Sapinah Sarman, Meitycorfrida Mailoa, S.G.Sipahelut
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 4, April 2023 424
Tanaman Pala merupakan salah satu komoditas rempah yang bernilai tinggi, sakah
satu komoditas unggulan perkebunan yang menjadi primadona potensi permintaan pasar
internasional saat ini adalah pala Banda di Kecamatan Banda Naira Kabupaten Maluku
Tengah yang merupakan komoditas potensial yang sangat menjanjikan di pasaran dunia
dengan jumlah produksi terbesar pada tahun 2021 mencapai 39,50 ton (Lawalata,
Thenu, & Tamaela, 2018). Pala juga merupakan tanaman rempah endemik Maluku yang
terbesar di Kepulauan Seram dan Lease, yang dikenal dengan aromanya merupakan
komoditas unggulan ekspor yang banyak diincar sejak dahulu. Bentuk komoditas primer
pala dari buah, fuli dan biji merupakan produk yang bernilai ekonomis tinggi dengan
prospek pengembangan bisnis di pasaran internasional sebagai komoditi ekspor
unggulan. Setiap bagian dari buah pala memiliki zat aktif sebagai antimikroba,
antibakteri, antioksidan, antifungsi dan anti inflammatory (Wijayanti, Ijong, & Mandey,
2018).
Penggunaan senyawa antiokdisan berkembang dengan pesat baik untuk makanan
maupun pengobatan. Salah satu tanaman yang mengandung senyawa antioksidan adalah
pala. Pala memiliki beberapa bagian yaitu biji, fuli, dan dagiang buah. Biji pala paling
banyak dimanfaatkan untuk tambahan bumbu masakan yang dapat menghangatkan
tubuh (Fadhilah Ulfah, 2019). Umumnya digunakan pada makanan manis seperti
produk roti, produk minuman, makanan penutup (dessert). Sementara itu, fuli pala
digunakan sebagai bahan penambahn rasa pada produk roti, seperti cake, cookies, pie
dan topping, dan juga sebagai bumbu pada masakan dan minuman. Daging buah pala
berpotensi untuk dioleh menjadi berbagai produk pangan yang sudah dikenal antara lain
manisan pala, sirup pala, selai, dodol dan sebagainya.
Fuli pala merupakan selaput tipis berwarna merah cerah yang menutupi kulit buah
pala. Fuli pala mengandung minyak atsiri, zat samak, dan zat pati. Ekstrak fuli pala kaya
akan senyawa antioksidan yang didapat dari senyawa fenolik, antosianin dan flavonoid
(Wijayanti et al., 2018). Penelitian (Khadijah, 2019) menyatakan bahwa penambahan
fuli pala lebih dari atau sama dengan 0,25% dikategorikan tidak toksik karena memiliki
LC50 > 1000 µg/mL sehingga aman sebagai suatu minuman fungsional. Kandungan
senyawa antioksidan pada fuli pala ini dapat dimanfaatkan sebagai perisa alami pada
pembuatan produk pangan, salah satunya cookies.
Salah satu pemanfaatan fuli pala ini yaitu dijadikan tepung sebagai bahan utama
makanan, perisa alami pada pembuatan cookies (Aini, 2022). Flavor atau perisa
merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memberikan, menambah, atau
mempertegas suatu rasa pada makanan. Perisa dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan pembuatannya, yaitu perisa alami (natural flavour), identik alami (natural
identical), dan sintetik (artifical flavour). Perisa alami merupakan senyawa-senyawa
yang berasal dari bahan alami yang diekstrak. Perisa identik alami merupakan perisa
yang dibuat dari bahan yang disintetis secara kimiawi tetapi bahan tersebut merupakan
bahan alami. Sedangkan perisa sintetik merupakan perisa bauatan yang banyak
digunakan oleh masyarakat, seperti MSG (Monosodium glutamat), perisa sintetik
seperti MSG ini sangat berbahaya apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.