Jurnal Indonesia Sosial Teknologi

p�ISSN: 2723-6609; e-ISSN: 2745-5254

������������������������������ �Vol. 3, No. 4 April 2022

 

Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali Tahun 2011-2020

 

Maria Ayu Emanuelle1

I Wayan Wenagama2

Fakultas Ekonomi dan Binis Universitas Udayana, Bali, Indonesia1,2

Email: [email protected]

 

 

Abstract

The aims of this study are to: (1) identify and analyze the impact of the Economic Growth Rate, Population Growth, and Minimum Wage on unemployment in Bali Province in 2011-2020; (2) and partly on Unemployment in Bali Province in 2011-2020; and (3) identify and analyze the most dominant variables influencing unemployment in Bali Province in 2011-2020. The purpose of this study is to determine and examine the impact of the Economic Growth Rate, Population Growth, and Minimum Wage on unemployment in the Province of Bali in 2011-2020. This research is a quantitative analysis that relies on time series data (2011-2020). For the purposes of this study, secondary data was used. Secondary data is obtained from the Central Bureau of Statistics and periodicals that serve as learning resources. The findings of this study indicate that: (1) population growth has a positive effect on unemployment, the rate of economic growth has a negative effect on unemployment, and the minimum wage has a positive effect on unemployment; (2) The rate of economic growth, population growth, and the minimum wage have a positive effect on unemployment in Bali Province between 2011 and 2020; and (3) Population growth is the dominant variable affecting unemployment.

 

Keywords: Unemployment Rate, Economic Growth Rate, Population Growth, and Minimum Wage.

 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui atau menganalisis dampak Tingkat Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, dan Upah Minimum terhadap pengangguran di Provinsi Bali tahun 2011-2020; (2) dan sebagian terhadap Pengangguran di Provinsi Bali tahun 2011-2020; serta (3) mengidentifikasi variable y dominan yang berpengaruh terhadap pengangguran di Provinsi Bali tahun 2011-2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji dampak Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, dan Upah Minimum terhadap pengangguran di Provinsi Bali tahun 2011-2020. Penelitian ini merupakan analisis kuantitatif yang mengandalkan data time series (2011- 2020). Untuk keperluan penelitian ini, digunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan terbitan berkala yang berfungsi sebagai sumber belajar. Temuan penelitian ini menampilkan bahwa: (1) Pertumbuhan penduduk berpengaruh positif terhadap pengangguran, laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap pengangguran, dan upah minimum berpengaruh positif terhadap pengangguran; (2) Laju pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk, dan upah minimum berpengaruh positif terhadap pengangguran di Provinsi Bali antara tahun 2011 dan 2020; dan (3) Pertumbuhan penduduk merupakan variabel dominan yang mempengaruhi pengangguran.

 

Kata kunci: Tingkat Pengangguran, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, dan Upah Minimum.

 

Pendahuluan

Laju pertumbuhan ekonomi dapat digunakan untuk menilai keberhasilan upaya peningkatan kualitas hidup penduduk. Untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat, pembangunan ekonomi kerakyatan sangat penting (Maulida & Sari, 2015). Perencanaan yang lebih kuat dan lebih rinci diperlukan untuk menyelidiki sumber daya yang sudah tersedia untuk mencapai tingkat kesehatan ini. Salah satu strategi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan jumlah uang yang masuk ke dalam negeri dengan meningkatkan kapasitas produksi. Dalam keadaan apa pun perluasan akses ke sumber daya manusia tidak dapat dipisahkan dari peningkatan kemampuan industri.

Penduduk usia kerja Indonesia (15�64 tahun) meningkat, yang merupakan tren demografis yang menguntungkan yang berkontribusi pada sumber daya manusia yang berlimpah di negara ini. Pada tahun 2020 terdapat 191,08 juta penduduk usia kerja di Indonesia dari total penduduk 270,2 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 70,72 persen dari jumlah penduduk yang sedang dalam masa usia kerja pada tahun 2010. Ekspansi penduduk yang cepat, terutama jika terjadi dalam jumlah yang besar, dapat membawa banyak masalah-masalah baru, dimana salah satunya adalah meningkatnya pengangguran. Sementara itu, jumlah penduduk terus meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan, dan semakin banyak penduduk, semakin parah krisis pengangguran (Sukirno, 2010). Tingkat pengangguran mengikuti tren yang dapat diprediksi selama setahun. Dapat dilihat dari data yang dianalisis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang dapat diringkas sebagai berikut:

Berdasarkan grafik yang disajikan di Gambar 1. menunjukan bahwa, tingkat pengangguran di Indonesia dalam 10 tahun terakhir mengalami fluktuasi namun cenderung menurun tetapi besarnya tidak terlalu signifikan. Tingkat pengangguran tertinggi selama 10 tahun terakhir tercatat di tahun 2011 sebesar 7,48 persen, dan yang paling rendah pada tahun 2019 yaitu 5,28 persen. Namun karena pandemi Covid-19 diawal tahun 2020, menyebabkan perekonomian terganggu, sehingga beberapa perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja. Pengangguran merupakan penghambat pembangunan ekonomi di semua Provinsi karena pengangguran tidak memberikan kontribusi ekonomi, meskipun mereka masih membutuhkan akses pangan, perumahan, kesehatan, dll. Pengangguran terkait dengan upaya pemerintah daerah untuk mengurangi jumlah penduduk tidak bekerja di wilayahnya dapat dilihat pada Gambar 1) (Feriyanto, Aiyubbi, & Nurdany, 2020), dimana tingkat pengangguran di Provinsi Bali terlihat meningkat secara terus menerus atau berfluktuatif, dalam gambar berikut.

 

Gambar 2. Jumlah Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali periode 2011-2020 (Ribu Jiwa)

Sumber: BPS Indonesia 2020.

 

Dilihat dari 10 tahun terakhir, tingkat pengangguran berfluktuasi, puncaknya di tahun 2020, terjadi peningkatan secara drastis. Penurunan pengangguran terjadi di tahun 2011 ke tahun 2012, dimana tahun tersebut tingkat pengganguran menurun sebesar 17,486. Peningkatan tertinggi tingkat pengangguran ada pada tahun 2019 ke tahun 2020.

Besarnya nilai tambah yang dapat dihasilkan suatu daerah yang disebut juga dengan Produk Dalam Negeri digunakan untuk menentukan laju pertumbuhan ekonomi (Estrada & Wenagama, 2020). Ketika kita berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, yang kita maksud adalah perluasan kegiatan ekonomi yang mengacu kepada bertambahnya jumlah produk serta jasa. PDB suatu daerah dapat dibandingkan dengan PDB tahun sebelumnya sebagai cara untuk mengukur kemajuan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi daerah mengacu pada peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi di suatu daerah. (Cita & Wirawan, 2013).

Perluasan kegiatan ekonomi suatu negara dapat dilihat sebagai representasi nyata evolusi ekonomi dari waktu ke waktu. Ketika pertumbuhan penduduk melebihi pertumbuhan ekonomi, hingga menyebabkan pengangguran meningkat. Anda dianggap pengangguran jika Anda tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan, atau jika Anda hanya bekerja dua hari dalam seminggu. Peningkatan pengangguran akan berpengaruh pada laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

Sangat penting bagi karyawan dan keluarga mereka untuk mendapatkan kompensasi yang adil karena upah praktis merupakan sumber pendapatan utama seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Ketika majikan membayar pekerja sejumlah uang sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik atau layanan yang diberikan, jumlah itu dikenal sebagai upah pekerja. Upah juga dikenal sebagai kompensasi atau kompensasi atas jasa. Majikan memberikan upah pekerja sebagai imbalan untuk menyelesaikan tugas atau layanan. Upah ditentukan oleh kesepakatan atau undang-undang dan dibayar secara teratur. Setiap tahun, tingkat Upah Minimum Provinsi di Provinsi Bali tampak menanjak. Kehidupan masyarakat yang seharusnya lebih baik dan seimbang dengan kenaikan upah minimum setiap tahun, dan standar hidup masyarakat di suatu daerah diproyeksikan meningkat.

Majikan harus membayar pekerja setidaknya sesuai dengan apa yang mereka harapkan untuk diperoleh agar mereka tidak menjadi pengangguran, dan upah minimum regional merupakan pengaruh besar dalam hal ini. (Putra dan Yasa 2016).

Berdasarkan Tabel 1.2, upah minimum mengalami kenaikan setiap tahun, dengan kenaikan yang paling substansial terjadi pada tahun 2014, yaitu meningkat sebesar 360.600 rupiah menjadi total 1.542.600 rupiah, naik dari 1.181.000 rupiah pada tahun sebelumnya. Upah berdampak pada jumlah orang yang dipekerjakan, dan jika tingkat upah dinaikkan maka akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi.

Berikut beberapa tujuan penelitian: 1) Memahami dan menganalisis pengaruh simultan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (X1), Pertumbuhan Penduduk (X2), dan Upah Minimum (X3) terhadap Pengangguran (Y) di Provinsi Bali Tahun 2011-2020; 2) Memahami dan menganalisis pengaruh (X3) Pengangguran (Y) di Provinsi Bali Tahun 2011-2020; dan 3) Menganalisis variabel dominan yang paling mempengaruhi pengangguran di Provinsi Bali tahun 2011-2020.

