DOI : 10.36418/jist.v3i5.413 586
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi
pISSN: 2723-6609; e-ISSN: 2745-5254
Vol. 3, No. 5 Mei 2022
PENGARUH PERUBAHAN KEBIJAKAN ORGANISASI TERHADAP SIKAP
RESISTENSI PADA KARYAWAN
Nazmah
Sukma Medan Sumatera Utara
Abstract
Change is an important thing for the company or organization as well as the employees themselves to be
able to advance the organization. However, resistance in the change process can be a barrier in advancing
the organization itself through several factors. This study aims to examine whether there is an effect of
changing organizational policies on employee resistance attitudes. In research using quantitative methods
and using questionnaire as a measuring tool. The scale used in questionnaire and changes in company
policy uses a Likert scale with 4 choices of statements. Data processing is carried out using a computer
system with the SPSS program. Data were collected from 105 scales distributed to permanent employees.
Based on the results of the study, it is known that there is a significant influence between employee
resistance attitudes to changes in organizational (F count = 80.278, p <0.05). From this research, it is also
known that changes in organizational policies have contributed to the attitude of resistance in employees
of PT. SEPCO&M Medan is 43.8% and 56.2% is influenced by other factors.
Keywords: Resistance Attitudes, Employees, Changes in Organizational Policy
Abstrakct
Perubahan merupakan hal yang penting bagi perusahaan atau organisasi serta pegawai itu sendiri untuk
dapat memajukan organisasi tersebut. Namun resistensi dalam proses perubahan dapat menjadi penghalang
dalam memajukan organisasi itu sendiri melalui beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
apakah ada pengaruh perubahan kebijakan organisasi terhadap sikap resistensi pada karyawan. Dalam
penelitian menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Skala yang
digunakan pada kuesioner sikap resistensi karyawan dan perubahan kebijakan perusahaan menggunakan
skala likert dengan 4 pilihan pernyataan. Pengolah data dilakukan dengan menggunakan sistem komputer
dengan program spss. Data dikumpulkan dari 105 skala yang disebar pada karyawan tetap. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap resistensi karyawan terhadap
perubahan kebijakan organisasi (F hitung = 80,278, p < 0,05). Dari penelitian ini juga diketahui bahwa
perubahan kebijakan organisasi memiliki kontribusi terhadap sikap resistensi pada karyawan PT.
SEPCO&M Medan sebesar 43,8% dan sebesar 56,2% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci: Sikap Resistensi, karyawan, Perubahan Kebijakan Organisasi
Pendahuluan
Perubahan dalam organisasi dapat terjadi setiap saat. Perubahan yang terjadi dalam
organisasi dapat terjadi karena adanya dorongan dari faktor internal maupun eksternal.
Perubahan dalam berbagai bentuk pada dasarnya ditujukan untuk memberikan dampak
yang positif bagi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan (Arifin, 2017).
Student Learning Ethics: Classical Islamic Literature Analysis
587
Kemampuan organisasi untuk bertahan hidup sangat ditentukan oleh kemampuan
organisasi untuk berubah, menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis yang
dihadapi atau menyesuaikan diri dengan perubahan potensial yang akan terjadi dimasa
mendatang. Kemampuan organisasi untuk berkembang ditentukan oleh kemampuan
organisasi dalam menciptakan perubahan (Sastramayani & Badarwan, 2019).
Banyak situasi perubahan lebih bersifat incremental daripada fundamental. Jika
situasi perubahan berbeda, respon yang dilakukan berbeda pula. Penanganan situasi
perubahan yang buruk dapat membawa konsekuensi serius termasuk timbulnya frustasi,
biaya implementasi yang mungkin meningkat, hilangnya manfaat yang diharapkan dari
perubahan, konsekuensi perubahan terhadap manusia dapat menjadi lebih besar, motivasi
dalam organisasi justru merosot karena anggota organisasi merasa bingung dan resah,
karyawan merasa takut dengan memperhatikan perubahan yang sedang berjalan (Indrajit
& Djokopranoto, 2016).
