Sumintarsih
1
dan Tri Saptono
2
399 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 3, Maret 2022
pendek-pendek adalah memberikan lebih banyak jumlah perolehan-perolehan yang
intensif tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan (Sugiarto et al., 2002).
Latihan interval pendek secara khusus dirancang untuk menghasilkan tingkat power
otot yang tinggi. Lama periode kerja diperpendek, sedangkan periode recovery
diperpanjang. Latihan ini cocok jika digunakan untuk olahraga permainan beregu yang
banyak memerlukan aktifitas lari. Latihan ini menekankan pada daya tahan anaerobik,
terutama sumber-sumber energy alactacid jika periode kerjanya pendek, tetapi adaptasi
aerobik juga diperoleh. Karakteristik interval pendek adalah: a) lama latihan antara 5-30
detik, b) intensitas latihan antara 95% ke atas, c) lama recovery antara 15-150 detik, d)
perbandingan antara kerja dan recovery adalah 1 : 3 hingga 1 : 5, 5) repetisi antara 5-20
kali (Sugiarto et al., 2002).
Dalam metode latihan interval dibutuhkan waktu latihan dan waktu istirahat. Durasi
yang digunakan sudah ditentukan dahulu berapa menit atau berapa kali pukulan servis
pendek maupun servis panjang, kemudian juga menentukan berapa menit waktu untuk
istirahat. Latihan dengan interval untuk meningkatkan prestasi teknik servis pendek dan
servis panjang, waktu istirahat digunakan untuk melakukan pemulihan setelah beberapa
kali melakukan teknik servis pendek dan servis panjang, diharapkan dengan latihan
interval ini seorang atlit tidak mengalami kelelahan sehingga teknik yang dilakukan tetap
betul sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pelatih. Perkenaan sutle cock dengan
raket, dan bisa memukul sutle cock sesuai dengan sasaran yang diinginkan dan bisa
menyulitkan lawan dalam menerima servis. Latihan interval apabila terjadi kesalahan
teknik servis pendek dan servis panjang bisa segera diperbaiki.
Ditinjau dari pelaksanaan pelatihan keterampilan teknik dasar bulutangkis dengan
menggunakan metode distributed practice mempunyai kelebihan. Menurut Foss dan
Keteiyan (Himawanto, 2010) kelebihan antara lain teknik keterampilan dapat dilakukan
dengan baik, kesalahan teknik dapat diketahui sejak dini dan dapat segera dibetulkan
sehingga penguasaan teknik keterampilan bulutangkis dapat menjadi lebih baik, kondisi
fisik pemain akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, sehingga terhindar dari
kemungkinan terjadinya kelelahan dan atlet selalu mendapat waktu istirahat yang cukup.
Menurut Foss dan Keteiyan (Himawanto, 2010) kelemahan latihan menggunakan
metode distributed practice antara lain: a) penguasaan teknik gerakan agak lambat,
karena seringnya diselingi waktu istirahat. Hal ini disebabkan pola gerakan yang sudah
terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat, b) latihan ini prioritasnya hanya khusus
untuk peningkatan terhadap penguasaan teknik, c) dimungkinkan anak-anak akan lebih
sedikit melakukan pengulangan gerakan, d) anak-anak akan merasa lebih jenuh atau
bosan karena sering istirahat jika waktu istirahat hanya digunakan untuk menunggu.
Keterampilan Teknik Servis Pendek dan Panjang Bulutangkis
Teknik servis pendek maupun servis panjang merupakan teknik dasar dalam
bulutangkis. Maka perlu diberikan pada atelt yang masih usia dibawah 13 tahun , karena
sebagai modal awal dalam permainan bulutangkis adalah servis, apabila servis salah maka
akan mengakibatkan point untuk lawan , maka sebelum melatihkan teknik teknik seperti
netting, lob, dropshot dan smash perlu diberikan latihan servis yang betul dalam
perkenaan sutle cock dengan raket serta penempatan bola agar lawan sulit menerima
shuttle cock (Aksan, 2012).
Menurut Tony Grice (diterjemahkan Eri Desmarini Nasution 2007: 26) cara
melakukan servis panjang (forehand service) dan servis pendek (Forehand/ backhand)
a. Sevis Panjang (Forehand Service)