Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: p�ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN :
2548-1398
ANALISA LAJU PERTUMBUHAN SILICA SCALING PADA PIPA AIR KONDENSAT SCRUBBER UNIT 5
DI INDUSTRI GEOTHERMAL
Puji Astuti Ibrahim, Ahda Nur Fajri
Teknik Kimia Akademi Minyak dan Gas Balongan
Email : [email protected],
[email protected]
Abstract
The
geothermal industry is an eco-friendly and renewable alternative energy,
besides of many advantages of geothermal energy there are also weakness, one of
which is scale. The type of scale found in PLTP Kamojang is silica. Silica
scaling is a mineral that has the least composition but has the highest
hardness, therefore it is necessary to analyze the possibility of silica
scaling deposition and how fast the silica grows and how to overcome it. In the
analysis for 8 days, it was found that the greatest precipitation was 0,00167
in3/year or 0,274 cm3 / year, this amount was still under the standard of the
company. Considering that scaling can inhibit production in industry, scaling
growth must be minimized by maintaining mineral solubility by spraying water on
the scrubber and also by adding HCl inhibitors.
Keywords: Minerals, Silica Growth, Silica Scaling, Silica Saturation Index
Abstrak
Tujuan penelitian di industri panas bumi ini merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta dapat di
perbaharui, selain dengan banyaknya keunggulan dari energi panas bumi terdapat
juga kekurangan salah satunya scale. Jenis �scale
�yang terdapat pada PLTP Kamojang
adalah silka. Metode penelitian Silika scaling merupakan jenis mineral yang
paling sedikit komposisinya tetapi memiliki kekerasan paling tinggi, karena itu
perlu di lakukan analisis tentang kemungkinan terjadinya pengendapan silika scaling dan berapa cepat pertumbuhan
silika dan bagai mana cara menanggulanginya. Hasil analisi semala 8 hari di
temukan pengendapan paling besar 0,00167 in3/tahun atau 0,274 cm3/tahun,
jumlah tersebut masih di bawah standar dari perusahaan. Mengingat scaling dapat menghambat produksi pada
industri maka scaling harus di
minimalisir pertumbuhannya dengan cara menjaga kelarutan mineral dengan
menyemprotkan air pada scrubber dan juga dengan menambahkan inhibitor HCl.
Kata Kunci: : Mineral, Pertumbuhan Silika, Silika
Scaling, Silica Saturation
Index
Pendahuluan
Masalah
ketersediaan energi menjadi sebuah permasalahan di Indonesia. Sebagaimana
diketahui saat ini cadangan minyak di Indonesia sudah semakin menipis, sehingga
dibutuhkan energi alternatife sebagai
penunjang kebutuhan energi Indonesia. Salah satu jenis energi terbarukan yang
berpotensi di Indonesia adalah energi panas bumi. Panas bumi adalah bentuk
energi terbarukan yang menghasilkan sedikit emisi gas rumah kaca dan dapat
memberikan kestabilan dan keamanan energi.
����������� Meskipun
pemanfaatan energi panas bumi memiliki resiko�
yang kecil terhadap lingkungan bukan berarti tidak memiliki masalah di
dalam pemanfaatannya, masalah yang sering di jumpai pada PLTP adalah korosi.
Korosi yang terjadi pada peralatan industri panas bumi kali ini adalah scaling. Scaling merupakan pengendapan yang terjadi pada peralatan industri
yang biasanya terletak pada turbin dan pemipaan, pada umumnya terdapat
kandungan silika pada endapan scaling.
Peralatan industri panas bumi yang
terlewati oleh mineral yang terbawa oleh fluida
dengan jumlah yang banyak dan waktu yang lama akan membuat mineral tersebut
terendapkan pada peralatan industri, pengendapan yang terjadi pada peralatan
industri diakibatkan karena perbedaan tekanan, pH, salinitas dan temperature
pada fluida panas bumi, oleh karena
itu perlu di lakukan kajian yang membahas tentang terjadinya silika scaling pada proses pemanfaatan panas
bumi, di karenakan silika scaling merupakan
salah satu endapan yang mempunyai tingkat kekerasan paling tinggi.
