438
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi:p–ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN :2745-5254
Vol. 3, No., 3 Maret 2022
STRATEGI MANAJEMEN SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK MELALUI
KAPITAL SOSIAL
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
1 dan 2
1
2
Abstrak
Berkembangnya dunia pendidikan anak usia dini di Indonesia mendorong perkembangan
kemampuan manajemen pengelolaan berbagai jenis lembaga PAUD pada umumnya dan lembaga
TK pada khususnya. Sebagai sebuah organisasi, sekolah mengambil masukan dari lingkungan
(input), mengubah atau mengolahnya (proses), dan memproduksi hasil (output). Keberhasilan
sebuah sekolah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya kompetensi guru serta
sistem pengelolaan administrasi yang mendukung dan mendorong pencapaian tujuan pendidikan
di sekolah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas kapital sosial yang ada didalam
manajemen TK Mini Pak Kasur, menggambarkan bagaimana kapital sosial berperan dalam
memperlancar kegiatan belajar mengajar serta bagaimana kapital sosial dapat mendukung TK
Mini Pak Kasur dalam menjaga nama baik mereka di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini di
Indonesia dan memberikan contoh bagi sekolah-sekolah baru mengenai bagaimana manajemen
sekolah yang baik dan mampu membuat sekolah tersebut bertahan lama. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif eksplanatori dimana tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menelaah
mengapa TK mini Pak Kasur mampu bertahan hingga saat ini sejak 53 tahun yang lalu. Sebagai
suatu lembaga, sekolah memiliki faktor-faktor yang berfungsi secara aktif dalam kelompok sosial
tersebut, seperti hubungan interpersonal, identitas bersama, pemahaman bersama, norma, nilai,
kepercayaan, kerja sama dan rasa ketersalingan. Faktor-faktor tersebut dikatagorikan sebagai
kapital sosial yang mendukung pengelolaan serta administrasi di sekolah.
Kata kunci: Strategi; Manajemen Sekolah; Kapital Sosial
Abstract
The development of the world of early childhood education in Indonesia encourages the
development of management capabilities in managing various types of PAUD institutions in
general and kindergarten institutions in particular. As an organization, schools take inputs from
the environment (inputs), change or process them (processes), and produce results (outputs). The
success of a school is influenced by various factors, one of which is the competence of teachers
and an administrative management system that supports and encourages the achievement of
educational goals in the school. This study aims to look at the quality of social capital in the
management of Pak Kasur Mini Kindergarten, describe how social capital plays a role in
facilitating teaching and learning activities and how social capital can support Pak Kasur Mini
Kindergarten in maintaining their good name in the Early Childhood Education environment in
Indonesia. and provide an example for new schools on how good school management can make
the school last longer. This research is an explanatory qualitative research where the main
purpose of this research is to examine why Pak Kasur mini kindergarten has been able to survive
until now since 53 years ago. As an institution, the school has factors that function actively in the
Strategi Manajemen Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Kapital Sosial
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 439
social group, such as interpersonal relationships, shared identity, shared understanding, norms,
values, trust, cooperation and a sense of belonging. These factors are categorized as social
capital that supports management and administration in schools..
Keywords: Strategy; School Management; Social Capital
Pendahuluan
Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
awal mulanya kehadiran PAUD di Indonesia (Syifauzakia, Ariyanto, & Aslina, 2021).
Sejarah PAUD di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan yang dibagi menjadi dua (2)
periode (Kosim, 2007), yaitu masa pendudukan Belanda (1908 1941) dan masa
pendudukan Jepang (1942 -1945).
Pada masa pendudukan Belanda, kindergarten atau juga disebut Frobel School yang
didirikan oleh Friedrich Wilhelm August Frobel merupakan cikal bakal lahirnya lembaga
PAUD di Indonesia. Awal mulanya lembaga TK di Indonesia hanya diperuntukan bagi
anak-anak mereka (Daulay, 2019) dan segelintir anak pribumi keturunan ningrat dan
bergelar bangsawan (Atikurrahman et al., 2021).
Kurikulum yang digunakan diadopsi dari sistem pendikan prasekolah di Belanda
(Palahuddin, 2018). Kurikulum tersebut sangat dipengaruhi oleh Frobel yang
menekankan pada aktivitas bermain (Susanto, 2021) dan kegiatan-kegiatan yang
menyenangkan lainnya sebagai media belajar anak (Adnyana & Suyanto, 2013).
Pendidikan tersebut didirikan dengan tujuan agar anak dapat melakukan adat baru yang
baik (Taubah, 2015); anak-anak pandai membaca, menulis dan berbahasa Belanda dan
dengan persiapan tersebut anak dapat masuk ke sekolah belanda (Wardani, 2019).
Pada masa itu, bangsa Indonesia belum menganggap penting pendidikan usia dini
(Nadar, 2018). Hal tersebut berubah pada saat kebangkitan Nasional yang di awali dengan
Pergerakan Pemuda Budi Utomo pada 28 Mei 1908. Lahirnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan anak ini ditandai dengan berdirinya Bustanul Athfal pada tahun 1919 oleh
persatuan wanita Aisyiyah di Yogyakarta (Nasution, Nahar, & Sinaga, 2019). Pada tahun
1922, Ki Hajar Dewantoro, sepulang dari pengasingannya di Belanda selama dua tahun
(1913 1915) mendirikan Taman Lare atau taman anak Kindertuin yang berkembang
dengan Taman Indria (Siswanto, 2012).
