395
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi:p–ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN :2745-5254
Vol. 3, No., 3 Maret 2022
TEKNIK SERVIS BULUTANGKIS DENGAN METODE LATIHAN TERUS
MENERUS DAN INTERVAL
Sumintarsih
1
dan Tri Saptono
2
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
1 dan 2
1
2
Abstrak
Zaman dulu hingga sekarang, bulu tangkis merupakan salah satu olahraga paling populer di
Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya prestasi para pebulu tangkis kita, sehingga tidak
jarang bulu tangkis disebut sebagai aktris unggulan Indonesia yang kerap disandingkan secara
internasional dengan mengharumkan nama negara. Penelitian ini memuat masalah tentang
peningkatan teknik servis bulutangkis jika dilakukan dengan metode latihan terus menerus,
peningkatan teknik servis bulutangkis jika dilakukan dengan metode latihan interval.
Sebelumnya penulis telah melakukan penelitian di Club PB Taruna, Bletuk, Sidorejo, Godean,
Sleman Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimen pada seluruh populasi
yang ada di PB Taruna dengan jumlah atlet 32 dan semuanya dijadikan sampel, maka penelitian
ini menggunakan penelitian populasi. Kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan
ANAVA, sebelum menguji dengan ANAVA dilakukan Uji Normalitas (Uji Lilliefors derajat
kesahihannya α = 0,05) dan uji keragamannya atau Homogenitas (Uji Barlet dengan derajat
kesahihannya α = 0,05). Penelitian yang di dapatkan adalah bahwa metode latihan terus menerus
dan metode interval bisa memberi pengaruh pada peningkatan teknik servis bulutangkis, adapun
hasil perhitungan yang didapat adalah lebih besar dari F tabel = 4,20 dengan hasil 6,468122271
maka dapat dinyatakan signifikan pada taraf signifikansi 5 %. Teknik servis bulutangkis dengan
metode latihan terus menerus rata- rata nilai yang didapat 26,125 dan teknik servis bulutangkis
dengan metode latihan interval rata-rata nilai yang didapat 23,25 jadi ada selisih rata-rata 2,875.
Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan terus menerus dan latihan
interval.
Kata kunci: Servis Bulutangkis; Metode Latihan; Interval
Abstract
In the past until now, badminton is one of the most popular sports in Indonesia. We can see this
from the many achievements of our badminton players, so that it is not uncommon for badminton
to be referred to as Indonesia's leading actress, which is often compared internationally with the
name of the country. This study contains problems about improving badminton service techniques
if it is done with the continuous training method, improving badminton service techniques if it is
done with the interval training method. Previously, the author had conducted research at Club PB
Taruna, Bletuk, Sidorejo, Godean, Sleman Yogyakarta. The research was conducted using
experimental methods on the entire population in PB Taruna with 32 athletes and all of them were
sampled, so this study used population research. Then, the data was analyzed using ANOVA,
before testing with ANOVA, normality test was carried out (Lilliefors test for the degree of validity
= 0.05) and diversity or homogeneity test (Barlet test with the degree of validity = 0.05). The
research obtained is that the continuous training method and the interval method can have an
effect on improving badminton service techniques, while the calculation results obtained are
greater than F table = 4.20 with the results of 6.468122271 then it can be declared significant at
a significance level of 5 %. The badminton service technique with the continuous training method
has an average score of 26.125 and the badminton service technique with the interval training
Teknik Servis Bulutangkis dengan Metode Latihan Terus Menerus dan Interval
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 396
method has an average score of 23.25, so there is an average difference of 2.875. So it can be
concluded that there is a difference in the effect of continuous training and interval training..
Keywords: Badminton Service; Exercise Method; Interval
Pendahuluan
Olahraga bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang pesat berkembang di
Indonesia dibuktikan dengan adanya club-club bulutangkis, dari tingkat club yang paling
kecil sampai club yang besar (Arman, 2016). Atlet-atlet bulutangkis Indonesia sampai
saat ini masih bisa menduduki tingkat papan atas peringkat di dunia. Maka atlet atlet usia
dini harus dilatihkan mulai dari teknik dasar dengan betul, diantara teknik dasar adalah
teknik servis pendek dan servis panjang dalam bulutangkis. Maka dibutuhkan pelatih agar
dapat memberi dasar latihan dengan benar dimulai dari cara memegang raket (Fattahudin,
Januarto, & Fitriady, 2020).
