pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 3, No. 7 Juli 2022 http://jist.publikasiindonesia.id
Doi : 10.36418/jist.v3i7.445 772
EFEKTIVITAS HUBUNGAN KERJASAMA INDONESIA-AUSTRALIA MELALUI
PROGRAM AUSAID DI SEKTOR PENDIDIKAN ERA JOKOWI PADA TAHUN
Jofanka Alfiano
1*
, Putri Hergianasari
2
, Triesanto Romulo Simanjuntak
3
,
Muhammad Fahmi
4
Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
1, 2
Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
3
Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, Indonesia
4
Email: Jalfiano70@gmail.com
1*
, Hergianasari.putri@staff.uksw.edu
2
,
3
, Fahmimuhammad103@gmail.com
4
*Correspondence Jofanka Alfiano
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diajukan : 18-06-2022
Diterima : 12-07-2022
Diterbitkan : 25-07-2022
Tulisan ini akan membahas bagaimana hubungan kerja sama antara
Indonesia dengan Australia melalui AusAID yang menghasilkan
berbagai program bantuan di sektor pendidikan pada era Joko Widodo
pada tahun 2014-2019, yang mana penelitian ini akan melihat bagaimana
efektivitas dari kerja sama tersebut. Indonesia memiliki permasalahan
yang mendesak di sektor pendidikan. Hal ini disebabkan karena
menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia dan tingkat putus sekolah
yang memprihatinkan. Oleh karena itu, perlu adanya langkah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya melalui
kerja sama dengan Australia. Hubungan bilateral antara Indonesia dan
Australia sendiri sudah terjalin sejak lama sehingga kerja sama di sektor
pendidikan antara kedua negara dirasa dapat memberi manfaat. Pada
dasarnya, Indonesia memiliki berbagai kebijakan di sektor pendidikan
seperti wajib belajar 9 tahun dan pengembangan pendidikan karakter.
Sementara itu, Australia memiliki kebijakan luar negeri di bidang
pendidikan yang berfokus pada asistensi peningkatan kualitas
pendidikan dan bantuan secara langsung. Kerja sama antara Indonesia-
Australia di bidang pendidikan dapat dilihat dari berjalannya program
seperti Education Partnership, Technical Assistance for Education
System Strengthening, ProDEP, dan Innovation for Indonesia's School
Children. Program kerja sama tersebut menghasilkan berbagai capaian
seperti ketersediaan infrastruktur dan sarana prasarana pendidikan,
peningkatan kualitas tenaga pendidik dan pelayanan pendidikan,
peningkatan kurikulum metode belajar yang efektif, serta aksesbilitas
kualitas pendidikan dalam mencapai kesetaraan gender dan ramah
disabilitas. Penulis menggunakan teori Liberalisme untuk menjabarkan
seberapa efektif kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Australia di
sektor Pendidikan indonesia melalui AusAID. Peneliti melihat bahwa
kerja sama pendidikan antara Indonesia dengan Australia di era Joko
Widodo cukup efektif untuk membantu mengatasi berbagai isu
pendidikan di Indonesia.
ABSTRACT
This paper will discuss how the cooperative relationship between
Indonesia and Australia through AusAID resulted in various assistance
programs in the education sector during the Joko Widodo era from 2014
to 2019, in which this research will look at the effectiveness of the
cooperation. Indonesia has pressing problems in the education sector.
This is due to the declining quality of education in Indonesia and the
alarming dropout rate. Therefore, it is necessary to take steps to improve
the quality of education in Indonesia, one of which is through
Kata kunci: Pendidikan;
Indonesia; Australia; AusAID
Efektivitas Hubungan Kerjasama Indonesia-Australia melalui Program Ausaid di Sektor
Pendidikan Era Jokowi pada Tahun 2014-2019
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 773
Keywords: Education;
Indonesia; Australia; AusAID
cooperation with Australia. Bilateral relations between Indonesia and
Australia have existed for a long time so cooperation in the education
sector between the two countries is considered to be beneficial.
Indonesia has various policies in the education sector such as 9-year
compulsory education and character education development.
Meanwhile, Australia has a foreign policy in the field of education that
focuses on assistance in improving the quality of education and direct
assistance. The cooperation between Indonesia and Australia in the field
of education can be seen in the implementation of programs such as the
Education Partnership, Technical Assistance for Education System
Strengthening, ProDEP, and Innovation for Indonesia's School
Children. The cooperation program resulted in various achievements,
such as the availability of educational infrastructure and facilities,
improving the quality of educators and educational services, improving
the curriculum for effective learning methods, as well as the accessibility
of education quality in achieving gender equality and being disability-
friendly. The author uses Liberalism theory to describe how effective the
cooperation between Indonesia and Australia in the Indonesian
education sector is through AusAID. Researchers see that educational
cooperation between Indonesia and Australia from 2014 to 2019 was
effective in helping to overcome various educational issues in Indonesia
CC BY SA 2022
Pendahuluan
Salah satu permasalahan yang penting dan mendesak di Indonesia adalah
pendidikan. Beberapa tahun lalu, akibat penurunan kualitas pendidikan di Indonesia, data
terkait pendidikan di dalam negeri dapat dikatakan memprihatinkan. Dibuktikan pada
tahun 2018, jumlah pemuda Indonesia usia 15-24 yang mengikuti pendidikan atau
pelatihan baru mencapai 48,7% d sebanyak 20% remaja Indonesia berusia antara 15 dan
19 tahun tidak bersekolah, bekerja atau menerima pelatihan (Armalena, Syahrizal,
Yuherman, & Asril, 2021). Hal ini dipicu oleh berbagai hal, seperti kurangnya kesadaran
dalam memenuhi kewajiban pendidikan, rendahnya faktor ekonomi yang mengakibatkan
tidak memenuhi kebutuhan pendidikan sehingga sulit untuk meciptakan daya saing
dengan negara-negara lain.