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, Frodel School berubah
menjadi Taman Kanak-Kanak. Pada masa ini kegiatan belajar mengajar terus berlanjut
namun tidak terlalu diperhatikan oleh pihak Jepang (Basri, 2015), oleh sebab itu sebagian
lembaga TK keberadaan berkurang. Pemerintah Jepang hanya melengkapi kegiatan
belajar mengajar di kelas dengan nyanyian dan permainan khas Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia diraih, perkembangan lembaga PAUD semakin
berkembang di Indonesia (Ardana, Edy, Widana, & Wibawa, 2019). Pendidikan TK
dimaksudkan untuk memelihara tumbuhnya kebudayaan bangsa yang merdeka, terutama
melalui sistem pendidikan dan pengajaran. Seiring dengan perkembangan Taman Indria,
berkembang pula Taman Kanak-kanak (TK) yang merupakan adaptasi dari konsep
Kindergarten dan Taman Indria (Saudah, 2015). Perkembangan TK jauh lebih pesat dari
pada Taman Indria (Masruroh, 2018). Dalam perjalanannya, lahir pula Raudhatul Athfal
atau RA yang merupakan penyelenggaraan program pendidikan bagi anak usia dini
dengan kekhasan agama Islam. Baik Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun
Raudhatul Athfal, sasarannya baru mencakup anak di atas usia 4 tahun sampai memasuki
pendidikan dasar. Dengan demikian anak usia 0-4 tahun belum terlayani program PAUD
dalam bentuk apapun.
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
440 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan pengasuhan terutama bagi anak
yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah, muncullah program Taman Penitipan
Anak atau TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip/pengasuhan anak.
Sejak tahun 1980-an, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia
internasional tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga untuk anak usia
3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain atau Kober atau KB. Saat itu pula kesadaran
akan pentingnya stimulasi pendidikan di lingkungan TPA mulai muncul, sehingga TPA
yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip atau pengasuhan anak ditambah menu
lanyannya dengan layanan stimulasi pendidikan. Keluarnya PP No. 27 Tahun 1990
tentang Pendidikan Prasekolah telah mempertegas pelaksanaan pendidikan anak usia dini
(saat itu disebut pendidikan prasekolah) yang dimulai sejak usia 3 tahun melalui TPA dan
KB. Dalam pengelolaannya TK di bawah pembinaan Kemdiknas (saat itu Depdikbud)
dan RA di bawah pembinaan Departemen Agama. Sedangkan TPA dan KB di bawah
pembinaan Depsos dan Depdikbud. Depsos bertanggungjawab melakukan pembinaan di
bidang usaha kesejahteraan anak, sedangkan Depdikbud bertanggungjawab melakukan
pembinaan di bidang pendidikannya.
Berkembangnya dunia pendidikan anak usia dini di Indonesia mendorong
perkembangan kemampuan manajemen pengelolaan berbagai jenis lembaga PAUD pada
umumnya dan lembaga TK pada khususnya. Sebagai sebuah organisasi, sekolah
mengambil masukan dari lingkungan (input), mengubah atau mengolahnya (proses), dan
memproduksi hasil (output). Keberhasilan sebuah sekolah dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, salah satunya kompetensi guru serta sistem pengelolaan administrasi yang
mendukung dan mendorong pencapaian tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Menurut
Husaini Usman (2004: 9) manfaat administrasi pendidikan adalah (1) menciptakan
suasana belajar yang bermutu dan menyenangkan dan yang lebih penting lagi adalah
dapat menciptakan bagaimana peserta didik belajar cara belajar (learning how to learn)
yang terbaik bagi dirinya, (2) meningkatkan kompetensi administrasi pendidikan bagi
pendidik sehingga lebih profesional, dan (3) menghemat sumberdaya 7 M (man, money,
materials, methods, machines, marketing, minutes) dengan hasil yang memuaskan.
Sebagai suatu lembaga, sekolah memiliki faktor-faktor yang berfungsi secara aktif
dalam kelompok sosial tersebut, seperti hubungan interpersonal, identitas bersama,
pemahaman bersama, norma, nilai, kepercayaan, kerja sama dan rasa ketersalingan.
Faktor-faktor tersebut dikatagorikan sebagai kapital sosial yang mendukung pengelolaan
serta administrasi di sekolah. Sebagai contoh kasus dalam penelitian ini adalah TK Mini
Pak Kasur yang dipandang sebagai contoh sukses manajemen sekolah. TK Mini Pak
Kasur dinilai sukses sebagai lembaga prasekolah karena TK ini sendiri sudah berdiri sejak
1953 dan bertahan hingga detik ini. Dengan indikator sustainability tersebut lembaga ini
terbukti mampu bersaing dengan sekolah-sekolah baru yang bermunculan.
Pada awal mula pendiriannya, proses belajar mengajar TK Mini Pak Kasur
berlangsung di halaman rumah dinasnya di jalan H. Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat.
Kegiatan ini awalnya dinamakan Kebun Kanak-Kanak karena tempat bermainnya di
tempat terbuka. Kegiatan ini terus berkembang, akhirnya pada tahun 1963, Kebun Kanak-
Kanak dirubah menjadi Taman Kanak – Kanak “Mini” Pak Kasur.