Penulis melakukan penelitian bekerja sama dengan pelatih guna meningkatkan
prestasi atlet terutama dalam hal ini ditekankan pada prestasi servis pendek dan servis
panjang melalui dua metode latihan yaitu metode latihan dengan cara latihan terus
menerus dan metode latihan diselingi waktu istirahat (Listanto, 2021). Metode ini
digunakan untuk mengetaui metode latihan yang lebih efektif dalam peningkatan prestasi
servis pendek dan servis panjang pada olahraga bulutangkis. Sebelum dilakukan latihan
servis pendek maupun servis panjang pelatih disarankan agar memberikan teknik
pegangan raket yang betul serta memberikan contoh teknik melakukan servis yang betul
agar jangan sampai terjadi gerakan teknik yang berulang ulang dan tekniknya salah
karena kalau teknik salah dilakukan berulang ulang bisa menyebabkan teknik otomatis
yang salah, dan pembetulannya akan lebih sulit (Wardana, 2017).
Teknik servis pendek maupun servis panjang merupakan teknik yang paling dasar
dalam latihan bulutangkis, dimana teknik servis merupakan modal utama dalam
permainan bulutangkis.(HAERUN, Hasanuddin, & Juhanis, 2020) Jadi harus dilatihkan
yang paling efektif sehingga atlet bisa memberikan awal permainan yang bisa membuat
lawan sulit menerima sutle cock, maka perlu dilatihkan agar atlet bisa menempatkan
shuttle cock pada tempat yang sulit dijangkau lawan. Atlet yang digunakan sebagai
sampel penelitian ini adalah atlet PB TARUNA, di Bletuk, Sidorejo, Godean, Sleman,
Yogyakarta. Berdasarkan hal ini penulis bekerja sama dengan pelatih melatihan servis
pendek dan servis panjang guna memilih metode yang paling efektif dalam melakukan
teknik servis pendek maupun servis panjang (Sulistyowati, 2013).
Metode Latihan
Metode latihan merupakan prosedur dan cara pemilihan jenis latihan dan penataannya
menurut kadar kesulitan kompleksitas dan berat badan (Nossek, 1982). Proses latihan adalah
lebih banyak lebih baik, yang harus memulai tahapan awal, dan kemudian dilakukan
secara berkelanjutan untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi (Weinberg & Gould, 2019)
Metode latihan digunakan untuk membantu atlet dalam meningkatkan prestasi melalui
cara cara yang sistematis sehingga dapat lebih mudah dalam mencapai tujuan.
1. Tujuan Latihan
Menurut (Sukadiyanto & Muluk, 2011) tujuan latihan secara umum adalah
untuk membantu para pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan
memiliki kemampuan secara konseptual serta keterampilan dalam membantu
mengungkapkan potensi olahragawan mencapai puncak prestasi.
Dalam upaya meningkatkan prestasi atlet untuk mencapai puncak emas
maka dibutuhkan perencanaan yang stategis dalam membina atlet. Yang pertama
Sumintarsih
1
dan Tri Saptono
2
397 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
perlu menyiapkan atlet dari aspek fisik didukung oleh pelatih dalam membuat
program latihan fisik. Latihan fisik yang paling penting adalah menyiapkan
kemampuan biomotoriknya agar dapat menampilkan prestasi maksimal sampai
puncak atau usia emas dan bisa bertahan lama
2. Pelatihan Kemampuan Teknik Olahraga Bulutangkis.
Latihan teknik didalam olahraga bersifat khusus sesui dengan cabang
olahraga yang dilakukan. Menurut (SUMINTARSIH & TRI, 2001) aplikasi
pelatihan teknik pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap sesuai tingkat kemampuan
atlet/kelompok latih: 1) tahap pemula usia antara 9-11 tahun, 2 tahap lanjutan usia
antara 12-15 tahun, 3). tahap prestasi usia diatas 15 tahun.
Pengelompokan dalam latihan teknik bisa berdasarkan kelompok umur
dimana kelompok umur dalam bulutangkis adalah sebagai berikut :
1). Atlet usia dini umur dibawah 9 tahun. Pada tahap ini atlet bisa dilatihkan cara
teknik memegang raket, teknik gerak langkah kaki dan membiasakan perkenaan
sutle cock dan raket dengan benar.