Berikut dampak negatif dan signifikan secara simultan dari Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, dan Upah Minimum terhadap Pengangguran di Provinsi Bali dari tahun 2011 hingga 2020: Laju pertumbuhan ekonomi ditentukan dengan menggunakan informasi produk domestik bruto, yang secara keseluruhan negatif sedang berdampak pada pengangguran di Provinsi Bali dari tahun 2011 hingga 2020. Artinya setiap peningkatan pembangunan ekonomi berpotensi mengurangi jumlah pengangguran yang aktif mencari pekerjaan. Menurut Tisna, 2008, pertumbuhan ekonomi berdampak negatif dan cukup besar terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka. Dengan temuan ini, ini konsisten. Setidaknya sebagian, pertumbuhan penduduk memiliki dampak yang menguntungkan pada tingkat pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka berkorelasi positif dengan jumlah penduduk baik di Kabupaten maupun Kota di Provinsi Bali. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menemukan korelasi antara ukuran populasi dan pengangguran terbuka. (Azizah 2016) menemukan bahwa populasi, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi semuanya memiliki dampak yang menguntungkan, sesuai dengan penelitian sebelumnya. Bukti menunjukkan bahwa menurunkan upah minimum meningkatkan pengangguran dalam jumlah kecil. Menurut penelitian, gaji akan berdampak besar pada tingkat pengangguran di Provinsi Bali antara tahun 2011 dan 2020. Artinya, kenaikan pendapatan akan menurunkan tingkat pengangguran, akibatnya. Penurunan pendapatan akan menyebabkan kenaikan tingkat pengangguran, di sisi lain. Tingkat pengangguran yang tinggi akan terjadi jika upah di suatu wilayah dijaga tetap rendah secara artifisial. Penelitian Pramudjasi, Juliansyah, dan Lestari (2019) menunjukkan bahwa pendidikan, upah minimum, dan jumlah penduduk semuanya berdampak kecil terhadap pengangguran. Menurut penelitian Dewi Indriani (2019), upah minimum di Provinsi Lampung tidak berdampak besar terhadap tingkat pengangguran.Hubungan yang ada antara variabel dalam penyelidikan ini digambarkan pada Gambar 3 dengan penggambaran kerangka konseptual.

Pengangguran

(Y)

Laju Pertumbuhan Ekonomi

(X1)

Pertumbuhan Penduduk

(X2)

Upah Minimum

(X3)

 

Pengaruh Secara Simultan

 

(X3)

Pengaruh Secara Parsial

 

(X3)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 3. Kerangka Konseptual

 

Berdasarkan kerangka konsep diatas, hipotesis penelitiannya dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Laju Pertumbuhan Ekonomi (X1), Pertumbuhan Penduduk (X2), dan Upah Minimum (X3) secara simultan berpengaruh terhadap tingkat Pengangguran (Y); 2) Laju Pertumbuhan Ekonomi (X1) secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat Pengangguran (Y); 3) Pertumbuhan Penduduk (X2) secara parsial berpengaruh positif terhadap tingkat Pengtangguran (Y); dan 4) Upah Minimum (X3) secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran (Y).

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi penelitian kuantitatif asosiatif, berfokus pada kotamadya Bali. Badan Pusat Statistik merupakan sumber utama data sekunder untuk penelitian ini. Penelitian kuantitatif menggunakan metodologi penelitian positivis untuk memeriksa sekelompok orang atau sampel tertentu. Ada beberapa teori yang sedang diuji dalam penelitian kuantitatif ini (Sugiyono, 2013). Tujuan dari studi asosiatif adalah untuk mengetahui bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yang bertujuan untuk menentukan bagaimana variabel Tingkat Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk, dan Upah Minimum semuanya berdampak pada Tingkat Pengangguran. Persamaan regresi linier berganda dapat dinyatakan dalam bentuk umum sebagai berikut, menurut penelitian Wirawan N. (2017):.

Y= α + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + u..................... (3.1)

Ket: Y = Tingkat Pengangguran, X1 = Laju Pertumbuhan Ekonomi, X2 = Pertumbuhan Penduduk, X3 = Upah Minimum

α = Intersept, β = Koefisien regresi., u = Variabel pengganggu.

Bentuk efek acak, bentuk efek tetap, atau bentuk efek umum adalah tiga pendekatan untuk estimasi berdasarkan regresi data panel. Ini adalah jenis yang paling umum digunakan dalam regresi data panel. Ketika koefisien regresi dan nilai t suatu variabel adalah yang tertinggi, variabel tersebut memiliki pengaruh yang dominan terhadap faktor-faktor lain. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen ditentukan dengan menggunakan uji dominan. Bila koefisien regresi dan nilai t suatu variabel memiliki nilai tertinggi, itulah kriteria uji dominan.

