pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 3, No. 7, Juli 2022 http://jist.publikasiindonesia.id
Doi : 10.36418/jist.v3i7.450 877
PENENTUAN TINGKAT EFISIENSI KOMPOSISI H3PO4 PADA PROSES
DEGUMMING DALAM PEMBUATAN PURE PLANT OIL DARI CRUDE PALM OIL
OFF-GRADE
Dany Almay Arsanto
1
*, Darmawan Wahyu Pratama
2
, SD Sumbogo Murti
3
, Sintha
Soraya
4
, Widya
5
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya, Indonesia
1*, 2, 4
, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi
3
, Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, Indonesia
5
Email: 1631010182@student.upnjatim.ac.id
1*
2
,
3
4
, widyaaa2115@gmail.com
5
*Koresponden Dany Almay Arsanto
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diajukan : 27-06-2022
Diterima : 14-07-2022
Diterbitkan : 25-07-2022
Pure Plant Oil (PPO) adalah minyak yang diperoleh secara langsung
baik dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak, minyak yang
telah dimurnikan, maupun minyak kasar tanpa melibatkan modifikasi
secara kimia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas PPO
sebagai bahan bakar alternatif substitusi HSD (High Speed Diesel).
Penelitian ini menggunakan metode Do Of Eksperiment (DOE) yang
terdiri dari dua perlakuan yaitu sebelum degumming dan setelah
degumming. Proses Degumming dilakukan dengan menggunakan
H3PO4 untuk pemisahan getah. Proses Netralisasi dilakukan dengan
larutan NaOH untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau
pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Kondisi yang
dijalankan dalam Proses Degumming dan Netralisasi yaitu Konsentrasi
(20 %, 30 % dan 40 %), dan Volume (20 ml, 30 ml dan 40 ml). Nilai
kalor dan flash point digunakan sebagai parameter uji produk PPO.
Jumlah kadar H
3
PO
4
yang paling efektif untuk digunakan sebagai reagen
saat proses degumming yaitu 0,3, dimana konsentrasi H
3
PO
4
40 %
sebanyak 20 ml mampu mengikat Gum pada CPO Off-Grade sebanyak
6 ml. Nilai kalor CPO yang diuji menggunakan bomb calorimeter adalah
9.778 Kal/g dan flash point PPO sesuai dengan ASTM D 92 adalah 287
o
C, dan telah sesuai dengan standar mutu Minyak Nabati Murni (PPO)
sebagaimana ditetapkan dalam SNI, Nomor 73/KEP/BSN/2/2006.
ABSTRACT
Pure Plant Oil (PPO) is oil obtained directly from pressing or pressing
oil seeds, purified oil, or crude oil without involving chemical
modification. The purpose of this study was to determine the quality of
PPO as an alternative fuel to substitute for HSD (High Speed Diesel).
This study uses the Do Of Experiment (DOE) method which consists of
two treatments, namely before degumming and after degumming.
Degumming process is carried out using H3PO4 for latex separation.
Neutralization process is carried out with NaOH solution to separate
free fatty acids from oil or fat, by reacting free fatty acids with bases or
other reagents to form soap (soap stock). The conditions carried out in
Kata Kunci: crude palm oil
(CPO); degumming;
netralisasi; pure plant oil
(PPO)
Dany Almay Arsanto, Darmawan Wahyu Pratama, SD Sumbogo Murti, Sintha Soraya, Widya
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 878
Keywords: crude palm oil
(CPO); degumming;
neutralization; pure plant oil
(PPO)
the Degumming and Neutralization Process are Concentration (20%,
30% and 40%), and Volume (20 ml, 30 ml and 40 ml). The calorific value
and flash point were used as test parameters for PPO products. The most
effective amount of H3PO4 for use as a reagent during the degumming
process is 0.3, where a concentration of 40% H3PO4 as much as 20 ml
is able to bind Gum to Off-Grade CPO as much as 6 ml. The calorific
value of CPO tested using a bomb calorimeter is 9,778 Cal/g and the
flash point of PPO in accordance with ASTM D 92 is 287 oC, and is in
accordance with the quality standard of Pure Vegetable Oil (PPO) as
stipulated in SNI, Number 73/KEP/BSN/ 2/2006.