Fakta terkait pendidikan tidak sebanding dengan pentingnya pendidikan bagi
Indonesia. Pendidikan merupakan proses perantara bagi pembangunan semua sektor
pembangunan (Naryoso, 2016). Dalam konteks pembangunan, pembangunan pendidikan
mencakup empat aspek, yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik (Solichin, 2015).
Dalam konteks sosial, pendidikan mampu melahirkan manusia yang mampu membawa
perubahan sosial dalam masyarakat dan mendorong akselerasi mobilitas masyarakat yang
bermuara pada terbentuknya bentuk-bentuk sosial baru. Bentuk sosial baru berupa
organisasi, komunitas, dan perkumpulan komunitas. Pada aspek budaya, pendidikan
mampu menciptakan norma dan nilai sosial manusia, serta menanamkan semangat dalam
masyarakat. Dengan cara ini, masyarakat memiliki rasa toleransi yang tinggi dan
menghormati keragaman budaya dan agama masyarakat lainnya. Aspek ekonomi
pendidikan mampu melahirkan masyarakat yang cerdas dan andal sebagai penggerak
Jofanka Alfiano, Putri Hergianasari, Triesanto Romulo Simanjuntak, Muhammad Fahmi
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 774
pembangunan ekonomi negara. Pada tataran politik, pendidikan dapat menjadikan
manusia sebagai warga negara yang baik dan memiliki pemahaman yang lebih tinggi
tentang hak dan kewajibannya sebagai masyarakat (Soepandji, 2018).
Indonesia sudah memiliki hubungan kerja sama dengan Australia sejak awal
kemerdekaannya. Hal ini dibuktikan dengan dukungan dan pengakuan kedaulatan
Australia pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang mana hubungan ini
semakin berkembang (Sunarti, 2016). Pada tahun 2010 terdapat kunjungan yang
dilakukan secara berkala oleh kedua negara, Indonesia yang pada saat itu dipimpin oleh
SBY sebagai Presiden dan Australia dipelopori oleh perdana menteri yaitu Julia Gillard
membahas 28 poin kerjasama, salah satunya kerjasama dalam peningkatan pendidikan di
masing-masing negara. Pemerintah Indonesia dan Australia telah merancangkan suatu
prorgam pembangunan pendidikan dalam rangka untuk pembangunan Internasional
dengan badan Australia atau Australian Agency for International Development (AusAID)
yang telah melakukan konsultasi dengan Departemen Pendidikan Nasional (DPN),
Departemen Agama (DEPAG), Departemen Keuangan (Depkeu), dan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) guna membangun rencana strategis
untuk mencapai prioritas utama yaitu peningkatan akses pada pendidikan dasar, kualitas,
standar, penguatan tata kelola pendidikan serta mekanisme akuntabilitas. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan pembangunan
pendidikan di Indonesia yang dilaksanakan pada Tahun 2010-2014 dan pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) pada tahun 2005-2025, dalam hal ini Kementrian
Pendidikan Nasional telah (Kemdiknas) telah menyusun Rencana Pembangunan
Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) pada 2005-2025. Hal ini telah tertuang
pada Permendiknas No 32 Tahun 2005 yang mengatur pada Rencana Strategis atau
disebut dengan Renstra Kemendiknas pada tahun 2005 hingga 2009 (Ma’mun, 2014).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan
penulisan jurnal. Di mana pada penelitian sebelumnya melihat Kerjasama Australia
Indonesia Melalui AUSAID Dalam Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia Pada Masa
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 2009-2013. Dalam masa pemerintahan SBY
kerjasama melalui AUSAID untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
sangatlah baik, melihat fenomena yang terjadi pada saat itu Australia memberikan
bantuan kepada Indonesia tidak hanya sektor pendidikan saja. Banyak program bantuan
yang di jalankan untuk kemajuan pendidikan Indonesia demi membangun sumber daya
manusia yang kompeten yang disalurkan melalui AusAID (Farida, 2014). Dalam
penelitian tersebut terdapat perbedaan utama yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
menggunakan teori Liberalisme sebagai alat untuk menganalisis efektivitas hubungan
kerjasama antara Indonesia dan Australia di sektor pendidikan di era Jokowi pada tahun
2014-2019.
