pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 4, No. 1, Januari 2023
http://jist.publikasiindonesia.id/
Doi : 10.36418/jist.v4i1.573 102
KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DI KOTA KECAMATAN
GRESIK
Rizaldi Putra Pratama, Tuhu Agung Rachmanto
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Indonesia
Email: r.zaldi@gmail.com, tuhu.tl@upnjatim.ac.id
*Correspondence: r.zaldi@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diajukan
: 27-12-2022
Diterima
: 20-01-2023
Diterbitkan
: 31-01-2023
Sampah merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian
lebih. Meningkatnya angka kepadatan penduduk serta keterbatasan
lahan untuk menampung sisa konsumsi menjadi salah satu faktor
penyebab volume sampah yang terus menggunung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kinerja pengelolaan sampah perkotaan di
kota kecamatan gresik. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Teknik yang digunakan untuk memilih responden adalah teknik
Stratified Random Sampling. Data yang digunakan menggunakan data
primer dan sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat sampah sebanyak 281,61 m3 per
hari, dengan 5,1 m3 per hari berasal dari sektor non pemukiman dan 21
Desa/Kelurahan di Kecamatan Gresik. Nilai tingkat kinerja pengelolaan
sampah di Kecamatan Gresik adalah 56% dari hasil rata-rata setiap
variabel pengelolaan sampah, sehingga tingkat kinerja pengelolaan
sampah di Kecamatan Gresik adalah cukup baik. Hasil kinerja
dipengaruhi oleh aspek teknis, kelembagaan, pembiayaan, masyarakat
dan swasta serta hokum dan regulasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah antara lain operasional
pengangkutan yang belum optimal secara keseluruhan, jumlah personil
dan sarana prasarana masih terbatas, masyarakat belum sepenuhnya
mendukung pengelolaan sampah dan masih kurangnya penindakan
terhadap pelanggaran peraturan tentang persampahan.
ABSTRACT
Garbage is a problem that needs more attention. Increasing population
density and limited land to accommodate leftover consumption are one
of the factors causing the volume of waste to continue to mount. This
study aims to determine the performance of urban waste management
in the city of Gresik sub-district. The analysis technique used in this
study is a qualitative and quantitative descriptive analysis technique.
The technique used to select respondents is Stratified Random
Sampling technique. The data used uses primary and secondary data.
The results showed that there was 281.61 m3 of waste per day, with 5.1
m3 per day coming from the non-residential sector and 21
villages/kelurahan in Gresik District. The value of the performance
level of waste management in Gresik District is 56% of the average
yield for each waste management variable, so that the performance
level of waste management in Gresik District is quite good.
Performance results are influenced by technical, institutional,
financing, community and private aspects as well as laws and
regulations. Factors affecting the performance of waste management
include transportation operations that are not optimal as a whole, the
number of personnel and infrastructure is still limited, the community
Kata kunci: Sampah;
Kinerja; Pengelolaan.
Keywords: Rubbish;
Performance; Management.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 103
does not fully support waste management and there is still a lack of
enforcement against violations of waste regulations.
Attribution-ShareAlike 4.0 International
Pendahuluan
Sampah merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian lebih.
Meningkatnya angka kepadatan penduduk serta keterbatasan lahan untuk menampung sisa
konsumsi menjadi salah satu faktor penyebab volume sampah yang terus menggunung.
Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir, terutama
sampah perkotaan. Sehingga, diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu,
penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya
mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman. Salah satu bentuk pengelolaan sampah
di pemukiman yaitu dengan sistem wadah dan dalam pengelolaan sampah kita harus juga
mempertimbangkan lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat karena akan berpengaruh
terhadap kesehatan masyarakat (Angelia et al., 2020).
Sebagai suatu konsekuensi logis dari pertumbuhan penduduk di Kecamatan Gresik yang
tinggi, sebagai wilayah industri, maka terjadilah suatu peningkatan volume sampah dan limbah
rumah tangga. Ditambah lagi, masyarakat memiliki keinginan, selera, dan kecenderungan
konsumsi barang dan makanan yang terus meroket, menyebabkan kehadiran timbunan sampah
dan limbah rumah tangga. Berbagai jenis buangan akhir dari konsumsi tersebut sangatlah
bervariasi dan beragam dengan kadar bahaya yang mengikutinya, sebagai contoh, sampah
kemasan plasitik dan sejenisnya, dengan sifat berbahaya bagi lingkungan dan sulit diuraikan
oleh kandungan tanah.
Dari berbagai permasalahan tersebut, maka permasalahan yang dominan untuk segera
dicarikan solusi adalah menaikkan tingkat pelayanan pengangkutan sampah dengan menentukan
sistem pola pengangkutan sampah yang tepat tetap mengacu pada satu sistem pengelolaan
sampah. Tulisan ini merupakan bagian dari kajian tersebut untuk mengetahui sejauh mana
kinerja pengelolaan persampahan di Kecamatan Gresik ditinjau dari 5 (lima aspek, yaitu: teknis
operasional, kelembagaan pembiayaan, partisipasi masyarakat dan regulasi). Penelitian ini
penting untuk memetakan permasalahan pengelolaan sampah secara komprehensif dan menjadi
dasar dalam perumusan kebijakan terkait pengelolaan sampah..
Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
data-data untuk dianalisis dan diinterpretasikan (Narbuko, 2004).
Dalam melakukan penelitian ada dua jenis metode, yaitu metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Untuk melakukan penelitia analisis kinerja pengelolaan sampah berdasarkan standar
normatif maupun persepsi masyarakat, maka perlu dilakukan analisis mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah yang meliputi aspek-aspek sistem pengelolaan
sampah yakni teknis operasional, kelembagaan, pembiayaan, partisipasi masyarakat, dan
regulasi.