2). Atlet usia anak umur diatas 9 tahun sampai dengan 11 tahun, pada tahap ini atlet
dilatihkan beberapa teknik karena pada tahap ini cara memukul sutle cock sudah
lebih baik. Pada usia ini atlet lebih suka bermain, maka untuk membandingkan
kemampuan bermain bisa dipertandingkan sesui kelompok umurnya.
3). Atlet usia Pemula umur diatas 11 tahun sampai dengan 15 Tahun, pada tahap ini
atlet sudah menguasai beberapa teknik dan mempunyai pukulan yang lengkap
maka perlu dilatihkan latihan ketepatan, kemampuan bergerak lebih cepat dalam
mengambil keputusan seperti melakukan gerak tipu.
Metode Latihan Terus Menerus
Jika ingin meningkatkan prestasi atlet dibutuhkan suatu metode yang tepat, dalam
hal ini yang akan dilatihkan adalah teknik servis pendek dan servis panjang dengan
metode latihan terus menerus, pada saat latihan ditentukan durasi waktunya atau jumlah
pukulan tanpa diselingi istirahat, tujuan latihan ini adalah untuk mengetehui seberapa
efektif metode ini untuk meningkatkan prestasi servis pendek dan servis panjang dengan
diberi sasaran tingkat kesulitan agar lawan tidak bisa dengan mudah menerima servis.
Apabila gerakan ini dilakukan secara berulang ulang dan gerakan itu betul maka akan
terbentuk gerakan otomatis yang betul.“Research on practice-distribution effects has
frequently used the terms massed practice and distributed practice, in one sence massing
means to put things together- in this case, running work periods very close together with
eather no rest at all or very brief rest intervals between periods of work”.
Metode latihan terus menerus apabila metode latihan itu dilakukan secara terus
menerus sesuai dengan durasi yang telah ditentukan tanpa melakukan istirahat, sehingga
pada saat latihan tidak ada waktu istirahat, dan akhirnya mengarah pada tingkat kelelahan
latihan. Dengan timbulnya kelelahan mengakibatkan ketepatan sasaran menjadi
terganggu. Bentuk latihan tersebut mengakibatkan keadaan jantung dan paru paru
menjadi lebih baik maka latihan terus menerus ini dampaknya menjadikan sistem aerobik
di dalam tubuh meningkat. Apabila latihan tersebut dilakukan dengan waktu yang cukup
lama kira kira 30 menit biasanya menghasilkan adaptasi aerobik pada kecepatan kerja
dibawah ambang anaerobik. Volume yang diperlukan adalah yang menghasilkan adaptasi
maksimum. Volume yang lebih besar (di atas ambang anaerob) tidak menghasilkan
adaptasi lebih lanjut. Karakteristik latihan berlanjut dengan intensitas tinggi adalah: a)
lama latihan antara 15-60 menit, b) intensitas latihan antara 80-90% dari penampilan
maksimum/denyut nadi maksimum c) denyut nadi antara 160-180 denyut per menit,
Teknik Servis Bulutangkis dengan Metode Latihan Terus Menerus dan Interval
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 398
e) Persentase VO
2
mak antara 70-80 ml/kg/menit, f) kadar asam laktat darah dijaga antara
3-5 mmol/lt (Sugiarto, Furqon, & Purnama, 2002).
Metode latihan terus menerus tanpa diselingi dengan waktu istirahat apabila
dilakukan dengan teknik yang betul sesui dengan petunjuk pelatih gerakan itu akan
menjadi gerakan otomatis yang betul, tetapi apabila dilakukan sendiri tanpa dibekali
dengan teknik yang betul maka gerakan tersebut akan menjadi gerakan otomatis yang
salah, kalau terjadi gerakan otomatis yang salah justru akan lebih sulit untuk
membetulkan teknik tersebut. Metode latihan terus menerus apaabila dilakukan dalam
jangka waktu yang lama maka bisa memperbaiki daya tahan yang lebih baik sehingga
bisa memdapatkan prestasi emas dalam waktu yang lama. Dalam pelaksanaan metode
latihan terus menerus ini yang dilakukan adalah teknik sevis pendek dan servis panjang
bulutangkis, secara berulang ulang tanpa adanya waktu istirahat. Durasi latihan sudah
ditentukan sesui dengan program yang diberikan oleh pelatih.