Energi Panas Bumi/ Geothermal
Panas bumi merupakan sumber daya panas alami yang terdapat di dalam bumi, merupakan hasil interaksi antara panas yang dipancarkan batuan panas (magma) dan air tanah yang berada disekitarnya, dimana cairan yang terpanasi terperangkap di dalam batuan yang terletak dekat permukaan sehingga secara ekonomis dapat dimanfaatkan. Daerah panas bumi (geothermal area) atau medan panas bumi (geothermal field) adalah suatu daerah dipermukaan bumi dalam batas tertentu dimana terdapat energi panas bumi dalam suatu kondisi hidrologi-batuan tertentu atau disebut sistem panas bumi. Energi panas bumi umumnya banyak terdapat di sekitar gunung berapi baik yang masih aktif maupun yang sudah mati/istirahat (abandon). Dalam pemanfaatan sistem panas bumi dapat di gunakan berbagai macam metode pada sumur tersebut berdasarkan karakteristik dari fluida yang di hasilkan (Setyaningsih, 2014).
Gambar 1. Proses terjadinya perpindahan panas
Pemipaan
Dalam produksi panas bumi pipa
merupakan teknologi dalam mengalirkan fluida
seperti minyak, gas atau air dalam jumlah yang sangat besar dan jarak yang jauh
melalui laut dan daerah tertentu. Pipeline
merupakan sarana transportasi diam yang berfungsi untuk mendistribusikan fluida baik dalam bentuk liquid maupun gas. (Saptadji,
2001).
Sementara itu, risiko didefinisikan
sebagai kombinasi antara kemungkinan terjadinya kegagalan (probability of failure) dan konsekuensi terjadinya kegagalan.
Karena medan yang di lalui saluran pipa sangat beragam, mulai dari laut dataran
rendah, lembah, dan didalam tanah maka dalam pengoperasiannya akan banyak di
temukan berbagai macam masalah seperti korosi (corrosion) maupun retak atau terputus. Keretakan merupakan persoalan
yang harus diperhatikan karena akibat yang ditimbulkan yaitu ledakan dan
kebocoran yang bisa mempengaruhi kehidupan sosial dan kerugian yang sangat
besar.(El
Fandari, Daryanto, & Suprayitno, 2014).
Dalam pembuatan suatu kontruksi diperlukan material sesuai dengan standard yang digunakan. Sebagai contoh dalam pembuatan kontruksi sebuah instalasi proses produksi minyak dan gas alam diperlukan material yang kuat untuk menerima beban dan tegangan yang diterima oleh material. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi pembebanan standar atau berlebih tidak mengalami patah, Salah satu contoh material yang banyak digunakan untuk kontruksi instalasi proses produksi minyak dan gas alam adalah baja karbon.
Baja merupakan paduan yang sebagian besar terdiri dari unsur besi dan karbon 0.25% - 1,7%. Selain itu baja juga mengandung unsur-unsur lain seperti Sulfur (S), Fosfor (P), Silikon (Si), Mangan (Mn), dan Vanadium. Baja dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu :
a. Baja
Karbon Rendah Baja karbon rendah merupakan baja dengan kandungan unsur karbon
dalam struktur baja kurang dari 0,25% C, Baja karbon rendah memiliki
ketangguhan aus yang rendah. Baja ini tidak dapat dikeraskan karena kandungan
karbonnya tidak cukup untuk membentuk struktur martensit.
b. Baja
Karbon Sedang Baja karbon sedang merupakan baja karbon dengan persentase
kandungan karbon pada besi sebesar 0,25% C � 0,55% C. Baja karbon sedang
memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan baja karbon rendah, baja karbon
sedang memiliki sifat mekanis yang lebih kuat dengan tingkat kekerasan yang
lebih tinggi dari pada baja karbon rendah. Besarnya kandungan karbon yang
terdapat dalam besi memungkinkan baja untuk dapat dikeraskan dengan memberikan
perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai.
c. Baja
Karbon Tinggi Baja karbon tinggi adalah baja yang memiliki kandungan karbon
sebesar 0,55% C � 1,7% C. Baja karbon tinggi memiliki sifat tahan panas,
kekerasan serta kekuatan tarik yang sangat tinggi akan tetapi memiliki keuletan
yang lebih rendah sehingga baja karbon ini menjadi lebih getas.
