pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 4, No. 2 Februari 2023 http://jist.publikasiindonesia.id/
Doi : 10.36418/jist.xxxx.xxx 148
ANALISIS MODEL PERENCANAAN JALAN USAHA TANI SUBAK LATU
TERHADAP PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR EKOWISATA:
STUDI JALAN USAHA TANI SUBAK LATU DESA ABIANSEMAL KABUPATEN
BADUNG
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
Magister Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, Universitas Warmadewa
*Correspondence: [email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diajukan: 17-01-2023
Diterima: 18-01-2023
Diterbitkan :21-02-2023
Penelitian ini bertujuan untuk merancang model desain jalan usaha tani
Subak Latu yang potensial untuk Desa Abiansemal dan menganalisis
perspektif penerimaan dan kontribusi jalan usaha tani Subak Latu
sebagai infrastruktur penunjang ekowisata terhadap warga di
lingkungan Subak Latu di Desa Abiansemal. Penelitian ini
menggunakan metode tinjauan lapangan dalam melakukan telaah model
yang potensial serta metode kuantitatif kuesioner untuk menelaah
perspektif masyarakat yang ditinjau dari perspektif kebermanfaatan,
risiko, kepercayaan, dan penerimaan publik terhadap pembangunan
jalan usaha tani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model
potensial Jalan Usaha Tani Subak Latu adalah model dengan dimensi
jalan 2 m, dilengkapi dengan fasilitas penunjang keamanan seperti
lampu, pagar pembatas, tempat persimpangan serta penunjang
kenyamanan seperti tempat duduk, tempat sampah, dan tempat parkir.
Selanjutnya berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat menetujui pembangunan Jalan Usaha Tani yang dilihat
berdasarkan persepektif kebermanfaatan, kepercayaan, dan penerimaan
publik yang tinggi, serta rendahnya perspektif risiko dari pembangunan
Jalan Usaha Tani. Penelitian ini memberikan perspektif baru bagi para
stakeholder, terkait dengan model potensial Jalan Usaha Tani yang di
kolaborasikan dengan pendekatan socio phycological.
ABSTRACT
This study aims to design a potential Subak Latu farm road design model
for Abiansemal Village and analyze the perspective of acceptance and
contribution of the Subak Latu farm road as an ecotourism support
infrastructure to residents in the Subak Latu neighborhood in
Abiansemal Village. This research uses the field development trust
method in conducting potential model studies and quantitative surveys
to examine the community's perspective from the perspective of benefits,
risks, and community acceptance of agricultural roads. The results of
this study indicate that the potential of the Jalan Usaha Tani Subak Latu
model is a model with a road dimension of 2 m, equipped with
supporting facilities for safety lights, guardrails, intersections, and
conveniences such as seats, trash bins, and parking lots. . Furthermore,
based on the results of the study, it showed that the majority of the
community agreed with the construction of Jalan Usaha Tani in terms
of the benefits, trust, and high public acceptance, and in terms of the low
risk of Jalan Usaha Tani. This research provides a new perspective for
Kata kunci: Jalan Usaha
Tani; Kebermanfaatan;
Kepercayaan; Penerimaan
Publik; Risiko.
Keywords: Agricultural
Road; Public Acceptance;
Risk; Trust; Usefulness.
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal Kabupaten
Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 149
stakeholders, related to the potential of the Jalan Usaha Tani model in
collaboration with a socio-psychological approach.
Pendahuluan
Ketersediaan lahan di Indonesia yang luas dan beraneka ragam sebagai negara
agraris, mampu dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi potensi ekowisata
(Ariesusanty, 2011; Suratha, 2017; Syuaib, 2016). Menurut Tanaya and Rudiarto (2014)
ekowisata merupakan pengembangan yang memadukan antara aspek agronomi dan
pariwisata yang mampu meningkatkan perekonomian nasional. Sebagai warisan budaya,
sistem Subak yang dikenal oleh masyarakat di Bali sebagai organisasi masyarakat petani
yang mengatur sistem irigasi secara tradisional. Penetapan dilakukan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui The United Nations Educational and Cultural
Organization (UNESCO) (Lestari, Windia, & Astiti, 2015; Norken, Suputra, & Arsana,
2015; Yamashita, 2013).
Terdapat lima prinsip sebagai acuan ekowisata yaitu: edukasi, pengalaman nyata,
pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan ekonomi, serta upaya konservasi.
Pemenuhan prinsip agar mencapai kelestarian berkelanjutan harus berlandaskan
kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen pelestarian alam, dan budaya (Tanaya &
Rudiarto, 2014). Keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan ekowisata seperti
pengetahuan akan potensi sumber daya alam, cenderung mampu mengembangkan
kegiatan ekonomi desa dan memunculkan lapangan pekerjaan baru (Hunt, Durham,
Driscoll, & Honey, 2015; Stronza, 2007).
Proyek infrastruktur yang memadai menjadi salah satu faktor penting yang
mendorong berkembangnya sebuah objek wisata (Xu et al., 2012). Meninjau kembali
kebermanfaatan infrastruktur secara mendalam dari segi perencanaan pembangunan
diperlukan sehingga mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar (Tsang,
Lambert, & Patev, 2002). Di sisi lain, pembangunan infrastruktur memiliki dampak
negatif seperti resistensi sosial yang besar seperti keluhan, biaya kompensasi, dan
kerusakan ekologi (Ge, Cui, Zhang, Ke, & Liu, 2020; Sánchez & Gallardo, 2005). Oleh
karena itu, perencanaan yang memadai merupakan hal yang penting, dalam
meminimalisir dampak buruk dari sebuah pembangunan.