Penelitian ini dibuat untuk memahami dan melihat bagaimana efektivitas
hubungan kerjasama Indonesia-Australia melalui program AusAID di sektor pendidikan
era Jokowi pada tahun 2014-2019. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi bacaan untuk penulisan makalah, jurnal, dan laporan terkait hubungan bilateral
Efektivitas Hubungan Kerjasama Indonesia-Australia melalui Program Ausaid di Sektor
Pendidikan Era Jokowi pada Tahun 2014-2019
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 775
antara Indonesia dan Australia pada sektor pendidikan, khususnya bagi peminat isu-isu
Hubungan Internasional dalam Kerjasama Internasional (Pujayanti, 2016).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan teori liberalisme, yang mana menurut Jackson dan
Sorensen, terdapat tiga asumsi dasar Liberalisme, yaitu ; (1) pandangan positif terhadap
sifat manusia; (2) memiliki keyakinan bahwa hubungan internasional memiliki sifat yang
kooperatif dibandingkan konfliktual; (3) percaya terhadap kemajuan. Semakin tinggi
tingkat kerjasama dan ketergantungan dibentuk maka semakin kecil peluang untuk
terjadinya perang (Aurellia, Febriana, & Salaeh, 2019). Hal ini membuat pandangan
Liberalisme melihat adanya suatu kebebasan negara dalam hal ini kebebasan untuk
membangun diri dan mengembangkan guna mencapai kepentingannya (Triputra, 2017).
Di sisi lain pandangan ini percaya bahwa manusia maupun negara memiliki Self-
interested jika terjadi persaingan antara kebebasan dan juga kesetaraan maka negara akan
berusaha mengembangkan diri dan memperbaharui untuk menjadi lebih baik. Melihat
asumsi dasar yang dikemukakan oleh Jackson dan Sorensen bahwa Liberalisme percaya
akan kemajuan, penulis akan menjabarkan seberapa efektif kerjasama yang dilakukan
Indonesia dan Australia di sektor Pendidikan indonesia melalui AusAID, dengan adanya
kerjasama ini akan menciptakan kemajuan pada sektor pendidikan Indonesia dan
mempererat hubungan negara antara Indonesia dan Australia.
Fenomena dalam Hubungan Internasional yang terjadi oleh negara-negara yakni
untuk melihat bagaimana proses kerjasama Internasional dapat berjalan melalui hal-hal
yang telah disepakati secara bersama guna mencapai kepentingan nasional masing-
masing negara (Daniah & Apriani, 2018). Penulis juga menggunakan konsep kerja sama
bilateral dalam penelitian ini. Dalam kerjasama Internasional, tercipta sebuah hubungan
bilateral di mana hubungan ini merupakan keadaan yang mampu mendeskripsikan
bagaimana hubungan timbal balik antar kedua negara yang terlibat, dan negara
merupakan aktor utama dalam pelaksanaan hubungan bilateral (Pratiwi, 2021).
Berdasarkan judul dan latar belakang, penelitian ini menggunakan pendekatan
metode kualitatif. Pemilihan dalam penggunaan metode kualitatif bertujuan agar mampu
memahami bagaimana suatu komunitas maupun individu dalam menerima isu tertentu.
Sementara jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif, hal ini bertujuan bahwa
metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode yang di mana untuk mendeskripsikan
keadaan berdasarkan segala fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, organisasi,
maupun negara (Ramadhana & Tanjung, 2021).
Hasil dan Pembahasan
Indonesia dan Australia memiliki sejarah hubungan diplomatik dan kerja sama yang
panjang. Sejarah kerja sama antara kedua negara yang bertetangga tersebut dapat
ditelusuri kembali pada awal kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui
dukungan yang diberikan oleh Australia terhadap upaya pengakuan kemerdekaan
Indonesia dengan membawa isu tersebut ke Dewan Keamanan PBB dan keikutsertaan
Jofanka Alfiano, Putri Hergianasari, Triesanto Romulo Simanjuntak, Muhammad Fahmi
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 776
Australia dalam menengahi konflik antara Indonesia dan Belanda (Subchi & Halid,
2018). Sejak saat itu, hubungan antara Indonesia dengan Australia mulai terjalin
walaupun mengalami pasang surut.
Selama lebih dari 70 tahun hubungan bilateral antara Jakarta dengan Canberra,
kedua negara telah menjalin beberapa kerja sama di berbagai bidang untuk kemajuan bagi
negara yang bertetangga tersebut, salah satunya kerja samanya adalah Australia
Indonesia Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD) yang dikelola
AusAID (Saragih et al., 2022). Selain itu terdapat Agreement Between Australia and the
Republic of Indonesia on the Framework for Security Cooperation yang merupakan
kerangka kerja sama keamanan (Ansari, Utomo, & Farabi, 2016). Selanjutnya ada kerja
sama Joint Declaration on Maritime Cooperation untuk bidang keamanan maritim
(Pramitha, 2017).
Baik Australia dan Indonesia juga memperkuat hubungan antara keduanya dengan
mengadakan berbagai forum, seperti 2+2 Dialogue, Annual Leaders Meeting (ALM), dan
Indonesia-Australia Dialogue (IAD). Dialog-dialog yang dilakukan oleh Indonesia dan
Australia bertujuan sebagai forum komunikasi utama secara bilateral, yang mana
pemimpin bersama menteri dari kedua negara dapat berdiskusi terkait isu yang ada
(Darmawan & Kuncoro, 2019). Berjalannya komunikasi antara kedua negara disebabkan
karena Indonesia dianggap sebagai negara yang penting bagi Australia. Oleh karena itu,
penting bagi kedua negara ini untuk menjaga kerja sama yang telah terjalin (Kristanto &
Utomo, 2020).