Dalam penyaluran steam dalam industri panas bumi, pipa yang di gunakan sering kali
mengalami kerusakan yang di akibakan berbagai masalah, salah satunya adalah scaling. (Antara, 2017)
Scaling
����������� Scaling didefinisikan sebagai pembentukan endapan atau kerak yang berasal dari mineral garam terlarut dalam air pada suatu media kontak tertentu. Salah satu penyebab terbentuknya scaling adalah adanya kandungan silika (SiO2) yang terkandung dalam steam. Sifat-sifat yang mempengaruhi konsentrasi kelarutan silika dalam pembentukan scaling adalah temperature, kadar garam ,dan nilai keasaman (pH). Ketika terjadi perubahan tekanan, temperature, dan pH pada suatu sistem, keseimbangan ion-ion yang terkandung akan melebihi kelarutannya, sehingga terbentuk suatu endapan.
Scaling umumnya dapat dijumpai pada pipa
antara daerah wellhead dengan
separator, flasher, pipa liquid setelah separator (yang kemudian
dibuang ke kolam penampungan) dan sumur reinjeksi
sehingga dapat mengganggu proses operasional pemanfaatan geothermal pada pipelines,
turbin, maupun sumur injeksi. Hal
tersebut terjadi karena scaling dapat
mengakibatkan penyumbatan pipa, sehingga mengurangi laju aliran dan dampak
jangka panjangnya harus dilakukan penggantian. Oleh karena itu kajian tentang
potensi silika scaling sangat
diperlukan pada operasi lapangan panas bumi. Upaya pencegahan yang seringkali
dilakukan adalah dengan menginjeksi
zat kimia pengontrol scale (inhibitor scale), baik pada sumur maupun pada pipa-pipa dan peralatan
produksi. Zat kimia tersebut bekerja dengan cara menjaga partikel pembentuk scale tetap dalam larutan, sehingga
diharapkan tidak terjadi pengendapan. Hal ini dapat terjadi karena inhibitor bekerja untuk mencegah
terbentuknya reaksi polimerisasi silika yang disebabkan penurunan kelarutan silica
(PERMANA,
2017).
Pencegahan Terjadinya Silika Scaling
������������� Scale inhibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah terbentuknya scale bila ditambahkan pada konsentrasi yang kecil pada air. Penggunaan bahan kimia ini sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat rendah dapat mencukupi untuk mencegah scale dalam periode waktu yang lama. Mekanisme kerja scale inhibitor ada dua, yaitu:
1.
Scale
inhibitor dapat teradsorpsi pada
permukaan kristal scale pada saat
mulai terbentuk. Inhibitor merupakan
kristal yang besar yang dapat menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan
selanjutnya.
2.
Dalam banyak hal bahan
kimia dapat dengan mudah mencegah menempelnya suatu partikel-partikel pada
permukaan padatan (Aziz & Ola, 2019).
Kelompok scale inhibitor antara
lain: inorganik poliphospat, inhibitor organik, phosponat, ester phospat,
dan polimer. Inorganik poliphospat
adalah padatan inorganik non-kristalin. Senyawa ini jarang
digunakan dalam operasi perminyakan. Kerugiannya adalah merupakan padatan dan
bahan kimia ini mudah terdegradasi dengan cepat pada pH rendah atau pada temperature tinggi. Inhibitor organik biasanya dikemas sebagai cairan konsentrat dan
tidak dapat dipisahkan sebagai bahan kimia stabil. Ester phospat merupakan scale
inhibitor yang sangat efektif tetapi
pada temperature diatas 175�C dapat
menyebabkan proses hidrolisa dalam
waktu singkat. Phosponat merupakan scale inhibitor yang baik untuk penggunaan pada temperature diatas 350 F. Sedangkan polimer seperti akrilat dapat
digunakan pada temperature diatas
350�C. (Habibi,
Busmairizal, & Rizal, 2012)
Pemilihan Inhibitor
������������� Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis inhibitor untuk mendapatkaIl efektifitas kerja inhibitor yang baik adalah sebagai berikut:
1. Jenis
scale, dengan diketahuinya komposisi scale, dapat dilakukan pemilihan scale inhibitor yang tepat.