Dalam segi kurikulum TK Mini Pak Kasur selain mengikuti kurikulum yang ditelah
ditentukan oleh Dinas Pendidikan, juga mempunyai nilai tambah yaitu dengan
memadukan cara mengajar ala Pak Kasur. Hal yang sangat menonjol dari sistem
Pendidikan Pak Kasur adalah penyampaian atau cara mengajar melalui metode nyanyian
(lagu) anak-anak Indonesia yang sebagian besar diciptakan oleh Pak Kasur sendiri,
Strategi Manajemen Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Kapital Sosial
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 441
seperti: Sayang Semua, Bangun Tidur, Dua Mata Saya, Lihat Kebunku, Neng Neng
…. Neng dan lainnya.
Pak Kasur sendiri hingga akhir hayatnya telah menciptakan lebih dari seratus (100)
buah lagu, dimana sebagian telah dibukukan dengan judul Naik Delman. Lagu-lagu yang
diciptakan selalu sarat dengan unsur Pendidikan, irana gembira dan mudah dipelajari
anak-anak. Selain mencipta lagu, Pak Kasur juga membuat alat peraga untuk keperluan
sekolahnya sendiri dengan bahan-bahan sederhana dan ramah lingkungan. Permainan
yang di buat dan diberikan pada anak, bertujuan untuk mengembangkan kemauan,
keterampilan, kemampuan dan kerjasama atau disebut 4 K.
Ciri khas lain dari TK Mini Pak Kasur adalah upacara hormat bendera yang
dilakukan setiap pagi sebelum dimulainya sekolah, dengan tujuan untuk menanamkan
rasa kebangsaaan sejak dini kepada anak dan melatih anak untuk berani tampil menjadi
komandan upacara sehingga tidak malu atau gugup. Yang pada intinya adalah untuk
menanamkan rasa percaya diri pada anak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
variasi dalam strategi pengembangan manajemen TK yang berbasis kapital sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas kapital sosial yang ada didalam
manajemen TK Mini Pak Kasur, menggambarkan bagaimana kapital sosial berperan
dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar serta bagaimana kapital sosial dapat
mendukung TK Mini Pak Kasur dalam menjaga nama baik mereka di lingkungan
Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia dan memberikan contoh bagi sekolah-sekolah
baru mengenai bagaimana manajemen sekolah yang baik dan mampu membuat sekolah
tersebut bertahan lama.
Metode Penelitian
Kapital sosial sebagai satu entitas yang menempel pada komunitas/lembaga
membantu para aktor sosial dalam mencapai tujuan bersama dan atau tujuan pribadi tanpa
merugikan aktor lainnya. Kapital sosial tidak dapat berdiri sendiri, entitas ini
membutuhkan dukungan dari entitas kapital lainnya untuk dapat berfungsi. Komponen
kapital sosial seperti norma, kepercayaan, nilai tidak berfungsi bila para aktor tersebut
tidak bertindak. Tindakan sosial mencapai tujuan sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memberikan makna
terhadap tindakan sosial dan dengan paradigma interpretif dimana pendekatan ini
memfokuskan pada sifat subjektif dari social world dan berusaha memahaminya dari
kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Jadi fokusnya pada arti individu dan
persepsi manusia pada realitas bukan pada realitas independen yang berada diluar mereka
(Ghozali dan Chariri,2007). Manusia secara terus menerus menciptakan realitas sosial
mereka dalam rangka berinteraksi dengan yang lain (Schutz, 1967 dalam Ghozali dan
Chariri, 2007).
Pemilihan pendekatan ini didasari dari beberapa alasan seperti penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengupas aksi sosial para aktor yang berada di dalam lembaga
pendidikan TK Mini Pak Kasur. Kedua, pendekatan ini juga bertujuan untuk menelaah
realitas sosial yang mereka hadapi dari interaksi-interaksi yang terjadi berhubungan
dengan pengelolaan TK tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa Teknik yaitu observasi baik secara
partisipatoris maupun non-partisipatoris dimana tehnik ini dilakukan oleh peneliti dengan
tujuan menangkap gambaran secara riil akan hubungan antar aktor sosial didalam
lembaga TK Mini Pak Kasur; wawancara, peneliti melakukan wawancara secara
mendalam (indepth interview) kepada para informan yang telah ditentukan sebelumnya.
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
442 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
Pada saat wawancara peneliti berpatokan pada panduan wawancara yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelum turun lapangan dan Focus Group
Discussion (FGD) digunakan untuk mendapatkan jawaban mayoritas terhadap satu
pertanyaan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi bias dalam suatu informasi.
Hasil dan Pembahasan
Dengan menerapkan faktor-faktor serta mengikuti globalisasi menyesuaikan
tumbuh kembang anak, TK Mini Pak Kasur mampu bertahan/sustain hingga saat ini.
Adapun beberapa faktor-faktor yang telah mempengaruhi keberhasilan TK Mini Pak
Kasur bertahan sampai dengan saat ini antara lain mengikuti metode-metode sebagai
berikut:
a) Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain
Konsep pengajaran dengan cara yang unik, yaitu bermain sambil belajar dan
belajar sambil bermain. Konsep ini merupakan cara terbaik untuk memenuhi rasa ingin
tahu & kemampuan untuk belajar, hasilnya, saat belajar mereka bernyanyi dan menari,
sebuah dunia yang penuh dengan keceriaan.
Berikut manfaat bermain bagi anak usia dini yaitu:
1. Pengenalan perasaan
Pengenalan perasaan termasuk untuk perkembangan emosi. Melalui bermain
anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi masalah dengan cara yang
positif.
