183
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: p–ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN :2745-5254
Vol. 3, No. 1, Januari 2022
PREDIKSI FLUKTUASI MUKA AIR TANAH BERDASARKAN DATA CURAH HUJAN
UNTUK ANALISIS KESTABILAN LERENG
Misbahuddin Tri Susanto, Venty Rezki Cahyani, Muhammad Akbar Musseng, Aenul Ali
Alif Syam dan Alief Silondae
Departemen Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Abstrak
PT. Bukit Baiduri Energi merupakan salah satu perusahaan pertambangan di Provinsi
Kalimantan Timur yang melakukan aktivitas penambangan lapisan tanah penutup batubara
dengan metode open pit. Salah satu lereng pada Pit Merandai PT. BBE yaitu lereng Sidewall
Utara memiliki potensi kelongsoran yang disebabkan oleh loose material yang ditempatkan di
atas lereng dan juga saat melakukan analisis kestabilan lereng mengasumsikan tidak adanya
pengaruh Muka Air Tanah (MAT) terhadap kestabilan lereng. Tujuan dari penelitian ini adalah
memprediksi fluktuasi MAT, menganalisis kestabilan lereng menggunakan metode Janbu dan
Morgenstern-Price berdasarkan hasil prediksi fluktuasi MAT. Hasil prediksi fluktuasi MAT
pada bulan Agustus merupakan elevasi terendah yaitu -65 sampai -66 mdpl dan elevasi MAT
tertinggi terjadi di bulan Desember yaitu -52 sampai -56 mdpl. Analisis kestabilan lereng bulan
Agustus sampai November dan bulan Mei sampai Juli diperoleh nilai FK >1.3 yang berarti
kondisi lereng aman dan merupakan standar perusahaan, sedangkan pada bulan Desember
sampai bulan April diperoleh nilai FK <1.3 yang dapat disimpulkan bahwa lereng tidak stabil
pada bulan tersebut.
Kata kunci: Kestabilan Lereng; Fluktuasi MAT; Faktor Keamanan; Lereng Sidewall Utara
Abstract
PT. Bukit Baiduri Energi is one of the mining companies in East Kalimantan Province that
conducts coal overburden mining activities using the open pit method. One of the slopes at Pit
Merandai PT. BBE, namely the North Sidewall slope has the potential for landslides caused by
loose material placed on the slope and also when conducting slope stability analysis assumes
that there is no influence of Groundwater Level (MAT) on slope stability. The purpose of this
study is to predict MAT fluctuations, analyze slope stability using the Janbu and Morgenstern-
Price methods based on the predicted results of MAT fluctuations. The prediction results of
MAT fluctuations in August are the lowest elevation, which is -65 to -66 masl and the highest
MAT elevation occurs in December, which is -52 to -56 masl. Analysis of slope stability from
August to November and May to July obtained FK values >1.3 which means the slope conditions
are safe and are company standards, while in December to April, FK values are <1.3 which
can be concluded that the slopes are unstable in that month.
Keyword : Slope Stability; MAT fluctuations; Safety Factor; North Sidewall Slope
Pendahuluan
Salah satu pemicu terjadinya peristiwa kelongsoran adalah karena hujan yang lebat sehingga
terjadi pembasahan pada tanah (Wardana, 2011) yang mengakibatkan berkurangnya kekuatan
geser tanah karena butir-butir tanah menyerap air (Amarullah & Zardi, 2019). Penyerapan air ini
seiring dengan waktu sampai terjadi jenuh sehingga tanah menjadi tidak stabil (Handayani et al.,
Prediksi Fluktuasi Muka Air Tanah Berdasarkan Data Curah Hujan untuk Analisis
Kestabilan Lereng
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 184
2014) dan akhirnya terjadi kelongsoran. Perubahan kestabilan lereng akibat pembasahan air hujan
seharusnya diperhitungkan sejak awal dengan besar curah hujan tertentu (Prawijaya, 2014), untuk
menentukan kondisi lereng yang paling kritis karena banyaknya kasus longsor akibat turunnya
hujan (Achmad, 2010), maka diperlukan suatu grafik hubungan antara perubahan tinggi muka air
tanah dengan stabilitas lereng (Wardana, 2011).
Salah satu metode yang diterapkan dalam analisis kestabilan lereng menggunakan metode
kesetimbangan batas (Metriani et al., 2019) (limit equilibrium) dengan pendekatan metoda irisan.