Metode latihan terus menerus juga mempunyai kelemahan. Apabila dalam
pelaksanaannya seorang atlet belum mempunyai daya tahan yang bagus akan
mengakibatkan teknik pukulan perkenaan sutle cock dengan raket tidak tepat, sasaran
tidak tepat, bisa juga membuat gerakan otomatis dengan teknik yang salah. Tetapi
mempunyai kelebihan apabila dilatihkan teknik secara terus menerus membuat daya ingat
atlet akan tersimpan dengan baik. Menurut Schmidt (Murray & Udermann, 2003)
defines massed practice more loosely as, a practice schedule in which the amount of rest
between trials is short relative to the trial leght”.
short term memory yaitu sistem memori yang berfungsi untuk menyimpan
sejumlah besar informasi yang diterimanya selama periode waktu yang singkat” (Schmidt
& Lee, 2005: 84). Metode latihan terus menerus apabila diterapkan dalam melatih teknik
servis pendek dan servis panjang bulutangkis sejak usia dibawah 13 tahun maka atlet
tersebut akan dengan mudah untuk mengingat kembali gerakan teknik yang sudah
diberikan oleh seorang pelatih. Pelatih juga harus teliti didalam melatih atletnya apabila
terjadi gerakan teknik yang salah segera diperbaiki agar tidak terjadi gerakan otomatis
yang salah, karena gerakan tersebut akan tersimpan pada ingatan atlet, maka apabila
terjadi gerakan teknik yang salah seorang atlet segera memperbaikinya.
Metode latihan interval
Metode latihan interval yang dilakukan dalam teknik sevis pendek dan servis panjang
caranya dengan melakukan latihan ditentukan durasinya atau jumlah pukulan dimana pada
saat melakukan teknik servis pendek maupun panjang diselingi waktu istirahat. Menurut
Sapta Kunta Permana (2010 : 46), bahwa Interval Training adalah Suatu aktifitas yang
dilakukan berulang-ulang dan setiap kali diselingi dengan aktifitas yang lebih ringan.
Research on practice-distribution effects has frequently used the terms massed
practice and distributed practice, distributing practice means spacing these periods of
work apart with longer intervals of rest” (Schmidt & Lee, 2005: 333).
Menurut Schmidt (Murray & Udermann, 2003) the common and accepted definition
of distributed practice is practice interspersed with rest or other skill learning and
another definition of distributed practice is a practice schedule in which the amount of
rest between practice trials is long relative to trial length”.
Latihan interval adalah bentuk latihan yang paling luas rupanya yang
memungkinkan dilakukan latihan aerobik dan anaerobik tergantung pada hakikat
penjadualan periode kerja dan recovery. Latihan interval melibatkan periode aktifitas dan
recovery secara ganti-ganti. Keuntungan stimulus latihan yang sebentar-sebentar atau
Sumintarsih
1
dan Tri Saptono
2
399 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
pendek-pendek adalah memberikan lebih banyak jumlah perolehan-perolehan yang
intensif tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan (Sugiarto et al., 2002).
Latihan interval pendek secara khusus dirancang untuk menghasilkan tingkat power
otot yang tinggi. Lama periode kerja diperpendek, sedangkan periode recovery
diperpanjang. Latihan ini cocok jika digunakan untuk olahraga permainan beregu yang
banyak memerlukan aktifitas lari. Latihan ini menekankan pada daya tahan anaerobik,
terutama sumber-sumber energy alactacid jika periode kerjanya pendek, tetapi adaptasi
aerobik juga diperoleh. Karakteristik interval pendek adalah: a) lama latihan antara 5-30
detik, b) intensitas latihan antara 95% ke atas, c) lama recovery antara 15-150 detik, d)
perbandingan antara kerja dan recovery adalah 1 : 3 hingga 1 : 5, 5) repetisi antara 5-20
kali (Sugiarto et al., 2002).
Dalam metode latihan interval dibutuhkan waktu latihan dan waktu istirahat. Durasi
yang digunakan sudah ditentukan dahulu berapa menit atau berapa kali pukulan servis
pendek maupun servis panjang, kemudian juga menentukan berapa menit waktu untuk
istirahat. Latihan dengan interval untuk meningkatkan prestasi teknik servis pendek dan
servis panjang, waktu istirahat digunakan untuk melakukan pemulihan setelah beberapa
kali melakukan teknik servis pendek dan servis panjang, diharapkan dengan latihan
interval ini seorang atlit tidak mengalami kelelahan sehingga teknik yang dilakukan tetap
betul sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pelatih. Perkenaan sutle cock dengan
raket, dan bisa memukul sutle cock sesuai dengan sasaran yang diinginkan dan bisa
menyulitkan lawan dalam menerima servis. Latihan interval apabila terjadi kesalahan
teknik servis pendek dan servis panjang bisa segera diperbaiki.