Indonesia saat ini telah dilanda wabah yang dikenal dengan Covid-19. Dimana
dengan adanya wabah ini banyak perubahan yang terjadi, setiap individu diharuskan
untuk menjaga jarak, tidak bersentuhan karena dikhawatirkan akan menyebarkan wabah
penyakit tersebut, menggunakan masker dan rajin cuci tangan (Ristyanti, Ilma, &
Gabriella, 2022). Bagi perusahan dengan adanya wabah ini juga mengalami perubahan
yang sangat signifikan dimana kapasitas pekerja yang berada di dalam ruangan juga
dibatasi, dan untuk sektor-sektor non-esensial di himbau untuk melakukan pekerjaan dari
rumah. Situasi seperti ini sudah kita alami selama hampir 2 tahun.
Adanya hal ini maka organisasi akan mengeluarkan beberapa kebijakan agar dapat
terus berproduksi salah satunya dengan melakukan perubahan struktur gaji, memodifikasi
sistem kerja dari tatap muka menjadi tatap maya, sistem absen yang juga mengalami
modifikasi (Situmeang, 2016). Salah satu bentuk modifikasi yang dilakukan organisasi
adalah dengan mengeluarkan peraturan bahwa setiap karyawan tidak diperkenankan
untuk meninggalkan lokasi kerja. Perusahaan menyediakan mess sehingga setelah bekerja
karyawan bisa beristirahat di mess yang telah disediakan. Sebelumnya setiap karyawan
diizinkan untuk Kembali ke rumah masing masing setelah selesai bekerja tetapi untuk
memutus penyebaran virus Covid-19 di lingkungan organisasi maka kebijakan ini
diambil.
Jika merujuk pada apa yang diutaran oleh Louis Thurstone bahwa sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut (Sutanti, 2014). Dalam teori lainnya
yang diutarakan bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap
suatu objek dengan cara tertentu (Siska, 2018). Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang
dimasukkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.
Bentuk respon ini pada karyawan dapat berupa sikap resistensi terhadap perubahan
kebijakan perusahaan (PELAWI, 2019).
Beberapa alasan mengapa rekayasa ulang gagal (rekayasa ulang salah cara atau
metode transformasi organisasi), salah satunya adalah ketakutan umum akan perubahan
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 588
(Nugroho, 2020). Oleh karena itu, dalam kelima faktor di atas, alasan paling relevan
dalam konteks menolak transisi pandangan organisasi menyatakan bahwa orang mungkin
menolak perubahan karena berbagai alasan. Inilah yang menyebabkan orang menolak dan
takut akan perubahan organisasi harus tahu karena itu adalah akar masalahnya resistensi
terhadap perubahan organisasi (Mustofa, 2019).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menyebabkan faktor
resistensi dalam organisasi dan tindakan apa yang harus dilakukan dalam organisasi untuk
meminimalkan terjadinya resistensi selama terjadinya perubahan dalam organisasi
(Rahman & Syafruddin, 2017).
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Nasution, 2016). Kuesioner yang digunakan
ada dua jenis yaitu kuesioner yang mengungkap mengenai resistensi dan kuesioner yang
mengungkap tentang perubahan kebijakan perusahaan (Muayyad & Gawi, 2017). Kedua
kuesioner ini menggunakan skala pengukuran likert dengan 4 pilihan pernyataan yaitu SS
untuk sangat setuju, S untuk setuju, TS untuk tidak setuju dan STS untuk sangat tidak
setuju. Penyebaran kuesioner diberikan dalam bentuk google form dalam jangka waktu 1
minggu. Data yang diperoleh dari subjek melalui skala ukur ditransformasi ke dalam
angka-angka menjadi data kuantitatif, sehingga data tersebut dapat dianalisis dengan
pendekatan statistik (YANTI, 2021).
