Protein yang terkandung didalam
cookies dipengaruhi oleh bahan penyusun. Dalam pembuatan cookies bahannya
penyusunnya meliputi tepung, dan bahan tamabahan seperti telur, margarin, dan
beberapa bahan lainnya.
Uji Organoleptik
Parameter uji organoleptik yang digunakan meliputi rasa, warna, tekstur, aroma,
dan tingkat kesukaan overall. Pengujian dilakukan terhadap 25 orang panelis.
Tabel 1
Hasil uji hedonik cookies dengan penambahan tepung fuli pala
Parameter
Rasa
Warna
Tekstur
Aroma
Overall
3,32
Suka
3,12
Suka
3,32
Suka
2,76
Aga
k
suka
2,88
Agak
suka
2,84
Agak
suka
2,40
Agak
suka
3,08
Suka
2,96
Suka
3,04
Suka
3,16
Suka
2,96
Suka
3,12
Suka
3,00
Suka
3,22
Suka
3,24
Suka
3,28
Suka
3,52
Suka
3,04
Suka
3,28
Suka
3,40
Suka
3,04
Suka
3,36
Suka
3,12
Suka
3,36
Suka
Tabel 2
Hasil uji mutu hedonik cookies dengan penambahan tepung fuli pala
Perlakuan
(%)
Parameter
Rasa
Warna
Tekstur
Aroma
0%
3,32
Enak
2,76
Agak
kuning
2,92
Agak
renyah
1,80
Tidak
beraroma
fuli pala
0,25%
2,80
Agak
enak
2,28
Agak
kuning
3,04
Renyah
1,91
Agak
beraroma
fuli pala
0,50%
3,00
Enak
2,52
Agak
kuning
3,20
Renyah
2,21
Agak
beraroma
fuli pala
0,75%
3,32
Enak
2,72
Agak
kuning
3,16
Renyah
2,36
Agak
beraroma
fuli pala
1%
3,38
Enak
2,56
Agak
kuning
3,20
Renyah
2,60
Agak
beraroma
fuli pala
Pemanfaatan Tepung Fuli Pala (Myristica fragrans houtt) Sebagai Perisa Alami
Pada Pembuatan Cookies
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 429
Rasa
Hasil uji organoleptik terhadap hedonik rasa cookies dengan penambahan tepung
fuli pala berkisar 2,84-3,40 yang secara deskriptif berada pada skala mendekati agak
suka sampai suka (Tabel 1). Sedangkan hasil uji mutu hedonik rasa cookies dengan
penambahan tepung fuli pala berkisar 2,80-3,38 yang secara deskriptif menunjukkan
rasa mendekati agak enak sampai enak (Tabel 2). Tingginya kesukaan panelis terhadap
rasa cookies dengan penambahan tepung fuli pala 1%, sedangkan nilai panelis terendah
terdapat pada cookies dengan penambahan tepung fuli pala 0,25%. Penambahan tepung
fuli pala menambahkan rasa enak pada cookies karena adanya kandungan minyak atsiri
dan minyak lemak.
Warna
Hasil uji organoleptik terhadap hedonik warna cookies dengan penambahan
tepung fuli pala berkiasar 2,40-3,28 yang secara deskriptif berada pada skala agak suka
sampai suka (Tabel 1). Sedangkan hasil uji mutu hedonik warna cookies dengan
penambahan tepung fuli pala berkisar 2,28-2,76 yang secara deskriptif menunjukkan
warna agak kuning (Tabel 2). Nilai kesukaan panelis yang tertinggi dihasilkan dari
cookies dengan penambahan tepung fuli pala 0,75%, sedangkan nilai kesukaan panelis
terendah terdapat pada cookies dengan penambahan tepung fuli pala 0,25%. Warna
cookies tidak terlalu dipengaruh oleh penambahan tepung fuli pala karena konsentrasi
yang digunakan kecil.
Tekstur
Hasil uji organoleptik terhadap hedonik tekstur cookies dengan penambahan
tepung fuli pala 3,08-3,52 yang secara deskriptif berada pada skala suka (Tabel 1).
Sedangkan hasil uji mutu hedonik tekstur cookies degan penambahan tepung fuli pala
berkisar 2,92-3,20 yang secara deskriptif menunjukkan tekstur renyah (Tabel 2). Nilai
kesukaan panelis tertinggi dihasilkan dari cookies dengan penambahan tepung fuli pala
0,75%, sedangkan nilai kesukaan panelis terendah pada cookies tanpa penambahan
tepung fuli pala 0%. Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan tepung fuli pala tidak
mempengaruhi tekstur cookies. Kerenyahan cookies dipengaruhi oleh tepung, margarin,
telur, gula yang digunakan (Rahmawan, 2006).
Aroma
Hasil uji organoleptik terhadap hedonik aroma cookies dengan
penambahatepung fuli pala berkisar 2,76-3,12 yang secara deskriptif berada pada skala
agak suka sampai suka (Tabel 1). Sedangkan hasil uji mutu hedonik aroma cookies
dengan penambahan tepung fuli pala yang berbeda berkiasar 1,80-2,60 yang secara
deskriptif berada pada skala tidak beraroma fuli pala sampai agak beraroma fuli pala
(Tabel 2). Semakin tinggi penambahan tepung fuli pala, kesukaan panelis terhadap
aroma cookies semakin meningkat. Hal ini disebabkan semakin tinggi penambahan
tepung fuli pala mengakibatkan aroma pala semakin menonjol. Aroma pala yang khas
berasal dari komponen-komponen kimiawi yang terkandung di dalamnya seperti
monoterpen hidrokarbon dan monoterpen alkohol, sedangkan komponen aroma utama
adalah terpen, terpen alkohol dan fenolik eter.