Pengambilan populasi sampel terhadap penelitian Kinerja Pengelolaan Sampah di
Kecamatan Gresik Kecamatan Gresik dapat dikelompokkan berdasarkan sumber penghasil
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 104
sampah yaitu kawasan permukiman dan kawasan non permukiman yang meliputi 21
Desa/Kelurahan, yakni Kelurahan Ngipik, Tlogopatut, Sidokumpul, Kramatinggil, Sidorukun,
Pulopancikan, Gapurosukolilo, Tlogobendung, Pekauman, Sukorame, Karangturi, Trate,
Karangpoh, Bedilan, Kebungson, Pekelingan, Kemuteran, Sukodono, Kroman, Lumpur dan
Tlogopojok sebanyak 11.503 unit (Data Demografi Website Resmi Kec. Gresik Kab. Gresik
Prov. Jawa Timur, 2022)
teknik yang digunakan untuk memilih responden adalah teknik Stratified Random
Sampling (pengambilan sampel acak terstratifikasi). Jumlah populasi yang didasarkan kepada
kelompok sumber penghasil sampah di Kecamatan Gresik adalah (N) = 11.503 unit
(permukiman dan non permukiman) yaitu 99 responden.
Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama yang berkaitan dengan persepsi
masyarakat terhadap kinerja pengelolaan sampah melalui pengamatan langsung atau observasi
di lapangan, hasil wawancara dengan para pihak yang terkait dengan kegiatan persampahan,
maupun melalui angket dan kuisioner yang telah dipersiapkan baik dengan Dinas Lingkungan
Hidup Kecamatan Gresik bagian Pengelolaan Sampah, maupun dengan masyarakat. Penelitian
ini mengandalkan informan atau data langsung dari para informan yang terlibat. Menurut
jenisnya ada 2 jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui studi kepustakaan (desk research), observasi, dan wawancara. Sementara itu, informan
kunci (key informant) dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang dianggap paling menguasai
tentang pelayanan persampahan di kecamatan tersebut. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Kecamatan Gresik
Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gresik bernama Kecamatan Gresik.
Kecamatan Gresik terdiri dari berbagai unsur, antara lain unsur fisik seperti lokasi dan batas
administrasi, unsur kependudukan sosial ekonomi, dan lain-lain. Kabupaten Gresik merupakan
wilayah daratan antara sampai (Lintang Selatan) dan 112° sampai 113° (garis bujur) di
sebelah timur.
Kabupaten Gresik dikelilingi oleh beberapa wilayah berdasarkan letak fisiknya, antara
lain: Laut Jawa di sebelah utara, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, dan Kota Surabaya di selatan,
Kabupaten Lamongan di barat, dan Selat Madura di timur. Kabupaten Gresik memiliki luas
wilayah sekitar 1.193,76 km2 yang secara garis besar terbagi menjadi Pulau Bawean dan bagian
daratan Gresik. Kabupaten Gresik terbagi menjadi 18 kecamatan yang masing-masing memiliki
26 kelurahan dan 330 desa.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 105
Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Gresik
Sumber: Bappeda Kabuaten Gresik
Kabupaten Gresik merupakan daerah datar yang berada di dekat lautan. Terletak di
barat laut ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya). Kecamatan Kebomas, serta sebagian dari
Kecamatan Gresik, Kecamatan Manyar, Kecamatan Bungah, dan Kecamatan Ujungpangkah
merupakan sepertiga dari luas daratan Kabupaten Gresik. Di Pulau Bawean terdapat kecamatan
Sangkapura dan Tambak.
Dengan luas wilayah 118,27 km2 atau sekitar 9,91 persen dari luas total Kabupaten
Gresik, Kecamatan Sangkapura merupakan wilayah dengan luas wilayah terluas. Kecamatan
Gresik wilayah terkecil di Kabupaten Gresik, seluas 5,54 km2 atau sekitar 0,46 persen dari total
luas wilayah. Lokasi Kabupaten Gresik mayoritas kurang dari 200 meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Gresik merupakan kecamatan yang jarak tempuhnya paling dekat dengan ibu kota
Kabupaten Gresik yaitu dengan jarak 1,3 km, menurut jarak tempuh Ibu Kota Kabupaten
Gresik.
Menurut angka dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik pada tahun 2021, akan ada
1.311.215 penduduk yang tinggal di sana pada tahun 2020, dengan tingkat pertumbuhan
penduduk dari tahun 2010 hingga 2020 sekitar 1,05%. Menurut statistik penduduk, Kecamatan
Tambak memiliki 29.677 jiwa, sedangkan Kecamatan Menganti dengan 144.028 jiwa memiliki
konsentrasi penduduk terbesar di Kabupaten Gresik. Kecamatan Gresik terdiri dari 5 desa dan
16 kelurahan dengan total keseluruhan 21 desa/kelurahan. Luas wilayah Kecamatan Gresik
menurut Badan Pusat Statistik 2019 yaitu tegal/kebun 10,50 ha, tambak 438,36 ha, lain-lain
105,43 ha, dan ketinggian daerah ± 4 m di atas permuakaan laut.
Adapun batas-batas Kecamatan Gresik menurut Badan Pusat Statistik 2019, adalah
sebagai gambar berikut:
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 106
Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Gresik
Sumber Bappeda Kabuaten Gresik
Berdasarkan kepadatan penduduk dan klasifikasi penggunaan lahan/wilayah, pelayanan
persampahan dibagi menjadi 4 zona menurut Buku Strategi Sanitasi Kabupaten Gresik Tahun
20192023. Di Kabupaten Gresik pelayanan sampah antara lain sebagai berikut:
Zona 4 terdiri dari lokasi-lokasi yang harus disuplai dengan sistem tidak langsung
(jangka panjang), khususnya dari tempat tinggal penduduk ke Tempat Pengumpulan Sementara
(TPS) dan Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Kecamatan Driyorejo, Wringinanom, Menganti,
Kedamean, Benjeng, Cerme, Balongpanggang, Sidayu, Bungah, Ujung Pangkah, Dukun,
Tambak, dan Sangkapura adalah 13 kecamatan yang masuk dalam zona ini, yang memiliki 126
Desa/Kelurahan. Desa dan Kelurahan Zona 4 ditunjukkan pada peta dengan warna biru.