Perencanaan pembangunan jalan merupakan hal yang penting untuk
memaksimalkan manfaat dari jalan usaha tani. Hal ini sesuai dengan pendapat Scheetz
and Bloser (2010) bahwa jalan pertanian merupakan prasarana transportasi di kawasan
pertanian yang berfungsi untuk memfasilitasi pergerakan mesin, alat pertanian,
transportasi saran produksi dan hasil pertanian.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian
tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Konsevasi dan Rehabilitasi Lahan Pertanian tahun
2021 terdapat standar teknis pembuatan jalan usaha tani yaitu: dimensi lebar badan jalan
pertanian 1,5 m dengan panjang minimal 500 m, tinggi 0,15 m dengan jenis kegiatan yaitu
perkerasan jalan dengan beton; Dimensi lebar badan jalan pertanian 1,5 m dengan panjang
minimal 500 m, tinggi 0,1 m dengan jenis kegiatan yaitu perkerasan jalan dengan paving
block; Dimensi lebar jalan pertanian 1,5-meter dengan panjang 600 m tinggi 0,15 m
dengan jenis kegiatan adalah perkerasan jalan telford dan memakai talud; Spesifikasi dan
dimensi komponen jalan pertanian (bahu jalan, badan jalan, saluran drainase, gorong-
gorong, jembatan dan lainnya) disesuaikan dengan kebutuhan lapangan; Pekerjaan untuk
penyiapan tanah dasar terdiri dari beberapa pekerjaan yaitu: pembersihan daerah milik
jalan, pengusapan lapisan tanah atas, galian, timbunan, pekerjaan parit jalan dilanjutkan
dengan pekerjaan lapis pondasi bawah; Tebal lapisan kelas C (timbunan pilihan) untuk
jalan penghubung dan poros ditetapkan minimal 20 cm padat atau sesuai dengan gambar
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
150 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
rencana dan untuk jalan usaha tani ditetapkan tebal lapisan kelas C (timbunan pilihan) 20
cm padat. Apabila di lokasi pekerjaan tidak ada material tersebut maka dapat disubstitusi
dengan material lain dengan izin pengawas lapangan; Kemiringan arah melintang sebesar
2% untuk bagian perkerasan jalan maupun untuk bahu jalan.
Terdapat juga kriteria yang diperlukan sebagai jalan usaha tani, yaitu: berada di
daerah atau cakupan lahan produksi komoditi pertanian yang meliputi tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan peternakan; Lahan yang dipengaruhi oleh Jalan Pertanian
wajib dijamin untuk tidak dialihfungsikan; Petani bersedia bekerja dalam kelompok;
Petani bersedia melepaskan sebagian lahannya tanpa ganti rugi; Petani/kelompok tani
bersedia untuk melakukan perawatan/pemeliharaan jalan pertanian secara swadaya.
Dilihat dari segi perkembangan ekowisata, jumlah pengunjung lokasi erat
kaitannya dengan peningkatan pendapatan lokasi. Adanya infrastruktur jalan akan
mempermudah mobilitas, membuka peradaban masyarakat, meningkatkan
perekonomian, terbukanya batas sosial masyarakat, dan meningkatkan nilai wilayah
(Flyvbjerg, 2007; Xu et al., 2012). Pemahaman persepsi masyarakat terhadap
pembangunan menjadi penting untuk diperdalam, sehingga masyarakat memahami
manfaat dari pembangunan.
Persepsi kebermanfaatan dari segi ekonomi dan sosial mempengaruhi penerimaan
masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur, namun ketika berkurangnya citra dan
pendapatan wilayah akan menyebabkan penolakan (Chung & Kim, 2009; Chung, Kim,
& Rho, 2008; Wu, Zhao, Ma, & Yang, 2019). Peneliti berpendapat bahwa perencanaan
pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan citra wilayah, sehingga meningkatkan
pendapatan sosial dan taraf hidup. Hal ini sesuai dengan penelitian Wu et al. (2019)
bahwa manfaat yang dirasakan, membantu pembangunan berkelanjutan, dan standar
ekonomi.
Persepsi risiko merupakan penilaian subjektif masyarakat terhadap kemungkinan
dampak merugikan dari pembangunan infrastruktur (Ho et al., 2019; Wang, Wang, Lin,
& Li, 2019). Slovic, Flynn, and Layman (1991) berpendapat bahwa secara umum,
individu memiliki ketakutan pada faktor risiko yang tidak diketahui dan tidak terkendali,
sehingga menyebabkan kecenderungan berperilaku yang tidak disukai. Beberapa
pembangunan infrastruktur jalan, cenderung tidak memperhatikan lingkungan dan
masyarakat, menimbulkan risiko, pencemaran lingkungan, kecelakaan teknis dan
kerusakan property masyarakat (Slovic et al., 1991). Peneliti berpendapat bahwa risiko
harus dapat diatasi dengan pemetaan, sehingga tidak menimbulkan persepsi buruk terkait
pembangunan.
Kepercayaan merupakan perasaan subjektif yang muncul karena pembuatan
keputusan dan implementasinya dalam proses penerapan teknologi dan kebijakan (Cho,
Chan, & Adali, 2015; Siegrist & Cvetkovich, 2000). Membangun kepercayaan pemangku
kepentingan, cenderung membantu pihak yang terlibat seperti masyarakat serta
pemerintah daerah, sehingga terjalin hubungan hamonis, kooperatif dan keberlanjutan
sosial masyarakat dengan pembangunan infrastruktur yang terdampak (Mah, Hills, &
Tao, 2014; Molnar et al., 2018). Peneliti berpendapat bahwa persepsi kepercayaan
masyarakat muncul ketika pemerintah daerah mampu meminimalisir risiko
pembangunan, atau kepatuan dan kemampuan teknis kontraktor dalam mematuhi
pembangunan terhadap regulasi.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara manfaat
dan risiko yang dirasakan, serta tingkat kepercayaan publik terhadap pembangunan
(Chung & Kim, 2009; Wang et al., 2019). Penting untuk melihat persepsi penerimaan
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 151
publik, karena berfokus pada keinginan individu tanpa pengaruh dari persepsi lain (Mah
et al., 2014; Poortinga & Pidgeon, 2003). Hal ini menunjukkan setiap individu memiliki
pemikiran berkelanjutan terhadap sudut pandang penerimaan pembangunan infrastruktur.