Sapinah Sarman, Meitycorfrida Mailoa, S.G.Sipahelut
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 430
Overall
Kombinasi dari sifat-sifat sensori ialah rasa, warna, tekstur, aroma serta
penampilan keseluruhan ialah syarat penerimaan konsumen terhadap suatu produk.
Kesukaan suatu produk secara umum dapat dilihat dari penilaian overall yang diberikan
panelis. Hasil penilaian kesukaan panelis terhdap overall cookies dengan penambahan
tepung fuli pala yang berbeda berkisar 2,88-3,36 yang secara deskriptif berada pada
skala agak suka samapai suka. Hasil penilaian menunjukkan bahwa secara keseluruhan
panelis menyukai cookies dengan penambahan tepung fuli pala 1%.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan cookies dengan penambahan
tepung fuli pala 0,75% merupakan formulasi terbaik. Menghasilkan cookies dengan
kadar total fenol 0,18% , kadar lemak 20,16%, dan kadar protein 8,73%. Sedangkan
berdasarkan sifat organoleptik rasa suka (3,34), warna agak suka (2,72), tekstur suka
(3,16), aroma agak suka (2,36) dan overall suka (3,28). Mutu hedonik berasa enak
(3,32), warna agak kuning (2,76), bertekstur renyah (3,16), dan agak beraroma fuli pala
(2,36).
Pemanfaatan Tepung Fuli Pala (Myristica fragrans houtt) Sebagai Perisa Alami
Pada Pembuatan Cookies
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 431
Bibliografi
Aini, Husnul. (2022). Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Cookies
Berbasis Tepung Jewawut (Foxtail millet) sebagai Pangan Fungsional.
Fadhilah Ulfah, Fadhilah Ulfah. (2019). PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN
EKTRAK ETANOL KULIT MANIS (Cinnamomum burmannii Blume) DAN BIJI
PALA (Myristica fragrans Houtt) TERHADAP AKTIVITAS SISTEM SARAF
PUSAT PADA MENCIT PUTIH JANTAN. Universitas Andalas.
Ginting, Garuda, Fadlina, Mesran, Siahaan, Andysah Putera Utama, & Rahim, Robbi.
(2017). Technical approach of TOPSIS in decision making. Int. J. Recent Trends
Eng. Res, 3(8), 5864.
Khadijah, Khadijah. (2019). ANALISIS KANDUNGAN PROKSIMAT,
ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN SAMAMA
(Anthocephalus Macrophylus) DENGAN PENAMBAHAN FULI PALA
(Myristica fragrant Houtt) SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL. Techno:
Jurnal Penelitian, 8(2), 287296. https://doi.org/10.33387/tk.v8i2.1320
Khotimah, Dwi Fitri, Faizah, Ulinnuha Nur, & Sayekti, Titah. (2021). Protein sebagai
zat penyusun dalam tubuh manusia: tinjauan sumber protein menuju sel. PISCES:
Proceeding of Integrative Science Education Seminar, 1(1), 127133.
Lawalata, Marfin, Thenu, Stephen F. W., & Tamaela, Misco. (2018). Kajian
pengembangan potensi perkebunan pala banda di kecamatan banda neira
kabupaten maluku tengah. Agrilan: Jurnal Agribisnis Kepulauan, 5(2), 132150.
Saputri, Imelda, & Damayanthi, Evy. (2015). Penambahan pegagan (Centella asiatica)
dengan berbagai konsentrasi dan pengaruhnya terhadap sifat fisiko-kimia cookies
sagu. Jurnal Gizi Dan Pangan, 10(2).
https://doi.org/10.25182/jgp.2015.10.2.%25p
Sari, Bina Lohita, Elfrieda, Nyanyu Siti Aminah Lily, Marsuan, Kasman, Sapitri, Puput,
& Hafidh, Abdurrahman. (2022). AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN STUDI IN
SILICO EKSTRAK BUAH PALA (Myristica fragrans Houtt). Jurnal
Farmamedika (Pharmamedika Journal), 7(1), 2840.
https://doi.org/10.47219/ath.v7i1.142
Wijayanti, Fitri Wahyu, Ijong, F. G., & Mandey, L. C. (2018). PROSES PEMBUATAN
MINUMAN ANGGUR DAGING BUAH PALA DENGAN JENIS DAN
KOSENTRASI STARTER RAGI YANG BERBEDA [Wine Making Process
Meat Fruit Nutmeg with type and concentration of Different Yeast stater]. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Pangan, 1(1), 1622.
Wulandari, Fauzia Kusuma, Setiani, Bhakti Etza, & Susanti, Siti. (2016). Analisis
kandungan gizi, nilai energi, dan uji organoleptik cookies tepung beras dengan
substitusi tepung sukun. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(4).