Ditinjau dari pelaksanaan pelatihan keterampilan teknik dasar bulutangkis dengan
menggunakan metode distributed practice mempunyai kelebihan. Menurut Foss dan
Keteiyan (Himawanto, 2010) kelebihan antara lain teknik keterampilan dapat dilakukan
dengan baik, kesalahan teknik dapat diketahui sejak dini dan dapat segera dibetulkan
sehingga penguasaan teknik keterampilan bulutangkis dapat menjadi lebih baik, kondisi
fisik pemain akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, sehingga terhindar dari
kemungkinan terjadinya kelelahan dan atlet selalu mendapat waktu istirahat yang cukup.
Menurut Foss dan Keteiyan (Himawanto, 2010) kelemahan latihan menggunakan
metode distributed practice antara lain: a) penguasaan teknik gerakan agak lambat,
karena seringnya diselingi waktu istirahat. Hal ini disebabkan pola gerakan yang sudah
terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat, b) latihan ini prioritasnya hanya khusus
untuk peningkatan terhadap penguasaan teknik, c) dimungkinkan anak-anak akan lebih
sedikit melakukan pengulangan gerakan, d) anak-anak akan merasa lebih jenuh atau
bosan karena sering istirahat jika waktu istirahat hanya digunakan untuk menunggu.
Keterampilan Teknik Servis Pendek dan Panjang Bulutangkis
Teknik servis pendek maupun servis panjang merupakan teknik dasar dalam
bulutangkis. Maka perlu diberikan pada atelt yang masih usia dibawah 13 tahun , karena
sebagai modal awal dalam permainan bulutangkis adalah servis, apabila servis salah maka
akan mengakibatkan point untuk lawan , maka sebelum melatihkan teknik teknik seperti
netting, lob, dropshot dan smash perlu diberikan latihan servis yang betul dalam
perkenaan sutle cock dengan raket serta penempatan bola agar lawan sulit menerima
shuttle cock (Aksan, 2012).
Menurut Tony Grice (diterjemahkan Eri Desmarini Nasution 2007: 26) cara
melakukan servis panjang (forehand service) dan servis pendek (Forehand/ backhand)
a. Sevis Panjang (Forehand Service)
Teknik Servis Bulutangkis dengan Metode Latihan Terus Menerus dan Interval
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 400
Servis panjang sering digunakan oleh pemain tunggal, agar lawan sulit
menerima shuttle cock pada saat servis sebaiknya diarahkan pada sudut paling
belakang mendekati garis paling belakang.
b. Servis Pendek Forehand/Backhand
Servis pendek ada dua macam forehand dan backhand, servis ini sering
digunakan oleh pemain ganda, tetapi ada juga pemain tunggal yang menggunakan
servis pendek. Pemain jika dilihat kebanyakan menggunakan servis pendek dengan
backhand (Pradipta, Nugraha, & Kasih, 2019). Servis pendek akan sulit diterima
lawan apabila servis itu sasarannya ditempatkan disudut depan lawan dan tipis diatas
net, sehingga menyulitkan lawan untuk menerima sutle cock dan biasanya kalau
terjadi kesulitan maka bola diangkat atau melambung keatas sehingga akan
memudahkan menyerang lawan.
Metode Penelitian
Peneliti melakukan penelitian langkah pertama dengan melakukan tes awal
kemudian diberikan latihan dengan jumlah treatmen yang sudah ditentukan selanjutnya
dilakukan tes akhir untuk mengetahui peningkatan prestasi, maka penelitian yang
dilakukan adalah penelitian jenis eksperimen, dilakukan di klub bulutangkis PB
TARUNA Sleman Yogyakarta, sebagai tempat latihan bulutangkis.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet usia anak dimana dalam
kelompok usia anak berumur dibawah 13 tahun, populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semua atlet yang ada di PB TARUNA Sleman, Yogyakarta yang
berjumlah 32 atlet usia dibawah 13 tahun. Maka penelitian ini seluruh populasi sebagai
sampel.
Hasil diketahui peningkatan teknik servis pendek dan servis panjang pengolahan
data dilakukan dengan membuat Z skor diubah menjadi T Skore, selanjutnya dilakukan
untuk mengetahui apakah data tersebut normal apa tidak maka perlu uji normalitas,
selanjutnya baru dilakukan uji Homogenitas langkah terakhir dengan uji ANAVA.