Rasa kepemilikan, kesan positif, dan keinginan mempengaruhi orang lain menjadi
pendekatan yang digunakan.
Peneliti berpendapat bahwa proses analisis perencanaan yang telah dibangun
merupakan proses yang penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Flyvbjerg (2007) dan
Tsang et al. (2002) bahwa proses analisis ini berfungsi untuk memastikan perencanaan
telah dilakukan dengan benar dan mampu memberikan kebermanfaatan. Peneliti juga
berargumentasi, bahwa aspek penerimaan masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan merupakan sudut pandang yang penting diperdalam.
Penelitian terdahulu seperti Suryani and Mulki (2019) yang berjudul
Perkembangan Infrastruktur Desa Wisata di Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman
Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat”, menunjukkan bahwa terdapat banyak potensi
yang dapat dikembangkan dari Desa Mergun sebagai desa wisata Penelitian ini
memberikan kontribusi saran pengembangan sarana infrastruktur yang dibutuhkan
sebagai desa wisata. Penelitian Komuna, Kalangi, and Masloman (2021) melalui
pendekatan analisis regresi berganda, menunjukkan hasil ketika terjadi peningkatan 1%
pada variable infrastruktur jalan, maka pertumbuhan ekonomi Kota Manado akan
mengalami peningkatan sebesar 0.13 %. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan jalan
berdampak perkembangan ekonomi suatu daerah. Gunarta and Pratama (2014) dalam
penelitiannya mencoba mengidentifikasi potensi ekowisata dan strategi pembangunan
infrastruktur di Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan 3 metode yaitu GIS,
QFD, dan PUGH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan serta pengaspalan jalan
dalam strategi pengembangan infrastruktur ekowisata cenderung berpengaruh pada
kenyamanan wisatawan.
Penelitian ini memberikan kebaharuan dalam proses analisis Subak di Bali.
Penelitian ini berfokus untuk menganalisis pengaruh perencanaan jalan usaha tani Subak
Latu terhadap perkembangan infrastruktur ekowisata dan aspek penerimaan masyarakat
terhadap pembangunan tersebut di Desa Abiansemal dengan metode pendekatan
kuantitatif melalui kuesioner. Penelitian ini juga akan menghasilkan model rancangan
jalan usaha tani Desa Abiansemal. Metode ini diharapkan dapat menangkap persepsi
masyarakat dengan lebih mendalam dan memberikan masukan kepada desa terkait
dengan pembangunan jalan usaha tani.
Berdasarkan pengembangan infrastruktur yang sudah direncakan menurut Master
Plan desa Abiansemal tahun 2021, kecamatan Abiansemal, Badung, Bali menunjukkan
bahwa warga desa merasa bahwa pembangunan infrastruktur merupakan hal yang penting
sebagai sarana pendukung aktivitas sehari-hari, termasuk dalam hal ibadah seperti
Melasti, serta menunjang ekowisata. Infrastruktur jalan merupakan hal yang penting dan
vital dalam memudahkan akses lokasi dan menghubungkan lokasi wisata, dan penting
untuk merencanakan pembangunan infrastruktur berdasarkan fungsi serta
kebermanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebermanfaatan
perencanaan jalan usaha tani di Subak Latu, terhadap pengembangan infrastruktur
ekowisata dan persepsi manfaat/risiko, kepercayaan, serta penerimaan publik atas
pembangunan di Desa Abiansemal Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
152 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
Metode Penelitian
Pendekatan kuantitatif berfungsi untuk melihat gambaran fenomena penelitian
secara sistematis, melalui proses pengumpulan data, deskripsi data, dan interpretasi data
(Suharsimi, 2006). Pendeketan kuantitatif sesuai dengan penelitian ini untuk memperoleh
perspektif penerimaan dan kontribusi kebermanfaatan pembangunan jalan usaha tani
Subak Latu terhadap perkembangan infrastruktur ekowisata yang ada di desa
Abiansemal. Melalui pendekatan kuantitatif, penilaian kebermanfaatan pembangunan
berfungsi dalam memetapakan secara obyektif, sehingga menjadi penilaian yang
mendalam dan memberikan kontribusi aktif terhadap proses perencanaan.
Pada penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah jenis data yang dapat diperoleh langsung dari sumber data primer
tentang lokasi penelitian atau subjek penelitian (Riduwan, 2011). Secara lebih spesifik
data primer merupakan data yang didapatkan dari subjek penelitian. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kedua, atau data yang telah diolah
terlebih dahulu oleh pihak kedua (Jogiyanto, 2018). Secara spesifik, penelitian ini
menggunakan data primer yang akan didapat dari pihak yang terlibat atau terdempak dari
pembangunan Subak Latu. Sehingga melalui penggunaan data primer, diharapkan
penelitian ini dapat memberikan gambaran yang objektif melalui kuesioner, terkait
dengan persepsi terhadap pembangunan Subak Latu di Desa Abiansemal, Kabupaten
Badung.
Macam data primer seperti tingkat kesempatan kerja, pengaruh ekonomi, pengaruh
jalan terhadap infrastruktur ekowisata, potensi jalan sebagai akses, dan tingkat mobilitas
masyarakat untuk mengetahui persepsi kebermanfaatan jalan usaha tani. Kemudian data
primer seperti potensi pencemaran lingkungan, dan potensi konflik ganti rugi, serta
potensi kecelakaan kerja bertujuan untuk mengetahui persepsi risiko jalan usaha tani.
Sedangkan untuk menganalisis model perencanaan jalan usaha tani, macam data sekunder
yang diperlukan yaitu desain jalan, dan rute perencanaan jalan.