2. Pengenalan tentang orang lain
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi
dengan anak lain. Dengan bermain bisa jadi sarana yang paling utama bagi
pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang
lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Barmain dapat menumbuhkan dan
meningkatkan rasa sosialisasi anak. Melalui bermain anak dapat belajar perilaku
prososial seperti menunggu giliran, kerja sama, saling membantu, dan berbagi.
3. Pengenalan berbagai gerak
Manfaat dari pengenalan ini untuk membantu memaksimalkan
perkembangan fisik. Bermain dapat memacu perkembangan perseptual motorik
pada beberapa area, yaitu koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat
menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar,
menangkap, menendang; kemampuan motorik kasar, seperti gerak tubuh ketika
berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat, berguling-guling,
merayap dan merangkak; kemampuan bukan motorik kasar (statis) seperti
menekuk, meraih, bergiliran, memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk,
berdiri, bergoyang dan manajemen tubuh dan kontrol seperti menunjukkan
kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat, keseimbangan, kemampuan untuk
memulai, berhenti, mengubah petunjuk.
4. Komunikasi berkembang
Dengan bermain, dapat jadi alat untuk belajar kemampuan berbahasa anak.
Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan
daya penerimaan mereka. Disamping itu, melalui komunikasi anak bisa
berinteraksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain
spontan. Baca juga: 4 Alasan Orangtua Perlu Temani Anak Belajar
5. Keterampilan berfikir
Strategi Manajemen Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Kapital Sosial
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 443
Materi keterampilan berpikir merupakan materi yang diberikan sebagai
tujuan untuk mengembangkan aspek kognitif anak. Selama bermain, anak
menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan
orang lain dan mulai merasakan dunia mereka.
Dengan bermain, tentu dapat jadi sarana menyediakan kerangka kerja anak
untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lainlingkungan.
Contoh kasus:
Anak-anak dapat menyanyi dengan lagu-lagu ciptaannya, misalnya lagu kring-
kring sepedaku yang diciptakan oleh Pak Kasur, anak-anak bermain sepeda anak-
anak sambil bernyanyi lagu yang berhubungan dengan permainannya dengan
imajinasinya.
Bermain adalah membiarkan anak-anak dengan imajinasinya. Dengan
membiarkan anak main sendiri memungkinkan ia untuk mengembangkan ide- ide
kreatif dan berusaha untuk membuat imajinasinya jadi nyata. Hal ini tentu akan
meningkatkan kreativitas anak, hal ini akan membantu anak mengenali diri sendiri,
bakat, kesukaan, dan mimpi- mimpinya yang mungkin bertahan sampai dewasa dan
mereka akan cenderung berusaha untuk memecahkan masalah.
Bermain juga bisa menjadi salah satu cara melatih dan mengajarkan anak lebih
komunikatif. Komponen-komponen tersebut berdaya guna untuk memandu anggota
kelompok atau komunitas dalam bersikap, berinteraksi dan beraktivitas.
Berdasarkan keilmuannya, banyak pendapat yang membeberkan hubungan
sinergis antara bermain dan belajar, tetapi dalam prakteknya, tradisi kita pada
umumnya masih mengkontradiksikan antara bermain dan belajar. Inipun muncul
dengan berbagai alasan. Misalnya saja main berlebihan sehingga tidak bisa
berkonsentrasi belajar (akademik) pada saat konsentrasi itu dibutuhkan. Atau juga,
mereka bermain hanya untuk bermain sehingga proses pembelajaran mestinya mereka
dapatkan dari permainan itu kurang optimal.
Untuk yang terakhir itu, memang tidak bisa hanya mengandalkan pada kapasitas
anak-anak. Karena itu, di sinilah perlunya kita memfasilitasi anak-anak agar bisa
menyerap berbagai materi pembelajaran mental yang mestinya mereka dapatkan dari
permainan yang mereka lakukan. Tentu saja harus mengedepankan asas
menyenangkan, tidak tegang, atau tidak terlalu tinggi untuk bisa ditangkap oleh
jangkauan berpikir mereka.
“Jika Anda ingin mengembangkan anak-anak, mulailah dari otaknya.
Mereka tentu saja tidak membaca dengan ginjalnya.”
(DR. Deborah Waber, Harvard University).
b) Visualisasi Nyata
Merupakan kreativitas dengan menggunakan lagu-lagu, alat peraga dengan
bahan-bahan yang sederhana dan ramah lingkungan serta permainan yang dibuat untuk
diberikan kepada anak-anak. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemauan,
keterampilan, kemampuan & kerjasama. Dengan adanya alat peraga timbul kreativitas
dan membangkitkan salah satu potensi anak yang perlu dikembangkan sejak dini.
Pasalnya, kreativitas merupakan salah satu fondasi agar anak mampu menyelesaikan
masalah, mampu berpikir out of the box.
Dengan demikian media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang
hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi
materi pelajaran. Pendidikan melalui media visual adalah metode atau cara untuk
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
444 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
memperoleh pengertian yang lebih baik daripada sesuatu yang hanya didengar atau
dibacanya.
Media Visual yang bergerak ialah media yang dapat menampilkan atau
membiaskan gambar atau bayangan yang dapat bergerak di layar bias, seperti: bias
gambar-gambar yang ditampilkan oleh motion picture film dan loopfilm.