CC BY SA 2022
Pendahuluan
Permasalahan energi di sektor transportasi maupun industri selalu menjadi
perhatian publik akibat dari pemanfaatan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang
sangat dominan di sektor ini. Secara teknis BBM masih merupakan bahan bakar yang
paling mudah diakses oleh masyarakat dibandingkan energi final lainnya. Walaupun
harga BBM bersubsidi sudah dinaikkan, namun jumlah subsidi dari tahun ke tahun
cenderung meningkat, akibat konsumsi BBM yang juga meningkat secara pesat (Silalahi
& Mauleny, 2011). Kebijakan yang terkait dengan penyediaan BBM selalu menjadi isu
nasional dan menjadi bahan diskusi yang sangat penting. Energi alternatif sudah
seharusnya mulai menjadi pilihan untuk mengurangi beban penyediaan BBM fosil (Al
Akbar, 2013).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan pemanfaatan energi alternatif untuk
substitusi BBM perlu didukung oleh semua pihak, dan dipercepat realisasinya. Salah satu
solusinya adalah perlunya segera pemberdayaan energi alternatif berbasis biomassa, yaitu
Bahan Bakar Nabati (BBN) (Salsabila, Ajie, & Santoso, 2022). BBN ini merupakan
bahan bakar yang berasal dari hasil pengolahan biomassa yang bersifat ramah lingkungan
dan tidak akan menyebabkan peningkatan pemanasan global secara signifikan
dibandingkan dengan sumber energi yang berasal dari fosil. Beberapa hasil perekayasaan
teknologi BBN yang mengemuka saat ini antara lain, yaitu biodiesel, bioetanol dan
minyak nabati murni atau pure plant oil (PPO) (Prihandana, Hambali, Mujdalipah, &
Hendroko, 2007).
Alternatif penggunaan BBM yang paling realistis saat ini adalah BBN berasal dari
minyak sawit (crude palm oil, CPO) (Dharmawan, Sudaryanti, Prameswari, Amalia, &
Dermawan, 2018). BBN ini ketersediaannya relatif melimpah, tersebar di wilayah
khususnya Sumatera dan Kalimantan, serta bersifat ramah lingkungan. Produksi CPO saat
ini sekitar 30 juta ton per tahun dan diperkirakan akan meningkat terus tiap tahunnya
(Tety, Hutabarat, & Putra, 2012), namun kenaikan produksi tersebut masih belum
diimbangi oleh penyerapan minyak kelapa sawit mentah oleh industri hilir untuk diolah
menjadi berbagai macam produk lebih lanjut. Perkembangan kondisi global sangat
memprihatinkan, harga minyak kelapa sawit cenderung akan menurun dan diprediksi
Penentuan Tingkat Efisiensi Komposisi H3po4 pada Proses Degumming dalam Pembuatan
Pure Plant Oil dari Crude Palm Oil off-Grade
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 879
dalam tahun-tahun mendatang pasar CPO akan jenuh yang berakibat pada menurunnya
harga CPO (Rahman, 2018).
Saat ini, PPO sudah mulai dimanfaatkan terbatas pada Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) dengan campuran bahan bakar sampai dengan 50% PPO dan 50% HSD
tanpa mengalami permasalahan operasional signifikan. Hal ini ditimbang bahwa harga
PPO (atau refined bleached deodorized palm oil, RBDPO) selalu lebih rendah dari harga
HSD. Pemanfaatan PPO ini berpeluang diperluas untuk PLTD lainnya, bahkan untuk
Pembangkit Listrik Turbin Gas (PLTG). Dengan potensi penghematan biaya bahan bakar
yang cukup signifikan, maka kajian pemanfaatan PPO maupun biodiesel khususnya untuk
penggunaan pada PLTG perlu dilakukan sebelumnya untuk memastikan kelayakan
teknisnya sebagai pengganti bahan bakar HSD.
