Identitas Budaya dan Representasi Islam dalam Novel The Translator Karya Leila
Aboulela
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 232
Pendahuluan
Berbicara mengenai identitas tentu saja akan sangat berkaitan dengan isu-isu seperti
ras, kelas dan gender (Davies, 2018). Munculnya isu seperti ini dalam karya sastra
tentunya menjadi hal yang menarik dalam bidang kritik sastra, di mana tentu saja akan
menambah objek studi dalam bidang tersebut. (Krismawati, 2015).
Belakangan isu yang berkaitan dengan masalah identitas yang muncul yang
menarik perhatian (Prawoto, 2021), bahkan di seluruh dunia ialah mengenai agama,
khususnya Islam (Winarni, 2014). Permasalahan mengenai identitas Muslim sepertinya
sudah muncul sejak lama (Jubba, 2019), bahkan sebelum adanya isu mengenai terorisme
dan juga islamophobia (Arbi, 2016). Hal ini didasari bahwa sudah sejak lama pula Islam
berkembang dan menyebar di seluruh dunia (Ahmad, 2014). Salah satu yang menjadi
faktor penyebabnya ialah banyak muslim khususnya yang berasal dari Afrika
(Napitupulu, 2018) dan Asia telah berpindah ke negara-negara lain, yang mana
perpindahan ini pun disebabkan oleh banyak faktor penyebab pula (Hadijah & Sadali,
2020), salah satunya ialah yang berkaitan dengan kolonialisme. Beberapa negara yang
merupakan bagian dari negeri jajahan khususnya di Afrika ialah Mesir, Sudan, Uganda
dan Kenya (Aliyudin, 2008), yang merupakan bekas negara jajahan Inggris. Serta
Maroko, Aljazair, Tunisia yang merupakan bekas jajahan Perancis. dan memang hal ini
pulalah yang berpengaruh terhadap perkembangan sastra (Nurgiyantoro, 2018).
Salah satu karya sastra yang berkaitan dengan masalah identitas ini ialah sebuah
novel yang berjudul The Translator , karya Leila Aboulela. Leila Aboulela adalah seorang
penulis yang lahir di Mesir dan besar di Sudan yang banyak menulis dalam bahasa
Inggris, salah satu karyanya ialah novel The Translator. Novel ini bercerita tentang
seorang perempuan bernama Sammar yang ditinggal mati suaminya karena kecelakaan
dan akhirnya harus berjuang sendiri hidup di Skotlandia. Sammar mempunyai anak yang
tinggal dengan bibinya di Khartoum, Sudan. Di Skotlandia, Sammar bekerja sebagai
seorang penerjemah untuk seorang peneliti bernama Rae. Konflik terjadi ketika keduanya
saling jatuh cinta. Sammar yang beragama Islam tidak dapat menikah dengan Rae yang
beragama Kristen. Sammar harus meninggalkan Rae sementara. Sammar yang tetap kuat
dalam keyakinan, diri, dan cintanya akhirnya bertemu kembali dengan Rae yang telah
berpindah agama dan ingin menikahi Sammar.
Yang menarik dalam novel ini ialah bagaimana ada sebuah isu pencarian Identitas
dalam tokoh utama perempuan, Sammar, yang mencari identitas kebangsaannya, yang
sepertinya disandingkan dengan tokoh laki-laki, Rae, yang mencari identitas agamanya.
Kedua pencarian ini sepertinya dibuat saling melengkapi satu dengan yang lain. Dan juga
terlihat dalam makalah ini ada sebuah representasi Islam yang berkaitan pula dengan
identitas Sammar dan Rae, yang sepertinya diperlihatkan dalam teks dengan tujuan
tertentu.
Yang menjadi permasalahan dalam makalah ini ialah pertama bagaimana Identitas
agama Sammar yang kuat sepertinya memberikan sebuah jalan bagi Rae untuk
menentukan siapa dirinya. Dan kedua ialah sebaliknya di mana Rae yang merupakan
orang berkebangsaan Skotlandia, yang yakin atas identitas kebangsaannya sepertinya
juga memberikan jalan kepada Sammar utnuk dapat memilih siapa dirinya sebenarnya
dalam hal ini. Dan juga terlihat dalam makalah ini ada sebuah representasi Islam yang
berkaitan pula dengan identitas Sammar dan Rae.
Tujuan dari penelitian ini berdasarkan permasalahan di atas ialah untuk mengetahui
apa yang ingin teks ini sampaikan. Di mana sepertinya jika dikaitkan dengan representasi