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap dengan masa kerja yang lebih
dari 2 tahun berjumlah 105 orang. Melakukan sampling pada subyek yang lebih dari 100
orang, sebaiknya diambil antara 10 s/d 25 persen atau lebih sedangkan jika subjeknya
kurang dari 100 orang maka sebaiknya diambil keseluruhan. Oleh karena itu sampel
dalam penelitian ini diambil dari total populasi (Marchelia, 2014).
Hasil dan Pembahasan
Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk
menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel sikap resistensi karyawan terhadap
Perubahan kebijakan organisasi. Perhitungan statistik dalam analisis regresi linier
sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan
program SPSS for Windows versi 25.0. Hasil pengolahan data dengan menggunakan
program SPSS selengkapnya ada pada lampiran dan selanjutnya dijelaskan pada tabel 1
berikut ini :
Tabel 1. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Berganda
Model
Sum of
Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
4031,702
1
4031,702
80,278
.000b
5172,812
103
50,221
9204,514
104
Student Learning Ethics: Classical Islamic Literature Analysis
589
Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara perubahan kebijakan perusahaan (x) terhadap sikap resistensi
karyawan (y). Dengan nilai koefisien Freg = 80, 278 dimana p sebesar 0,000 < 0,05.
Dengan nilai signifikansi dibawah 0,05.
Secara umum rumus analisis regresi linier berganda sebagai berikut:
Y= a+bx
Ket:
Y = Sikap Resistensi karyawan
X = Perubahan Kebijakan perusahaan
Sementara untuk mengetahui nilai koefisien regresi dapat dilihat pada tabel 2
dibawah ini
Tabel 2. Persamaan Variabel Pengujian Hipotesis
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
16,500
6,502
2,72
6
0,00
8
Perubahan Kebijakan
perusahaan
0,641
0,072
0,662
8,96
0
0,00
0
Pada tabel 2 dapat dilihat nilai koefisien regresi sebagai berikut :
a = angka konstan dari Unstandardized Coefficients. Dalam kasus ini nilainya
sebesar 16,500. Angka ini merupakan angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika
tidak ada perubahan kebijakan perusahaan (x) maka nilai konsisten terhadap sikap
resistensi karyawan (y) adalah sebesar 16,500.
b = angka koefisien regresi. Nilainya sebesar 0,641. Angka ini mengandung arti
bahwa setiap penambahan 1 % dari perubahan kebijakan perusahaan (x), maka sikap
resistensi karyawan (y) akan meningkat sebesar 0,641.
Adapun hasil pada pengujian hipotesis yang diajukan pada table 2 diatas diketahui bahwa
nilai t hitung sebesar 8,960 dan nilai t tabel sebesar 1,983. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa nilai t hitung lebih besar daripada t tabel, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hal tersebut maka ada pengaruh
perubahan kebijakan organisasi terhadap sikap resistensi pada karyawan.
Adapun untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bebas(x) terhadap variabel
terikat (y) digambarkan pada table 3 dibawah ini :
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 590
Tabel 3. Koefisien Determinasi
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change
df1
df2
Sig. F
Change
1
0,6627a
0,438
0,433
7,087
0,438
80,278
1
103
0,000
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat besarnya nilai korelasi (R Square) sebesar
0,433. Nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh X terhadap Y adalah sebesar 43,3 %
sedangkan 56,7 % sikap resistensi karyawan dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
diteliti.
Merujuk pada hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa perubahan kebijakan
perusahaan berpengaruh positif terhadap sikap resistensi karyawan dengan total pengaruh
sebesar 43,3%. Pengaruh positif ini bermakna semakin tinggi perubahan kebijakan
organisasi maka akan berpengaruh terhadap sikap resistensi karyawan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Louis Thurstone bahwa sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Dalam teori lainnya yg diutarakan
oleh Chave, bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara tertentu (Marchianti, Sakinah, & Diniyah, 2017). Dapat dikatakan
bahwa kesiapan yang dimasukkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respons. Bentuk respon ini pada karyawan dapat berupa sikap resistensi terhadap
perubahan kebijakan perusahaan.