PPO merupakan bahan bakar yang lebih sederhana, dan lebih tepat untuk bahan
bakar pada pembangkit listrik. PPO, juga dikenal sebagai atau Pure Vegetable Oil (PVO)
atau Straight Vegetable Oil (SVO), terutama tersusun oleh gliserida nabati. PPO
umumnya diperoleh dari buah-buahan atau biji-bijian yang dapat dimakan atau tidak
dapat dimakan dari berbagai dan tanaman oleaginous yang sangat berbeda, seperti kelapa
sawit, kapas, bunga matahari, jarak pagar, karanja, kedelai, lobak, brassica, kopra, kacang
tanah, dan banyak lainnya. Ini dapat diproduksi dengan ekstraksi mekanik (pengepresan)
dan kimia (pelarut), dalam beberapa kasus prosesnya bisa diikuti oleh pemurnian kimia
dan atau fisik untuk meningkatkan kualitas minyak (bahan bakarnya) (Darni, Lismeri, &
Darmansyah, 2019). Ekstraksi skala kecil yang terdesentralisasi biasanya dilakukan
hanya melalui penekanan mekanis dan penyaringan, sedangkan ekstraksi industri
biasanya dilakukan dengan penekanan mekanis diikuti dengan ekstraksi kimia dan
pemurnian minyak. Kemungkinan untuk menjalankan traktor, turbin dan mesin kecil
membuat PPO menjadi bahan bakar diesel alternatif yang menarik di daerah pedesaan,
dengan mencampur bahan bakar solar dengan PPO tersebut, misalnya P20 (20% PPO dan
80% solar).
Dibandingkan dengan bahan bakar solar, biasanya PPO memiliki viskositas lebih
tinggi (sekitar satu urutan besarnya), kepadatan (hingga + 10%), angka Cetane yang lebih
rendah (33-38 dibandingkan > 45) dan nilai kalor (36-38 berbanding 42-43 MJ) / kg).
Titik awannya juga cenderung lebih tinggi, hingga + 30 ° C jika dibandingkan dengan
minyak diesel ringan. PPO juga mengandung beberapa kontaminan, misalnya fosfor.
Stabilitas oksidasi dan jumlah/angka yodium, keasaman dan residu karbon juga
merupakan masalah penting dalam hal kualitas PPO. Sifat-sifat PPO ini, terutama
viskositas tinggi, sangat mempengaruhi karakteristik semprotan bahan bakar di ruang
bakar, seperti penetrasi semprotan, sudut semprotan dan ukuran dan distribusi tetesan,
sementara kontaminan menghasilkan masalah jangka panjang pada injektor,
penyimpanan. PPO dapat berhasil digunakan dalam sistem yang dikonversi, biasanya
mesin (Lubad, 2010). Namun, pengetahuan lebih lanjut harus diperoleh dalam bidang ini
untuk mengatasi keterbatasan teknis penggunaan jangka panjang PPO, yaitu engine
chocking untuk IC, penghentian injeksi bahan bakar, pembentukan gusi dan pelekatan
piston, atau untuk mengembangkan aplikasi baru, seperti mikro turbin gas.
Dany Almay Arsanto, Darmawan Wahyu Pratama, SD Sumbogo Murti, Sintha Soraya, Widya
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 880
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas PPO sebagai bahan bakar
alternatif substitusi HSD (High Speed Diesel). Hasil dari penelitian ini akan menunjukkan
tingkat kelayakan minyak nabati murni (PPO) dengan melakukan pengujian optimasi
bahan bakar PPO secara kimia. Prosedur yang akan kami lakukan yaitu dengan proses
pembuatan PPO dengan cara degumming (pemisahan gum), lalu dilanjutkan ke proses
netralisasi dan pemurnian (pemisahan Asam Lemak Bebas), setelah CPO berubah
Menjadi PPO maka langkah selanjutnya yaitu uji Persen FFA untuk membuktikan bahwa
CPO sudah berubah Menjadi PPO. Lalu melakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil
yang optimum.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Do Of Eksperiment (DOE) yang terdiri dari
dua perlakuan yaitu sebelum degumming dan setelah degumming dengan konsentrasi
asam phospat yang meliputi 0,5 % dan 1%, masing-masing sample dilakukan sebanyak
lima kali sesuai dengan penggunaan bleaching earth 0%, 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%.
Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan yaitu sebelum proses degummingdan setelah proses
degumming. Bahan utama yang digunakan adalah CPO off-grade (Crude Palm Oil off-
grade), H
3
PO
4
(Asam Phospat), NaOH (Natrium Hidroksida), Aquadest, Indikator
Phenolphtalein, Asam Oksalat.