Zona 3 mengacu pada daerah yang dalam jangka menengah harus menerima sistem
pelayanan langsung dari sumber ke TPS dan kembali ke TPS. Di Kecamatan Menganti,
Kedamean, Benjeng, Cerme, Satsampeyan, Balongpanggang, Sidayu, Bungah, Dukun, dan
Panceng terdapat 159 Desa/Kelurahan. Desa dan Kelurahan Zona 3 digambarkan dalam peta
berwarna hijau.
Zona 2 yang memiliki kepadatan penduduk tinggi tetapi bukan merupakan kawasan
komersial (CDB) untuk sementara harus seluruhnya dilayani oleh sistem tidak langsung. 14
desa atau kelurahan berada di zona 3 di Kecamatan Manyar, Kebomas, dan Bungah. Desa dan
Kelurahan Zona 2 ditunjukkan pada peta dengan warna kuning.
Zona 1 harus benar-benar dipenuhi oleh jasa penyapu jalan dan masalah ini harus segera
diatasi karena merupakan kawasan bisnis (CDB) dan kawasan padat penduduk. Kecamatan
Sathampeyan, Driyorejo, Kebomas, Manyar, Gresik, dan Bungah memiliki 57 desa atau
kelurahan. Desa dan Kelurahan Zona 1 ditandai dengan warna merah pada peta.
Analisis Produksi Sampah Dan Jangkauan Pelayanan Sampah
Untuk mengetahui produksi sampah dapat dilihat dari jumlah penduduk dikalikan
dengan produksi sampah harian per orang, sehingga ditentukan jumlah sampah yang dihasilkan
di Kecamatan Gresik. Menurut SK SNI 82 S-04-1993-03 yang membahas tentang timbulan
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 107
sampah di kota-kota kecil dan menengah di Indonesia, rata-rata timbulan sampah per orang per
hari adalah 2,5 hingga 2,75 liter.
Berdasarkan pengolahan data, Kecamatan Gresik saat ini berpenduduk 83.444 jiwa.
Dengan asumsi laju timbulan sampah sebesar 2,5 liter per orang per hari, maka dihasilkan laju
produksi sampah di Kecamatan Gresik dari pemukiman sebesar 208,6 m3/hari. Tabel dan
gambar berikut menunjukkan rincian keluaran sampah per desa/kelurahan di Kabupaten Gresik:
Tabel 1. Produksi Sampah Penduduk Desa/Kelurahan Kecamatan Gresik
Kelurahan/
Desa
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Produksi
Sampah
(m
3
/hari)
Luas
Bangunan
(ha)
Bedilan
3139
7,85
3,09
Karangpoh
3130
7,83
2,19
Karangturi
5222
13,06
53,25
Kebungson
2243
5,61
6,16
Kemuteran
1845
4,61
13,37
Kroman
4505
11,26
3,65
Lumpur
6690
16,73
20,18
Ngipik
1682
4,21
46,62
Pekauman
1825
4,56
3,46
Pekelingan
2131
5,33
6,25
Sidokumpul
11898
29,75
49,5
Sukodono
1347
3,37
2,97
Sukorame
5741
14,35
14,5
Tlogopatut
2995
7,49
33,11
Tlogopojok
7743
19,36
70,36
Trate
3798
9,50
7,6
Gapurosukolilo
2232
5,58
9,8
Kramatinggil
2739
6,85
16,31
Pulopancikan
5222
13,06
13,86
Sidorukun
5006
12,52
42
Tlogobendung
2311
5,78
5,65
Jumlah
83444
208,61
438,36
Sumber: BPS Kecamatan Gresik dan hasil analisis
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 108
Sumber: Hasil Analisis
Dengan menggunakan data di atas, dapat ditentukan bahwa Kelurahan Sidokumpul dan
Kelurahan Sudukono masing-masing menghasilkan kadar sampah tertinggi dengan jumlah
gabungan masing-masing 29,75 m3/hari dan 3,37 m3/hari dari sampah yang dihasilkan dari
kesepakatan tersebut. Selain Kelurahan Sidokumpul, Kelurahan Tlogopojok dan Kelurahan
Desa Lumpur merupakan tempat penghasil sampah terbanyak. Hal ini benar karena masing-
masing Desa/Kelurahan memiliki populasi yang jauh lebih makmur dibandingkan dengan
daerah terdekat lainnya. Selain itu, diperkirakan produksi limbah dari kegiatan non-
pemeliharaan rata-rata mencapai 5,1 m3/hari, berdasarkan hasil analisis lapangan dan analisis
penulis. Produksi sampah non permukiman ini bersumber dari toko retail, bengkel motor,
fasilitas umum seperti tempat terbuka, jalan raya, dan lain-lain, serta perkantoran. Berikut
besarnya produksi sampah non pemukiman yang dirinci setiap hari di Kecamatan Gresik dapat
dilihat pada table berikut ini:
Tabel 2. Volume Sampah Non Pemukiman
No.
Sumber
Volume Sampah yang terangkut m
3
atau
liter
Sampah
Sn
Sl
Rb
Kms
Jmt
Sbt
Mg
1.
Toko Retail
0,6
5
0,7
7
0,6
3
0,59
0,88
0,4
2
0,6
4
2.
Bengkel Motor
0,2
3
0,1
9
0,2
5
0,45
0,15
0,2
2
0,3
3
3.
Fasilitas
Umum
(Tempat
terbuka, Jalan
3,4
5
3,1
2
2,7
9
3,15
4,15
1
5,3
3
4,3
6
7.85
7.83
13.06
5.61
4.61
11.26
16.73
4.21
4.56
5.33
29.75
3.37
14.35
7.49
19.36
9.5
5.58
6.85
13.06
12.52
5.78
0 5 10 15 20 25 30 35
Karangpoh
Kebungson
Kroman
Ngipik
Pekelingan
Sukodono
Tlogopatut
Trate
Kramatinggil
Sidorukun
Produksi Sampah/hari
Jumlah Produksi Sampah m³/hari
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 109
raya, dll)
4.