2. Kekerasan
scale.
3. ��Temperature,
secara umum, inhibitor berkurang
keefektifannya apabila temperature
meningkat.
4. ��Setiap inhibitor
mempunyai batas maksimum temperature
operas agar dapat berfungsi dengan baik.
5. ��pH, kebanyakan scale inhibitor
konvensional tidak efektif pada pH rendah.
6. ��Kesesuaian bahan kimia, scale inhibitor yang
digunakan harus sesuai dengan bahan kimia lain yang juga digunakan untuk kepentingan
operasi seperti corrosion inhibitor. Beberapa scale inhibitor ada yang
bereaksi dengan kalsium, magnesium atau barium membentuk scale pada konsentrasi yang tinggi.
7. ��Padatan terlarut, semakin banyak padatan
terlarut maka semakin tinggi konsentrasi inhibitor
yang digunakan.
8. ��Kesesuaian dengan kondisi air, kandungan
ion-ion kalsium, barium, dan magnesium yang ada dalam air akan menyebabkan
terjadinya reaksi dengan beberapa jenis inhibitor
sehingga menimbulkan masalah baru yaitu terbentuknya endapan. Sehingga jenis inhibitor harus dipilih sesesuai
mungkin.
lklim, setiap inhibitor mempunyai titik lebur tertentu dan cara menginjeksikan ke dalam sistem, sehingga
untuk menghindari terjadinya pembekuan ataupun perubahan komposisi dari inhibitor (Wibowo, 2015).
Jenis Inhibitor
����������� Beberapa Jenis Scale Inhibitor :
1. Hidrokarbon diperlukan sebagai pelarut hidrokarbon digunakan untuk menghilangkan minyak, parafin, atau asphaltic materials yang menutupi scale yang terbentuk, karena apabila digunakan asam sebagai penghilang scale maka asam ini tidak akan bereaksi dengan scale yang tertutupi oleh minyak (oil coated scale), oleh sebab itu minyak harus dihilangkan terlebih dahulu dari scale dengan menggunakan hidrokarbon.
2. Asam
klorida adalah bahan yang banyak digunakan untuk membersihkan scale yang telah terbentuk. Bahan ini
dapat digunakan pada berbagai kondisi. Asam klorida digunakan dengan
konsentrasi 5%, 10%, atau 15% HCl.
3. Inorganic converters biasanya
merupakan suatu karbonat atau hidroksida yang akan bereaksi dengan kalsium
sulfat dan membentuk acid soluble calcium
carbonate. Kemudian diikuti dengan penambahan asam klorida untuk melarutkan
karbonat atau kalsium hidroksida yang terbentuk.
4. Organic converters
seperti natrium sitrat, potassium asetat sering digunakan. Reaktan ini akan
bereaksi dengan scale kalsium sulfat,
sehingga scale akan menjadi lebih
lunak dan mudah dibersihkan dengan melewatkan air.
5. Natrium
Hidroksida Larutan 10% natrium hidroksida dapat melarutkan hingga 12,5% berat
dari scale kalsium karbonat. (Habibi et al., 2012).
Dalam sistem pemipaan panas bumi, scaling yang terjadi akan menimbulkan
korosi pada pipa tersebut. Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi
elektro kimia dengan lingkungannya. Korosi atau pengkaratan yang merupakan
fenomena kimia pada bahan � bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi
logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan
berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan
terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
Korosi pada logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion
dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam, dan proses katodik yang
mengkonsumsi elektron tersebut dengan laju yang sama. (Utomo,
2009)
Hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya Korosi
����������� Terdapat beberapa factor yang dapat enyebabkan korosi, yaitu :
1. Faktor Gas Terlarut.
� � Oksigen (O2)
� � Karbondioksida (CO2)
2.� Faktor Temperature
3.� Faktor pH
4. Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
5.� Faktor Padatan Terlarut
���� � Klorida (Cl)
������� � Karbonat (CO3)
������� � Sulfat
(SO4), �(Sidiq,
2013)
Metode Penelitian
1.