Gambar 1. Rangkaian Alat Proses Degumming dan Netralisasi
Keterangan :
1. Beaker Glass
2. Magnetic Stirrer
1
2
Penentuan Tingkat Efisiensi Komposisi H3po4 pada Proses Degumming dalam Pembuatan
Pure Plant Oil dari Crude Palm Oil off-Grade
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 881
Gambar 2. Rangkaian Alat Corong Pemisah
Keterangan :
1. Corong Pemisah
2. Klem
3. Statif
4. Gelas Ukur
1. Analis Kadar FFA
Menyiapkan 5 mL Sampel yang akan di degumming di dalam Erlenmeyer 250
mL. kemudian menambahkan 50 mL Etanol 95%. menambahkan 2 mL indikator
fenolftalein (pp). setelah itu mentitrasi dengan NaOH 0,01 M yang telah distandarisasi
dengan Asam Oksalat 0.01 M. Titrasi dihentikan sampai terbentuk larutan berwarna
merah muda dan tidak hilang selama 30 detik. Lalu mencatat volume NaOH yang
digunakan. Menghitung kadar FFA yang Didapat dengan rumus berikut:
%𝐹𝐹𝐴 =
𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝑀
𝑊 𝑥 1000
𝑥 100
2. Degumming dengan H3PO4
Menyiapkan minyak CPO Off Grade 400 ml sebanyak 9 botol/tempat.
Memanaskan 400 ml CPO Off Grade pada suhu 70
o
C. Bila suhu Minyak CPO Off
Grade sudah mencapai 70
o
C kemudian tambahkan sedikit demi sedikit H
3
PO
4
sesuai
variable yang sedang dijalankan (20, 30 dan 40 % sebanyak 20, 30 dan 40 ml) pada
tiap sampel 400 ml CPO Off Grade. Dengan kondisi teraduk 300 rpm dan tunggu
selama 30 menit. Kemudian campuran minyak tersebut dimasukkan ke dalam corong
pemisah untuk dipisahkan Gum yang terikat pada H
3
PO
4
. Melakukan proses tersebut
pada tiap sampel dengan variabel yang berbeda
Dany Almay Arsanto, Darmawan Wahyu Pratama, SD Sumbogo Murti, Sintha Soraya, Widya
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 882
3. Pemisahan Gum
Masukkan minyak yang telah di degumming ke dalam corong pemisah. Tunggu
beberapa menit agar Gum dan sisa H
3
PO
4
mengendap di bagian bawah corong
pemisah. Kemudian pisahkan minyak dengan Gum dan sisa H
3
PO
4
dengan membuka
kran corong pemisah sedikit demi sedikit. Tampung Gum dan sisa H
3
PO
4
di dalam
gelas ukur. Dalam gelas ukur kita akan melihat Gum yang terikat pada H
3
PO
4
dan
H
3
PO
4
sisa (yang tidak mengikat Gum). Catat perbandingan Gum yang terikat dan
H
3
PO
4
sisa dalam satuan ml (perbandingan ini untuk menentukan H
3
PO
4
teroptimum
pada tiap Sampel). Lakukan proses tersebut pada tiap sampel dengan variabel yang
berbeda. Sampel dengan hasil yang paling optimum akan dipilih untuk melanjutkan ke
pengujian berikutnya (Proses Netralisasi dan Pemurnian)
4. Degumming dengan H
3
PO
4
Optimum
Melakukan proses degumming seperti sebanyak 9 sampel dengan Konsentrasi
dan Volume H3PO4 teroptimum yang telah didapatkan dari proses sebelum nya.
5. Netralisasi dan Pencucian (water washing)
Memanaskan sampel minyak yang sudah di Degumming hingga 80
o
C. Bila suhu
sampel sudah mencapai 80
o
C, tambahkan sedikit demi sedikit NaOH sesuai variable
yang sedang dijalankan (10, 15, 20 % sebanyak 10, 15, 20 ml). Proses pemanasan
dilakukan selama 30 Menit. Kemudian akan terbentuk sabun pada sampel. Sabun yang
terdapat pada minyak kemudian dipisahkan dengan alat Centrifuge dengan kecepatan
putaran 40 RPM selama 3 menit. Sabun yang terkandung dalam minyak akan
Mengendap di bagian bawah tabung Centrifuge setelah proses sentrifugasi dijalankan.