Perkantoran
0,5
4
0,5
1
0,4
8
0,45
0,32
0,4
4
-
Jumlah
4,8
7
4,5
9
4,1
5
4,64
5,50
1
6,4
1
5,3
3
Sumber: Hasil Analisis
Daerah dengan kepadatan penduduk minimal 50 jiwa per hektar diprioritaskan
pelayanan persampahannya (P3KT, dalam Waluyo, 2003). Oleh karena itu, tidak semua
masyarakat atau kelurahan dengan hasil sampah yang cukup besar perlu diberikan pelayanan
persampahan kepada mereka. Masyarakat dapat menangani sampahnya sendiri di tempat dengan
kepadatan bersih kurang dari 50 orang per ha karena memiliki lahan yang cukup luas. Di
Kecamatan Gresik, daerah dengan kepadatan di bawah 50 orang per/ha sering biasanya jauh dari
pusat kota. Selain mempertimbangkan kepadatan penduduk, pemilihan wilayah pelayanan
harus memperhatikan faktor lokal antara lain kondisi pasar, jalan protokol, dan lokasi komersial
yang harus diberikan prioritas pelayanan 80% sampai 100%. (P3KT). Jadi meskipun daerah
tersebut kepadatannya kurang dari 50 jiwa/hektar, tetap harus mendapatkan pelayanan sampah.
Jangkauan pelayanan sampah yang terjangkau di Kecamatan Gresik meliputi 5
Desa/Kelurahan yaitu Bedilan, Karangpoh, Kroman, Pekauman, dan Trate. Penentuan daerah
pelayanan sampah saat ini sebenarnya sudah tepat, yang ditunjukan dengan kondisi
Desa/Kelurahan tersebut. Selain itu, fasilitas non permukiman seperti toko, fasilitas umum,
bengkel dan lain-lain maka harus mendapatkan pelayanan yang intensif.
Berdasarkan tingkat produksi sampah penduduk Kecamatan Gresik seperti pada tabel
tersebut. Desa/Kelurahan yang mempunyai kepadatan bersih di atas 50 jiwa/ha meliputi 5
Desa/Kelurahan yaitu Bedilan, Karangpoh, Kroman, Pekauman, dan Trate. Oleh karena itu,
dengan jangkuan pelayanan sampah saat ini yang mencakup 5 Desa/Kelurahan sehingga untuk
jangkauan pelayanan sampah yang ideal perlu menambah daerah pelayanan menjadi 16
Desa/Kelurahan meliputi 16 Desa dan Kelurahan yaitu Karangturi, Kebungson, Kemuteran,
Lumpur, Ngipik, Pekelingan, Sidokumpul, Sukodono, Sukorame, Tlogopatut, Tlogopojok,
Gapurosukolilo, Kramatinggil, Pulopancikan, Sidorukun, Tlogobendung, agar pelayanan
menjadi maksimal.
Analisis Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Sampah
Sarana penyimpanan, pengumpulan, dan pengangkutan merupakan bagian dari analisis
infrastruktur pengelolaan sampah Kecamatan Gresik. Menurut pengamatan peneliti, mayoritas
warga Kecamatan Gresik memanfaatkan kantong plastik sebagai tempat sampah, kecuali tong
sampah di jalan raya utama dan ruang publik yang mayoritas disediakan oleh pemerintah.
Kantong plastik, tempat sampah, tempat sampah plastik, dan lubang sampah atau tempat
pembuangan sampah adalah beberapa jenis wadah limbah yang digunakan.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 110
Penampungan
(a) (b) (c) (d)
Gambar Penampungan Sampah Penduduk di Kecamatan Gresik (a) kantong plastik (b)
tong bin plastik (c) tong bin besi (d) lubang penimbun sampah. Kantong plastik sangat
terjangkau dan mudah didapat, tetapi juga sangat mudah mencemari lingkungan dan mudah
menyebar sehingga kurang efektif untuk pengumpulan sampah. Selain itu, tidak menjaga
kesehatan dan keindahan lingkungan, serta mempersulit petugas pengangkut sampah apabila
kantong plastik robek atau berserakan.
Selanjutnya penampungan tong besi ataupun plastik, juga digunakan dalam
penampungan sampah di Kecamatan Gresik. Wadah ini masuk kategori cukup baik, terutama
yang terbuat dari plastik. Ini karena tong ini kedap air, tidak mudah pecah, murah, dan mudah
dibeli; meskipun demikian, akan lebih baik menggunakan tong yang lebih besar dengan penutup
saat menggunakan tong plastik di Kecamatan Gresik. Tong sampah besi juga memiliki
kekurangan seperti mudah berkarat, menimbulkan kerusakan yang sulit atau bahkan tidak dapat
diperbaiki. Tong ini menggunakan penutup, sehingga sampah yang ada tidak menjadi sarana
penyebaran penyakit, serta memenuhi kedua aspek nilai untuk keindahan lingkungan dan
kesehatan. Karena tong sampah mudah dikosongkan, menggunakannya membantu petugas
mengumpulkan sampah dengan lebih mudah.
Lubang atau tempat pembuangan sampah yang digunakan untuk pembuangan sampah
juga termasuk dalam proses pengumpulan sampah. Karena dapat dibangun di pekarangan atau
di lahan kosong, hunian jenis ini juga dianggap hemat biaya dan efisien. Pemanfaatan lubang
sampah untuk penyimpanan dan pembuangan dapat dilakukan secara mandiri oleh setiap orang.
Namun aspek negatifnya adalah asap yang dihasilkan mencemari lingkungan.
Dari karakteristik penggunaan tempat penyimpanan yang ada di Kecamatan Gresik
terlihat bahwa penggunaan tong plastik dan besi lebih menguntungkan dibandingkan dengan
penggunaan wadah jenis lainnya. Oleh karena itu, penggunaannya cukup tepat untuk membantu
pengelolaan sampah Kabupaten Gresik.
Pengumpulan dan Pengangkutan
Selain itu, menurut pengamatan di lapangan, becak dan gerobak sampah merupakan
peralatan/kendaraan yang digunakan untuk pengambilan sampah di Kecamatan Gresik. Strategi
pengumpulan tidak langsung digunakan saat menggunakan becak dan gerobak sampah untuk
mengangkut sampah. Menurut pola ini, sampah dikumpulkan dengan menggunakan becak atau
gerobak sampah dan disimpan sementara di TPS terdekat sebelum diangkut ke TPA.