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai perantara antara
respons dan objek yang bersangkutan. Respon tersebut diklasifikasikan dalam tiga jenis
yaitu respon kognitif, respon afektif dan respon konatif. Ketiga respon ini tergambarkan
dalam bentuk sikap resistensi pada karyawan berupa aspek kesiapan kerja, aspek
ekonomis, aspek keraguan terhadap kemampuan, aspek persepsi terhadap informasi,
aspek yang berhubungan dengan orang lain, aspek nilai-nilai individu, aspek keamanan
dalam bekerja, dan aspek loyalitas terhadap organisasi.
Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara tertentu (Marchianti et al., 2017). Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimasukkan
merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.
Konsep Resistensi atau penolakan terhadap perubahan adalah suatu hal yang sering
terjadi dan bersifat alamiah jika dalam suatu organisasi terjadi perubahan (Purba et al.,
2021). Sikap resistensi sebagai suatu respon alamiah yang selalu terjadi sebagai reaksi
negatif terhadap proses perubahan-perubahan baik secara struktural maupun fungsional
(Rinawati, n.d.). Penolakan terhadap perubahan dapat terjadi pula secara halus dan secara
Student Learning Ethics: Classical Islamic Literature Analysis
591
bertahap maupun secara radikal dan bersifat multidimensional. Penolakan terhadap
perubahan dapat pula sebagai respon terhadap kegiatan yang selama ini dilakukan.
Penolakan terhadap perubahan akan menjadi semakin kuat jika semakin banyak aspek-
aspek yang dipersepsikan mengancam keselamatan individu, seperti kedudukan vested
interest, terjadi salah pengertian, perbedaaan tujuan, perbedaaan ideologi atau norma
individu dan norma kelompok.
Resistensi terhadap perubahan adalah perilaku karyawan yang ditandai dengan
munculnya reaksi emosi negatif terhadap perubahan, enggan melakukan suatu perubahan,
memiliki fokus jangka pendek ketika bekerja, dan memiliki pemikiran yang kaku (tidak
open mind) (Rinawati, n.d.).
Resistensi terhadap perubahan juga diartikan sebagai sikap atau perilaku yang
mengindikasikan tidak adanya keinginan untuk mendukung atau membuat sebuah
perubahan. Resistensi terhadap perubahan juga terkait dengan perlawanan2 yang
dilakukan karena adanya kekhawatiran akan kehilangan sesuatu yang berharga yang
sudah diketahui sebelumnya dan akan digantikan dengan sesuatu yang baru yang belum
diketahui. Resistensi terhadap perubahan adalah perilaku yang memperlambat atau
mengakhiri usaha perubahan (Fitriana, 2017).
Resistensi atau perubahan adalah transformasi dari keadaan sekarang menuju
keadaan yang diharapkan di masa yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik.
Dengan kata lain adanya perubahan berpijak pada kebutuhan atau keinginan untuk
membuat kondisi atau sesuatu hal menjadi lebih baik. Perubahan akan berdampak pada
perlunya melakukan perubahan organisasi yang berkaitan dengan struktur, orang,
mekanisme dan prosedur, teknologi dan budaya
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai perantara antara
respons dan objek yang bersangkutan. Respon tersebut diklasifikasikan dalam tiga jenis
yaitu respon kognitif, respon afektif dan respon konatif.