Untuk
menenentukan silika yang terbentuk menggunakan persamaan silica saturated
index (SSI) :
𝑆𝑆𝐼 =
Dengan perhitungan
:
� ��������� �SiO2(Theo)=10^{
Keterangan :
�
Nilai 731� = Temperature
fluida paling tinggi dalam kelvin
�
T (K)����� = Temperature
scrubber dalam kelvin
�
Nilai 4,52� = pH rata-rata� fluida
�
Water
Fraction = Jumlah air dalam fluida
�
SSI > 1, fluida dalam kondisi supersaturated dan scaling dimungkinkan� terjadi.
�
SSI = 1, fluida dalam kondisi saturated.
�
SSI < 1, fluida dalam kondisi undersaturated,
sehingga tidak mungkin terjadi�
pengendapan.
2.
Untuk menentukan seberapa
cepat laju penebalan silika scaling, maka
dapat di hitung dengan persamaan
������
Keterangan :
�
𝑆𝑡
̇����� ��� ��= Laju penebalan scaling (inch/tahun)
�
𝜌𝑠𝑖𝑙𝑖𝑐𝑎� = Densitas silika = 2,65 g/in3
�
365��� ��� �= Jumlah hari dalam satu tahun
�
1743���� �= Titik lebur SiO2
(Villase�or,2011)
Hasil dan Pembahasan
Faktor � faktor tebentuknya silica
scaling
Pada proses pembentukan silika scaling, faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah temperature, pH
dan kadar garam. Pada industri panas bumi kamojang, faktor yang membuat
pembentukan scaling adalah temperature dan pH di karenakan tidak
ada pengujian untuk kadar garam pada air pembuangan scrubber. Untuk nilai pH pada steam
di lakukan pengamatan pada kepala sumur dan di dapatkan nilai pH 5,2 dan
untuk temperature pada pipa air scrubber di dapatkan nilai 149oC.
Pada kasus yang terjadi di pipa air kondensat scrubber unit 5, scall di
akibatkan oleh perbedaan temperature yang
sangat tinggi yang mengakibatkan jumlah air lebih sedikit di bandingkan mineral
yang terbuang. Hal ini mengakibatkan mineral terendapkan pada dinding-dinding
pipa yang dapat menyebabkan penyempitan diameter dalam pipa serta memungkinkan
terjadinya korosi
Pencegahan dan Pengendalian
terjadinya Silica Scaling
����������� Dalam terbentuknya silika scaling, proses pembentukan dapat di cegah dan di kendalikan pertumbuhannya, pada industri geothermal ini dengan proses pencegahan dan pengendaliannya menggunakan beberapa metode, yaitu :
� Pencegahan�� :
Pencegahan
yang di lakukan dengan menambahkan HCl pada pipa pembuangan air dari scrubber,
proses penambahan HCl pada pipa di lakukan secara manual dengan jangka waktu 1
bulan yang di maksudkan untuk menjaga dinding dalam bagian pipa agar tidak
rusak yang diakibatkan oleh larutan HCl yang bersifat asam.
�
Pengendalian :
Proses
pengendalian terhadap silica scaling pada
pipa dilakukan saat terjadi overhaul atau
perbaikan menyeluruh pada peralatan industri. Proses pengendalian dilakukan
dengan cara mencabut pipa yang terdiri dari 2 bagian, lalu menyikat dinding
dalam pipa menggunakan sikat kawat, penyikatan dilakukan pada bagian yang
terdapat scall dengan sangat
hati-hati supaya tidak membuat dinding dalam pipa tergores oleh kawat yang akan
mengakibatkan timbulnya masalah lain pada pipa.