 

Hasil dan Pembahasan

Di bawah ini adalah faktor-faktor yang digunakan dalam penyelidikan penelitian ini, untuk dapat melihat hubungan antar variable. Lihat Gambar 4 untuk variasi tahun ke tahun dalam tingkat pengangguran di Provinsi Bali:.

Sumber: BPS Indonesia 2020.

Gambar 4. Jumlah Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali periode 2011-2020 (Ribu Jiwa)

Dilihat dari 10 tahun terakhir, tingkat pengangguran berfluktuasi, puncaknya di tahun 2020, terjadi peningkatan secara drastis. Penurunan pengangguran terjadi di tahun 2011 ke tahun 2012, dimana tahun tersebut tingkat pengganguran menurun sebesar 17,486. Peningkatan tertinggi tingkat pengangguran ada pada tahun 2019 ke tahun 2020. Pada tahun 2019 tingkat penggangguran meningkat 3,066 dari tahun 2018, padahal pada tahun itu terjadi penurunan tingkat pengangguran sebesar 1,658 dari tahun sebelumnya.

Teknik yang digunakan untuk mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah adalah membandingkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari satu tahun ke tahun sebelumnya, dengan adanya peningkatan jumlah produk atau jasa yang dihasilkan di suatu daerah disebut sebagai perluasan ekonomi daerah. (Cita & Wirawan, 2013).

�Tabel� 1. Produk Domestik Regional Bruto pada kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2011-2020 (ribu rupiah)

Kabupaten/Kota

Tahun

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Jembrana

23.810,64

26.194,40

28.991,99

33.432,14

37.548,79

40.862,31

44.070,03

47.518,61

50.919,08

Tabanan

24.355,69

26.812,40

30.114,49

34.11,49

38.991,12

42.486,32

46.201,84

49.917,00

53.590,19

Badung

41.912,05

47.305,65

53.972,89

61.833,95

68.843,84

74.933,60

81.345,41

87.985,13

93.691,52

Gianyar

25.475,02

28.272,76

31.620,98

36.512,03

40.679,34

44.261,91

48.037,46

52.130,78

55.803,85

Klungkung

23.064,85

25.435,21

28.174,51

32.474,22

36,575,03

40.249,11

43.885,69

47.473,13

50.927,41

Bangli

14.021,85

15.375,76

17.179,49

19.799,94

22.218,27

24.384,40

26.551,46

28.710,41

30.794,27

Karangasem

18.608,04

20.466,31

22.985,55

26.525,00

29.932,05

32,645,79

35.362,42

38.266,39

41.060,23

Buleleng

24.100,00

26.686,58

29.992,66

34.804,54

38.951,20

42.593,62

46.387,04

50.124,84

53.755,77

Kota Denpasar

27.949,78

91.148,79

34.730,86

39.613,09

43.633,80

47.235,52

51.226,98

55.243,40

58.785,29

Provinsi Bali

26.433,49

29.443,59

33.135,50

28.099,77

42.480,42

46.210,70

50.167,07

54.469,59

58.243,48

Sumber: BPS Provinsi Bali 2020.

Berdasarkan tabel 3 bahwa di setiap tahun, tingkat Upah Minimum Provinsi di Provinsi Bali tampak menanjak. Kehidupan masyarakat yang seharusnya lebih baik dan seimbang dengan kenaikan upah minimum setiap tahun, dan standar hidup masyarakat di suatu daerah diproyeksikan meningkat.

 

�Tabel 2. Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (Rupiah)

Kabupaten/Kota

Tahun

 