Pada dasarnya, Indonesia memiliki beberapa kebijakan yang diterapkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikannya. Salah satu landasan kebijakan pemerintah
Indonesia terkait program pendidikan adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai dasar bagi pemerintah untuk melaksanakan
program wajib belajar pendidikan dasar selama 9 tahun (Irawati & Susetyo, 2017).
Kebijakan program pendidikan pemerintah yang dilandaskan Undang Nomor 20 Tahun
2003 memiliki tujuan agar setiap anak berumur dari 7 hingga 16 tahun bisa mendapatkan
hak pendidikan yang layak. Selain itu, pendidikan yang mudah dijangkau dan gratis bagi
masyarakat menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk menyediakannya (Syafii, 2018).
Kebijakan pemerintah Indonesia di bidang pendidikan berfokus pada pendidikan
karakter sebagai bagian dari pembangunan bangsa. Hal ini dibuktikan dengan
diterbitkannya buku pelatihan dan pengembangan pendidikan budaya karakter bangsa
oleh Kementerian Pedidikan, yang memuat 18 poin pendidikan karakter bangsa (ASRI,
Rusmini, & Nugroho, 2021). Hal ini didukung juga dengan kebijakan pembangunan
pendidikan Indonesia yang disusun dalam Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional
Jangka Panjang 2005-2025 untuk mengatasi berbagai tantangan pendidikan yang ada
(Saggaf, 2016). Di era Joko Widodo, sektor pendidikan memiliki berbagai sasaran, seperti
angka partisipasi pendidikan, pengentasan kesenjangan pendidikan dan putus sekolah,
kesiapan siswa di dunia industri, meningkatkan pelayanan pendidikan, meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan, serta kesejahteraan guru (Murdiyana & Mulyana,
2017).
Efektivitas Hubungan Kerjasama Indonesia-Australia melalui Program Ausaid di Sektor
Pendidikan Era Jokowi pada Tahun 2014-2019
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 777
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia telah menghasilkan berbagai
kesepakatan dan kerja sama bagi kedua negara. Salah satu fokus dalam kerja sama antara
Indonesia dan Australia adalah di sektor pendidikan. Adapun bentuk kerja sama di sektor
pendidikan dilakukan melalui dua jalur, yaitu melalui AusAID dan pemerintah Australia.
Pada tahun 2014 hingga tahun 2015, Australia menerapkan beberapa strategi
kebijakan luar negeri di bidang pendidikan, salah satunya adalah dengan menyediakan
Official Development Assistance (ODA) untuk menyalurkan investasi pendidikan di
beberapa negara (Denimah, 2021). Sementara di masa kepemimpinan Malcolm Turnbull
pada tahun 2015-2018, kebijakan luar negeri Canberra di bidang pendidikan mengacu
pada strategi bantuan investasi Australia untuk pendidikan yang dijalankan pada tahun
2015 hingga tahun 2020. Strategi tersebut memiliki empat prioritas, antara lain pondasi
untuk pertumbuhan anak usia dini, meningkatkan kualitas pendidikan, partisipasi
pendidikan yang universal, dan meningkatkan akses pengembangan kemampuan.
Implementasi dalam mewujudkan prioritas strategi bantuan investasi Australia untuk
pendidikan dilakukan melalui pengurangan jumlah dana investasi bantuan di bidang
pendidikan, yang mana diakomodasi dengan peningkatan kuota beasiswa dan upaya
meminimalisir intervensi Canberra dalam pembuatan kebijakan pendidikan di negara
penerima bantuan (VITA INDAH, 2021).
Selain itu di masa Scott Morrison, bentuk kebijakan luar negeri Australia di bidang
pendidikan lebih berfokus pada memberikan asistensi terhadap negara penerima bantuan
agar dapat meningkatkan kualitas dan kapabilitas edukasinya. Asistensi tersebut
diwujudkan dengan investasi yang digunakan untuk meningkatkan inovasi siswa,
meningkatkan kualitas tenaga pendidik, dan memperkuat sistem pendidikan (Medan et
al., 2014).
Australia terlibat dalam program Education Sector Support Programme (ESSP)
dengan tujuan untuk berkontribusi terhadap program Rencana Strategis 2010-2014 milik
Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Melalui bantuan sebesar lebih dari Rp10 triliun, Australia melaksanakan
program Education Partnership (EP) yang dipengaruhi oleh keberhasilan program
AIPRD tahun 2005-2010 dan berjalan pada tahun 2011-2016. Dana tersebut dialokasikan
menjadi 5 komponen yang terkait dengan infrastruktur Sekolah Menengah Pertama
(SMP) (C1), infrastruktur dan pengelolaan madrasah (C2), bantuan akreditasi madrasah
(C3), Pembangunan kapasitas dan fasilitas sekolah (C4), serta lintas komponen.