Menghitung dan Menganalisis Pertumbuhan
Silica Scaling
Dari data yang di dapatkan selama 8 hari maka didapatkan nilai SiO2nya yang tertera pada table dibawah ini:�����������������������
Tabel 1 ��Nilai Water Fraction (WF) dan Temperature��� Scrubber
No. |
Tanggal |
T(K) |
WF |
Nilai SiO2 (ppm) |
1 |
20/01/2020 |
240,42 |
100% |
50,43 ppm |
2 |
21/01/2020 |
240,51 |
100% |
50,78 ppm |
3 |
22/01/2020 |
240,71 |
100% |
50,71 ppm |
4 |
23/01/2020 |
239,76 |
100% |
50,31 ppm |
5 |
24/01/2020 |
239,57 |
100% |
50,38 ppm |
6 |
25/01/2020 |
239,83 |
100% |
50,86 ppm |
7 |
26/01/2020 |
239,85 |
100% |
50,81 ppm |
8 |
27/01/2020 |
239,78 |
100% |
50,41 ppm |
Data pada table 1 merupakan data
hasil kalkulasi selama satu hari dan di dapatkan nilai temperature scrubber
paling tinggi pada tanggal 22/01/2020 sebesar 240,710K dan di
dapatkan jumlah WF (Water Fraction)
100% dikarenakan pada pipa pembuangan hanya terdapat air hasil kondensasi pada
scrubber.
Menghitung Nilai SSI
Untuk mengukur nilai SSI ( Silica Saturation Indeks )
maka bisa ����menggunakan persamaan :
SSI=
a.
Menentukan
Nilai SiO2 Teoritis
Contoh perhitungan pada tanggal
20/01/2020
� SiO2
(Theo) = 10{
� �SiO2 (Theo) = 10{
� SiO2
(Theo) = 30,2
b.
Menentukan
Nilai SiO2 Kalkulasi
Contoh
perhitungan pada tanggal 20/01/2020
� SiO2
(Calcu) =� SiO2 : WF
� WF
= 100 %
� SiO2
(Calcu) =� 50,43 : 1
� SiO2
(Calcu) =� 50,43
������ ���� �������Setelah ditemukan nilai Teoritis dan nilai
Kalkulasinya, maka selanjutnya menghitung nilai SSI, menghasilkan :
�
SSI =
�
SSI = 1,67
Tabel 2 Hasil
Perhitungan SSI
Tanggal |
TScrubber (K) |
WF |
SiO2 (ppm) |
SSI |
20/01/2020 |
240,42 |
100% |
50,43 |
1,67 |
21/01/2020 |
240,51 |
100% |
50,78 |
1.68 |
22/01/2020 |
240,71 |
100% |
50,71 |
1,68 |
23/01/2020 |
239,76 |
100% |
50,31 |
1.70 |
24/01/2020 |
239,57 |
100% |
50,38 |
1,71 |
25/01/2020 |
239,83 |
100% |
50,86 |
1.71 |
26/01/2020 |
239,85 |
100% |
50,81 |
1,72 |
27/01/2020 |
239,78 |
100% |
50,41 |
1,70 |
Dari hasil perhitungan silica saturation index di dapatkan nilai SSI yang beraneka ragam setiap harinya, dan di dapatkan nilai tertinggi 1,72 pada tanggal 26/01/2020.