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

Jembrana

927.500

1.000.000

1.212.000

1.542.600

1.662.500

-

2.006.617

2.181.393

2.356.559

2.557.102

Tabanan

910.00

1.005.000

1.250.000

1542.600

1.706.700

1.902.970

2.059.965

2.239.500

2.419.332

2.625.217

Badung

1.221.000

1.290.000

1.401.000

1.728.000

1.905.000

2.124.075

2.299.311

2.499.581

2.700.297

2.930.093

Gianyar

1.003.625

1.104.000

1.230.000

1.543.000

1.707.750

1.904.141

2.061.233

2.240.766

2.421.000

2.627.000

Klungkung

927.000

995.000

1.190.000

1.545.000

1.650.000

1.839.750

1.991.529

2.164.992

2.338.840

2.538.000

Bangli

893.000

970.000

1.182.000

1.542.600

1.622.000

1.808.530

1.957.734

2.128.253

2.299.152

2.494.810

Karangasem

953.000

1.039.600

1.195.000

1.542.600

1.700.000

1.895.500

2.051.879

2.180.000

2.355.054

2.555.469

Buleleng

895.000

975.000

1.200.000

1.542.600

1.650.000

1.839.750

1.991.529

2.165.000

2.338.850

2.538.000

Kota Denpasar

1.191.500

1.259.000

1.358.000

1.656.900

1.800.000

2.007.000

2.173.000

2.363.000

2.553.000

2.770.300

Provinsi Bali

890.000

967.500

1.181.000

1.542.600

1.621.172

7.807.600

1.956.727

2.127.157

2.297.969

2.493.523

Sumber: BPS Provinsi Bali 2020.

Berdasarkan� tabel 4 bahwa Majikan harus membayar pekerja setidaknya sesuai dengan apa yang mereka harapkan untuk diperoleh agar mereka tidak menjadi pengangguran, dan upah minimum regional merupakan pengaruh besar dalam hal ini. (Putra & Yasa, 2016)

 

Pembahasan Hasil Riset

1)   Uji Chow atau Likelyhood Test

�

Setelah melakukan uji Chow dan menganalisis data, nilai probabilitas 0,0010, dipastikan akurat. Akibatnya, hipotesis nol H0 untuk model ini ditolak dan hipotesis nol alternatif Ha diterima karena nilai probabilitasnya lebih kecil dari ambang signifikansi (0,05). Akibatnya, estimasi yang lebih baik harus diperoleh dengan menggunakan Fixed Effect Model (FEM).

2)   Uji Hausman

H0 model ini diterima dan Ha ditolak berdasarkan temuan uji Hausman, yang menghasilkan probabilitas sebesar 0,1911 dan menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi (0,05). Karena nilai probabilitas di atas ambang batas signifikansi, maka kesimpulan ini dapat diambil. Uji Lagrange

Tabel 3 menunjukkan temuan keluaran, dan dapat ditentukan dari mereka bahwa nilai probabilitas Breusch-Pagan adalah antara 0,0050 dan 0,05. Jika hipotesis H0 ditemukan salah dan hipotesis H1 terbukti benar, dan kita dapat menarik kesimpulan bahwa Model Efek Acak (REM) yang digunakan.

 

 

 

Uji Asumsi Klasik..

Fakta bahwa nilai probabilitas pada Gambar 4.1 lebih dari 0,05 menunjukkan bahwa data telah terdistribusi dengan teratur dan tidak ada masalah dengan ketidaknormalan.

2)   Multikolinearitas (Lolos Uji)

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, nilai tolerance untuk penelitian ini adalah 0,10, dan nilai VIF adalah 10, yang menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini tidak termasuk kasus multikoloniaritas.

3)   Heterokedastisitas (Lolos Uji)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas yang tejadi di dalam penelitian ini karena nilai Prob.F lebih dari 0,05 dan diturunkan menjadi 0,1839.

4)   Autokorelasi (Lolos Uji)

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara confounding error yang terjadi selama periode t dan t-1 pada model (periode sebelumnya). Nilai Prob Chi Square pada Tabel 4.8 adalah 0,0786 > 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada penelitian ini.

Analisis Regresi Data Panel

Merupakan pengujian pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan data panel. Dimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dinilai melalui estimasi regresi panel menggunakan teknik Random Effect Model (REM), yang menggabungkan dataset deret waktu dan cross sectional. Hasil estimasi Eviews10 diringkas sebagai berikut:

�Tabel 4. 1 Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: Y

 

 

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 07/10/21�� Time: 15:17

 

 

Sample: 2011 2020

 

 

Periods included: 10

 

 

Cross-sections included: 9

 

 

Total panel (unbalanced) observations: 89

 

Wansbeek and Kapteyn estimator of component variances

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C

0.134391

0.486448

0.276269

0.7830

X1

0.011438

0.040365

0.283380

0.7776

X2

0.096567

0.041298

2.338302

0.0217

X3

0.077588

0.061841

1.254634

0.2131

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Effects Specification

 

 

 

 

 

S.D.  

Rho  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Cross-section random

0.075741

0.2977

Idiosyncratic random

0.116343

0.7023

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Weighted Statistics

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

R-squared

0.102735

    Mean dependent var

0.673177

Adjusted R-squared

0.071066

    S.D. dependent var

0.120081

S.E. of regression

0.115903

    Sum squared resid

1.141853

F-statistic

3.244095

    Durbin-Watson stat

1.722585

Prob(F-statistic)

0.025935

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Unweighted Statistics

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

R-squared

0.207696

    Mean dependent var

1.534218

Sum squared resid

1.522357

    Durbin-Watson stat

1.292036

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Data diolah, 2021

(1) Uji F (F-Test) atau Uji Simultan

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai 0,0259 signifikan secara statistic yang menunjukkan validitas persamaan atau model regresi yang digunakan. Variabel terikat dapat dijelaskan secara efektif oleh variabel bebas, jika demikian halnya.

