ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DENGAN PRAKSIOLOGI

 

Benny Wahyudi

Universitas Pendidikan Indonesia

[email protected]

*Correspondence : Benny Wahyudi

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diajukan : 07-06-2022

 

Diterima : 20-06-2022

 

Diterbitkan : 23-06-2022

 

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. Praksiologi adalah kerangka kerja untuk memahami perilaku manusia yang bertujuan. Ini memberi hukum tindakan universal. Praksiologi terdiri dari empat komponen yakni tipe penugasan, teknik, teknologi, dan teori. Analisis konten biasanya tersedia dalam analisis kualitatif. Konten yang dianalisis berupa rencana pelaksanaan pembelajaran. Komponen tipe penugasan sudah mencakup on task behavior serta off task behavior. Komponen teknik sudah sesuai karena informasi pada setiap pertemuan memiliki kontinuitas. Komponen teknologi pada media pembelajaran masih belum memenuhi komponen praksiologi sehingga perlu dilakukan peningkatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Serta penyesuaian dengan penggunaan teknologi yang sudah dimiliki siswa. Komponen teori berisi teori konstruktivis sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar siswa sendiri.

 

ABSTRACT

Learning Implementation Plan (RPP) is a plan that describes the procedures and management of learning to achieve one or more basic competencies that have been described in the syllabus. Praxeology is a purposeful framework for understanding human behavior. It gives the law of universal action. Praxeology consists of four components, namely the type of assignment, technique, technology, and theory. This content analysis or content is usually available in qualitative analysis. The content analyzed was in the form of a lesson. The assignment type component includes on task behavior and off task behavior. The technical component is appropriate because the information at each meeting has continuity. The technology component in the learning media has not met the praxeological component so it is necessary to increase the information and communication technology-based learning media. As well as adjustments to the use of technology that students already have. The theory component contains constructivist theory so that students can gain knowledge based on their own learning experiences.

Kata kunci: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Praksiologi, Analisis Konten

 

 

 

 

 

 

Keywords: Learning Implementation Plan, Praxeology, Content Analysis

 

 

https://jurnal.syntax-idea.co.id/public/site/images/idea/88x31.png

 

 

 

Pendahuluan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebuah rencana yang menjelaskan suatu prosedur pembelajaran dan manajemen untuk mencapai satu atau lebih kompetensi yang telah diuraikan dalam silabus (Nurcahyono & Novarina, 2020). Rencana pembelajaran ini bisa digunakan oleh setiap guru untuk pedoman umum dalam melakukan pembelajaran kepada siswa mereka, karena berisi instruksi terperinci, pertemuan, tujuan, lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan pengajaran dan pembelajaran, media dan evaluasi yang harus digunakan. Oleh karena itu, dengan rencana ini dipandu oleh guru ini akan dapat melakukan pengajaran secara runut, fokus pada tujuan, lingkup strategi materi, pengajaran dan pembelajaran, atau di luar sistem evaluasi yang sesuai.

Praksiologi adalah kerangka kerja untuk memahami perilaku manusia yang ditujukan. Ini memberi hukum tindakan universal (Batoebara, 2016). Secara historis, praktisi tumbuh dari ekonomi ketika disadari bahwa logika ekonomi tidak hanya menjelaskan harga dan fenomena pasar lainnya, tetapi juga sifat dari semua pengambilan keputusan manusia. Praktikus terdiri dari empat komponen yaitu jenis penugasan, teknis, teknologi dan teori (Yusuf & Asrifan, 2020).

 

Metode Penelitian

Analisis konten merupakan salah satu analisis kualitatif. Analisis konten dapat digunakan untuk menganalisis berbagai bentuk dokumentasi (Asri, 2020). Baik media cetak, berita radio, iklan tv dan berbagai materi dokumentasi lain. Hampir semua bidang ilmu sosial dapat menggunakan paradigma analisis konten sebagai metodologi penelitian (Sulaeman, Fazri, & Fairus, 2020). Holsti mengungkapkan tiga bidang yang menggunakan banyak analisis konten, yang hampir 75% dari keseluruhan studi, yaitu penelitian sosio antropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%).