Aspek sikap resistensi pada karyawan adalah sebagai berikut:
a) resistensi aktif (misalnya sabotase, memperlambat kerja)
b) Resistensi pasif (misalnya bekerja sesedikit mungkin tidak ingin mempelajari tugas
baru)
c) Reaksi yang tidak dapat dibedakan (bekerja hanya berdasarkan perintah, kehilangan
minat terhadap pekerjaan)
d) Penerimaan (misalnya mau bekerjasama, antusias)
Adapun aspek-aspek yang mempengaruhi sikap resistensi karyawan adalah (Azwar,
2007):
a. Kebiasaan
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang hidup dari kebiasan yang
dibangunnya, kebiasan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara
berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kebiasaan ini akan lebih mempermudah manusia
untuk menjalankan kehidupan yang sudah cukup kompleks, saat dihadapkan pada
perubahan, maka manusia akan cenderung enggan merubah kebiasan yang selama ini
telah ia lakukan
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 592
b. Ketakutan terhadap munculnya dampak yang tak diinginkan
Perubahan tak jarang menimbulkan ketidakpastian karena perubahan membuat
seseorang bergerak dari suatu situasi yang ia ketahui menuju pada situasi yang tidak
diketahuinya, akibatnya seorang yang bersangkutan akan merasa takut bahwa dampak
perubahan akan merugikan dirinya.
c. Faktor-faktor ekonomi
Seseorang akan melakukan resistensi terhadap perubahan bila yang bersangkutan
memperkirakan atau melihat bahwa dirinya tidak akan memperoleh manfaat bisa
melakukan perubahan. Berkurangnya penghasilan, kenaikan gaji yang tidak sesuai
harapan, meningkatnya ongkos transportasi, merupakan faktor ekonomi yang dapat
menjadi penyebab munculnya resistensi pada perubahan. Bila perubahan memberikan
dampak yang cukup besar terhadap seseorang, maka dapat diramalkan bahwa resistensi
dari orang yang bersangkutan terhadap perubahan akan semakin kuat.
d. Hilangnya status atau keamanan kerja
Proses perubahan pada pekerjaan yang bersifat menekan karyawan, akan dapat
memunculkan keraguan pada karyawan akan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan
dengan baik. Keraguan ini lambat laun akan mengikis kepercayaan dirinya dan
melumpuhkan pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Pemanfaatan teknologi atau
sistem administrasi yang baru di dalam dunia kerja, pada satu sisi dapat mempercepat
proses kerja. Namun pada sisi lainnya akan dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah
pekerjaan. Dampak inilah yang dikhawatirkan oleh para karyawan bila terjadi perubahan.
Buat sebagian besar karyawan hilangnya pekerjaan dapat diartikan sebagai hilangnya
status dan juga hilangnya penghasilan. Untuk alasan inilah maka para karyawan
cenderung untuk resisten terhadap perubahan
e. Proses informasi selektif
Individu membentuk dunianya melalui persepsinya. Sekali dibangun kemapanan
akan menetang perubahan. Mereka mendengar apa yang ingin mereka dengar.mereka
mengabaikan informasi yang menentang dunia yang telah mereka bangun, ada atau tidak
adanya kepercayaan dalam situasi kerja juga mempengaruhi seorang manajer yang
membangun hubungan kerja dengan bawahannya atas dasar ketidak percayaan. Akan
lebih mungkin menghadapi resistensi dari bawahannya bila ia menggulirkan perubahan.
Sementara seorang manajer yang mempercayai bawahannya akan memperlakukan
perubahan sebagai hal yang sifatnya terbuka, jujur dan partisipatif. Disisi lain, bawahaan
yang dipercaya oleh atasannya akan melakukan upaya yang lebih baik dalam menghadapi
perubahan dan melihat perubahan sebagai sebuah kesempatan. Hal ini terjadi karena
tumbuhnya kepercayaan/ketidak percayaan dalam hubungan kerja bersifat timbal balik.
Sikap resistensi diungkap melalui aspek-aspek kesiapan kerja, ekonomis, persepsi
terhadap informasi yang berhubungan dengan orang lain, ideologi atau nilai-nilai
individual, keamanan dalam kerja dan aspek loyalitas terhadap organisasi (Soeryanto
Soegoto, 2017).