Metode ini telah terbukti sangat berguna dan dapat diandalkan dalam praktik rekayasa serta
membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan dengan metode lainnya (Saifudin, 2014),
seperti metode elemen hingga (finite element), metode beda hingga (finite difference) atau metode
elemen diskrit (discrete element) (Senruni, 2016).
Kestabilan lereng di PT. BBE diestimasikan tanpa pengaruh air tanah yang sangat
memengaruhi kestabilan (Rusdiana & Lubis, 2012), sehingga meskipun hasil analisis FK
terbilang aman tetapi masih terjadi longsor pada lereng aktual yang menyebabkan penambangan
terhambat (Arjaya et al., 2013). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Memprediksi fluktuasi muka air tanah berdasarkan data curah hujan (Hafiyyan, 2017)
2. Menganalisis kestabilan lereng dengan menggunakan metode Janbu (Pangemanan et al.,
2014) dan Morgenstern-Price berdasarkan pengaruh hasil prediksi fluktuasi muka air tanah
3. Membandingkan nilai faktor keamanan lereng antara metode Janbu (Murniati et al., 2020)
dan Morgenstern-Price.
Penelitian tugas akhir ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat bagi PT. Bukit Baiduri
Energi sebagai bahan kajian tambahan terhadap masalah geoteknik yang dihadapi khususnya
masalah prediksi fluktuasi muka air tanah terhadap kestabilan lereng tambang .
Memberikan perbandingan nilai faktor keamanan dengan menggunakan metode Janbu dan
Morgenstern-Price terhadap kestabilan lereng sehingga dapat meningkatkan keamanan bagi
pekerja dan alat yang bekerja di sekitar front penambangan.
Metode Penelitian
Penelitian dimulai dengan observasi lapangan untuk mengetahui kondisi dilapangan serta data
apa yang akan dikumpulkan kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data sekunder dan
studi pustaka untuk dilakukan analisis data dan kajian teori yang ada. Data yang telah terkumpul
diolah dengan cara matematis. Setelah, itu akan didapat korelasi antara hasil pengolahan data
yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti.
Data yang diperoleh dari data primer maupun data sekunder kemudian diolah dengan beberapa
sebagai berikut:
a. Mengetahui prediksi fluktuasi muka air tanah berdasarkan data curah hujan menggunakan
software Visual Modflow Flex
b. Membuat penampang lereng dengan software Minescape 4.118
c. Menentukan nilai faktor keamanan lereng yang akan dianalisis dengan software Geostudio
2018 (Slope/W) berdasarkan hasil prediksi fluktuasi MAT.
Hasil dan Pembahasan
Data material isian lereng Sidewall Utara didapatkan melalui data perusahaan. Secara umum
material pengisi pada lereng Sidewall Utara PT. BBE yang menjadi lokasi penelitian dibedakan
berdasarkan lapisan batuan, diketahui material lereng hanya disusun oleh lapisan batuan
Sandstone, lapisan batuan Siltstone dan lapisan batuan Coal yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Misbahuddin Tri Susanto, Venty Rezki Cahyani, Muhammad Akbar Musseng, Aenul
Ali Alif Syam dan Alief Silondae
185 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022
Tabel 1. Material Isian Lereng Sidewall Utara.
Ket.
γ(kN/m
3
)
Sandstone
17,08
Siltstone
17,33
Coal
13
Berdasarkan hasil sayatan didapatkan geometri lereng lereng Sidewall Utara memiliki lebar
lereng 483,09 meter, tinggi 129,76 meter, kemiringan overall slope 13° dan dengan lokasi
penelitian yang memiliki intensitas hujan yang yang berbeda setiap bulannya. Kondisi daerah
penelitian memiliki iklim tropis dengan curah hujan cukup besar dan bervariasi setiap tahunnya
dan memiliki beberapa perlapisan batuan antara lain batu pasir, batu lanau, batu lempung,
batubara dan lain-lain. Penelitian dilakukan pada lereng Sidewall Utara Pit Merandai yang
merupakan bagian dari site PT. Bukit Baiduri Energi.
Stratigrafi lokal terdiri dari tiga formasi batuan, yaitu Formasi Balikpapan, Formasi
Pulubalang dan Formasi Bebuluh, namun pada lereng lokasi penelitian termasuk dalam Formasi
Batuan Sedimen Pulubalang dengan material batupasir kuarsa dengan sisipan batu lempung dan
batubara. Lereng Sidewall Utara memiliki lapisan batuan batu pasir, batu lanau, batubara dan batu
lempung.