Penelitian ini dilakukan di Desa Abiansemal, Badung, Bali pada kurun waktu Juli-
Agustus 2022. Subyek penelitian ini yaitu seluruh masyarakat Desa Abiansemal, Badung,
Bali. Sugiyono (2013) menyebutkan bahwa populasi adalah bidang yang
digeneralisasikan yang meliputi: objek/subjek dengan jumlah dan karakteristik tertentu
yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Peneliti menggunakan rumus Slovin dengan notasi n adalah ukuran sampel, N adalah
ukuran populasi, dan e adalah prosentase toleransi (10%) untuk menentukan sampel pada
persamaan (1) penentuan sampel minimum, dengan cakupan populasi sebanyak 8048
warga Desa Abiansemal didapatkan minimal responden sebanyak 99 responden.
n =
N
1+Ne
2
(1)
Menurut Sugiyono (2013) sebanyak 30-500 responden merupakan jumlah sampel
ideal dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu, peneliti memberikan estimasi responden
minimal 99 responden. Peneliti menggunakan metode purposive random sampling dalam
mengumpulkan data (Teddlie & Yu, 2007). Berikut kriteria dari metode dalam penelitian
ini yaitu: (1) Merupakan masyarakat yang berdomisili di Desa Abiansemal, Kabupaten
Badung, (2) Merupakan masyarakat yang terdampak pembangunan Jalan Tani Subak
Latu, dan (3) Merupakan masyarakat yang terlibat dalam pembangunan Jalan Tani Subak
Latu.
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 153
Menurut pendapat Sugiyono (2013), proses pengumpulan data dalam penelitian
berisikan deskripsi detail, dan mendalam mengenai proses pengambilan data penelitian.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner (angket). Metode kuisioner
digunakan untuk mengetahui persepsi penerimaan, dan keterlibatan masyarakat Desa
Abiansemal terhadap pembangunan Jalan Tani Subak Latu. Kuesioner penelitian ini
menggunakan skala likert 4 poin. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dimensi
penilaian yang dikembangkan Ge et al. (2020) yaitu dimensi kebermanfaatan, risiko,
kepercayaan, dan keberterimaan dalam penyusunan kuesioner. Selanjutnya guna
memperdalam hasil penelitian, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam (in
depth interview). Wawancara dilakukan secara langsung (tatap muka) antara peneliti dan
narasumber (DPRD, perangkat desa, dan pemangku adat).
Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan digunakan untuk mengukur valid atau
tidaknya suatu kuesioner. Suatu instrument dikatakan valid jika memiliki korelasi antara
skor faktor dan skor total positif dan nilainya lebih besar 0,30 (r > 0,3). Setelah melakukan
pengecekan validitas, selanjutnya melakukan uji reliabilitas data dengan melihat nilai
cronbach’s alpha (Nunnally, 1975). Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki
nilai cronbach's alpha lebih besar dari 0,70. Pengecekan validitas dan reliabilitas
menggunakan software statistika StataMP versi 16.
Analisis deskriptif dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui perspektif
masyarakat terkait dengan pembangunan Jalan Tani Subak Latu. Menurut Sekaran and
Bougie (2016) analisis deskriptif digunakan menjawab permasalahan penelitian dengan
penjelasan terperinci, terhadap hasil penelitian secara kuantitatif. Hasil dari analisis
deskriptif akan ditarik ke dalam beberapa analisis kecenderungan masyarakat dalam
keberterimaan pembangunan tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Pembangunan jalan usaha tani di Desa Abiansemal dibagi menjadi 2 menurut
fungsinya yaitu jalan usaha tani dengan lebar 1,5 m untuk mendukung fungsi pertanian
dan jalan usaha tani dengan lebar 2 m untuk mendukung pelaksanaan upacara Melasti.
Tabel 1. Tipe jalan usaha tani desa Abiansemal
(Master Plan Desa Abiansemal, 2021)
No
Keterangan
Panjang
(m)
1
Tipe 1
524
2
Tipe 2
449
3
Tipe 3
429
4
Tipe 4
265
5
Tipe 5
915
6
Tipe 6
579
7
Tipe 7
406
Total
3.567
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, desain Jalan Usaha Tani di Desa
Abiansemal sudah memenuhi ketentuan berdasarkan Petunjuk Teknis Kegiatan
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
154 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Pertanian tahun 2021 namun ada beberapa hal yang
perlu diperbaiki diantaranya:
a. Perlu adanya penambahan pagar pembatas sehingga dapat meminimalisir
terjadinya kecelakaan.
b. Perlu ditambahkan tempat sampah untuk menjaga kebersihan jalan usaha tani.
c. Perlu ditambahkan tempat parkir bagi petani sehingga tidak mengganggu
pengguna jalan.
d. Perlu ditambahkan tempat duduk sebagai tempat istirahat bagi petani maupun
bagi wisatawan yang menggunakan jalan tersebut.
e. Perlu adanya penyesuaian lebar lebih dari 1,5 m untuk mendukung sarana
ekowisata dan meningkatkan kenyamanan pengguna jalan
Perbandingan desain antara Master Plan Desa Abiansemal dan hasil analisis dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Perbandingan desain JUT tipe 1
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 155
Gambar 2. Perbandingan desain JUT tipe 2
Gambar 3. Perbandingan desain JUT Tipe 3
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
156 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
Gambar 4. Perbandingan desain JUT tipe 4
Gambar 5. Perbandingan desain JUT tipe 5
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 157
Gambar 6. Perbandingan desain JUT tipe 6
Gambar 7. Perbandingan desain JUT tipe 7
Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah unsur-
unsur instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel. Hasil
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
158 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
pengujian tersebut menunjukkan bahwa seluruh indikator dalam instrumen tersebut
memiliki nominal item test correlation lebih besar dari 0,30 (>0,30) sehingga dapat dinilai
valid. Nilai cronbach alpha pada keempat persepsi melebihi 0,70 sehingga menunjukkan
bahwa seluruh instrumen telah reliabel untuk dapat diinterpretasikan sebagai analisis
pembahasan.