Mendefinisikan perubahan organisasi sebagai proses terus menerus memperbaharui
arah, struktur, dan kemampuan organisasi untuk melayani kebutuhan pelanggan eksternal
Student Learning Ethics: Classical Islamic Literature Analysis
593
dan internal yang selalu berubah (Stephen, 2017). Hal tersebut dapat digambarkan seperti
dibawah ini.
Gambar 1. Konsep antar variable
Perubahan kebijakan organisasi didefinisikan sebagai transformasi dalam struktur
organisasi yang direncanakan ataupun tidak direncanakan. Perubahan organisasional
dalam dua kategori, yaitu (Rinawati, n.d.):
a. First Order change, yaitu suatu perubahan yang sifatnya terus menerus, dan tidak ada
perubahan besar dalam operasional organisasi.
b. Second Order change, yaitu perubahan yang sifatnya radikal, ada perubahan besar
yang melibatkan aspek dan tingkatan dalam organisasi.
Mendefinisikan perubahan organisasi sebagai proses terus menerus memperbaharui
arah, struktur, dan kemampuan organisasi untuk melayani kebutuhan pelanggan eksternal
dan internal yang selalu berubah. Setiap organisasi pasti akan mengalami perubahan, baik
yang bersifat evolusioner atau revolusioner. Jadi secara luas perubahan organisasi adalah
suatu proses yang terus menerus, baik direncanakan atau tidak direncanakan, evolusioner
atau radikal, yang bertujuan untuk memperbaharui arah dan struktur organisasi,
kapabilitas anggota organisasi dalam memenuhi tuntutan perubahan lingkungan internal
dan eksternal organisasi (Rinawati, n.d.).
Salah satu perubahan yang sering dilakukan oleh organisasi adalah perubahan
kebijakan organisasi. Perubahan kebijakan organisasi banyak macam, antara lain
Stimulus
Perubahan kebijakan Sikap resistensi
Faktor ekonomi
Keraguan terhadap
kemampuan
Informasi selektif
Berhubungan dengan
orang lain
Nilai-nilai Individual
Keaman dalam bekerja
Kebiasaan
Loyalitas
Pola Pikir
Acquire Some new skill
Kondisi lingkungan kerja
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 594
kebijakan struktural, kebijakan sistem imbalan, kebijakan financial, kebijakan
pengembangan SDM, dan sebagainya,
Ada beberapa faktor dalam lingkungan bisnis organisasi yang turut mempengaruhi
penetapan kebijakan organisasi, antara lain kondisi pasar, perkembangan teknologi,
kondisi sosial, kondisi ekonomi, regulasi pemerintah, kondisi politik, tuntutan global dan
pelanggan atau organisasi (Aisha, 2022).
Ada beberapa respon atau sikap yang ditunjukkan karyawan dalam menghadapi
sasaran dan tujuan, yaitu sikap menerima, sikap curiga, sikap ragu-ragu, sikap menolak,
sikap pura-pura, sikap tidak menentu, sikap ketergantungan, dan sikap tidak peduli
(Saragi, 2020).
Ada 3 aspek yang dapat menunjukkan rentang positif dan negatifnya sikap
seseorang terhadap kebijakan perubahan, adapun ketiga aspek tersebut adalah (Yunus &
Rezki, 2020) :
a. Pola pikir karyawan terhadap perubahan yang terjadi
b. Perlunya karyawan mendapatkan keahlian baru
c. Kondisi lingkungan kerja
Ada beberapa respon atau sikap yang ditunjukkan karyawan dalam menghadapi
sasaran dan tujuan, yaitu sikap menerima, sikap curiga, sikap ragu-ragu, sikap menolak,
sikap pura-pura, sikap tidak menentu, sikap ketergantungan, dan sikap tidak peduli
(PRATAMA, Fadhil, & Miliani, 2021).
Banyak masalah yang bisa terjadi Ketika perubahan dilakukan. Masalah yang
paling sering dan menonjol adalah penolakan resistensi terhadap perubahan itu sendiri.