(2) Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji t

a.    Pada tabel 4. 7 yang menunjukkan hasil Randem Effect Model (REM) jika kita lihat dari nilai t-hitung yang berada pada kolom t-statistic bagian X1 maka nilai t adalah 0,283380. Kesimpulan dari angka t- statistic tersebut adalah tidak adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X1 terhadap Y, karena nilai t-hitung < t-table (0,2833 < 1,6604).

b.    Pada tabel 4. 7 ditunjukan hasil Randem Effect Model (REM) jika kita lihat dari nilai t-hitung yang berada pada kolom t-statistic bagian X2 maka niali t adalah 2,3883. Kesimpulan dari angka t-statistic tersebut adalah terdapat pengaruh negatif signifikan antara variabel X2 terhadap Y, dikarenakan nilai t-hitung > t-table (2,3383 > 1,6604).

c.    Pada tabel 4. 7 ditunjukan hasil Randem Effect Model (REM) jika dilihat dari nilai t-hitung pada kolom t-statistic bagian X3 maka niali t adalah 1,2546. Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel X3 terhadap Y, dikarenakan nilai t-hitung < t-table (1,2546 < 1,6604).

(3) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi merupakan uji dalam menentukan atau mengukur sejauh mana suatu model dapat menjelaskan suatu variabel terikat. Tampilan keluaran Eviews 10 menghasilkan nilai R square yang disesuaikan sebesar 0,0710, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4; nilai ini dapat ditemukan di atas. Ini berarti bahwa variabel bebas memberikan kontribusi sebesar 7,1 persen terhadap variabel terikat, sedangkan sisanya sebesar 92,9 persen (100-7,1) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam model dan tidak ditemukan dalam penelitian ini.

Hasil Persamaan dari Tabel 4.9

�= α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε

�= 0,1349 + 0,0114 X1 + 0,0965 X2 + 0,0775 X3

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa :

a.    Jika variabel terikat Pengangguran bernilai nol, maka nilai Pengangguran adalah konstanta sebesar 0,1343, yang ditunjukkan dengan nilai konstanta 0,1343.

b.    Mengingat bahwa nilai koefisien Laju Pertumbuhan Ekonomi adalah 0,0114, dapat disimpulkan bahwa kenaikan satu satuan pada Laju Pertumbuhan Ekonomi menaikan Tingkat Pengangguran sebesar 0,0114 persen.

c.    Mengingat nilai Pertumbuhan Penduduk adalah 0,0965, dapat disimpulkan bahwa peningkatan Pertumbuhan Penduduk sebesar satu angka akan mengakibatkan peningkatan Pengangguran sebesar 0,0965 persen satuan.

d.   Koefisien Upah Minimum adalah 0,0775, yang menunjukkan bahwa kenaikan satu unit dalam Upah Minimum akan menghasilkan peningkatan pengangguran sebesar 0,0775 persen, dengan asumsi semua faktor lainnya tetap konstan.

4)                  �Uji Dominan

�Tabel 4.9 Data koefisien

Model

Unstandardized Coefficients

Std Error

Standardized Coeficients

Sig

B

Beta

C

0.276269

0.486448

0.134391

0.7830

X1

0.283380

0.040365

0.11438

0.7776

X2

2.338302

0.041298

0.096567

0.0217

X3

1.254534

0.061841

0.077588

0.2131

Sumber: Data diolah, 2021

�� Dari data di atas diantara kelompok perubah/variabel X1(Laju Pertumbuhan Ekonomi), X2(Pertumbuhan Penduduk), X3(Upah Minimum) dan kelompok variabel Y (Tingkat Pengangguran) dari Tabel 4.9 diperoleh nilai Standardized coefficients beta untuk variabel X1 sebesar 0.01143, X2 sebesar 0.09656, dan X3 sebesar 0.07758, yang menunjukan variabel X2 merupakan variabel yang paling besar dan berpengaruh terhadap variabel Y.