Kemudian dilakukan penyaringan sampel hasil proses sentrifugasi dengan bantuan alat
penyaring agar hasil pemisahan lebih maksimal. Minyak Hasil penyaringan di tamping
di dalam Corong Pemisah untuk melakukan proses Pencucian minyak dengan aquades
(Water Washing)
6. Analisa Nilai Kalor dengan alat Bomb Kalorimeter
Sejumlah tertentu zat yang akan diuji ditempatkan dalam cawan platina dan
sebuah "kumparan besi” yang diketahui beratnya (yang juga akan dibakar)
ditempatkan pula pada cawan platina sedemikian sehingga menempel pada zat yang
akan diuji. Kalorimeter bom kemudian ditutup dan tutupnya lalu dikencangkan.
Setelah itu "bom" diisi dengan O2 hingga tekanannya mencapai 25 atm. Kemudian
"bom" dimasukkan ke dalam kalorimeter yang diisi air. Setelah semuanya tersusun,
sejumlah tertentu aliran listrik dialirkan ke kawat besi dan setelah terjadi pembakaran,
kenaikan suhu diukur. Kapasitas panas (atau harga air) “bom”, kalorimeter, pengaduk,
dan termometer ditentukan. dengan percobaan terpisah dengan menggunakan zat yang
diketahui panas pembakaran dengan tepat (Biasanya asam benzoate).
7. Prosedur Analisa Titik Nyala (Flash Point)
Sejumlah sampel dipanaskan dengan kecepatan pemanasan tertentu sambil
diaduk dalam sebuah cup tertutup yang tertentu pula. Pengujian penyalaan mulai
dilakukan pada saat sampel mencapai temperatur tertentu dengan mendekatkan api
menyala ke atas permukaan sampel, sampai flashpoint terdeteksi. Peralatan yang
Penentuan Tingkat Efisiensi Komposisi H3po4 pada Proses Degumming dalam Pembuatan
Pure Plant Oil dari Crude Palm Oil off-Grade
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 883
meliputi yaitu Normalab - NPM 221; Pensky Martens Closed Cup apparatus, LPG
dan selang regulator serta Ignition lighter.
Hasil dan Pembahasan
Gambar 3. Grafik hubungan antara jumlah Gum yang terikat (ml) dan Volume
H3PO4 (ml) terhadap konsentrasi H3PO4 (%)
Berdasarkan gambar 3 tersebut terlihat bahwa kenaikan jumlah kandungan Gum
yang terikat berbanding lurus dengan penambahan volume H3PO4, semakin besar
volume H3PO4 akan semakin besar pula jumlah Gum CPO Off-Grade yang terikat. Hal
ini disebabkan penambahan kadar Asam Phospat mengakibatkan terbentuknya senyawa
fosfolipida yang lebih mudah terpisah dari minyak. Acid degumming CPO dengan asam
fosfat dimaksudkan untuk memisahkan fosfatida yang merupakan sumber rasa dan warna
yang tidak diinginkan.
Gambar 4. Grafik hubungan antara jumlah Gum yang terikat (ml) dan
konsentrasi H3PO4 (%) terhadap Volume H3PO4 (ml)
Berdasarkan gambar 4 tersebut terlihat bahwa kenaikan jumlah kandungan Gum
yang terikat berbanding lurus dengan penambahan konsentrasi H3PO4, semakin besar
konsentrasi H3PO4 akan semakin besar pula jumlah Gum CPO Off-Grade yang terikat.