Masing-masing media baik yang bergerak maupun yang tak bergerak dilihat
penggunaannya tak lepas dari kelebihan dan keterbatasan yang ada, tergantung pada
situasi dan kondisi pengoperasiannya.
Macam-macam media visual yaitu:
1. Gambar diam atau gambar mati
Gambar diam yaitu gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau
seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek
lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi tema yang diajarkan. Gambar diam
ini ada yang sifatnya tunggal ada juga yang berseri.
2. Media grafis
Media grafis adalah media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang
dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pendidikan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam media grafis ini adalah gambar dan tulisan.
Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui
penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang). Bila Anda akan
menggunakan media grafis ini Anda harus memahami dan mengerti arti simbol
simbolnya, sehingga media ini akan lebih efektif untuk menyajikan isi tema
kepada anak. Karakteristik media ini yaitu sederhana, dapat menarik perhatian,
murah dan mudah disimpan dan dibawa. Jenis-jenis media grafis ini diantaranya:
grafik, bagan, diagram, poster, kartun dan komik.
3. Media Model
Media Model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam
kegiatan pendidikan untuk anak usia dini, media ini merupakan tiruan dari
beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh,
objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan,
atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari
wujud aslinya.
4. Media realita
Media realita merupakan alat bantu visual dalam pendidikan yang berfungsi
memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada anak. Realia ini
merupakan model dan objek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan,
binatang dan sebagainya.
Keuntungan menggunakan media visual:
1. Menarik
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap
melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik,
dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang
disampaikan.
Salah satu keuntungan penggunaan media pembelajaran visual adalah,
bentuknya dapat dibuat semenarik mungkin, agar anak tertarik untuk
mempelajarinya. Misalnya dalam media jenis gambar atau proyeksi, media
tersebut dapat dibuat dengan menambahkan animasi yang eye catching, warna
Strategi Manajemen Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Kapital Sosial
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 445
yang membangkitkan semangat, dan lain-lain. Sedangkan untuk Media yang
berupa model, dapat diwarnai dan dibentuk semirip mungkin dengan yang asli
sehingga mudah diingat.
2. Lebih mudah diingat
Seperti yang telah dibahas diatas, bentuk nyata, gambar, atau gambar
bergerak akan lebih mudah diingat oleh para peserta didik. Apabila dibandingkan
dengan media pembelajaran yang hanya berupa text book, para peserta didik akan
sedikit kesulitan untuk mengingatnya.
3. Variatif
Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis
media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak
membosankan bagi para peserta didiknya.
Misalnya saja, dalam pelajaran matematika saat membahas tentang subbab
bangun ruang, guru dapat menggunakan semua media pembelajaran, mulai dari
gambar (yang mungkin berupa poster, hasil gambar pendidik sendiri, dan lain-
lain), benda nyata (dengan membawa barang yang berbentuk bangun ruang), atau
dengan membuat video gambar bergerak tentang bangun ruang.
4. Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya
Maksudnya disini, apabila media pembelajaran visual yang digunakan
adalah media pembelajaran non proyeksi, para peserta didik dapat dengan
langsung menyentuh dan belajar menerangkannya juga.
Semisal dengan menggunakan Media visual yang mana memegang peranan
yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar
pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat
anak-anak dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan
dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks
yang bermakna dan anak-anak harus berinteraksi dengan visual (gambar) itu untuk
meyakinkan terjadinya proses informasi.
Dengan demikian media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran
yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan
akan isi materi pelajaran. Pendidikan melalui media visual adalah metode atau cara
untuk memperoleh pengertian yang lebih baik daripada sesuatu yang hanya
didengar atau dibacanya.
Visualisasi telah lama mendapat tempat dalam teori pembelajaran sejak
tahun 70-an. Pada era tersebut banyak penelitian telah dilaksanakan dengan
memberikanfokus terhadap proses dan struktur kognitif dalam pikiran manusia
termasuk visualisasi. Perkembangan penelitian terhadap pikiran telah berhasil
menciptakan teori kognitif yang dominan dalam dunia pendidikan sedangkan teori
behaviorisme yang telah mapan selama 60 tahun mulai redup. Visualisasi dikaitkan
dengan proses yang terjadi pada otak kanan meskipun kebanyakan aktivitasnya
didukung oleh otak kiri. Belahan kanan tersebut amat menitik beratkan terhadap
kemampuan seseorang membuat imajinasi yang menjadi dasar kepada kreativitas.
Proses pembelajaran sangat mernerlukan kemampuan visualisasi untuk
memahami, menafsirkan, berhubungan dan membangun orientasi antara berbagai
fenomena dan representasi seperti gambar, diagram, sketsa, representasi, simbol
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
446 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
yang diperoleh melalui pengamatan lingkungan. Proses pengajaran dan
pembelajaran telah memberikan fokus ke arah mengembangkan pengkonsepan
siswa. lni berarti pelajar harus benar-benar memahami sesuatu konsep yang bebas
dari segala kerangka altematif dan bukannya sekedar menghafaldan mengingat
semata-mata. Sehubungan itu, kemampuan visualisasi sangat diperlukan.
Simbol pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip
kesederhanaan, keterpaduan dan penekanan (Azhar Arsyad, 1997:105-108).
Kesederhanaan
Secara umum ia mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam
suatu visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap
dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang panjang
atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan visual yang mudah
dipahami. Demikian pula teks yang menyertai bahan visual harus dibatasi
(misalnya 15 sampai dengan 20 kata). Kata-kata harus memakai huruf yang
sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam
satu tampilan atau serangkaian tampilan visual. Kalimat-kalimatnya juga harus
ringkas tetapi pada dan mudah dimengerti.