Becak/kereta sampah dan gerobak adalah komponen pengumpulan sampah yang
digunakan dalam operasional pengumpulan sampah. Becak sampah yang ada saat ini adalah
milik pemerintah yang kondisinya cukup baik dengan volume 1 m3 sehingga tidak terlalu berat
dan mudah dioperasionalkan. Meskipun memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 111
gerobak sampah, penggunaan becak sampah memiliki pelayanan yang lebih kuat, sehingga lebih
cocok digunakan sebagai peralat pengumpulan karena lebih efektif. Gerobak sampah yang biasa
digunakan sebagai peralatan pengumpulan sampah yang ada di Kecamatan Gresik adalah hasil
swadaya masyarakat terutama di sebagian seluruh Desa/Kelurahan Kecamatan Gresik. Namun
demikian, penggunaan gerobak ini mempunyai jangkauan pelayanan yang rendah karena kurang
cepat dalam operasionalnya. Hal ini menyebabkan penggunaan gerobak sampah kurang efisien
baik dari segi waktu maupun tenaga.
Sarana Pemindahan atau Tempat Penampungan Sampah (TPS) di lingkungan Gresik
terbagi menjadi dua jenis yaitu TPS kontainer. Menurut hasil percobaan lapangan, TPS terbesar
yang ada di Kecamatan Gresik adalah kontainer TPS. Dilihat dari pengamatan lapangan, TPS
jenis ini kerap dijadikan lokasi pembuangan sampah masyarakat. Hal ini disebabkan seringnya
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA terjadi sekitar 2-3 hari sekali. Selain itu, dengan
frekuensi pengangkutan yang begitu lama, sampah menjadi mudah digunakan dan dibaca.
Karena banyaknya sampah yang berserakan di bagian luar kontainer, yang menghambat
kemampuan masyarakat untuk membangun sampah, penggunaan kontainer ini dari sudut
pandang lapangan menjadi kurang efisien. Hal ini mengakibatkan perlunya petugas sampah
untuk tetap memberih dan mengumpulkan sampah yang berserakan pada saat pemasangan
kontainer.
Gambar 3. TPS Jl. Gubernur Suryo, Karangturi, Kroman, Kec. Gresik
Gambar 4. TPA Jl. Prof. Dr. Moh. Yamin No.017, Sekarsore, Roomo, Kec. Gresik
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 112
Dump truck dan sampah kontainer ke arm all truk digunakan untuk pengangkutan
sampah di Kecamatan Gresik. Sampah saat ini dipindahkan dari tempat sampah ke dump truck
dan TPS batu bata di lokasi pemindahan, serta menggunakan sistem door to door dari area
pertokoan dan fasilitas umum. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, setiap
dump truck membutuhkan tenaga angkut sebanyak 4-5 orang yang bertugas memindahkan
sampah dari TPS ke truk. Namun demikian, dump truck juga memiliki kekurangan, antara lain
pengoperasiannya membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar yaitu 4 orang. Pasalnya,
pemindahan sampah dari TPS ke dump truck membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit.
Selain itu, untuk menghindari sampah yang beterbangan saat diangkut dengan dump truk ke
TPA maka masih diperlukan penutup bak.
Mengingat kelebihan dan kekurangan tersebut, saat ini tidak disarankan untuk
menggunakan dump truck, terutama di kawasan pemukiman dengan jalan raya yang terbatas.
Truk yang digunakan untuk mengangkut tong sampah dikenal dengan nama arm truck. Jenis
kendaraan ini menawarkan beberapa keuntungan, antara lain mobilitas yang tinggi, crew kecil
yang hanya terdiri dari dua pekerja, dan kemampuan melakukan tiga hingga empat kunjungan
per hari. Kendaraan arm all truk yang merupakan satu rangkaian dengan kontainer, cocok untuk
melayani daerah pemukiman maupun non permukiman sehingga penggunaannya sangat
dianjurkan. Arm all truck lebih efektif dalam operasinya daripada dump truck.
Analisis Tingkat Kinerja Pengelolaan Sampah
Kinerja pengelolaan sampah dapat diukur berdasarkan tingkat pelayanan sampah.
Besarnya sampah yang terangkut di Kecamatan Gresik, dapat diperoleh melalui pengamatan di
lapangan terhadap operasional kendaraan pengangkut sampah yang menuju Tempat
Pembuangan Akhir. Dari hasil obervasi dengan petugas kebersihan, saat ini untuk menangani
sampah yang ada di Kecamatan Gresik dilayani oleh 2 buah dump truk volume 8 m3 dan 1 arm
all truk. Kendaraan dump truk yang ada di Kecamatan Gresik hanya beroperasi masing-masing
1 ritasi setiap hari, sedangkan pada hari minggu hanya 1 dump truk yang beroperasi dengan 1
ritasi. Kendaraan arm all truk beroperasi 1 ritasi per hari untuk mengambil kontainer sampah
yang ada di TPS. Sedangkan untuk 3 kontainer lainnya yang ada di Jl Gubernur Suryo
Karangturi Kroman, Jl Sunan Giri V Kesemen Sukorame, dan Jl KH Abdul Karim Tlogopojok
waktu pengangkutannya rata-rata 3 hari sekali.
Jumlah sampah yang diangkut ditunjukkan pada tabel di atas dan berasal dari wilayah
pelayanan saat ini yang meliputi Bedilan, Karangpoh, Kroman, Pekauman, dan Trate. Wilayah
ini mencakup kawasan pemukiman dan non-perumahan. Terlihat jelas seberapa baik Kabupaten
Gresik mengelola sampah berdasarkan volume sampah yang diangkut di atas.
Ukuran atau tolok ukur yang digunakan untuk menetapkan seberapa besar tingkat
pelayanan pengelolaan persampahan didasarkan pada standar prioritas pelayanan persampahan
yaitu skala kepentingan pelayanan dan jumlah kepadatan penduduk. Berikut kriteria yang
digunakan oleh P3KT untuk menentukan pelayanan persampahan:
Kawasan pemukiman khususnya kawasan dengan kepadatan penduduk lebih dari 150
jiwa per/ha memerlukan tingkat pelayanan 100%. Selain itu, tempat dengan kepadatan
penduduk kurang dari 100 orang per ha membutuhkan tingkat layanan 75%. 100 Tingkat
layanan 50% diperlukan di daerah dengan kepadatan penduduk kurang dari 50 orang per/ha.