Tabel 2. Pengujian validitas dan reliabilitas
Item Test
Correlation
Keterangan
Cronbach
Alpha
Keterangan
Persepsi Kebermanfaatan
0,91
Valid
0,95
Reliabel
0,90
Valid
0,90
Valid
0,89
Valid
0,81
Valid
0,94
Valid
0,86
Valid
0,90
Reliabel
0,93
Valid
0,91
Valid
0,87
Valid
Persepsi Kepercayaan
0,90
Valid
0,94
Reliabel
0,92
Valid
0,96
Valid
0,94
Valid
Persepsi Penerimaan
0,92
Valid
0,94
Reliabel
0,96
Valid
0,91
Valid
0,92
Valid
Statistika Deskriptif
Karakteristik Responden
Penelitian ini mengumpulkan data menggunakan metode purposive sampling
dengan kriteria sebagai berikut: (1) merupakan masyarakat yang berdomisili di Desa
Abiansemal, Kabupaten Badung, (2) Merupakan masyarakat yang terdampak
pembangunan Jalan Tani Subak Latu, dan (3) Merupakan masyarakat yang terlibat dalam
pembangunan Jalan Tani Subak Latu. Berdasarkan kuesioner yang telah disebar luaskan
berdasarkan kriteria diatas, terhadapat 108 responden yang mengisi kuesioner. Data
karakteristik responden dideskripsikan melalui tabel dibawah ini.
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 159
Tabel 3. Karakteristik responden
Karakteristik
Responden
Jumlah
Prosentase
Jenis Kelamin
Laki-laki
59
54,630
Perempuan
49
45,370
Usia
Di bawah 20 tahun
12
11,112
21 30 tahun
40
37,037
31 40 tahun
25
23,148
41 50 tahun
16
14,814
51 60 tahun
15
13,888
Di atas 60 tahun
-
0
Sebaran Kuesioner
Peneliti hanya menggunakan empat skala likert untuk memastikan bahwa seluruh
persepsi dapat terwakili dan menghindari persepsi ragu-ragu. Terdapat 4 jenis pilihan
skala yang dimulai dari pilihan skala 1 (persepsi tidak setuju) hingga pilihan skala 4
(persepsi paling setuju) untuk persepsi kebermanfaatan, persepsi kepercayaan, dan
persepsi penerimaan publik. Sebaliknya, terdapat 4 jenis pilihan skala yang dimulai dari
pilihan skala 1 (persepsi paling setuju) hingga pilihan skala 4 (persepsi paling tidak
setuju) untuk persepsi risiko. Hasil tabulasi kuesioner dapat dilihat sebagai sesuai pada
tabel berikut:
Tabel 4. Sebaran kuesioner
Item Pertanyaan
Frekuensi Jawaban
Rata-rata
1
2
3
4
Persepsi Kebermanfaatan
MAN1
3
2
28
75
3,62
%
3
2
26
69
100
MAN2
2
2
27
77
3,65
%
2
2
25
71
100
MAN3
2
3
17
86
3,73
%
2
3
16
80
100
MAN4
3
2
13
90
3,75
%
3
2
12
83
100
MAN5
1
1
14
92
3,82
%
1
1
13
85
100
MAN6
3
0
22
83
3,71
%
3
0
20
77
100
Nilai Persepsi Kebermnafaatan
3,71
Persepsi Risiko
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
160 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
RIS1
61
15
12
20
1,91
%
56
14
11
19
100
RIS2
69
21
7
11
1,62
%
64
19
6
10
100
RIS3
67
22
11
8
1,62
%
62
10
10
7
100
RIS4
69
23
9
7
1,57
%
64
21
8
8
100
Nilai Persepsi Risiko
1,68
Persepsi Kepercayaan
KEP1
2
7
26
73
3,57
%
2
6
24
68
100
KEP2
2
3
22
81
3,68
%
2
3
20
75
100
KEP3
2
4
24
78
3,64
%
2
4
22
72
100
KEP4
2
3
21
82
3,69
%
2
3
19
76
100
Nilai Persepsi Kepercayaan
3,65
Persepsi Penerimaan Publik
KEP1
2
7
26
73
3,57
%
2
6
24
68
100
KEP2
2
3
22
81
3,68
%
2
3
20
75
100
KEP3
2
4
24
78
3,64
%
2
4
22
72
100
KEP4
2
3
21
82
3,69
%
2
3
19
76
100
Nilai Persepsi Penerimaan Publik
3,73
Persepsi Masyarakat Terkait Pembangunan Jalan Usaha Tani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penting untuk menilai sebuah pembangunan
berdasarkan aspek social-psychology (Ge et al. 2020). Penelitian ini melihat persepsi
kebermanfaatan, persepsi risiko, persepsi kepercayaan, dan persepsi penerimaan melalui
metode kuesioner.
Persepsi Kebermanfaatan
Berdasarkan data yang didapatkan pada tabel 4, menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat memiliki pemahaman yang tinggi terkait dengan kebermanfaatan dari
pembangunan jalan usaha tani Subak Latu. Hal ini ditunjukan dari frekuensi jawaban
yang cenderung mengarah pada skala likert 3 dan 4, serta tingkat rata-rata cenderung
mengarah pada skala likert 4.
Berdasarkan hasil data, diperoleh bahwa pembangunan Jalan Usaha Tani Subak
Latu mampu membuka kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat
(MAN1; MAN2; MAN3). Hal tersebut dikarenakan penggunaan swakelola padat karya,
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 161
sehingga pembangunan Jalan Usaha Tani serta pengembangan ekowisata, mampu
lapangan kerja dengan keterlibatan masyarakat dan pemerintah desa. Hasil temuan yang
lain mengatakan bahwa pembangunan Jalan Usaha Tani mampu menunjang proses
distribusi hasil pertanian, dan meningkatkan pendapatan masyarakat (MAN2; MAN 5).