Jika dikaji lebih lanjut setiap orang memang unik, perbedaan respon setiap orang terhadap
perubahan berbeda beda dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi resistensi pada transformasi organisasi di dapati bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dan positif pada aspek-aspek resistensi terhadap perubahan kebijakan
organisasi (Rinawati, n.d.). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hal ini. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah ada ada
pengaruh yang signifikan perubahan kebijakan organisasi terhadap sikap resistensi pada
karyawan.
Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat berpengaruh positif terhadap
sikap resistensi karyawan dengan total pengaruh sebesar 43,3%. Pengaruh positif ini
bermakna semakin tinggi perubahan kebijakan organisasi maka akan berpengaruh
terhadap sikap resistensi karyawan, sedangkan 56,7 % sikap resistensi karyawan
dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi karyawan dan perubahan yang dirasakan. Kepuasan kerja yang
tinggi berarti resistensi yang lebih rendah terhadap perubahan. Perubahan organisasi
dapat terjadi di hampir semua tingkatan struktur organisasi. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa resistensi terhadap perubahan mempengaruhi emosi positif terhadap
pekerjaan. Perubahan Organisasi adalah suatu proses dimana organisasi tersebut
Student Learning Ethics: Classical Islamic Literature Analysis
595
berpindah dari keadaannya yang sekarang menuju ke masa depan yang diinginkan untuk
meningkatkan efektifitas organisasinya. Kebijakan perubahan yang dilakukan oleh
organisasi hanya memberikan manfaat positif tidak langsung bagi organisasi sebesar 38.
Perubahan yang cepat karena globalisasi yang luas, kondisi ekonomi yang dinamis,
meningkatnya penggunaan interaksi virtual dan media sosial serta kemajuan pesat
teknologi, dimana lingkungan berubah secara tidak pasti menuntun seorang individu
untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut. Individu yang tidak bisa lepas dari
pola perilaku lama, tidak mengenali nuansa dalam situasi yang berbeda, berhenti
mempelajari apa yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif dalam situasi baru
cenderung gagal. Berbeda dengan individu yang memandang bahwa tantangan dapat
membuatnya tumbuh, kegagalan menjadi kesempatan untuk tumbuh lebih baik,
menerima umpan balik yang didapati menjadi acuan untuk menjadi lebih baik, tidak
menolak perubahan, dan mencoba suatu hal yang baru, dimana akan membantunya untuk
tetap bisa mengikuti arus perubahan situasi ini.
Bibliografi
Aisha, Seta Ariawuri Wicaksana Hallifatul Ambyah. (2022). Transformasi Digital:
Perspektif Organisasi, Talenta, Dan Budaya Digital. Dd Publishing.
Arifin, Muhammad. (2017). Strategi Manajemen perubahan dalam meningkatkan disiplin
di perguruan tinggi. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(1).
Azwar, Saifuddin. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Fitriana, Nina. (2017). Penurunan Resistensi Terhadap Perubahan Sasaran Kinerja
Melalui Keterlibatan Penyusunan Key Performance Indicator (Kpi) Pada
Management Trainee Universitas X. Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Indrajit, Richardus Eko, & Djokopranoto, R. (2016). Business Process Reengineering.
Edisi Kedua. Yogyakarta: PREINEXUS.
Marchelia, Venny. (2014). Stres kerja ditinjau dari shift kerja pada karyawan. Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 130143.
Marchianti, Ancah Caesarina Novi, Sakinah, Elly Nurus, & Diniyah, Nurud. (2017).
Efektifitas penyuluhan gizi pada kelompok 1000 HPK dalam meningkatkan
pengetahuan dan sikap kesadaran gizi. Univ Jember Reepository, 3(3), 6970.
Muayyad, Deden Misbahudin, & Gawi, Ade Irma Oktafia. (2017). Pengaruh kepuasan
kerja terhadap produktivitas kerja pegawai bank syariah X kantor wilayah II. Jurnal
Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 9(1), 7598.