Pasar harus memiliki tingkat pelayanan 100%, jalan protokol dan taman memiliki tingkat
pelayanan 100%, dan kawasan komersial biasanya memiliki tingkat pelayanan sampah 80%.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 113
Tabel 3. Tingkat Pelayanan Ideal
Kelurahan/
Desa
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Luas
Bangunan
(ha)
Tingkat
Pelayanan
%
Penduduk
Terlayani
Volume
Layanan
m
3
/hari
Bedilan
3139
3,09
100%
3139
12,56
Karangpoh
3130
2,19
100%
3130
12,52
Karangturi
5222
53,25
50%
2611
10,44
Kebungson
2243
6,16
50%
1122
4,49
Kemuteran
1845
13,37
50%
923
3,69
Kroman
4505
3,65
100%
4505
18,02
Lumpur
6690
20,18
50%
3345
13,38
Ngipik
1682
46,62
50%
841
3,36
Pekauman
1825
3,46
100%
913
3,65
Pekelingan
2131
6,25
50%
1066
4,26
Sidokumpul
11898
49,5
50%
5949
23,80
Sukodono
1347
2,97
50%
674
2,69
Sukorame
5741
14,5
50%
2871
11,48
Tlogopatut
2995
33,11
50%
1498
5,99
Tlogopojok
7743
70,36
50%
3872
15,49
Trate
3798
7,6
100%
3798
15,19
Gapurosukolilo
2232
9,8
50%
1116
4,46
Kramatinggil
2739
16,31
50%
1370
5,48
Pulopancikan
5222
13,86
50%
2611
10,44
Sidorukun
5006
42
50%
2503
10,01
Tlogobendung
2311
5,65
50%
1156
4,62
Jumlah
83444
438,36
60%
49669
198,68
Sumber: hasil analisis
Dari tabel di atas, dapat diketahui pula tingkat pelayanan rata-rata untuk sampah
permukiman yang seharusnya dapat terangkut adalah rata-rata sebesar 60% atau sekitar 198,68
m3/hari. Selain sampah permukiman, jumlah sampah non permukiman yang harus terangkut
adalah sebesar 5,1 m3/hari. Hal ini karena sebagian besar sampah non permukiman adalah
sampah dari jalan raya, toko dan daerah komersial sehingga harus mendapat pelayanan 100%.
Total produksi sampah yang seharusnya dibuang ke TPA adalah 203,78 m3/hari
berdasarkan jumlah sampah pemukiman dan non pemukiman di atas. Tingkat pelayanan sampah
di Kecamatan Gresik adalah 40/203,78 X 100% = 20% jika dibandingkan dengan timbulan
sampah eksisting yang dapat diangkut ke TPA sebesar 40 m3/hari. Berdasarkan angka tersebut,
dapat dikatakan bahwa 20% sampah kseluruhan wilayah yang terangkut di Kecamatan Gresik
dikelola secara efektif dan secara kuantitatif. Adapun 80% wilayah yang memperoleh pelayanan
kurang efektif dan kuantitatif. Dengan tingkat pelayanan sampah yang masih rendah tersebut,
dapat disimpulkan daerah yang belum mendapat pelayanan, umumnya melakukan penimbunan
maupun pembakaran.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 114
Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Berdasarkan Persepsi Masyarakat dan Swasta
Tabel 4. Penilaian Masyarakat Terhadap Kinerja Pengelolaan Sampah
No
Sistem Pengolaan Sampah
Frekuensi
Persentasi
1.
Sarana Prasarana
Penampungan sampah
54
67,25%
Pengumpulan dan
Pengangkutan sampah
31
45,3%
Pengolaan dan pembuangan
akhir
18
26,1%
2.
Personil/Petugas
Peralatan APD Petugas
32
45,7%
3.
Keluhan
Biaya
34
48,6%
Tenaga
24
34,3%
Fasilitas
12
17,1%
Sumber: hasil analisis
Dari table tersebut menyatakan bahwa nilai tertinggi pada aspek penampungan sampah
mencapai 67,25% yang berarti kinerja pengolaan sampah tergolong baik, dan aspek terendah
pada pengolaan dan pembuangan akhir mencapai 26,1% yang berarti kinerja pengolaan sampah
tergolong tidak baik, artinya perlu adanya peningkatan pada aspek tersebut. Pada aspek
peralatan APD petugas menunjukan hasil tertinggi adalah 45,7% yang berarti kinerja personil
dalam melaksanakan tugas sesuai prosedur dengan cukup baik.
Adapun pelayanan terhadap keluhan atau pengaduan pelanggan menjadi salah satu
bentuk pelayanan kepada masyarakat, dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan sampah.
Nilai tertinggi keluhan pada table di atas adalah faktor biaya mencapai 48,6% hal ini disebabkan
bahwa sebanyak 34 responden menjawab pengeluaran yang harus dikenakan setiap bulan
mencapai >50.000/bulan, 24 responden menjawab >30.000 - 50.000/bulan, dan 12 responden
menjawab < 30.000/bulan. Dan keluhan terendah diperoleh dari aspek fasilitas sebesar 17%
maka dapat disimpulkan fasilitas yang diperpoleh sudah dengan baik diperoleh oleh masyarakat
Kecamatan Gresik.