Penekanan
Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, sering kali
konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur
yang kan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran,
hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan
kepada unsur terpenting.
Keterpaduan
Mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual
yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu
harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu
merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat membantu
pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.
c) Menanamkan Rasa Kebangsaan
Menamkan rasa kebangsaan serta memperkenalkan nilai sejarah di Indonesia
ejak dini kepada anak merupakan faktor penting dalam pendidikan anak-anak didik
TK Mini Pak Kasur.
Contoh sederhana:
“Dengan cara mengikuti upacara bendera yang dilakukan setiap pagi sebelum
dimulainya sekolah”
Dari contoh sederhana ini bertujuan menanamkan rasa kebangsaan serta melatih
anak untuk berani tampil, tidak malu dan gugup serta disiplin. Hal ini untuk
menanamkan rasa percaya diri kepada anak. Untuk menumbuhkembangkan rasa cinta
tanah air serta wawasan kebangsaan, harus dipupuk sejak dini bagi anak-anak.
Sebagian orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi percaya diri, penuh
empati, memiliki harga diri yang tinggi dan unggul. Diantara sifat-sifat yang
diinginkan itu, rasa percaya diri anak menjadi salah satu pondasi yang paling penting.
Hasil penanaman nilai nasionalisme ini anak menjadi bersikap saling
menyayangi sesama manusia, saling bertenggang rasa, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia tidak
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 447
rendah diri, serta dapat mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
antara sesama manusia dan sesama bangsa.
Beberapa cara ini juga bisa diterapkan pada orangtua pada anak agar sikap
nasionalisme dapat terbentuk sejak dini, dan ini penting untuk masa depannya.
Disamping melalui berbagai mata pelajaran di sekolah, sebagai orang tua pun
mempunyai peranan penting dalam menanamkan rasa nasionalisme pada anak. Nah,
beberapa cara ini juga bisa diterapkan para orang tua pada anak agar sikap
nasionalisme dapat terbentuk sejak dini, dan ini penting untuk masa depannya.
1. Memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia
Sudah pasti banyak sekali warisan budaya yang dapat diperkenalkan
kepada anak, mulai dari jenis tarian, lagu, alat musik, makanan, rumah adat hingga
beragam cerita legenda daerah. Langkah sederhana ini tak memberikan wawasan
saja, tapi juga sebagai pelajaran untuk menghormati warisan budaya dari para
pendahulu kita.
Selain mengenalkan, anda juga bisa memasukan anak pada sanggar
tradisional. Selain dapat mengasah kemampuan kognitif, afektif, serta
psikomotorik pada anak, menari tradisional juga sangat berguna untuk
menanamkan rasa cinta budaya Indonesia pada anak. Tak hanya music dan baju
adat, melalui tari tradisional anak juga akan lebih mudah memahami filosofi dan
adat istiadat suatu daerah di Indonesia.
2. Menggunakan produk dalam negeri
Indonesia merupakan Negara paling kaya akan produk kriya (craft). Untuk
itu jangan ragu membiasakan anak mengenakan baju dengan kain-kain khas
Indonesia, seperti kebaya sebagai baju nasional, atau tas-tas unik buatan perajin
lokal. Bila perlu ceritakan sedikit mengenai asal daerah atau latar belakang produk
ke pada anak tatkala sedang mengenakannya.
3. Memperkenalkan sejarah Indonesia
Hal paling menarik bagi anak adalah kisah kepahlawanan. Yah,
menceritakan beragam kisah pahlawan nasional kepada anak tak hanya penting
untuk memperkenalkan sejarah terbentuknya Negara ini, tapi juga berguna untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan seperti semangat berjuang keras dan pantang
menyerah dari para pahlawan.
Selain bercerita tentang pahlawan, jangan lupa untuk mengajak anak
berkunjung ke museum dan melihat langsung peninggalan-peninggalan sejarah,
diorama, atau lukisan-lukisan tertentu dari apa yang telah anda ceritakan,
sehingga akan melekat dalam ingatannya.
4. Mengajarkan anak untuk menghargai perbedaan
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Indonesia adalah Negara
multikultural dengan berbagai ras, agama, dan suku di dalamnya. Maka
tanamkanlah pengertian sejak dini pada anak mengenai perbedaan-perbedaan
yang ada. Bahwa pada dasarnya tuhan menciptakan manusia dengan beragam
perbedaan, dan semua hal ini baik adanya.
Mengajarkan anak dalam menghargai perbedaan juga turut membantu
memiliki rasa hormat terhadap orang lain. Salah satu contoh yang bisa anda
lakukan adalah membiasakan anak untuk bermain bersama anak-anak dengan
latar belakang yang berbeda. Hal ini juga penting untuk menjauhkan si anak dari
sikap diskriminasi.
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
448 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
5. Memperkenalkan anak pada permainan rakyat
Banyak sekali permainan khas Indonesia yang bisa anda ajarkan pada anak,
mulai dari congklak, bekel, kelereng, galah asin, benten, engklek hingga ular
naga. Permainan-permainan ini hamper dimainkan di seluruh Indonesia dengan
nama dan peraturan yang berbeda-beda tiap daerahnya. Hal ini tak hanya mampu
mengasah otak tapi juga mengasah kemampuan bersosialisasi dan menambah
pengetahuan anak akan kekayaan budaya Indonesia.