 

Pembahasan Riset

Nilai 0,0259 didapat dari F-hitung menggunakan program Eviews10 yang berarti pada taraf signifikansi 5% (0,05), Ho ditolak atau Hi diterima yang menunjukkan bahwa variabel laju pertumbuhan ekonomi (X1), pertumbuhan penduduk (X2), dan upah minimum (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran. Dengan demikian, Laju pertumbuhan ekonomi ditentukan dengan menggunakan informasi produk domestik bruto, yang secara keseluruhan memiliki dampak negatif sederhana terhadap pengangguran di Provinsi Bali dari tahun 2011 hingga 2020. Faktor signifikan bernilai 0,7776, sedangkan faktor signifikansi bernilai 0,7776. koefisien memiliki nilai 0,011438. Artinya, setiap peningkatan pembangunan ekonomi berpotensi mengurangi jumlah pengangguran yang aktif mencari pekerjaan. Menurut penelitian Tisna tahun 2008, pertumbuhan ekonomi berdampak negatif dan cukup besar terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka. Dengan temuan ini, ini konsisten. Setidaknya sebagian, pertumbuhan penduduk memiliki dampak yang menguntungkan pada tingkat pengangguran.

Berdasarkan uji regresi, pertumbuhan penduduk (X2) memiliki pengaruh yang cukup menguntungkan terhadap tingkat pengangguran untuk prakiraan provinsi Bali 2011-2020. Ada hubungan antara pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut dengan peningkatan angka pengangguran terbuka di Kabupaten dan Kota Provinsi Bali. Peningkatan ukuran populasi memiliki efek positif pada proporsi pengangguran yang secara aktif mencari pekerjaan, menurut Hipotesis 2. (Azizah 2016) menemukan bahwa populasi, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi semuanya memiliki dampak yang menguntungkan, yang sesuai dengan studi sebelumnya.

Menurut hasil uji F, Upah Minimum memiliki dampak negatif yang cukup besar terhadap pengangguran. Menurut penelitian, gaji akan berdampak besar pada tingkat pengangguran di Provinsi Bali antara 2011 dan 2020. Artinya, kenaikan upah akan mengakibatkan penurunan tingkat pengangguran. Sebaliknya, penurunan upah akan mengakibatkan kenaikan tingkat pengangguran. Jika upah suatu daerah ditetapkan terlalu rendah, daerah tersebut akan memiliki tingkat pengangguran yang tinggi. Dimasukkannya komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dalam penilaian upah minimum tentunya menjadi indikator positif bagi peningkatan kesejahteraan pegawai, apalagi komponen Kebutuhan Hidup Minimum dulunya merupakan satu-satunya yang digunakan dalam keputusan (KHM) ini. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramudjasi, Juliansyah, dan Lestari (2019), yang mengemukakan bahwa Upah Minimum dan Pendidikan tidak berpengaruh terhadap pengangguran, tetapi Penduduk berpengaruh. Lebih lanjut, menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi Indriani (2019), tidak ada perubahan nyata pada tingkat pengangguran di Provinsi Lampung sebagai akibat langsung dari penerapan upah minimum.

Variabel yang paling signifikan mempengaruhi pengangguran di Provinsi Bali tahun 2011-2020 yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien regresi dan perbandingannya dengan kemungkinan masing-masing variabel adalah Pertumbuhan Penduduk. Dengan membandingkan ukuran koefisien regresi dengan kemungkinan masing-masing variabel, hal ini dapat ditunjukkan. Ada kalanya pertambahan penduduk dapat bermanfaat bagi perekonomian, dan ada kalanya dapat merugikan. Di sisi lain, salah satu masalah yang menghambat kita adalah pertumbuhan penduduk. Dalam skenario ini, jika jumlah penduduk tidak terserap oleh unit usaha atau pasar tenaga kerja, maka akan menjadi penghambat perkembangan ekonomi, yang mengakibatkan peningkatan jumlah individu yang tidak bekerja. Akibatnya, ketika populasi tumbuh tanpa peningkatan lapangan kerja yang bersamaan, tingkat pengangguran baru naik, memberi tekanan pada ekonomi.

 

Kesimpulan

Laju pembangunan ekonomi (X1), pertumbuhan penduduk (X2), dan upah minimum (X3) semuanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah individu yang menganggur di Provinsi Bali antara tahun 2011 dan 2020.

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang fluktuatif akan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran provinsi antara tahun 2011 hingga 2020. Pengaruh ini bersifat parsial. Variabel yang diwakili oleh �Pertumbuhan Penduduk� berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Bali selama periode waktu yang dicakup oleh penelitian ini (2011-2020). Selama periode 2011-2020, upah minimum merupakan variabel yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Bali. Ini hanya dampak parsial.

Laju pertumbuhan penduduk merupakan unsur terpenting dalam menentukan tingkat pengangguran.