Selanjutnya pembangunan Jalan Usaha Tani diyakini mempermudah mobilitas dan
kegiatan rekreasi masyarakat (MAN 6), dan hasil ini sejalan dengan hasil wawancara
yaitu:
Dengan dibuatnya jalan usaha tani ini, akan membuat akses masyarakat ke
lahan pertaniannya akan lebih mudah dan diharapkan dapat meningkatkan hasil
pertanian masyarakat.” (I Putu Alit Yanindata - Tokoh Masyarakat)
Peneliti juga menemukan bahwa mayoritas masyarakat percaya bahwa
pembangunan Jalan Usaha Tani memberikan manfaat dari segi agama dan budaya,
sebagai contoh kemudahan akses melasti. Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara:
“Pembangunan jalan usaha tani ini selain dimanfaatkan sebagai akses dalam
pertanian, juga dimanfaatkan sebagai akses menuju tempat melasti. Seperti yang
telah saya jelaskan diatas, jalan usaha tani ini merupakan akses menuju sungai
yang merupakan lokasi tempat melasti dan pembuangan abu jenazah saat
upacara ngaben. Sehingga dengan dibuatnya jalan usaha tani ini memperlancar
akses masyarakat untuk menuju kesana.” (I Wayan Sukarma - Bendesa Adat).
Peneliti berargumentasi bahwa persepsi kebermanfaatan dianggap sebagai faktor
penting yang mempengaruhi penerimaan publik terhadap pembangunan infrastruktur.
Sejalan dengan Chung et al. (2008), Chung & Kim (2009) dan Wang et al. (2019)
penelitian ini menengarai bahwa penolakan terhadap pembangunan infrastruktur dapat
terjadi karena kurangnya sisi kebermanfaatan yang diterima oleh masyarakat yang
terkena dampak pembangunan. Lebih mendalam lagi, manfaat ekonomi dan manfaat
sosial seperti peningkatan pendapatan serta pengembangan wisata, adalah faktor utama
yang mempengaruhi sisi keberterimaan masyarakat (Chung & Kim, 2009; Wang et al.,
2019). Peneliti mengkonfirmasi bahwa proyek infrastruktur jalan usaha tani Subak Latu
merupakan proyek yang berpotensial untuk diterima masyarakat luas. Hal ini terjadi
karena pembangunan jalan, dikenal sebagai jenis infrastruktur ekonomi yang dapat
meningkatkan citra wilayah melalui pengembangan ekowisata di desa tersebut dan
mendorong perkembangan ekonomi yang mengarah pada peningkatan pendapatan, sosial,
dan peningkatan taraf hidup. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa manfaat yang
dirasakan ini membantu dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan standar
ekonomi dengan meningkatkan penerimaan dan kepuasan publik, pemangku kepentingan
selama tahap pembangunan (Wu et al., 2019).
Persepsi Risiko
Berdasarkan hasil data didapatkan pada tabel 4, menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat memiliki perspektif risiko yang rendah dari pembangunan Jalan Usaha Tani
Subak Latu. Hal ini ditunjukkan dari tingkat rata-rata cenderung mengarah pada respon
likert 1.
Lebih spesifik pada pertanyaan (RIS 1), didapatkan kesimpulan bahwa masyarakat
percaya bahwa lahan di sekitar pembangunan tidak mengalami perubahan. Hal ini
dikarenakan lahan di sekitar pembangunan tetap menjadi area persawahan. Selanjutnya,
peneliti menemukan bahwa mayoritas masyarakat memiliki persepsi rendah terhadap isu
pembebasan lahan (RIS 3 & RIS 4). Hal ini terjadi karena, pembebasan lahan telah
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
162 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
dilalukan dengan musyawarah secara mufakat, dan kajian mendalam terkait fungsi
pembangunan. Berdasarkan aspek risiko kecelakan kerja dapat ditekan karena bukan
termasuk dalam pembangunan besar.
Peneliti menemukan hasil lain, bahwa persepsi akan risiko pencemaran lingkungan
sangat rendah. Hal tersebut karena pihak pemerintah desa telah memastikan proses
pembangunan sudah sesuai dengan prosedur, dan temuan ini sejalan dengan hasil
wawancara yaitu:
“Kami berharap dapat dikerjakan dengan system swakelola sehingga masyarakat
dapat dilibatkan lebih banyak sehingga dapat dikerjakan dalam waktu yang telah
ditetapkan” (IB Bisma Wiratma - Perangkat Desa)
Penelitian ini berargumentasi bahwa risiko dari sebuah pembangunan tidak dapat
dihindari, melainkan dapat diminimalisir. Dampak-dampak negatif yang mungkin
muncul menjadikan sebuah kekhawatiran terkait dengan dampak pembangunan.
Penelitian ini mengkonfirmasi penelitian dari Ho et al. (2019), Slovic et al. (1991) dan
Wang et al. (2019) yang berpendapat bahwa individu pada umumnya memiliki ketakutan
yang jelas terhadap faktor risiko yang tidak diketahui dan tidak terkendali yang mengarah
pada sikap dan perilaku yang tidak disukai dan dapat merugikan masyarakat setempat.
Risiko ketidakstabilan pendapatan setelah pembebasan lahan, serta polusi suara dan debu
yang disebabkan oleh konstruksi ilegal, telah menyebabkan penolakan publik terhadap
proyek infrastruktur jalan. Peneliti berargumentasi bahwa risiko harus dapat
ditanggulangi dengan cara pemetaan, agar tidak memberikan persepsi yang buruk terkait
dengan pembangunan.
Persepsi Kepercayaan
Kuesioner ini bertujuan untuk mengukur seberapa paham masyarakat terhadap
kepercayaan dari pembangunan ini, sehingga harapan jawaban yang muncul adalah
mendekati skala likert 4. Berdasarkan sebaran data didapatkan pada tabel 4, menunjukkan
bahwa mayoritas masyarakat memiliki pemahaman yang tinggi terkait dengan
kepercayaan dari pembangunan jalan usaha tani Subak Latu. Hal ini dapat dilihat dari
frekuensi jawaban yang cenderung mengarah pada skala likert 3 dan skala likert 4.
Melihat dari seluruh pertanyaan dalam persepsi kepercayaan (KEP1, KEP2, KEP3, dan
KEP4) menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepercayaan tinggi kepada pemangku
kebijakan terkait dengan penentuan tempat pembangunan, ketaatan peraturan, dan
kompensasi.