Analisa konten banyak digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik isi dokumen. Setidaknya terdapat empat desain analisis konten yang biasanya digunakan untuk menggambarkan karakteristik dokumen (Maufiroh & Lukmana, 2020). Analisa konten digunakan untuk mengamati dokumen dalam kondisi yang berbeda, situasi di sini dapat menjadi konteks yang tak sama, sosial dan politik. Analisa konten digunakan untuk melihat pesan pada audiens yang berbeda, audiens di sini mengacu pada pembaca, pendengar atau media yang berbeda. Analisis konten digunakan untuk melihat pesan dari komunikator yang berlainan. Analisa konten tidak hanya dapat digunakan untuk melihat gambar pesan. Analisa konten juga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan penyebab pesan. Berdasarkan analisa konten yang merupakan fokus di sini bukanlah deskripsi pesan, tetapi menjawab persoalan mengapa pesan "konten" muncul dalam bentuk tertentu (Arafat, 2019).

 

Hasil dan Pembahasan

1.    Komponen Tipe Penugasan

Tugas adalah kegiatan kerja tertentu yang dilakukan untuk tujuan khusus. Tugas sekolah berfungsi untuk membuat siswa belajar di luar sekolah. Ini sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa, di mana siswa dapat meninjau pelajaran yang sudah dipelajari, sehingga siswa akan lebih mengingat pelajaran (Erwinsyah, 2017).

a.    On task behavior

Perilaku tugas adalah kompetensi anak-anak untuk memberi perhatian pada pekerjaan yang dilakukan tanpa melakukan aktivitas lain yang tidak terkait (Darim, 2020).

b.    Off task behavior

Perilaku Tugas adalah perilaku anak yang keluar dari kegiatan belajar yang relatif stabil dan mengganggu proses pembelajaran siswa (Shofuhah, 2016). Jadi, perilaku tugas adalah perilaku yang tidak terkait dengan kegiatan belajar atau hal -hal yang terkait dengan pembelajaran.

 

Gambar 1. Antisipasi Didaktis dalam Penyelesaian Masalah

 

 

Praksiologi berkaitan dengan waktu terhadap berbagai tindakan manusia. Setiap tindakan akan memberikan dampak pada tindakan selanjutnya (Batoebara, 2016). Berdasarkan penyusunan RPP, guru merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada RPP terdapat antisipasi guru yang dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran. Perlu adanya kemampuan guru untuk memperkirakan respon siswa. Saat guru memberikan permasalahan menentukan berapa panjang setiap sisi dari persegi jika luasnya 8 inchi persegi.

Kemudian siswa berdiskusi dengan kelompok untuk menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang diajukan. Setiap siswa memiliki persepsi masing-masing terhadap permasalahan. Oleh karena itu, terdapat beberapa antisipasi yang disiapkan guru dalam menanggapi kemungkinan jawaban siswa. Jenjang Pendidikan S1 dipersiapkan saat siswa menjawab 3 inchi karena siswa menghitung titik yang membentuk sisi persegi.  Jenjang Pendidikan S2 direncanakan saat siswa menjawab 2 inchi karena siswa berasumsi garis yang dibentuk dari dua titik dihitung 1 inchi dan terdapat siswa yang menganggap setiap garis berukuran 1 inchi sehingga antisipasi Jenjang Pendidikan S3 disiapkan oleh guru.

Ternyata respon siswa S1 dan S2 merupakan penalaran logis karena luas persegi 8 berada diantara luas persegi 4 dan 9. Luas persegi 4 dibentuk dari sisi dengan panjang 2 serta luas persegi 9 diperoleh dari sisi dengan panjang 3. Sehingga panjang sisi persegi dengan luas 8 berada diantara 2 dan 3. Oleh karena itu, respon S1 dan S2 merupakan On Task Behavior. Namun untuk respon S3 penalaran yang digunakan tidak berdasarkan permasalahan. Asumsi yang digunakan siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, respon S3 merupakan Off Task Behavior. Antisipasi guru dalam memprediksi respon siswa harus mencakup segala kemungkinan baik On Task Behavior maupun Off Task Behavior.

2.    Komponen Teknik

Teknik belajar adalah pengetahuan tentang cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur untuk mengajar atau menyajikan materi pembelajaran kepada siswa di kelas (Krisdiana, Apriandi, & Setyansah, 2014).

Gambar 2. Materi Pembelajaran Tiap Pertemuan

 

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang baik dapat menjelaskan berbagai tahap dalam penyampaian materi pembelajaran. Terdapat 5 pertemuan untuk membahas 1 kompetensi dasar dimana RPP ini berada pada pertemuan keempat dengan perincian teknik pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan. Praksiologi melihat bahwa terdapat keberlanjutan dari setiap tindakan sehingga diharapkan setiap pertemuan memiliki kontinuitas. Pada pertemuan ketiga membahas tentang bangun datar segiempat dengan luas 8 satuan yang merupakan apersepsi untuk pertemuan ke 4 yang membahas panjang sisi persegi dengan luas 8 satuan kemudian di perkenalkan simbol “√” kemudian digunakan untuk latihan pada pertemuan kelima.