Hasil dan Pembahasan
Sebelum pengolahan data untuk menjadikan satu data keterampilan teknik servis
bulutangkis dilakukan skor T. Mengubah Z skor menjadi T skor, Cara membuat data skor
T dari masing-masing data diambil tes awal setelah itu tes akhir juga diambil datanya.
Variabelnya adalah servis pendek dan servis panjang dilakukan Z skor kemudian diubah
menjadi T skor. Hasil data yang sudah diubah menjadi skor T dari masing-masing
variabel dijumlahkan menjadi satu data tes awal. Kemudian diambil data tes akhir ini
digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi servis pendek dan servis panjang.
Metode latihan terus menerus dan metode latihan interval mempunyai pengaruh
dalam peningkatan teknik servis pendek dan servis panjang adapun pengaruhnya ada
selisih peningkatan teknik servis pendek dan servis panjang sebesar 2,875 dan
menunjukan bahwa metode latihan terus menerus mempunyai peningkatan lebih tinggi
dibandingkan dengan metode latihan interval.
Perbedaan peningkatan diketahui teknik servis pendek dan servis panjang dibuat
kelompok. Tebel berikut ini menunjukkan ada 4 kelompok eksperimen yang dilakukan
didalam sampel penelitian.
Sumintarsih
1
dan Tri Saptono
2
401 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022
Tabel 1. Rata-Rata Peningkatan Prestasi Servis Pendek dan Servis Panjang Bulutangkis
No.
Kelompok Eksperimen
Nilai Peningkatan Teknik Servis Bulutangkis
1
Metode Terus Menerus
26,125
4
Metode Interval
23,25
Analisis Data
A. Uji Normalitas
Uji Normalitas penting dilakukan karena untuk mengetahui apakah data
tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal atau tidak yang digunakan untuk
analisis data. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan data dari 4 kelompok
eksperimen adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Uji Normalitas dari 4 Kelompok Eksperimen
Kelompok
Eksperimen
N
M
SD
L
hitung
L
tabel
5%
KE1
8
34,5
4,174754056
0,1728
0,285
KE2
8
17,75
3,150963571
0,1138
0,285
KE3
8
19,875
2,695896352
0,2301
0,285
KE4
8
26,625
2,503568881
0,0987
0,285
B. Uji Homogenitas
Tindakan selanjutnya sebelum melakukan uji ANAVA maka dilakukan uji
homogenitas untuk mengetahui apakah dalam tiap kelompok eksperimen sama
variannya atau homogenintas.
Tabel 3. Uji Homogenitas
∑ Kelompok
N
i
SD
2
gab
χ
2
o
χ
2
tabel 5%
Kesimpulan
4
8
10,22321429
2,283559342
7,81
Kelompok
eksperimen
homogen
Kelompok eksperimen ada 4 kelompok, pada taraf signifikan 5 % χ
2
tabel
didapat
nilai 7,81, hasil uji homogenitas kelompok eksperimen χ
2
o
= 2,283559342 4 karena
hasilnya lebih kecil dari tabel maka dapat disimpulkan bahwa tiap kelompok eksperimen
itu homogen.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Analisis Varian Metode Latihan Terus- Menerus dan Interval
Metode Latihan
dk
JK
RJK
F
o
F
t
2 metode
1
66,125
66,125
6,468122271
4,20
1. Pengujian Hipotesis 1
F tabel pada taraf signifikansi 5 % jika ada dua metode , yaitu metode
latihan terus menerus dan interval maka F tabel yang didapat adalah 4.20, apabila
hasil hitungnya lebih besar maka dapat dikatakan bahwa kedua metode tersebut
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan teknik servis bulutangkis. Sedangkan
hasil hitung yang didapat adalah 6,468122271 maka hasil tersebut lebih besar dari
Teknik Servis Bulutangkis dengan Metode Latihan Terus Menerus dan Interval
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 402
tabel. Sehingga dapat dikatakan ada pengaruh kedua metode latihan tersebut bisa
diterima kebenarannya.
Hasil perhitungan yang didapat menunjukan bahwa kelompok eksperimen
yang menggunakan metode latihan terus menerus mempunyai nilai peningkatan
teknik servis pendek dan servis panjang lebih baik dibandingkan kelompok
eksperimen yang menggunakan metode latihan interval.