Penelitian ini menengarai bahwa kepercayaan adalah perasaan subjektif yang
dapat muncul karena pembuatan keputusan dan implementasinya dalam proses penerapan
teknologi dan kebijakan. Penelitian ini mengkonfirmasi penelitian Cho et al. (2015) dan
Siegrist & Cvetkovich (2000) yang menyebutkan bahwa hubungan kepercayaan,
masyarakat menanggung risiko pembangunan secara sukarela dan percaya bahwa
pemerintah akan berusaha keras untuk mencapai tujuan dalam pembangunan tersebut.
Studi sebelumnya menyebutkan bahwa membangun kepercayaan masyarakat harus
melibatkan para pemangku kepentingan yang menjurus pada ketentuan-ketentuan yang
telah disepakati dan tepat (Mah et al., 2014; Molnar et al., 2018). Peneliti berargumentasi
bahwa persepsi kepercayaan masyarakat terletak pada kolaborasi pemerintah setempat
yang dapat mengkompensasi potensi kerugian dan pencemaran lingkungan serta
kepatuhan pembangunan terhadap regulasi.
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 163
Persepsi Penerimaan Publik
Kuesioner ini bertujuan untuk mengukur penerimaan publik terhadap
pembangunan ini, sehingga harapan jawaban yang muncul adalah mendekati skala likert
4. Berdasarkan sebaran data didapatkan pada tabel 4, menunjukkan bahwa mayoritas
masyarakat memiliki penerimaan yang tinggi terkait dengan pembangunan jalan usaha
tani Subak Latu. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi jawaban yang cenderung mengarah
pada skala likert 3 dan skala likert 4. Pertanyaan pertama (PEN1), menunjukkan
keterdukungan secara general terkait dengan pembangunan jalan usaha tani yang
digunakan untuk memahami perspektif secara keseluruhan penerimaan pembangunan.
Pertanyaan kedua (PEN 2) dan keempat (PEN4), merupakan pertanyaan kesadaran akan
kehadiran pembangunan. Pertanyaan ketiga (PEN3), merupakan pertanyaan terkait
mengajak masyarakat lain untuk mendukung pembangunan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara manfaat dan risiko
yang dirasakan, serta tingkat kepercayaan publik terhadap pembangunan (Chung & Kim,
2009; Wang et al., 2019). Sejalan dengan hasil temuan penelitian ini, peneliti
berargumentasi bahwa individu selalu membuat keputusan atau pilihan yang sesuai
dengan penilaian komprehensif atas risiko, manfaat dan kepercayaan, yang menjurus
pada tingkat penerimaan publik. Persepsi penerimaan publik yang muncul dalam temuan
ini, menjadi penting untuk ditelaah karena menekankan terhadap keinginan individu
tanpa adanya pengaruh dari persepsi lain (Mah et al., 2014; Poortinga & Pidgeon, 2003).
Artinya, bahwa setiap individu memiliki sudut pandang penerimaan terhadap
pembangunan jalan usaha tani Subak Latu dengan pemikiran yang berkelanjutan
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa spesifikasi model
perencanaan jalan usaha tani Subak Latu yang potensial untuk Desa Abiansemal yaitu
memiliki dimensi lebar jalan 2 m, kemudian memiliki prasarana penunjang keamanan
(lampu penerangan jalan, pagar pembatas jalan, tempat persimpangan), dan memiliki
prasarana penunjang kenyamanan (tempat duduk, tempat sampah, dan tempat parkir
dengan dimensi ruang 1,5 m).
Berdasarkan analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa masyarakat menilai
pembangunan jalan usaha tani memiliki kebermanfaatan dari aspek ekonomi, dan
keagamaan (77,5%), dan masyarakat menilai pembangunan tidak memiliki
kebermanfaatan (2,3%). Dari aspek risiko pembangunan, masyarakat menilai
pembangunan jalan usaha tani memiliki risiko yang sangat rendah (61,5%), dan terdapat
masyarakat yang menilai pembangunan ini memiliki risiko (9,9%). Ditinjau dari aspek
persepsi kepercayaan, masyarakat memiliki kepercayaan bahwa pembangunan jalan
usaha tani telah didesain dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan (72%). Dari segi
penerimaan publik, masyarakat memiliki persepsi penerimaan terkait pembangunan jalan
usaha tani (79,3%).
Saran untuk penelitian selanjutnya untuk lebih melegakan model yang di desain
disesuaikan dengan keinginan masyarakat, sehingga keterlibatan masyarakat dapat
diakomodir dalam model rancangan infrastruktur jalan usaha tani yang direncanakan.
Bagi stakeholder pembangunan jalan usaha tani, untuk melakukan sosialisasi secara
masif terkait dengan pembangunan ini agar masyarakat dapat menerima pembangunan
ini secara lebih mendalam. Penelitian ini telah menelaah desain usaha tani berdasarkan
tinjauan lapangan, oleh karena itu para stakeholder diharapkan dapat mempertimbangkan
Ni Putu Indra Maritin, I Wayan Parwata, dan Agus Kurniawan
164 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023
masukan dalam penelitian ini, untuk dijadikan sebagai acuan perbaikan model jalan usaha
tani Subak Latu.
Referensi
Ariesusanty, L. (2011). Indonesia: country report. The World of Organic Agriculture, Statistics
and Emerging Trends, IFOAM, Bonn & FiBL, Frick.
Cho, J.-H., Chan, K., & Adali, S. (2015). A survey on trust modeling. ACM Computing Surveys
(CSUR), 48(2), 1-40.
Chung, J. B., & Kim, H.-K. (2009). Competition, economic benefits, trust, and risk perception in
siting a potentially hazardous facility. Landscape and Urban Planning, 91(1), 8-16.
Chung, J. B., Kim, H. K., & Rho, S. K. (2008). Analysis of local acceptance of a radioactive waste
disposal facility. Risk Analysis: An International Journal, 28(4), 1021-1032.