Kapital Sosial
Kapital sosial atau perkembangan sosial adalah perubahan mental yang berlangsung
secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan sederhana menjadi
kemampuan yang lebih kompleks. Perkembangan merupakan proses perubahan atau
peningkatan sesuatu kearah yang komplek dan bersifat psikis. Perkembangan dan
pertumbuhan merupakan dua hal yang berbeda akan tetapi perkembangan berhubungan
dengan pertumbuhan. Hurlock (2000:250) mengatakan bahwa perkembangan sosial
adalah perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sejalan
dengan pendapat di atas, menurut pendapat Allen dan Marotz (2010:31) perkembangan
sosial adalah area yang mencakup perasaan dan mengacu pada perilaku dan respon
individu terhadap hubungan mereka dengan individu lain. Perkembangan sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Kematangan sosial anak akan mengarahkan pada keberhasilan anak untuk lebih mandiri
dan terampil dalam mengembangkan hubungan sosialnya.
Kapital sosial yang tinggi dalam manajemen TK Mini Pak Kasur sangat berpengaruh
dalam persaingan antar prasekolah di Indonesia. Komponen kapital sosial dengan kapital-
kapital lainnya seperti kapital fisik, kapital manusia & kapital lingkungan yang membuat
TK Mini Pak Kasur mampu bertahan.
Contoh kasus:
Pengalaman dari salah satu Guru Senior TK Mini Pak Kasur bahwa mereka
sangat senang sekali memaknai kurikulum khas atau lebih pas metodologi
pembelajaran ala pak Kasur dan bisa tersosialisasi dengan baik dengan para senior
guru lainnya.
Harapan Pak Kasur adalah Anak Indonesia harus berbudi pekerti luhur dengan cara
berproses mencontoh perbuatan baik dari orang tuanya, dari gurunya dan dari
lingkungannya.
Pak Kasur banyak memberi contoh bukan dengan kata-kata, tetapi dengann
perbuatan. Selalu beliau lakukan karena beliaulah orang terdepan bagi anak-anak usia dini
" Ing Ngarso Sung Tulodo" begitu Pak Kasur lakukan sebagai penganut Ki Hadjar
Dewantoro. Semoga para pendidik dapat mengerti bahwa proses mendidik perlu dan butuh
waktu, " paparnya lugas.
Metode-metode ini yang menumbuhkan semangat kekeluargaan dan menumbuh
suburkan sikap saling asah, asih, dan asuh telah diterapkan pada manajemen TK Mini Pak
Kasur. Secara Umum hubungan kekeluargaan dalam manajemen TK Mini Pak Kasur
dapat memfasilitasi kebutuhan peningkatan kesejahteraan dalam manajemen. Rasa
percaya “public trust” sehingga menghasilkan “public goods”.
Strategi Manajemen Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Kapital Sosial
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 449
Brand Image
Brand Image merupakan citra merek mengacu pada skema memori akan sebuah
merek, yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi,
para pengguna, dan karakteristik pemasar dan/atau karakteristik pembuat dari
produk/merek tersebut
Brand Image yang baik merupakan salah satu yang membuat sekolah TK Mini Pak
Kasur bertahan sampai detik ini. Sinergi antara seluruh elemen TK Mini Pak Kasur
mampu mempertahankan brand image yang baik sejak TK Mini Pak Kasur didirikan.
Brand Image yang baik ini mampu membangun citra, keyakinan, jaminan kualitas dan
prestise di masyarakat. Brand Image tersebut tidak perlu diragukan lagi, brand image dari
sang pendiri yaitu Pak Kasur. Beliau sebagai salah satu tokoh berpengaruh di dunia
pendidikan anak, yang merupakan garansi mutu pendidikan baik bagi orang tua & murid
Bagi Pak Kasur, selaku 'murid', yang dilakukan 'guru' saya itu bukan sebatas
mengajarkan tentang alat peraga, melainkan-lebih mendalam lagi--memperagakan
sebongkah antusiasme dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak-anak.
Meski tak dikemas dalam bahasa ilmiah, Pak Kasur sesungguhnya mempraktikkan
teori pendidikan yang hari ini dikenal sebagai pendekatan multiinderawi (multisensori).
Contoh kasus:
Bagi kebanyakan orangtua yang bekerja mempercayai menitipkan anak-anak
mereka untuk dididik di sekolah TK Mini Pak Kasur dengan rasa aman, tidak perlu
khawatir.