Mustofa, Ali. (2019). Manajemen Perubahan Lembaga Pendidikan Islam Studi Kasus di
Pesantren Fatḥul ‘Ulūm Kwagean Kediri. IAIN Ponorogo.
Nasution, Hamni Fadlilah. (2016). Instrumen penelitian dan urgensinya dalam penelitian
kuantitatif. Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Keislaman, 4(1), 5975.
Nugroho, Kandung Sapto. (2020). Change or die?; bagaimana mengelola perubahan
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 596
dalam ornugroho, k. S. (2020). Change or die?; bagaimana mengelola perubahan
dalam organisasi tetap survive menghadapi tantangan global. Al-ijtimai:
international journal of government and social science, 6(1). Al-Ijtimai:
International Journal of Government and Social Science, 6(1), 7588.
PELAWI, NOVITA DELINA B. R. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan
Tindakan Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Siswa Kelas 4, 5 Dan 6 Sd
Negeri 040467 Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Tahun
2019.
PRATAMA, ADJI SATRIA, Fadhil, Muhammad, & Miliani, Masyrisal. (2021).
Psikologi Pustakawan Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Jambi
Dalam Menunjang Kualitas Pelayanan. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Purba, Sukarman, Revida, Erika, Tamrin, Andi Febriana, Bachtiar, Erniati, Purba,
Bonaraja, Ramadhani, Yulia Rizki, Purba, Pratiwi Bernadetta, Chamidah, Dina,
Simarmata, Janner, & Yuniwati, Ika. (2021). Analisis Kebijakan Pendidikan.
Yayasan Kita Menulis.
Rahman, Miftahur, & Syafruddin, Muchamad. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi
resistensi pengguna dalam implementasi sistem akuntansi akrual. Diponegoro
Journal of Accounting, 6(4), 124132.
Rinawati, Rinawati. (n.d.). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi
Individual pada Transformasi Organisasi. Jurnal Ilmu Manajemen Dan Bisnis, 2(1),
5059.
Ristyanti, Ainnur, Ilma, Rossa, & Gabriella, Finna. (2022). Pola Interaksi Sosial Pada Sd
Negeri Pakis V Surabaya Di Masa Pandemi Covid-19. Citizen: Jurnal Ilmiah
Multidisiplin Indonesia, 2(1), 6370.
Saragi, Muhammad Putra Dinata. (2020). Buku Ajar Pendekatan Teknik Dalam
Konseling.
Sastramayani, Sastramayani, & Badarwan, Badarwan. (2019). Kepemimpinan Krisis
dalam Pengelolaan Sekolah. Shautut Tarbiyah, 25(2), 181201.
Siska, Yulia. (2018). Korelasi sikap, minat dan motivasi belajar dengan pengetahuan
sejarah local lampung. Mimbar Sekolah Dasar, 5(1), 5162.
Situmeang, Ilona V.Oisina. (2016). Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Objektif
dan Perspektif Subjektif. Ekuilibria.
Soeryanto Soegoto, Eddy. (2017). Tren kepemimpinan kewirausahaan dan manajemen
inovatif di era bisnis modern.
Stephen, Robbins. (2017). Organizational behaviour.
Sutanti, Henry. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pemilihan
Kontrasepsi IUD Pada Wanita Usia Subur Di Desa Sepanjang Wilayah Kerja
Puskesmas Sepanjang Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Rustida, 1(1), 2431.
YANTI, HERA. (2021). Pengaruh Efikasi Diri Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru. JOURNAL OF EDUCATION SCIENCE, 7(2), 150156.
Yunus, Nur Rohim, & Rezki, Annissa. (2020). Kebijakan pemberlakuan lock down
Student Learning Ethics: Classical Islamic Literature Analysis
597
sebagai antisipasi penyebaran corona virus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial Dan
Budaya Syar-I, 7(3), 227238.