3.    Komponen Teknologi

Media belajar adalah sarana menyalurkan ilmu dalam pembelajaran. Media belajar yang direncanakan dengan baik, membantu siswa dalam mengkonstruksi dan memahami materi pelajaran (Heswari & Patri, 2022). Pengembangan media informasi di era kebebasan informasi saat ini, memacu pengembangan media pembelajaran juga lebih baik. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai media pembelajaran adalah permintaan (Prajana, 2017). Meskipun desain media berbasis teknologi membutuhkan kompetensi khusus, itu tidak bermakna bahwa media dijauhi dan ditinggalkan.

Media pembelajaran berbasis teknologi dapat berupa internet, intranet, ponsel, dan ruang CD/flash disk. Keunggulan dalam teknologi informasi telah mendukung banyak perubahan, termasuk di bidang pendidikan yang menghasilkan konsep e-learning. Pemakaian e-learning ini membuat implementasi pembelajara lebih efektif dan efisien. Penggunaan e-learning mengharapkan siswa untuk aktif dan kreatif (Elyas, 2018).

 

Gambar 3. Media Pembelajaran

 

Media pembelajaran dapat dibuat dari berbagai sumber. Misalnya pada RPP terdapat media pembelajaran dengan memperkirakan sisi persegi dengan luas 8 satuan terhadap persegi dengan luas 4 yang memiliki panjang sisi 2 serta persegi dengan luas 9 yang memiliki panjang sisi 3 sehingga panjang sisi dari persegi dengan luas 8 berada pada 2 dan 3. Kemudian dengan metode trial and error dimulai dari 2,5; 2,8; 2,82 dan 2;825 yang menghasilkan luas lebih kecil dari 8 setelah itu 2,83 dan 2,9 menghasilkan luas lebih besar dari 8 sehingga solusi semakin mengerucut antara 2,825 dan 2,83. Diperoleh solusi berupa  sebagai solusi yang sesuai. Praksiologi lebih menekankan penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran sehingga kegiatan belajar dapat relevan dengan perkembangan zaman dimana era perkembangan teknologi dan komunikasi sangat pesat. Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa. Respon siswa juga sangat terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi yang sudah diperoleh siswa diluar kegiatan pembelajaran. Perlu adanya penyesuaian media pebelajaran sehingga dapat menarik minat siswa untuk belajar dengan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Pada RPP belum menerapkan teknologi dalam proses pembelajaran sehingga komponen teknologi belum terpenuhi.

4.    Komponen Teori

Teori pembelajaran konstruktivis memahami pembelajaran sebagai proses konstruksi pengetahuan oleh siswa secara mandiri. Pengetahuan ada pada seseorang yang tahu (Saputro & Pakpahan, 2021). Dengan kata lain, karena konstruksi pengetahuan berfokus pada siswa, siswa harus aktif selama proses belajar, berpikir aktif, menemukan konsep, dan memberikan arti tentang hal -hal yang sedang dipelajari, namun realisasi gejala pembelajaran yang ditentukan adalah niat pembelajaran siswa itu sendiri.

 

Gambar 4. Poin Evaluasi

 

 

Pada RPP terdapat poin evaluasi dimana fokus evaluasi terdapat pada siswa. Praksiologi memandang kegiatan pembelajaran membentuk pemahaman siswa dari pengalaman siswa sendiri. Terdapat beberapa evaluasi misalnya apakah siswa mampu menemukan bahwa untuk mencari panjang sisi dengan luas 8 satuan dimulai dengan mengecek 2,5 dikali 2,5. Kemudian apakah siswa dapat dengan mudah memahami permasalahan yang diajukan oleh guru. Dapatkan siswa membuat ulang persegi sehingga dapat menyederhanakan problem. Apakah siswa memahami bahwa panjang sisi dengan luas 8 satuan lebih besar 2 karena luas persegi dengan panjang sisi 2 yaitu 4 satuan. Apakah siswa menerima bahwa solusi dari persegi dengan luas 8 satuan sebesar  terkait dengan notasi yang baru diperkenalkan serta penalaran logis dari solusi tersebut. Oleh karena itu, siswa dapat membentuk pemahaman dari pengalaman belajar siswa sendiri. Guru berperan sebagai sebagai fasilitator dengan siswa sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis rencana pelaksanaan pembelajaran dengan komponen praksiologi dapat disimpulkan bahwa komponen tipe penugasan sudah mencakup on task behavior serta off task behavior. Komponen teknik sudah sesuai karena informasi pada setiap pertemuan memiliki kontinuitas. Komponen teknologi pada media pembelajaran belum memenuhi komponen praksiologi sehingga perlu adanya peningkatan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Serta penyesuaian dengan penggunaan teknologi yang sudah dimiliki siswa. Komponen teori berisi teori konstruktivis sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar siswa sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bibliografi