Tabel 1. Alokasi Keuangan bagi EP (dalam juta AUD)
Komponen Program
Dana
Konstruksi atau perluasan sekolah untuk meningkatkan penerimaan
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) (C1)
179,3
Pembangunan dan pengelolaan madrasah / sekolah Islam (C2)
106,4
Bantuan akreditasi bagi madrasah untuk meningkatkan layanan dan
kualitas sekolah (C3)
36,6
Jofanka Alfiano, Putri Hergianasari, Triesanto Romulo Simanjuntak, Muhammad Fahmi
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 778
Bantuan pembangunan kapasitas dan fasilitas sekolah (C4)
20,0
Layanan konsultasi dan pengawasan pelaksanaan program
26,5
Jumlah
368,8
Sumber: AusAID, 2016 (diolah oleh penulis)
Dalam komponen C1, Pemerintah Australia dan Kemendikbud bekerja sama dalam
membangun 1.155 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Satu Atap (SATAP)
yang dapat menerima 160.000 siswa tambahan pada periode tahun 2011-2016. Bantuan
dari Pemerintah Australia sebesar AUD 179,3 juta diberikan dalam bentuk dana ataupun
bantuan teknis dan diselesaikan pada Januari 2017 Pada November 2016, di bawah
komponen program C1, Pemerintah Australia dan Indonesia berhasil membangun 1.139
sekolah dan meningkatkan penerimaan siswa sebesar 150.000 orang. Berdasarkan hal
tersebut, program EP berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan siswa hingga 1,6%.
Di samping itu, Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa konstruksi sekolah di bawah
program EP memiliki standar konstruksi yang bagus sehingga dapat digunakan dalam
jangka panjang serta mengurangi beban pengelolaan bagi sekolah, masyarakat, dan
pemerintah daerah (Patuju, 2018).
Sementara dalam komponen C2, terfokus pada pengembangan staf profesional
pendidikan dan memiliki porsi terbesar kedua dalam program EP, dengan alokasi dana
sebesar 29% atau AUD 106,4 juta. Diwujudkan melalui pelatihan pelaksanaan Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) untuk mengembangkan kemampuan keuangan sekolah dan
berkontribusi dalam komunitas. Didukung dengan pengembangan tenaga di sektor
pendidikan. Program pengembangan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan
kompetensi tenaga pendidik dan kepala sekolah dalam mengelola lembaga pendidikan di
Indonesia. Sejak pertama kali diimplementasikan pada tahun 2015, program
pengembangan tenaga pendidikan dalam C2 telah melatih lebih dari 3,500 pengawas dan
17,775 kepala sekolah di Indonesia. Selain itu, AusAID juga membantu guru untuk
mengembangkan inovasi sistem pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan siswa.
Dibuktikan pada tahun 2018, yang mana Australia membantu pelatihan 2774 guru dan
446 tenaga pendidik dari 907 sekolah untuk meningkatkan pembelajaran bagi 77.912
siswa sekolah dasar.
Pada komponen C3, Australia memberikan hibah bersyarat sebesar AUD 10 ribu
masing-masih kepada 1.500 sekolah dasar dan sekolah menengah madrasah dengan
tujuan untuk membantu mempersiapkan mereka dalam akreditasi institusi. Program C3
dirumuskan untuk mendukung rencana strategis dari Kemenag yang bertujuan untuk
mengembangkan kualitas madrasah dan sistem pendidikan Islam (Ahmad & Sukiman,
2019). Program ini merupakan kelanjutan dari program bantuan AusAID sebelumnya,
Learning Assistance Program for Islamic Schools (LAPIS). Kerangka akreditasi dan
penerapan C3 dipegang oleh Kemenag yang kemudian dikelola melalui Mitra Pelaksana
Sub-Nasional di provinsi tujuan.
Sedangkan pada komponen C4, Australia menerapkan Kemitraan untuk
Pengembangan Kapasitas dan Analisis atau ACDP, sebuah kerangka yang
Efektivitas Hubungan Kerjasama Indonesia-Australia melalui Program Ausaid di Sektor
Pendidikan Era Jokowi pada Tahun 2014-2019
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 779
mempromosikan penelitian dan dialog kebijakan di sektor pendidikan. Pembuat
kebijakan diharapkan dapat memanfaatkan kerangka analisis ACDP dalam proses
pengambilan keputusan, perencanaan, dan penganggaran, lalu digabungkan dengan bukti
dari ACDP dalam kebijakan sektor pendidikan yang relevan (Sardjunani, 2014).
Selain keempat komponen tersebut program EP juga memberikan asistensi terkait
isu-isu lintas komponen atau yang tidak termasuk ke dalam keempat isu tersebut. Isu-isu
yang termasuk lintas komponen antara lain penyeimbangan gender aktivitas pelatihan
pendidikan, yang mana 54 persen dari peserta merupakan tenaga didik perempuan. Tidak
hanya itu, isu lintas komponen juga meliputi kesetaraan akses pendidikan, khususnya bagi
kaum disabilitas, dibuktikan melalui implementasi program C1 yang mengharuskan
infrastruktur pendidikan agar mengakomodasi siswa disabilitas dengan fasilitas toilet dan
tangga khusus.