Prediksi fluktuasi Muka Air Tanah (MAT) di daerah penelitian dengan menggunakan
software Modflow menunjukkan perubahan setiap bulannya berdasarkan data curah hujan. hasil
elevasi MAT terendah -65 sampai -66 mdpl pada bulan Agustus dan hasil elevasi MAT tertinggi
-52 sampai -56 mdpl pada bulan Desember.
Gambar 1. Elevasi MAT Bulan Agustus (-65 mdpl sampai -66 mdpl).
Prediksi Fluktuasi Muka Air Tanah Berdasarkan Data Curah Hujan Untuk Analisis
Kestabilan Lereng
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 186
Gambar 2. Elevasi MAT Bulan Desember (-52 mdpl sampai -56 mdpl).
Gambar 3. Grafik Fluktuasi MAT dan Curah Hujan.
Pemodelan penampang dibuat berdasarkan pada topografi aktual dan desain Pit, yang
merepresentasikan kondisi Pit Merandai saat ini. Pembuatan penampang ini menggunakan
software minescape 4.118 dengan memasukkan data desain pit yang kemudian penentuan
penampang didasarkan pada penilaian daerah kritis dengan membuat line section yaitu titik A-A’
dengan panjang garis yang sama mengarah dari utara ke selatan.
Gambar 4. Penampang Lereng.
Misbahuddin Tri Susanto, Venty Rezki Cahyani, Muhammad Akbar Musseng, Aenul
Ali Alif Syam dan Alief Silondae
187 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022
Gambar 5. Geometri Lereng Penampang A-A’.
Hasil analisis kestabilan lereng menggunakan software Geostudio 2018 didapatkan hasil
untuk elevasi -65 sampai -66 mdpl yang menjadi analisis awal karena memiliki elevasi MAT yang
paling terendah, metode Morgenstern-Price menunjukkan nilai FK sebesar 1,757, sedangkan
metode Janbu menunjukkan nilai FK sebesar 1,659 yang dimana hasil analisis dari dua metode
tersebut memenuhi standar FK yang digunakan perusahaan yaitu 1,3. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa lereng dengan muka air tanah elevasi -65 sampai -66 mdpl dalam kondisi aman.
Gambar 6. FK Metode Morgenstern-Price pada elevasi -65 sampai -66 mdpl.
Gambar 7. FK metode Janbu pada elevasi -61 mdpl.
Hasil analisis kestabilan lereng dari Analisis kestabilan lereng pada bulan Desember
dengan elevasi muka air tanah -52 sampai -56 mdpl yang merupakan elevasi MAT tertinggi
berdasarkan data curah hujan sebanyak 12 bulan, dimana hasil analisis FK pada bulan Desember
menunjukkan nilai FK terendah dari bulan yang lainnya.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan software Geostudio 2018 didapatkan nilai FK
dengan metode Morgenstern-Price menunjukkan nilai FK 1,018 sedangkan metode Janbu
Menunjukkan nilai FK 1,004 yang dimana hasil analisis dari dua metode tersebut tidak memenuhi
standar FK yang digunakan perusahaan yaitu 1,3. Jadi, dapat disimpulkan bahwa lereng dengan
muka air tanah elevasi -52 sampai -56 mdpl dalam kondisi tidak aman.
Gambar 8. FK Metode Morgenstern-Price pada elevasi -52 sampai -56 mdpl.
Prediksi Fluktuasi Muka Air Tanah Berdasarkan Data Curah Hujan Untuk Analisis
Kestabilan Lereng
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 188
Gambar 9. FK Metode Morgenstern-Price pada elevasi -52 sampai -56 mdpl.