Menurut (Mayalibit, Sarungallo, & Paiki, 2020) pemisahan gum merupakan suatu proses
0
1
2
3
4
5
6
7
8
20 30 40
Gum yang terikat (ml)
Volume H3PO4 (ml)
Konsentrasi H3PO4
20%
Konsentrasi H3PO4
30%
Konsentrasi H3PO4
40%
0
1
2
3
4
5
6
7
8
20 30 40
Gum yang terikat (ml)
Konsentrasi H3PO4 (%)
Volume H3PO4 20ml
Volume H3PO4 30ml
Volume H3PO4 40ml
Dany Almay Arsanto, Darmawan Wahyu Pratama, SD Sumbogo Murti, Sintha Soraya, Widya
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 884
pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari fosfolipida, protein, residu, karbohidrat, air,
dan resin, tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas di dalam minyak. Biasanya proses
ini dilakukan dengan cara penambahan asam fosfat ke dalam minyak, kemudian diaduk
secara konstan sehingga akan membentuk senyawa fosfolipida yang lebih mudah terpisah
dari minyak.
Gambar 5. Grafik hubungan antara Tingkat Efisiensi Komposisi Degumming dan
Konsentrasi H3PO4 (%) terhadap Volume H3PO4 (ml)
Berdasarkan gambar 5 tersebut terlihat bahwa penambahan jumlah konsentrasi
H3PO4 mengalami kenaikan tingkat efisiensi degumming yang cukup signifikan, hal ini
disebabkan senyawa fosfolipid lebih mudah terpisah apabila dilakukan penambahan
kadar asam fosfat saat proses degumming.
Gambar 6. Grafik hubungan antara Tingkat Efisiensi Komposisi Degumming dan
Volume H3PO4 (ml) terhadap Konsentrasi H3PO4 (%)
Berdasarkan gambar 6 tersebut terlihat bahwa tingkat efisiensi komposisi
degumming cenderung mengalami penurunan seiring dengan ditambahkannya volume
H3PO4, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan volume H3PO4 berlebih pada
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
20 30 40
Konsentrasi H3PO4 (%)
Volume H3PO4 20ml
Volume H3PO4 30ml
Volume H3PO4 40ml
Tingkat efisiensi
komposisi
degumming
Penentuan Tingkat Efisiensi Komposisi H3po4 pada Proses Degumming dalam Pembuatan
Pure Plant Oil dari Crude Palm Oil off-Grade
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 885
proses degumming akan berakibat pada kurang optimalnya peran H3PO4 sebagai
pengikat gum dalam proses degumming itu sendiri.
Gambar 7. Grafik hubungan antara Volume NaOH dan Konsentrasi NaOH
saat Netralisasi terhadap Kadar FFA
Berdasarkan Grafik tersebut terlihat bahwa Kadar FFA akan semakin menurun bila
dilakukan penambahan jumlah volume larutan NaOH saat netralisasi. Kenaikan jumlah
NaOH saat netralisasi akan menurunkan kadar % FFA minyak CPO Off-Grade. Menurut
(Victoria & Zurzolo, 2017) dan (Andriyani, Nurhayati, & Suseno, 2017) hal tersebut
dikarenakan pada proses netralisasi, NaOH akan bereaksi dengan asam lemak bebas
menghasilkan sabun.
Gambar 8. Grafik Hubungan antara Volume NaOH dan Konsentrasi NaOH saat
Netralisasi terhadap Kadar FFA
Berdasarkan gambar 8 tersebut terlihat bahwa Kadar FFA akan menurun dengan
peningkatan konsentrasi larutan NaOH. Ini sesuai dengan pernyataan Vivtoria, 2017
bahwa pada proses netralisasi, NaOH akan bereaksi dengan asam lemak bebas
menghasilkan sabun.
Netralisasi dengan NaOH banyak dilakukan dalam skala industri karena lebih
efisien dan lebih murah dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya (Effendi, 2020),
0,70
0,80
0,90
1,00
1,10
1,20
1,30
10 15 20
Kadar FFA (%)
Volume NaOH (ml)
Konsentrasi NaOH
10%
Konsentrasi NaOH
15%
Konsentrasi NaOH
20%
Dany Almay Arsanto, Darmawan Wahyu Pratama, SD Sumbogo Murti, Sintha Soraya, Widya
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 886
dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik
yang reaksi penyabunan sebagai berikut:
𝑅 𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑅 𝐶𝑂𝑂𝑁𝑎
+ 𝐻
2
𝑂
Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70°C,
dimana reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan.
Soda kostik yang direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5% dari kebutuhan
stoikiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan (Anggriyani,
2021).