Kerja sama dan bantuan yang diberikan oleh Australia untuk sektor pendidikan
Indonesia tidak hanya diterapkan melalui AusAID, tetapi juga diwujudkan dengan
program kerja sama lainnya. Salah satu program yang dilaksanakan oleh Australia dan
Indonesia dalam kerja sama di sektor pendidikan adalah Technical Assistance for
Education System Strengthening (TASS). Program ini dilaksanakan agar dapat
berkontribusi pada sistem pendidikan Indonesia dengan membawa perubahan
berkelanjutan dalam kebijakan dan sistem pendidikan. Melalui suntikan dana sebesar
AUD 11,98 juta, TASS menyediakan asistensi jangka pendek bagi pembuat kebijakan
dan mendorong terciptanya kolaborasi antar stakeholders. Tidak hanya itu, TASS juga
berjalan beriringan dengan program lainnya seperti Improving Dimension of Teaching,
Education Management, and Learning Environment milik World Bank dan Innovation
for Indonesia’s School Children milik pemerintah Australia (Pelaksana, 2018).
Kerja sama lain terkait pendidikan yang dilakukan oleh Indonesia bersama dengan
Australia adalah Innovation for Indonesia's School Children (INOVASI). Program
INOVASI didesain untuk mencari tahu apa metode yang dapat diterapkan oleh guru dan
siswa agar dapat meningkatkan pendidikan di Indonesia. Dimulai sejak tahun 2014,
INOVASI diterapkan dengan berkolaborasi bersama pemerintah Indonesia dan
stakeholders terkait melalui identifikasi perubahan yang dapat diterapkan di dalam sistem
pendidikan Indonesia. Selain itu, INOVASI juga mengedepankan eksperimen dalam
penerapan metode pembelajaran dan mengumpulkan timbal balik dari eksperimen
tersebut untuk meningkatkan efektivitasnya (Mahdalena & Daulay, 2020).
Ada beberapa hasil yang tercapai bagi pendidikan di Indonesia dari adanya kerja
sama dengan Australia. Dari program-program bantuan yang diberikan oleh Australia
melalui AusAID, capaian yang dipetik, antara lain adalah fasilitas konstruksi sekolah
yang memiliki standar kualitas tinggi yang dibangun dengan baik, didukung oleh fungsi
bangunan yang dapat dimanfaatkan untuk apapun dan kapanpun. Selain itu, ProDEP yang
merupakan bagian dari program bantuan pendidikan dari AusAID juga memiliki dampak
dengan adanya penerapan modul dari ProDEP untuk pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi kepala sekolah dan tenaga pendidik. AusAID juga berkontribusi dalam
Jofanka Alfiano, Putri Hergianasari, Triesanto Romulo Simanjuntak, Muhammad Fahmi
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 780
membantu replikasi model akreditasi C3 untuk sekitar 3.153 madrasah di seluruh
Indonesia, ditambah dengan peningkatan kualitas di 2.000 madrasah di Jawa Tengah.
Program kerja sama Indonesia-Australia di luar AusAID juga menghasilkan
beberapa capaian. Salah satunya adalah program INOVASI yang berhasil meningkatan
kapasitas kualitas guru dalam mengajar di berbagai provinsi. Tidak hanya itu, INOVASI
juga menyumbang puluhan ribu buku untuk meningkatkan tingkat literasi siswa. Capaian
tersebut didukung dengan dibentuknya ribuan fasilitator daerah di provinsi Jawa Timur,
Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur yang berfungsi
sebagai acuan dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru (Penulis et al.,
2018).
Kesimpulan
Dari hasil penelitian, peneliti menemukan hubungan bilateral yang terjalin antara
Indonesia dengan Australia menciptakan berbagai bentuk kerja sama di berbagai bidang.
Sektor pendidikan menjadi salah satu fokus utama hubungan bilateral antara Indonesia
dengan Australia, dibuktikan dengan kerja sama sebagai upaya meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia melalui AusAID dan upaya bantuan Australia untuk pendidikan
di Indonesia yang menghasilkan berbagai capaian seperti tersedianya infrastruktur,
akreditasi yang baik, pelatihan bagi tenaga pendidik, dan fasilitas pendidikan. Peneliti
menemukan bahwa kerja sama pendidikan melalui AusAID dan upaya bantuan lainnya
yang dilakukan oleh Australia terhadap Indonesia merupakan bentuk perwujudan dari
liberalisme. Hal ini disebabkan karena liberalisme percaya akan adanya kemajuan melalui
kerja sama yang terjadi. Kepercayaan liberalisme sesuai dengan kerja sama Indonesia
dengan Australia di sektor pendidikan yang memiliki motif untuk mencapai kemajuan
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, kerja sama yang dilakukan
Australia dan Indonesia di sektor pendidikan pada tahun 2014-2019 dapat dikatakan
efektif. Jika dilihat melalui teori bilateral, kerja sama Australia dan Indonesia terkait
pendidikan dilakukan dengan asistensi dan hibah. Australia memberikan asistensi
terhadap Indonesia dalam meningkatkan kapasitas lembaga pendidikan, guru, dan tenaga
pendidik seperti kepala sekolah agar dapat mengembangkan sistem pembelajaran yang
efektif bagi siswa. Selain itu, Australia juga memberikan hibah dengan bantuan
pembangunan fasilitas sekolah dan buku untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di
Indonesia. Saran untuk penelitian selanjutnya, agar dapat melihat capaian Kerjasama
antara Indonesia dan Australia pada periode Jokowi yang kedua serta mampu
menjelaskan lebih dalam tantangan yang dihadapi kedua negara dalam meningkatkan
kualitas Pendidikan di Indonesia.