Tabel 2. Perbandingan nilai faktor keamanan (FK)
Bulan
Mat
(Mdpl)
Fk
Morgen
Fk
Janbu
Selisih
Agustus
(-65)-(-66)
1.757
1.659
0.098
September
(-63)-(-65)
1.632
1.584
0.048
Oktober
(-61)-(-63)
1.589
1.515
0.074
November
(-59)-(-61.5)
1.403
1.350
0.053
Desember
(-52)-(-56)
1.018
1.004
0.014
Januari
(-54)-(-58)
1.168
1.143
0.025
Februari
(-58)-(-61)
1.297
1.255
0.042
Maret
(-56)-(-60)
1.227
1.199
0.028
April
(-54)-(-58)
1.168
1.143
0.025
Mei
(-58.5)-(-61)
1.379
1.327
0.052
Juni
(-59)-(-62)
1.432
1.373
0.059
Juli
(-60)-(-62.5)
1.513
1.448
0.065
Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi fluktuasi muka air tanah dan analisis kestabilan lereng
didapatkan kesimpulan yaitu fluktuasi MAT setiap bulannya mengalami perubahan diakibatkan
perbedaan nilai curah hujan. Hasil simulasi Visual Modflow Flex menunjukkan bahwa pada bulan
Agustus dengan elevasi MAT -65 sampai -66 mdpl merupakan elevasi terendah sedangkan pada
bulan Desember merupakan elevasi MAT tertinggi yaitu -52 sampai 56 mdpl. Elevasi muka air
tanah sangat mempengaruhi nilai faktor keamanan lereng. Hasil FK pada bulan Agustus yang
merupakan elevasi MAT terendah yaitu -65 sampai -66 mdpl menghasilkan nilai FK 1.757
(Morgenstern-Price) dan FK 1.659 (Janbu) yang berarti kondisi lereng tersebut aman. Sedangkan
pada bulan Desember yang merupakan elevasi MAT tertinggi -52 sampai -56 mdpl menghasilkan
nilai FK 1.018 (Morgenstern-Price) dan 1.008 (Janbu) yang berarti kondisi lereng tersebut tidak
aman. Nilai faktor keamanan yang dihasilkan dari metode morgenstern-price dan janbu memiliki
selisih rata-rata 0,050 dengan nilai yang dihasilkan metode Morgenstern-Price lebih tinggi
daripada nilai yang dihasilkan metode Janbu karena metode Morgenstern-Price memperhitungkan
semua syarat kesetimbangan yaitu kesetimbangan gaya dan momen.
Misbahuddin Tri Susanto, Venty Rezki Cahyani, Muhammad Akbar Musseng, Aenul
Ali Alif Syam dan Alief Silondae
189 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022
Bibliografi
Achmad, F. (2010). Studi identifikasi penyebab longsor di Botu. Saintek Ejurnal UNG, 5(1), 84
95.
Amarullah, I. N., & Zardi, M. (2019). Pengaruh Penambahan Limbah Karbit Terhadap Stabilisasi
Tanah Daerah Rawa. Jurnal Teknik Sipil Unaya, 5(1), 19.
Arjaya, H. S., Pratiwi, E. B., Hardiyati, S., & Atmanto, I. D. (2013). Perkuatan Lereng Pada
Menara Sutt Sta 19+ 255 Jalan Tol SemarangSolo Seksi TinalunLemah Ireng. Jurnal
Karya Teknik Sipil, 2(2), 251263.
Hafiyyan, Q. (2017). Dinamika aliran air tanah pada lahan rawa pasang surut. JeLAST: Jurnal
PWK, Laut, Sipil, Tambang, 4(4).
Handayani, T., Wulandari, S., & Wulan, A. (2014). Pengaruh muka air tanah terhadap kestabilan
lereng menggunakan geoslope/w 7.12. Prosiding KOMMIT.
Metriani, R., Anaperta, Y. M., & Saldy, T. G. (2019). Analisis Balik Kestabilan Lereng Dengan
Menggunakan Metode Bishop yang disederhanakan Pada Front II Existing Tambang Quarry
PT. Semen Padang, Sumatera Barat. Bina Tambang, 4(4), 4958.
Murniati, R. T., Purwoko, B., & Syafrianto, M. K. (2020). Analisis kestabilan lereng pada
tambang quarry di PT. Total Optimal Prakarsa (TOP), Desa Peniraman, Kalimantan Barat.
JeLAST: Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang, 7(3).
Pangemanan, V. G. M., Turangan, A. E., & Sompie, O. B. A. (2014). Analisis kestabilan lereng
dengan metode fellenius (studi kasus: kawasan citraland). Jurnal Sipil Statik, 2(1).
Prawijaya, T. I. (2014). Faktor Sosial Budaya Masyarakat Petani Mempengaruhi Tidak
Diterapkannya Sistem Terasering (Sengkedan) Dalam Pertanian. Journal Pendidikan
Geografi FIS Unesa Vol, 2.
Rusdiana, O., & Lubis, R. S. (2012). Pendugaan korelasi antara karakteristik tanah terhadap
cadangan karbon (carbon stock) pada hutan sekunder. Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1).
Saifudin, A. (2014). Senyawa alam metabolit sekunder teori, konsep, dan teknik pemurnian.
Deepublish.
Wardana, I. G. N. (2011). Pengaruh perubahan muka air tanah dan terasering Terhadap perubahan
kestabilan lereng. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 15(1).