Sebagai hasil dari temuan penelitian dan kesimpulan sebelumnya, beberapa rekomendasi untuk mengatasi masalah pengangguran, yang tentunya merupakan salah satu masalah paling persisten di Indonesia, dapat dibuat. Pemerintah kabupaten/kota, serta pemerintah pusat, di Provinsi Bali diharapkan mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, sehingga operasional ekonomi dapat menjangkau wilayah geografis yang lebih luas. - kemungkinan untuk mengembangkan kemungkinan kerja baru serta berbagai alternatif karir baru Pemerintah diharapkan dapat membantu dalam mendukung semua desain pendidikan sebagai pemembentukan sumber daya manusia yang baik dan dapat bersaing di bidang peningkatan produktivitas tenaga kerja. Salah satu harapan yang ditempatkan pada pemerintah di daerah ini adalah bahwa hal itu akan dilakukan. Populasi akan meningkat perlahan tapi pasti; Namun demikian, pemerintah Kabupaten atau Kota, serta pemerintah provinsi di Bali, harus berusaha semaksimal mungkin untuk membatasi laju pertumbuhan penduduk. Hal ini melibatkan pengawasan pemerintah terhadap program KB yang harus dilakukan secara agresif untuk memperlambat pertambahan penduduk. Ada hubungan yang kuat antara upah minimum dan jumlah masyarakat yang menganggur diamana pengusaha dan pekerja harus bekerja sama untuk menentukan upah yang layak , dimana upah yang layak adalah upah di mana pekerja menerima gaji yang lebih tinggi jika perusahaan menguntungkan; pembayaran upah yang lebih besar dapat memotivasi pekerja untuk meningkatkan kesejahteraan mereka; ini dapat meningkatkan produktivitas dan juga menguntungkan perusahaan.

 

 

 

 

Bibliografi

 

Akinmulegun, S. (2012). The Effect Of Financial Leverage On Corporate Of Performance Of Some Selected Companies In Nigeria . Canadian Social Science Vol.8 (1), 85-91.

Cita, Kadek Fiba Prana, & Wirawan, I. Gusti Putu Nata. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Struktur Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran di Indonesia. E-Jurnal EP Unud, 5(10), 1103�1124.

 

Azizah, Fitriana Isnaeni Nur. 2016. �Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Inflasi, Terhadap Pengangguran Terbuka Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2010 � 2014.� Uin Sunan Kalijaga.

Estrada, A. E., & Wenagama, I. 2020. Pengaruh Laju Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan. E-Jurnal Ep Unud, 9 [2], 233 � 261.

Darmawan, A. P., & Wenagama, I. 2017. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Bali. E-Jurnal Ep Unud, 6[10], 1868-1895

Feriyanto, N., Aiyubbi, D. E., & Nurdany, A. 2020. The Impact Of Unemployment, Minimum Wage, And Real Gross Regional Domestic Product On Poverty Reduction In Provinces Of Indonesia. Asian Economic And Financial Review Vol. 10, No. 10, 1088-1099.

Firdhania, R., & Muslihatinningsih, F. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jember. E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi Volume Iv (1), 117-121.

Handayani, Novi Sri, I. K. .. Bendesa, And Ni Nyoman Yuliarmi. 2016. �Pengaruh Jumlah Penduduk, Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah Dan Pdrb Per Kapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Bali.� E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana 10(5):3449�74.

Hapsari, Adinda Putri Iskandar, And Deden Dinar. 2018. �Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengahperoide 2010-2014.� Jurnal Jiep 18(1):68.

Maulida, Yusni, & Sari, Lapeti. (2015). Analisis kualitas sumber daya manusia dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten Pelalawan. Riau University.

Putra, I. Kadek Yoga Darma, & Yasa, I. G. W. Murjana. (2016). PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN UMR KEMISKINAN DI PROVINSI BALI. E-Jurnal EP Unud, 7(11), 2461�2489.

Pramudjasi, Rangga, Juliansyah, And Diana Lestari. 2019. �Pengaruh Jumlah Penduduk Dan Pendidikan Serta Upah Terhadap Pengangguran Di Kabupaten Paser.� Kinerja 1:69�77.

Putra, I. Kadek Yoga Darma, And I. G. W. Murjana Yasa. 2016. �Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Umr Kemiskinan Di Provinsi Bali.� E-Jurnal Ep Unud 7(11):2461�89.

Rajagukguk, Wilson. 2018. Kontribusi Penduduk (Bonus Demografi) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. I. Jakarta: Uki Press

ukirno, Sadono. 2013. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.

Tisna, D. 2008. Pengaruh Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Pengangguran Terhdap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2003-2004.

Trisnu, Cokorda Gede Surya Putra. 2019. �Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Pengangguran, Dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemisikinan Kabupaten/Kota Provinsi Bali.� E-Jurnal Ep Unud 8(11):2622 � 2655

 

 

 

����