Efektivitas Hubungan Kerjasama Indonesia-Australia melalui Program Ausaid di Sektor
Pendidikan Era Jokowi pada Tahun 2014-2019
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 781
Bibliografi
Ahmad, Iqbal Faza, & Sukiman, Sukiman. (2019). Analisis higher order thinking skills
(HOTS) pada soal ujian akhiAhmad, I. F., & Sukiman, S. (2019). Analisis higher
order thinking skills (HOTS) pada soal ujian akhir siswa kelas 6 KMI dalam
kelompok mata pelajaran Dirosah Islamiyah di Pondok Modern Taza. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 16(2), 137164. https://doi.org/10.14421/jpai.2019.162-
02
Ansari, Rahmat, Utomo, Tri Cahyo, & Farabi, Nadia. (2016). Kerja sama bilateral
indonesia dan australia dalam penanganan terorisme di indonesia tahun 20022013.
Journal of International Relations, 2(1), 8896.
Armalena, Armalena, Syahrizal, Syahrizal, Yuherman, Yuherman, & Asril, Asril. (2021).
Peningkatan Pemahaman Tentang Pentingnya Pendidikan Tinggi Bagi Siswa Man
Padusunan Kota Pariaman. Menara Pengabdian, 1(1).
https://doi.org/10.31869/jmp.v1i1.2704
ASRI, M., Rusmini, Rusmini, & Nugroho, Aris Dwi. (2021). Manajemen Pengembangan
Tenaga Pendidik Di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Wali Peetu Sadu Tanjung
Jabung Timur. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Aurellia, Debby, Febriana, Yasinta D., & Salaeh, N. (2019). Program PetroCaribe sebagai
Strategi Ekonomi Venezuela Era Presiden Nicolas Maduro. Jurnal Hubungan
Internasional, 12(2), 213228.
Daniah, Rahmah, & Apriani, Fajar. (2018). Kebijakan nasional anti-trafficking dalam
migrasi internasional. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri
Dan Hubungan Internasional, 8(2). 10.22212/jp.v8i2.1140
Darmawan, Arief Bakhtiar, & Kuncoro, Hestutomo Restu. (2019). Penggunaan ASEAN
Way dalam Upaya Penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok Selatan: Sebuah Catatan
Keberhasilan? Andalas Journal of International Studies (AJIS), 8(1), 4361.
https://doi.org/10.25077/ajis.8.1.43-61.2019
Denimah, Denimah. (2021). Peran kerjasama bilateral Australia-Indonesia melalui
program MAMPU (kemitraan Australia-Indonesia untuk kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan) dalam mendukung tercapainya Sustainable
Development Goals di Indonesia tahun 2017-2020. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Farida, Eni. (2014). Kerjasama Australia Indonesia Melalui AUSAID Dalam
Meningkatkan Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) 2009-2013. Universitas Muhammadiyah Malang.
Jofanka Alfiano, Putri Hergianasari, Triesanto Romulo Simanjuntak, Muhammad Fahmi
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 782
http://eprints.umm.ac.id/25630/
Irawati, Eni, & Susetyo, Weppy. (2017). Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Di Blitar. Jurnal Supremasi, 3.
https://doi.org/10.35457/supremasi.v7i1.374
Kristanto, Gladys Ariella, & Utomo, Tri Cahyo. (2020). Analisis Kepatuhan Australia
dan Indonesia Terhadap Code of Conduct dalam Hubungan IndonesiaAustralia
Sebagai Konsekuensi Adanya Penyadapan Tahun 2014-2019. Journal of
International Relations, 6(4), 510516.
Ma’mun, Amung. (2014). Perspektif Kebijakan Pembangunan Olahraga dalam Era
Demokrasi dan Kepemimpinan Nasional di Indonesia. ATIKAN, 4(2).
https://doi.org/10.2121/atikan-journal.v4i2.13
Mahdalena, Mahdalena, & Daulay, Musnar Indra. (2020). Pengembangan Pembelajaran
Fisika Berbasis Saintifik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Komunikasi Verbal Siswa SMA. Journal on Teacher Education, 2(1), 3948.
https://doi.org/10.31004/jote.v2i1.903
Medan, Kota, Bebestari, Mitra, Harani, D. R.Prawidya, Syafrida Hani, S. E., Rahmat
Fauzi, S. T., Sekretaris, M. T., Purba, Ir Netti Efridawati, Redaksi, Dewan, Triratih
Handayani, S. H., & Sembiring, M. A. P.Edward. (2014). Volume 2 Nomor 2 Juli
Desember 2014. Jurnal Pembangunan Perkotaan, 2(2).
Murdiyana, Murdiyana, & Mulyana, Mulyana. (2017). Analisis Kebijakan Pengentasan
Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja, 7396.