Instansi atau lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah di
Kecamatan Gresik adalah Dinas Lingkungan Hidup Kecamatan Gresik. Unit Pelaksana Teknis
Pengelolaan Sampah Kecamatan bertanggung jawab menangani kegiatan teknis operasional,
kegiatan penunjang, dan urusan pemerintahan yang terkait dengan pelaksanaan Pelayanan,
termasuk batas wilayah administrasi kecamatan (UPT). Dengan memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang menghargai sampah menurut jenis dan nilainya sehingga mereka rajin
memilah sampah, maka DLH memiliki Bank Sampah sebagai strategi penerapan 3R dalam
pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Bank Sampah di Kecamatan Gresik yaitu Bank
Sampah Kertabumi berada di Jl. Gubernur Suryo No.28 Tlogopojok Kroman Kecamatan Gresik,
Bank Sampah "Ceria" di Gang IV No 12 Injen Barat Tlogobendung Kecamatan Gresik, Bank
Sampah Resik Mandiri di Jl Sunan Giri No 44 Kebomas Sudomukti Tlogopatut Gresik.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 115
Analisis Aspek Teknik Operasional
Tabel 5. Hasil Skoring Aspek Teknik Operasional
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Skor
1.
Aspek
Teknik
Operasional
Tingkat Pelayanan
Jumlah Sampah Terangkut
(ton/hari)
3
2.
Penduduk Terlayani
3
3.
Luas Daerah Terlayani
2
4.
Pemindahan Sampah
Kondisi TPS/Transfer Depo
3
5.
Tipe Peralatan dan Tipe
Pengumpul Sampah
5
6.
Lokasi Penempatan TPS
5
7.
Pengangkutan Sampah
Frekuensi Pengangkutan
Sampah
3
8.
Jenis Peralatan Pengangkutan
4
9.
Pengolahan Sampah
Penyediaan Fasilitas
Pengolahan Sampah
3
10.
Pemrosesan Akhir
Sampah
Metode Pemrosesan Akhir
Sampah
2
Jumlah
35
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan analisis diatas, tingkat kinerja pengelolaan sampah Kecamatan Gresik dari
aspek teknik operasional yaitu mencapai 70% dengan kategori baik. Hal ini didukung dengan
sarana dan prasarana. Kualitas pengelolaan sampah mencapai baik secara keseluruhan, yaitu
kondisi kebersihan jalan utama terutama wilayah non pemukiman yang menjadi prioritas
pengolaan sampah, penempatan TPS atau kontainer, kondisi alat pengumpul sampah, kondisi
alat pengangkutan sampah dan kualitas petugas kebersihan yang cukup baik. Jumlah peralatan
persampahan di Sarana pemindahan atau Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang ada di
Kecamatan Gresik meliputi 5 buah becak sampah, 2 dump truck, 1 arm roll truck dan 3
kontainer sampah.
Analisis Aspek Kelembagaan
Tabel 6. Hasil Skoring Aspek Kelembagaan
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Skor
1.
Aspek
Kelembagaan
Kuantitas SDM Pengelolaan dan
Pelayanan Sampah
Jumlah
Petugas/Personil
2
2.
Kualitas SDM Pengelolaan dan
Pelayanan Sampah
Kualitas
Petugas/Personil
4
Jumlah
6
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan analisis diatas, salah faktor yang mempengaruhi hasil kinerja adalah jumah
personil. Jumlah tenaga kebersihan di Kecamatan Gresik meliputi tenaga penyapuan atau
pengumpul sampah sebanyak 4 orang dan tenaga pengangkutan 14 orang. Kualitas dari petugas
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 116
sampah ini dikatakan baik karena dapat melakukan pengumpulan dan pengangkutan sebanyak
2-3 kali sehari. Adapun petugas pengeola sampah mengenakan alat-alat sesuai dengan prosedur.
Analisis Aspek Pembiayaan
Tabel 7 Hasil Skoring Aspek Pembiayaan
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Skor
1.
Aspek Pembiayaan
Tarif Retribusi
Besaran pemasukan
retribusi jasa
pelayanan
persampahan
3
Jumlah
3
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan hasil skor total di atas, skor total tertinggi adalah 3 untuk menentukan nilai
indikator kinerja pengelolaan sampah dengan menggunakan Formula Indeks %. Dengan
demikian, tingkat kinerja pengelolaan sampah Kecamatan Gresik dari aspek pembiayaan yaitu
mencapai 60 % dengan kategori baik. Tarif retribusi yang diterapkan cukup tinggi. Tarif
tersebut sudah ditentukan berdasarkan volume sampah pada wilayah pemukiman yang
terjangkau pelayanan sampah dan sesuai kepadatan penduduk serta non pemukiman seperti
toko, perkantoran, fasilitas umum, jalan raya dll.
Analisis Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Tabel 8. Hasil Skoring Aspek Peran Serta Masyarakat
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Skor
1.
Aspek Partisipasi
Masyarakat dan
Swasta
Partisipasi
Masyarakat
Tingkat partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan sampah
2
2.
Peran swasta
Kemitraan dengan
swasta
3
Jumlah
5
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan hasil skor total di atas, skor total tertinggi adalah 5 untuk menentukan nilai
indikator kinerja pelayanan pengelolaan sampah dengan menggunakan Formula Index%,
dengan jumlah 2 indikator dan 5 variabel indikator. Dengan demikian, tingkat kinerja
pengelolaan sampah Kecamatan Gresik dari segi partisipasi masyarakat dan swasta termasuk
dalam kategori cukup baik sebesar 50%. Melihat masih rendahnya tingkat kesadaran dan
kepedulian warga Kecamatan Gresik dan masih banyaknya para pembuang sampah, serta masih
sedikitnya masyarakat yang bersedia membayar retribusi. Adapun lembaga yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan sampah di Kecamatan Gresik adalah Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kecamatan Gresik. Lembaga tersebut memberikan wadah edukasi kepada masyarakat
tentang menghargai sampah menurut jenis dan nilainya sehingga mereka rajin memilah sampah.
Salah satu program kerjanya ialah diciptakan Bank Sampah sebagai strategi penerapan 3R
dalam pengelolaan sampah di tingkat masyarakat.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 117
Analisis Aspek Peraturan/Regulasi
Tabel 9. Hasil Skoring Aspek Peraturan/Regulasi
No
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Skor
1.
Aspek
Peraturan/Regulasi
Peraturan
Peraturan yang mengatur
tentang persampahan
2
2.