 

Arafat, Gusti Yasser. (2019). Membongkar isi pesan dan media dengan content analysis. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33), 32–48. http://dx.doi.org/10.18592/alhadharah.v17i33.2370

Asri, Rahman. (2020). Membaca film sebagai sebuah teks: analisis isi film “nanti kita cerita tentang hari ini (nkcthi).” Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial, 1(2), 74–86. http://dx.doi.org/10.36722/jaiss.v1i2.462

Batoebara, Maria Ulfa. (2016). Dampak Moral Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Bagi Manusia. Warta Dharmawangsa, (49). https://doi.org/10.46576/wdw.v0i49.161

Darim, Abu. (2020). Manajemen Perilaku Organisasi Dalam Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Kompeten. Munaddhomah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 22–40. https://doi.org/10.31538/munaddhomah.v1i1.29

Elyas, Ananda Hadi. (2018). Penggunaan model pembelajaran e-learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Warta Dharmawangsa, (56). https://doi.org/10.46576/wdw.v0i56.4

Erwinsyah, Alfian. (2017). Manajemen pembelajaran dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas guru. Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(1), 69–84.

Heswari, Sonya, & Patri, Sonya Fiskha Dwi. (2022). Pengembangan media pembelajaran matematika berbasis android untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(8), 2715–2722. https://doi.org/10.47492/jip.v2i8.1151

Krisdiana, Ika, Apriandi, Davi, & Setyansah, Reza Kusuma. (2014). Analisis kesulitan yang dihadapi oleh guru dan peserta didik sekolah menengah pertama dalam implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika (studi kasus eks-karesidenan Madiun). JIPM (Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika), 3(1). http://doi.org/10.25273/jipm.v3i1.492

Maufiroh, Indah Mutimatul, & Lukmana, Iwa. (2020). Representasi Gender dalam Buku Teks Bahasa Inggris Kelas X SMA di Indonesia: Analisa Linguistik Fungsional Sistematis. Jurnal Penelitian Pendidikan, 20(1), 42–51.

Nurcahyono, Novi Andri, & Novarina, Eka. (2020). Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Berdasarkan Indikator Kemampuan Imajinasi Matematis Siswa. JKPM (Jurnal Kajian Pendidikan Matematika), 6(1), 121–130. http://dx.doi.org/10.30998/jkpm.v6i1.8291

Prajana, Andika. (2017). Pemanfaatan aplikasi whatsapp untuk media pembelajaran dalam lingkungan uin ar-raniry Banda Aceh. Cyberspace: Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi, 1(2), 122–133.

Saputro, M.Nugroho Adi, & Pakpahan, Poetri Leharia. (2021). Mengukur Keefektifan Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. JOEAI: Journal of Education and Instruction, 4(1), 24–39. https://doi.org/10.31539/joeai.v4i1.2151

Shofuhah, Maufurotus. (2016). Perilaku Siswa Yang Tidak dikehendaki (off task behavior) dan penanganan konselor di SDIT At-taqwa Surabaya. State University of Surabaya.

Sulaeman, Arif Ramdan, Fazri, Anhar, & Fairus, Fairus. (2020). Strategi Pemanfaatan Youtube Dalam Bidang Dakwah Oleh Ulama Aceh. Communication, 11(1), 81–93. http://dx.doi.org/10.36080/comm.v11i1.1009

Yusuf, Irwan, & Asrifan, Andi. (2020). Peningkatan Aktivitas Kolaborasi Pembelajaran Fisika Melalui Pendekatan Stem Dengan Purwarupa Pada Siswa Kelas Xi Ipa Sman 5 Yogyakarta:(Improving Collaboration of Physics Learning Activities through the STEM Approach). Uniqbu Journal of Exact Sciences, 1(3), 32–48. https://doi.org/10.47323/ujes.v1i3.68