Naryoso, Agus. (2016). Model Public Relations untuk Pembangunan Reputasi
Pendidikan Menengah sebagai Sekolah Rujukan Berprestasi Berpotensi. Jurnal
Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1(1), 1224.
https://doi.org/10.25008/jkiski.v1i1.32
Patuju, Ahmad. (2018). Hubungan Sikap Terhadap Resiko Bencana Kebakaran dengan
Kesiapsiagaan Menghadapi Kebakaran di PemukimanKelurahan Air Putih
Kecamatan Samarinda Ulu.
Pelaksana, Redaktur. (2018). Jurnal Institut Bpjs Ketenagakerjaan. Jurnal Institut BPJS
Ketenagakerjaan Volume, 3(1).
Penulis, Andi Amran Sulaiman, Subagyono, Kasdi, Alimansyah, Trip, Noor,
Mohammad, Muharam, Agus, Suwastika, I.Wayan, & Subiksa, I. (2018).
Membangkitkan lahan rawa, membangun lumbung pangan Indonesia. IAARD
Efektivitas Hubungan Kerjasama Indonesia-Australia melalui Program Ausaid di Sektor
Pendidikan Era Jokowi pada Tahun 2014-2019
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 783
Press.
Pramitha, Dewi Adithyanti. (2017). Diplomasi Pertahanan Indonesia dengan Australia
dalam Hubungan Comprehensive Partnership di Bidang Keamanan Maritim. Jurnal
Diplomasi Pertahanan, 3(2). https://doi.org/10.33172/jdp.v3i2.86
Pratiwi, Citra Ayu. (2021). Kerjasama Bilateral Indonesia Denmark dalam Circular
Economy dan Manajemen Pengolahan Sampah Tahun 2018-2019. Moestopo
Journal of International Relations, 1(2), 127136.
Pujayanti, Adirini. (2016). Kerja sama Selatan-Selatan dan manfaatnya bagi Indonesia.
Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri Dan Hubungan
Internasional, 6(1). https://doi.org/10.22212/jp.v6i1.300
Ramadhana, Aulia, & Tanjung, Irwan Syari. (2021). Opini Komunitas GenPI Sumatera
Utara terhadap Pemberitaan WacRamadhana, A., & Tanjung, I. S. (2021). Opini
Komunitas GenPI Sumatera Utara terhadap Pemberitaan Wacana Penerapan
Wisata Halal di Objek Wisata Danau Toba. UMSU.ana Penerapan Wisata Halal
di Obj. UMSU.
Saggaf, H. M.Said. (2016). KebSaggaf, H. M. S. (2016). Kebijakan Pendidikan Di Era
Otonomi Daerah Dalam Memperkuat Karakter Bangsa. Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Publik, 5(2), 106112.ijakan Pendidikan Di Era Otonomi Daerah
Dalam Memperkuat Karakter Bangsa. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik,
5(2), 106112. https://doi.org/10.26858/jiap.v5i2.1762
Saragih, Hisarma, Manullang, Sardjana Orba, Soetijono, Irwan Kurniawan, Hamidah,
Siti, Triono, Triono, Bintarawati, Fenny, Mustar, Mustar, Hermawansyah, Ady,
Irawan, Rudi, & Prijanto, Jossapat Hendra. (2022). Pendidikan Kewarganegaraan.
Yayasan Kita Menulis.
Sardjunani, Nina. (2014). Studi ketidakhadiran guru di Indonesia 2014.
Soepandji, Kris Wijoyo. (2018). Konsep bela negara dalam perspektif ketahanan
nasional. Jurnal Hukum & Pembangunan, 48(3), 436456.
http://dx.doi.org/10.21143/jhp.vol48.no3.1741
Solichin, Mujianto. (2015). Implementasi Kebijakan Pendidikan Dan Peran Birokrasi.
Religi: Jurnal Studi Islam, 6(2), 148178.
Subchi, Imam, & Halid, M.Ag. (2018). Sejarah Kementerian Agama Era Reformasi: Dari
Kebijakan Agama Masa Transisi Hingga Konsolidasi Demokrasi. Rajawali Press.
Jofanka Alfiano, Putri Hergianasari, Triesanto Romulo Simanjuntak, Muhammad Fahmi
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 784
Sunarti, Linda. (2016). Sejarah Indonesia Dalam Konteks Politik Global Dan Regional.
Jurnal Sejarah Dan Budaya, 10(2), 161173.
http://dx.doi.org/10.17977/sb.v10i2.7668
Syafii, Ahmad. (2018). Perluasan dan pemerataan akses kependidikan daerah 3T
(terdepan, terluar, tertinggal). Dirasat: Jurnal Manajemen Dan Pendidikan Islam,
4(2), 153171.
Triputra, Yuli Asmara. (2017). Implementasi Nilai-Nilai HAM Global Ke Dalam Sistem
Hukum Indonesia Yang Berlandaskan Pancasila. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum,
24(2), 279300. https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss2.art6
Vita Indah, Pangestika. (2021). Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia terhadap
Pengungsi Asing dan Pencari Suaka Pada Era Reformasi Perspektif Siyāsah
Dauliyah. IAIN Purwokerto.