Penyuluhan
Sosialisasi terhadap
masyarakat tentang
pengelolaan sampah
1
Jumlah
3
Sumber: Hasil Analisis
Dengan jumlah 2 indikator dan 5 variabel indikator, hasil skor total di atas
menunjukkan bahwa skor total tertinggi adalah 3 pada saat menentukan nilai indikator kinerja
pengelolaan sampah dengan menggunakan Formula Index%. Diperoleh hasil analisis, 30%
kinerja pengelolaan sampah Kecamatan Gresik masuk dalam kategori kurang baik dari segi
regulasi dan aturan. Dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terkait pengelolaan
sampah dan kesadaran masyarakat mengenai pembuangan sampah yang baik dan benar, maka
masih lemahnya undang-undang yang mengatur pelanggaran atau pemberian sanksi apabila
melanggar peraturan yang berlaku.
Hasil Skoring Tiap Variabel Pengelolaan Sampah
Tabel 10. Hasil Skoring Tiap Variabel Pengelolaan Sampah
Variabel
Nilai
Tingkat Kinerja
Aspek Teknik Operasional
70%
Baik
Aspek Kelembagaan
70%
Baik
Aspek Pembiayaan
60%
Baik
Aspek Peran Serta Masyarakat
50%
Cukup Baik
Aspek Peraturan/Regulasi
30%
Kurang Baik
Rata-Rata
56%
Cukup Baik
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai
tingkat kinerja pengelolaan sampah di Kecamatan Gresik adalah 56% dari hasil rata-rata setiap
variabel pengelolaan sampah, sehingga tingkat kinerja pengelolaan sampah di Kecamatan
Gresik adalah cukup baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel aspek teknik operasional
dan aspek kelembagaan merupakan nilai variabel tertinggi yaitu 70% dan nilai terendah yaitu
variabel aspek peraturan dan regulasi yaitu 30%. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja
pengelolaan sampah di Kecamatan Gresik perlu adanya peningkatan pada kondisi seluruh aspek
yaitu aspek teknik operasional, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek regulasi dan
peraturan, dan aspek peran serta masyarakat yang harus lebih ditingkatkan.
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 118
Kesimpulan
Berdasarkan jumlah penduduk, Kecamatan Gresik menghasilkan sampah sebanyak
203,78 m3 per hari, dengan 5,1 m3 per hari berasal dari sektor non pemukiman. Adapun 16 dari
21 Desa/Kelurahan perlu diprioritaskan untuk penjangkauan pelayanan persampahan karena
jumlah maksimum sampah yang dapat diangkut saat ini adalah 40 m3/hari.
Sarana dan prasarana persampahan yang ada di Kecamatan Gresik adalah tong (Bin).
Sedangkan untuk sarana pengumpulan sampah, penggunaan becak dan gerobak sampah, serta
kontainer (arm roll truck dan dump truck).
Tingkat kinerja pelayanan pengelolaan sampah di wilayah Kecamatan Gresik
mendapatkan nilai rata-rata 60% (berdasarkan rumus Index). Hal tersebut dinilai dari beberapa
aspek yang meliputi tingkat pelayanan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan
akhir dari sampah. Mayoritas pendapat masyarakat terhadap hasil kinerja pengelolaan sampah
masih kurang baik karena alasan biaya (48,6%), tenaga (34,3%), dan fasilitas (17,1%)..
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 119
Bibliografi
Badan Pusat Statistik Kecamatan Gresik (Statistics Gresik). 8 Agustus 2022.
https://gresikkab.bps.go.id.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan, SNI 19-2454-2002.
Cipta Prima Engineering. 2020. Neraca Capaian Pengelolaan Sampah Kecamatan Sumenep
dalam 8 kecamatan. Dinas Lingkungan Hidup Kecamatan Sumenep.
Edison,dkk. 2020. Hubungan Peran Petugas dan Sikap Dengan Perilaku Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Jurnal Ensiklopedia.
Ernawaty, E. 2018. Implementation Of Law Number 18 Year 2008 Regarding Waste
Management. https://repository.unri.ac.id/xmlui/h andle/123456789/9382
Gobai, K. R. M., Surya, B., & Syafri, S. 2021. Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan: Studi
Kasus Kota Nabire Kecamatan Nabire Provinsi Papua. Urban and Regional Studies
Journal, 2(2), 37 45. https://doi.org/10.35965/ursj.v2i2.567
Gulo, W, 2002, Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, DIA
FISIP UI, Jakarta.
Irman. 2004. Peran Serata Masyarakat Dalam Teknik Operasional Sampah di Kota Padang,
Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, UNDIP, Semarang.
Ismaria. 1992. Prinsip Dasar Pengukuran Efektifitas Sistem Pengelolaan Sampah, ITB
Bandung.
Kementerian PUPR. 2018. Pengantar Pengolahan Sampah Secara Umum.
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2019/04/fbc9b_2._Mod
ul_Pengantar.pdf
Kodoatie, Robert J.. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya,
Pustaka Pelajar.
Mulasari, S. A., Husodo, A. H., & Muhadjir, N. 2014. Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan
Sampah Domestik. Kesmas: National Public Health Journal, 8(8), 404.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v8 i8.412
Muljadi. 2006. Manajemen Stratejik (Perencanaan dan Manajemen Kinerja), Prestasi Pustaka,
Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan di Kota Kecamatan Gresik
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 120
Jakarta.
Mulyadi, Deddy., R.V. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2004. Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta
Nasution, Mustafa E. & Hardius Usman. 2006. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nizar, M., Munir, E., & Munawar, E. 2016. Manajemen Pengelolaan Sampah Kota Berdasarkan
Konsep Zero Waste : Studi Literatur. Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(2011), 93102.
Prawirosentono, Suyadi. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja
Karyawan. BPPE Yogyakarta.
Sevilla, G Consuelo dkk.. 1993. Pengantar Metode Penelitian, Universitas Indonesia-PRESS,
Jakarta.
Slamet, J.S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.
SNI 19-2454-2002. Tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Standar Nasional Indonesia 3242:2008 Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman.
Sujarwo, Tristanti dan Widyaningsih. 2014. Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Syafrudin. 2001. Pengelolaan Limbah Padat Perkotaan (Sampah), Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Undip, Semarang.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Ghalia Indonesia, Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.