2. Pengujian Hipotesis 2
Hasil latihan dari kelompok eksperimen yang melakukan metode terus
menerus menunjukkan hasil peningkatan teknik servis pendek dan servis penjang
sebesar 26,125 sedangkan kelompok eksperimen yang melakukan metode latihan
interval menunjukkan hasil peningkatan teknik servis pendek dan servis panjang
sebesar 23,25. Selisih rata rata sebesar 2,875, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ada perbedaan peningkatan teknik servis pendek dan servis panjang pada
dua metode tersebut
Dengan demikian dapat dibandingkan bahwa kelompok yang melakukan
metode latihan terus menerus mempunyai tingkat prestasi servis pendek dan servis
panjangnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang
melakukan metode latihan dengan interval.
Kesimpulan
Kelompok eksperimen yang melakukan metode latihan terus menerus mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan teknik servis pendek dan servis panjang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang melakukan metode latihan interval.
Ada perbedaan hasil peningkatan teknik servis pendek dan servis panjang pada kedua
metode tersebut, adapun hasil dari kelompok eksperimen yang melakukan metode latihan
terus menerus nilai rata-rata 26,125 sedangkan kelompok eksperimen yang melakukan
metode latihan interval nilai rata-rata 23,25 terjadi selisih rata-rata peningkatan teknik
servis pendek dan servis panjang sebesar 2,875
Sumintarsih
1
dan Tri Saptono
2
403 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
Bibliografi
Aksan, Hermawan. (2012). Mahir Bulu Tangkis. Nuansa Cendekia.
Arman, Arman. (2016). Hubungan Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Daya Tahan Umum
(general endurance) Pemain Sepakbola Club Bunga Lestari Kabupaten Gowa. FIK.
Fattahudin, Mohammad Amir, Januarto, Oni Bagus, & Fitriady, Gema. (2020). Upaya
Meningkatkan Keterampilan Pukulan Forehand Smash Bulutangkis Dengan
Menggunakan Model Variasi Latihan Untuk Atlet Usia 12-16 Tahun. Sport Science
and Health, 2(3), 182–194.
HAERUN, MUHAMMAD, Hasanuddin, Hasanuddin, & Juhanis, Juhanis. (2020). Survei
Tingkat Keterampilan Servis Pendek Dalam Permainan Bulutangkis Pada
Mahasiswa Bkmf Bulutangkis Fik Unm. UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.
Himawanto, Wasis. (2010). Pengaruh metode pembelajaran dan power lengan terhadap
peningkatan kecepatan smash bulutangkis. Unpublished Thesis. Surakarta,
Indonesia: Sebelas Maret University.
Listanto, Bayu. (2021). Kontribusi Kekuatan Otot Lengan Terhadap Kemampuan Servis
Panjang Bulutangkis Pada Club Pb. Bank Riau Kepri Pekanbaru. Universitas Islam
Riau.
Murray, S. R., & Udermann, B. E. (2003). Massed versus distributed practice: which is
better. Cahperd Journal, 1, 19–22.
Nossek, Josef. (1982). General theory of training. Logos: Pan African Press.
Pradipta, Dedy, Nugraha, Tarsyad, & Kasih, Indra. (2019). Studi Eksperimen Tentang
Model Pembelajaran Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Bulutangkis
Servis Pendek Backhand Pada Siswa Sma Nurul Hasanah. Jurnal Pedagogik
Olahraga, 5(1), 12–21.
Sugiarto, Icuk, Furqon, H. M., & Purnama, S. K. (2002). Total badminton. Solo: CV.
Setyaki Eka Anugrah.
Sukadiyanto & Muluk, D. (2011). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik.
Bandung: Lubuk Agung.
Sulistyowati, Erni. (2013). Perbedaan pengaruh metode latihan antara distributed
practice dan massed practice terhadap kemampuan servis panjang bulutangkis.
SUMINTARSIH, SUMINTARSIH, & TRI, SAPTONO. (2001). Sistem energi dan
metode latihan lari 1500 meter. Majalah Ilmiah Olahraga Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, 7, 1–12.
Wardana, Zakaria Sendy. (2017). Analisis ketepatan servis panjang forehand pada atlet
pb. suryanaga surabaya kategori remaja putra. Jurnal Prestasi Olahraga, 1(1).
Weinberg, Robert S., & Gould, Daniel. (2019). Foundations of sport and exercise
psychology, 7E. Human kinetics.