Dari contoh kasus tersebut Brand image yang baik dari TK Mini Pak Kasur mampu
membuat kepercayaan orangtua memilih menyekolahkan anak-anak mereka di TK Mini
Pak Kasur.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan TK Mini Pak Kasur menyesuaikan
pendidikan usia dini dengan membiarkan anak-anak hidup dengan imajinasinya, bermain,
dan berpikir mandiri. Selalu mengapresiasikan kekagumannya saat melihat anak-anak
yang mampu mengerjakan apapun sendirian. Dengan mengenal metodologi pembelajaran
TK Mini Pak Kasur bisa tersosialisasi dengan baik serta kurikulum yang khas yang
disesuikan dengan kurikulum pemerintah serta dipadukan dengan metode-metode belajar
sambil bermain, visualisasi nyata serta rasa nasionalisme. Nilai nasionalisme dapat
menjadikan anak bersikap saling menyayangi sesama manusia, saling bertenggang rasa,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air
Indonesia. Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada
siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk lagu, tarian, gambar/ilustrasi,
sketsa/gambar. Kapital sosial yang tinggi dalam manajemen TK Mini Pak Kasur sangat
berpengaruh dalam persaingan antar prasekolah di Indonesia. Membangun rasa percaya
kepada masyarakat serta membangun rasa cinta masyarakat kepada TK Mini Pak Kasur
dipandang sebagai contoh sukses manajemen sekolah. Kapital sosial tidak dapat berdiri
sendiri, entitas ini membutuhkan dukungan dari entitas kapital lainnya agar dapat
berfungsi. Komponen kapital sosial seperti norma serta kepercayaan. Tindakan sosial
Yudrik Jahja
1
dan Yasmin Faradiba
2
450 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
mencapai tujuan sosial. TK Mini Pak Kasur dinilai sukses sebagai lembaga prasekolah
karena memiliki kapital sosial tinggi. Gagasan dan prakteknya ini dapat diserap oleh
masyarakat Indonesia merupakan keunikan metodenya serta aplikasinya di TK Mini Pak
Kasur yang dapat diserap oleh masyarakat sehingga Brand Image yang baik timbul
berkesinambungan. Sinergi antara seluruh elemen TK Mini Pak Kasur mampu
mempertahankan brand image yang baik sejak TK Mini Pak Kasur didirikan. Faktor yang
sangat mempengaruhi adalah kehidupan masa kecil, latar belakang pendidikannya serta
kecintaannya pada dunia anak. Brand Image yang baik tersebut merupakan norma-norma
serta hubungan sosial yang membentuk kualitas interaksi dari Para Pendidik & Murid
yang mana mengikuti globalisasi menyesuaikan tumbuh kembang anak. TK Mini Pak
Kasur bisa jadi adalah cikal bakal sekolah taman kanak-kanak saat ini. Kecintaan Pak
Kasur pada dunia anak-anak sudah diwujudkan sejak 1953. Diharapkan semangat dan
kecintaan Pak Kasur pada dunia anak-anak bisa menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan
saat ini.
Strategi Manajemen Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Kapital Sosial
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 451
Bibliografi
Adnyana, I. Gusti Made, & Suyanto, Wardan. (2013). Penggunaan EFI scanner
sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan minat, motivasi, dan prestasi
belajar siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2).
Ardana, I. Ketut, Edy, I. Wayan Tagel, Widana, I. Gusti Ketut, & Wibawa, I. Putu
Sastra. (2019). Dinamika Hindu di Indonesia. Pustaka Larasan.
Atikurrahman, Moh, Ilma, Awla Akbar, Dharma, Laga Adhi, Affanda, Audita Rissa,
Ajizah, Istanti, & Firdaus, Risyatul. (2021). Sejarah Pemberontakan dalam Tiga
Bab: Modernitas, Belasting, dan Kolonialisme dalam Sitti Nurbaya. SULUK:
Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya, 3(1), 1–22.
Basri, Basri. (2015). Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah pada Siswa Kelas XI
IPS₁ SMA Negeri 2 Baubau Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui Pembelajaran
Kancing Gemerincing. Shautut Tarbiyah, 21(2), 17–36.
Daulay, H. Haidar Putra. (2019). Pendidikan Islam di Indonesia: historis dan
eksistensinya. Prenada Media.
Kosim, Mohammad. (2007). Dari Sghai ke PGA; Sejarah Perkembangan Lembaga
Pendidikan Guru Agama Islam Negeri Jenjang Menengah. TADRIS: Jurnal
Pendidikan Islam, 2(2).
Masruroh, Handariatul. (2018). Hubungan Antara Permainan Tradisional Egrang
Tempurung Kelapa Dengan Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B Di
TK Taman Indria 2 Genteng Kabupaten Banyuwangi Tahun Pelajaran
2017/2018.
Nadar, Wahyuni. (2018). Persepsi orang tua mengenai pendidikan seks untuk anak
usia dini. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 77–90.
Nasution, Halimatussa’diyah, Nahar, Syamsu, & Sinaga, Ali Imran. (2019). Studi
Analisis Pemikiran Siti Walidah (Nyai Ahmad dahlan) dalam Pendidikan
Perempuan. Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab,
5(2), 130–139.
Palahuddin, Palahuddin. (2018). Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia Awal
Abad Ke-XX: Kasus Muhammadiyah. SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial
Keagamaan, 1(1), 61–83.
Saudah, Saudah. (2015). Lintas Sejarah dan Ragam Penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia Dini (Formal, Non Formal, Informal). JEA (Jurnal Edukasi AUD),
1(1), 1–30.
Siswanto, Hadi. (2012). Pendidikan kesehatan unsur utama dalam pendidikan anak
usia dini. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 5(2).
Susanto, Ahmad. (2021). Pendidikan anak usia dini: Konsep dan teori. Bumi
Aksara.
Syifauzakia, M. Pd, Ariyanto, Bambang, & Aslina, Yeni. (2021). Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Literasi Nusantara.
Taubah, Mufatihatut. (2015). Pendidikan anak dalam keluarga perspektif Islam.
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 3(1),
109–136.
Wardani, Kadek Devi Kalfika Anggria. (2019). Mimikri dan Hibriditas Novel Para
Priyayi (Kajian Poskolonial). Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Sains Dan
Humaniora, 2(2), 50–61.