Flyvbjerg, B. (2007). Policy and planning for large-infrastructure projects: problems, causes,
cures. Environment and Planning B: planning and design, 34(4), 578-597.
Ge, Y., Cui, C., Zhang, C., Ke, Y., & Liu, Y. (2020). Testing a social-psychological model of
public acceptance towards highway infrastructure projects: a case study from China.
Engineering, Construction and Architectural Management.
Gunarta, Z., & Pratama, A. Z. (2014). Strategi Pengembangan Infrastruktur Ekowisata
Kabupaten Boyolali berbasis Spasial.
Ho, S. S., Leong, A. D., Looi, J., Chen, L., Pang, N., & Tandoc Jr, E. (2019). Science literacy or
value predisposition? A meta-analysis of factors predicting public perceptions of benefits,
risks, and acceptance of nuclear energy. Environmental Communication, 13(4), 457-471.
Hunt, C. A., Durham, W. H., Driscoll, L., & Honey, M. (2015). Can ecotourism deliver real
economic, social, and environmental benefits? A study of the Osa Peninsula, Costa Rica.
Journal of sustainable tourism, 23(3), 339-357.
Jogiyanto, H. M. (2018). Metoda Pengumpulan dan Teknik Analisis Data: Penerbit Andi.
Komuna, A. A., Kalangi, J. B., & Masloman, I. (2021). Pengaruh Pembangunan Infrastruktur
Publik dan Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi, 21(4).
Lestari, P. F. K., Windia, W., & Astiti, N. W. S. (2015). Penerapan Tri Hita Karana untuk
Keberlanjutan Sistem Subak yang Menjadi Warisan Budaya Dunia: Kasus Subak
Wangaya Betan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. JURNAL MANAJEMEN
AGRIBISNIS (Journal Of Agribusiness Management), 3(1).
Mah, D. N.-y., Hills, P., & Tao, J. (2014). Risk perception, trust and public engagement in nuclear
decision-making in Hong Kong. Energy Policy, 73, 368-390.
Molnar, L. J., Ryan, L. H., Pradhan, A. K., Eby, D. W., Louis, R. M. S., & Zakrajsek, J. S. (2018).
Understanding trust and acceptance of automated vehicles: An exploratory simulator
study of transfer of control between automated and manual driving. Transportation
research part F: traffic psychology and behaviour, 58, 319-328.
Norken, I. N., Suputra, I. K., & Arsana, I. (2015). Water Resources Management of Subak
Irrigation System in Bali. Paper presented at the Applied Mechanics and Materials.
Nunnally, J. C. (1975). Psychometric theory25 years ago and now. Educational Researcher,
4(10), 7-21.
Poortinga, W., & Pidgeon, N. F. (2003). Exploring the dimensionality of trust in risk regulation.
Risk Analysis: An International Journal, 23(5), 961-972.
Riduwan, S. (2011). Pengantar Statistika untuk penelitian pendidikan, sosial, ekonomi,
komunikasi dan bisnis. Cetakan Ke-4 Bandung: Alfabeta.
Sánchez, L. E., & Gallardo, A. L. C. F. (2005). On the successful implementation of mitigation
measures. Impact assessment and project appraisal, 23(3), 182-190.
Scheetz, B. E., & Bloser, S. (2010). Environmentally Sensitive Maintenance on Agricultural
Roads: To Reduce Nutrient and Sediment Pollution in the Kishacoquillas Watershed:
Thomas D. Larson Pennsylvania Transportation Institute.
Analisis Model Perencanaan Jalan Usaha Tani Subak Latu Terhadap Perkembangan
Infrastruktur Ekowisata: Studi Jalan Usaha Tani Subak Latu Desa Abiansemal
Kabupaten Badung
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 2, Februari 2023 165
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research methods for business: A skill building approach:
john wiley & sons.
Siegrist, M., & Cvetkovich, G. (2000). Perception of hazards: The role of social trust and
knowledge. Risk analysis, 20(5), 713-720.
Slovic, P., Flynn, J. H., & Layman, M. (1991). Perceived risk, trust, and the politics of nuclear
waste. Science, 254(5038), 1603-1607.
Stronza, A. (2007). The economic promise of ecotourism for conservation. Journal of Ecotourism,
6(3), 210-230.
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Suharsimi, A. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 120-
123.
Suratha, I. K. (2017). Krisis Petani Berdampak pada Ketahanan Pangan di Indonesia. Media
Komunikasi Geografi, 16(1).
Suryani, A., & Mulki, G. Z. (2019). Pengembangan Infrastruktur Desa Wisata Di Desa Meragun
Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat Jurnal Teknik Sipil,
16(2).
Syuaib, M. F. (2016). Sustainable agriculture in Indonesia: Facts and challenges to keep growing
in harmony with environment. Agricultural Engineering International: CIGR Journal,
18(2), 170-184.
Tanaya, D. R., & Rudiarto, I. (2014). Potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di
kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota),
3(1), 71-81.
Teddlie, C., & Yu, F. (2007). Mixed methods sampling: A typology with examples. Journal of
mixed methods research, 1(1), 77-100.
Tsang, J. L., Lambert, J. H., & Patev, R. C. (2002). Extreme event scenarios for planning of
infrastructure projects. Journal of Infrastructure Systems, 8(2), 42-48.
Wang, S., Wang, J., Lin, S., & Li, J. (2019). Public perceptions and acceptance of nuclear energy
in China: The role of public knowledge, perceived benefit, perceived risk and public
engagement. Energy Policy, 126, 352-360.
Wu, X., Zhao, W., Ma, T., & Yang, Z. (2019). Improving the efficiency of highway construction
project management using lean management. Sustainability, 11(13), 3646.
Xu, Y., Sun, C., Skibniewski, M. J., Chan, A. P., Yeung, J. F., & Cheng, H. (2012). System
Dynamics (SD)-based concession pricing model for PPP highway projects. International
Journal of Project Management, 30(2), 240-251.
Yamashita, S. (2013). The Balinese Subak as World cultural heritage: In the context of tourism.
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), 3(2), 39-68.