Tabel 1. Hasil Proses Netralisasi
Netralisasi
Kadar %FFA Setelah
Konsentrasi
Volume
Melakukan Degumming
NaOH (%)
NaOH (ml)
Netralisasi
10
10
1,1886
10
15
1,1207
10
20
1,0690
15
10
1,0690
15
15
0,9503
15
20
0,9163
20
10
0,9000
20
15
0,8315
20
20
0,7981
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata %FFA minyak kelapa sawit pasca
netralisasi menurun hingga 1,5496 % dari sebelumnya yang berkisar antara 2,34772 %.
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa pada konsentrasi NaOH 10% peningkatan volume dari
10 ml menjadi 20 ml akan menurunkan %FFA dari 1,1886 % menjadi 1,0690 %. Hal ini
juga terjadi pada netralisasi NaOH pada konsentrasi 15% dimana peningkatan volume
NaOH dari 10 ml menjadi 20 ml menurunkan %FFA dari 1,0690 % menjadi 0,9163 %.
Pada konsentrasi NaOH 20% menunjukkan kecenderungan yang sama dimana
peningkatan volume dari 10 ml menjadi 20 ml menurunkan %FFA PPO dari 0,9000 %
menjadi 0,7981 %.
Peningkatan konsentrasi NaOH pada saat netralisasi dari 10 % menjadi 20 %
dengan volume yang sama (10 ml) menurunkan %FFA dari 1,1886 % menjadi 0,9000 %.
Ini juga terjadi pada volume 15 ml dan 20 ml dengan konsentrasi yang sama, menurunkan
%FFA masing-masing dari 1,1207 % menjadi 0,8315 % dan dari 1,0690 % menjadi
0,7981 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan volume maupun konsentrasi
NaOH dapat menurunkan %FFA.
Penentuan Tingkat Efisiensi Komposisi H3po4 pada Proses Degumming dalam Pembuatan
Pure Plant Oil dari Crude Palm Oil off-Grade
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 887
Menurut (Ramadhanti, Maulidan, & Wahyudi, 2020) menyatakan bahwa %FFA
yang layak untuk bahan bakar yaitu kurang dari 1%. Maka dapat disimpulkan bahwa
produk Pure Plant Oil dari Minyak CPO Off-Grade pada penelitian ini sudah memenuhi
standar untuk dipakai menjadi alternatif bahan bakar.
Tabel 2. Hasil Analisa Parameter
Jenis Uji
Hasil
Metode Uji
Nilai Kalor
9,778 Kal/g
Bomb Kalorimeter
Flash Point
287
o
C
ASTM D 92
Sumber: Hasil pengolahan data
Dalam analisa Nilai Kalor dan Flash Point, variabel yang diujikan hanya satu
sampel, yang diambil dari sampel dengan komposisi variabel dengan hasil yang terbaik
pada proses Degumming dan Netralisasi, yakni 40% H
3
PO
4
20ml (degumming) dan 20%
NaOH 20 ml (netralisasi) dengan hasil yang tercantum pada tabel tersebut.
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai kalor PPO yang diuji
menggunakan bomb calorimeter adala 9.778 Kal/g dan flash point PPO sesuai dengan
ASTM D 92 adalah 287
o
C.
Hasil penelitian ini telah sesuai dengan standar mutu Minyak Nabati Murni (PPO)
sebagaimana ditetapkan dalam SNI Nomor 73/KEP/BSN/2/2006.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa telah berhasil membuat PPO dengan bahan baku
CPO Off-Grade dengan metode degumming dan netralisasi. Jumlah kadar H
3
PO
4
yang
paling efektif untuk digunakan sebagai reagen saat proses degumming yaitu 0,3, dimana
konsentrasi H
3
PO
4
40 % sebanyak 20 ml mampu mengikat Gum pada CPO Off-Grade
sebanyak 6 ml. Nilai kalor PPO yang diuji menggunakan bomb calorimeter adalah 9.778
Kal/g dan flash point PPO sesuai dengan ASTM D 92 adalah 287
o
C, dan telah sesuai
dengan standar mutu Minyak Nabati Murni (PPO) sebagaimana ditetapkan dalam SNI,
Nomor 73/KEP/BSN/2/2006.