Menghitung Laju Pertumbuhan Silika Scaling
���������� Contoh perhitungan pada tanggal
20/01/2020
�St=
St = 0,00164 in3/tahun���
Tabel 3� Hasil Perhitungan Laju Pertumbuhan Silika� Scaling
Tanggal |
TScrubber (K) |
SiO2 (ppm) |
SSI |
St (in3/tahun) |
20/01/2020 |
240,42 |
50,43 |
1,67 |
0,00164 |
21/01/2020 |
240,51 |
50,78 |
1.68 |
0,00165 |
22/01/2020 |
240,71 |
50,71 |
1,68 |
0,00167 |
23/01/2020 |
239,76 |
50,31 |
1.70 |
0,00154 |
24/01/2020 |
239,57 |
50,38 |
1,71 |
0,00154 |
25/01/2020 |
239,83 |
50,86 |
1.71 |
0,00157 |
26/01/2020 |
239,85 |
50,81 |
1,72 |
0,00158 |
27/01/2020 |
239,78 |
50,41 |
1,70 |
0,00154 |
Pada tabel 3 terlihat bahwa laju penebalan silika scaling beragam dengan laju penebalan paling
tinggi sebesar 0,00167 in3/tahun atau 0,274 cm3/tahun
dengan rata-rata jumlah SiO2 50,74 ppm/hari, dengan ukuran
pipa air kondensat sebesar 8in.
Data hasil perhitungan dipengaruhi
oleh temperature dari scrubber sehingga walaupun nilai SiO2
lebih besar pada tanggal 25 Januari 2020 tidak menjamin nilai laju
penebalan scaling lebih
Kesimpulan
Dari hasil diatas dapat diambil kesimpulan :
1.
Faktor-Faktor
yang menyebabkan terjadinya silika scaling
pada pipa air kondensat scrubber unit 5 yaitu dikarenakan perbedaan temperature yang berbeda, yang di
akibatkan oleh terpisahnya uap dengan air dan mineral, air yang terbuang
memiliki temperature yang rendah dan
jumlah yang sedikit yang menyebabkan
terjadinya silika scaling pada
dinding pipa air kondensat
2.
Untuk
mencegah terjadinya pertumbuhan silika scaling
dapat di lakukan dengan menambahkan inhibitor
berupa HCl. Selain itu dapat di lakukan dengan menjaga tingkat kelarutan
zat dengan menambahkan jumlah air pada scrubber.
3.
Laju
pertumbuhan silika scaling paling
besar terdapat pada tanggal 21 dan 22 Januari 2020 sebesar 0,167 in3/tahun.
Dengan rata-rata jumlah SiO2 sebanyak 50,74 ppm.
Bibliograpy
Antara, Nengah Ludra. (2017). Pencegahan Akibat
Terjadinya karat pada pipa boiler (studi kasus). Logic: Jurnal Rancang
Bangun Dan Teknologi, 13(3), 117.
Aziz, Amiral, & Ola, Kornelis K. (2019). Kajian
Terbentuknya Scaling pada Komponen Turbin Uap Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi Skala Kecil. Jurnal Teknologi Lingkungan, 20(1), 29�36.
El Fandari, Andiesta, Daryanto, Arief, &
Suprayitno, Gendut. (2014). Pengembangan energi panas bumi yang berkelanjutan. Semesta
Teknika, 17(1), 68�82.
Habibi, Romi, Busmairizal, Yerimadesi, & Rizal,
Bahrizal. (2012). Studi Inhibisi Korosi Baja Oleh Ekstrak Biji Kakao (Theobroma
cacao) Dalam Medium Air Laut. Periodic, 1(1), 62�65.
PERMANA, MOCH ARIL INDRA. (2017). Kajian Potensi
Silica Scaling pada Pipa Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(Geothermal). Jurnal Material Dan Energi Indonesia, 7(01), 39�43.
Saptadji, Nenny Miryani. (2001). Teknik Panas Bumi. Bandung,
Penerbit ITB.
Setyaningsih, Wahyu. (2014). POTENSI LAPANGAN PANAS
BUMI GEDONGSONGO SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DAN PENUNJANG PEREKONOMIAN
DAERAH. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan Dan Profesi
Kegeografian, 11(1), 117�129.
Sidiq, M. Fajar. (2013). Analisa korosi dan
pengendaliannya. Jurnal Foundry, 3(1), 25�30.
Utomo, Budi. (2009). Jenis korosi dan
penanggulangannya. Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Kelautan,
6(2), 138�141.
Wibowo, Fadlan. (2015). Kajian Resiko Pipa Gas
Transmisi PT. Pertamina Studi Kasus Simpang Km. 32-Palembang. Jurnal Teknik
Sipil Dan Lingkungan, 3(1).