Perencanaan Strategi Pemasaran Dalam Peluncuran Produk TeFa (Teaching Factory)
di SMKN 1 Surakarta
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023 20
produk Tefa yang dijual. Selain itu, Tefa juga harus memiliki strategi pemasaran bagus
agar bisa menjaring konsumen yang potensial.
Teaching Factory (Tefa) merupakan suatu model atau pendekatan pembelajaran
yang menyelaraskan antara pembelajaran di sekolah kejuruan dengan konsep pekerjaan
di industri modern, dimana peralatan dan bahan produksi yang digunakan di industri
modern tersedia dan digunakan juga di dalam kelas(Chryssolouris, Mavrikios, &
Rentzos, 2016). Latar belakang dari pendekatan teaching factory ini adalah kenyataan
bahwa perkembangan teknologi di industri begitu cepat sehingga peralatan produksi
yang terpasang di sekolah sering tertinggal jauh. Oleh karena itu, pendekatan
pembelajaran harus terus diperbaiki atau dimodernisasi agar semakin dekat dengan
kegiatan praktis di industri. Konsep pembelajaran teaching factory fokus pada
pengintegrasian industri dan akademi melalui adaptasi atau penyesuaian kurikulum
pembelajaran. Tujuan dari konsep pembelajaran teaching factory adalah untuk
memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam memproduksi sesuatu atau
melakukan suatu pekerjaan sama seperti kondisi atau konteks industri, meskipun
pembelajaran tersebut di lakukan di sekolah. Dengan demikian, konsep pembelajaran
Teaching Factory dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan
industri dan pengetahuan di satuan pendidikan. Teknologi pembelajaran yang inovatif
dan praktek produktif merupakan konsep pendidikan yang berorientasi pada manajemen
peserta didik dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia usaha/dunia
industri.
Dalam pengertian lain bahwa pembelajaran berbasis produksi adalah suatu proses
pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan
prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang
atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Barang/jasa yang
diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan
oleh masyarakat, atau konsumen.
Untuk dapat menjadi kompeten, konsep pembelajaran Teaching Factory
menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi tindakan (action-oriented) dalam
lingkungan belajar produksi-teknologi (Tisch et al., 2013). Oleh karena itu, pembelajaan
berorientasi Teaching Factory memadukan pembelajaran yang sudah ada yaitu
Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT). Dengan
demikian, proses pembelajaran akan semakin dekat dengan permasalahan industri.Hal
ini berarti bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja (Standard Operation Procedure)
yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan
pasar/konsumen.
Dalam proses pendidikan di SMK, keterlibatan DUDI dalam proses pembelajaran
sangat penting, karena perkembangan teknologi dan prosedur/proses produksi/jasa
sangat pesat. Penerapan teaching factory di SMK akan mendorong terbangunnya
mekanisme kerjasama antar SMK dan DUDI yang saling menguntungkan, sehingga
SMK akan selalu mengikuti perkembangan industri/Jasa secara otomatis dalam transfer
teknologi, manajerial, perkembangan kurikulum, prakerin dan lainnya. Dengan
menerapkan pembelajaran teaching factory diharapkan akan meningkatkan kompetensi
lulusan SMK yang relevan dengan kebutuhan industri/jasa sehingga akan berdampak