Dany Almay Arsanto, Darmawan Wahyu Pratama, SD Sumbogo Murti, Sintha Soraya, Widya
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 888
Bibliografi
Al Akbar, Nuruddin. (2013). Masa Depan Keamanan energi indonesia telaah kritis atas
problematika dan prospek pengembangan kelapa sawit sebagai energi alternatif di
indonesia. Jurnal Kawistara, 3(3).
Andriyani, Pitria, Nurhayati, Tati, & Suseno, Sugeng Heri. (2017). Pengaruh oksidatif
minyak ikan sardin untuk pangan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia,
20(2), 275285.
Anggriyani, Febby. (2021). Penentuan Bilangan Peroksida dari Refining Crude Palm Oil
Menjadi Red Palm Oil dengan Metode Titrasi Iodometri di Pusat Penelitian Kelapa
Sawit Medan.
Darni, Yuli, Lismeri, Lia, & Darmansyah, Darmansyah. (2019). Industri Proses Kimia.
Dharmawan, Arya Hadi, Sudaryanti, Diyane Astriani, Prameswari, Audina Amanda,
Amalia, Rizka, & Dermawan, Ahmad. (2018). Pengembangan bioenergi di
Indonesia. Edisi: Peluang Dan Tantangan Kebijakan Industri Biodiesel, CIFOR,
Indonesia.
Effendi, Muhamad Ridwan. (2020). Mitigasi Intoleransi dan Radikalisme Beragama di
Pondok Pesantren Melalui Pendekatan Pembelajaran Inklusif. Paedagogie: Jurnal
Pendidikan Dan Studi ISlam, 1(01), 5477. https://doi.org/10.52593/pdg.01.1.05
Lubad, Aziz Masykur. (2010). Program Nasional Biofuel dan Realitasnya di Indonesia.
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi, 44(3), 307318.
Mayalibit, Abidin Pratama, Sarungallo, Zita Letviany, & Paiki, Sritina N. (2020).
Pengaruh Proses Degumming Menggunakan Asam Sitrat Terhadap Kualitas
Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk). Agritechnology, 2(1), 2331.
https://doi.org/10.51310/agritechnology.v2i1.25
Prihandana, Rama, Hambali, Erliza, Mujdalipah, Siti, & Hendroko, Roy. (2007). Meraup
untung dari jarak pagar. AgroMedia.
Rahman, Syamsul. (2018). Membangun pertanian dan pangan untuk mewujudkan
kedaulatan pangan. Deepublish.
Ramadhanti, Fanny Aulia, Maulidan, Fikri, & Wahyudi, Bambang. (2020). Pemanfaatan
CPO Off-Grade Dalam Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis CaO Pada
Reaksi Transesterifikasi. ChemPro, 1(02), 2631.
https://doi.org/10.33005/chempro.v1i02.16
Salsabila, Aulia Zahra, Ajie, Kuna, & Santoso, Rio Teguh. (2022). Gambaran Umum
tentang Peluang, Kendala dan Pilihan untuk Meningkatkan Penggunaan Tanah di
Provinsi Lampung. Widya Bhumi, 2(1), 6587. https://doi.org/10.31292/wb.v2i1.17
Penentuan Tingkat Efisiensi Komposisi H3po4 pada Proses Degumming dalam Pembuatan
Pure Plant Oil dari Crude Palm Oil off-Grade
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 889
Silalahi, Sahat Aditua, & Mauleny, Ariesy Tri. (2011). Kebijakan Sektor Hulu dan Hilir
Gas Bumi dalam Rangka Memenuhi Kebutuhan dalam Negeri. Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik, 2(1), 527558.
Tety, Ermi, Hutabarat, Sakti, & Putra, Fajar Manggala. (2012). Prospek komoditas
minyak kelapa sawit (CPO) dalam pengembangan biodiesel sebagai alternatif
bahan bakar di Indonesia. PEKBIS (Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis), 4(3),
152162. https://doi.org/10.31258/pekbis.4.3.152-162
Victoria, Guiliana Soraya, & Zurzolo, Chiara. (2017). The spread of prion-like proteins
by lysosomes and tunneling nanotubes: Implications for neurodegenerative
diseases. Journal of Cell Biology, 216(9), 26332644.
https://doi.org/10.1083/jcb.201701047