Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Kehidupan Mahasiswa Universitas Diponegoro
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 251
Pendahuluan
Saat ini hampir semua mahasiswa menggunakan sosial media dan pada era yang
serba digital ini, mahasiswa sudah bergantung dengan media (Gifary, 2015). Salah
satunya adalah media sosial. Masyarakat yang aktif menggunakan media ini disebut
khalayak (Prihatiningsih, 2017). Menurut (Barthelemy, 2019) khalayak dapat
didefinisikan sebagai pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber (yang
dapat berupa satu orang atau lebih, baik kelompok, partai, atau negara). Salah satu imbas
dari perkembangan teknologi komunikasi yaitu munculnya pop culture (budaya populer)
(Putri, Liany, & Nuraeni, 2019). Budaya populer sendiri didefinisikan sebagai “culture
of the people” atau budaya orang-orang (Primadesi, 2015). Hal ini dikarenakan budaya
populer tidak hanya dijadikan sebagai konsumsi saja, namun dapat dijadikan sebagai
produk industri, bahkan komoditas (Ardia, 2014).
Adanya media sosial dapat memengaruhi budaya yang ada di masyarakat, karena
media dapat memproduksi sebuah bentuk budaya (Sampurno, Kusumandyoko, & Islam,
2020) kemudian menyebarkan informasi tersebut agar suatu produk budaya dapat
menjadi popular (Simbar, 2016). Sehingga apa yang diproduksi oleh media akan diterima
oleh publik sebagai suatu nilai (budaya) yang bahkan bisa menjadi panutan masyarakat
(Yuliantini, 2021). Selain itu, dengan kemudahan memakai media sosial, informasi dalam
bentuk apapun bisa kita dapatkan meskipun berasal dari belahan dunia lain (Febriana,
2018).
Salah satu contoh budaya populer yang sedang terkenal Mahasiswa Universitas
Diponegoro, Indonesia dan bahkan di seluruh dunia yaitu budaya Korean Popular atau
yang disebut sebagai K-Pop. Di Indonesia sendiri K-Pop biasanya lebih dikenal melalui
dunia hiburan yang berupa musik (K-Pop), drama (K-Drama) dan juga variety shows
mereka yang memiliki konsep menarik. Dampak dari K-Pop ini dapat dilihat dari
kalangan generasi milenial (Nisrina, Widodo, Larassari, & Rahmaji, 2020). Salah satu
produk dari budaya Korea yang paling diminati yaitu K-Pop (Puspitasari, 2013), yang
dibuktikan dengan tingginya angka streaming MV (Music Video) K-Pop yang berasal dari
Indonesia dan juga banyaknya grup dance cover khusus lagu Korea yang bermunculan.
Budaya K-Pop sendiri mulai merambah ke Indonesia sekitar tahun 2012, dimana
pada saat itu K-Pop sedang berada pada masa kejayaan. Hal ini berawal dari lagu milik
PSY dengan judul “Gangnam Style” sedang booming dimana-mana. Kemudian dari situ
orang-orang banyak yang mulai mencari mengenai Korea dan K-Pop melalui berbagai
macam media, seperti YouTube atau Instagram.Pada tahun ini tingkat ketertarikan orang-
orang pada budaya Korea semakin meningkat (al Amroshy, 2014), karena disaat pandemi
seperti ini orang-orang sulit untuk melepaskan penatnya, sehingga banyak yang memilih
untuk menghibur diri dengan cara menonton drama Korea atau melihat variety shows
mengenai K-Pop idol yang sedang “naik daun”.
Disini media sosial seperti YouTube dan Twitter sangat mempermudah orang-orang
untuk mencari informasi mengenai apa saja drama, MV K-Pop atau acara yang sedang
nge-trend, karena mereka mempunyai fitur yang sama, yaitu fitur “Trending”. Dengan
fitur ini kita dapat melihat apa saja yang sedang nge-trend. Di Twitter sendiri biasanya
orang-orang penasaran dengan banyaknya hashtag dengan topik K-Pop yang sedang
trending, kemudian dari situ mereka dapat memperluas mengenai apa yang dicari.
Munculnya budaya populer dapat memberikan beberapa perubahan terhadap gaya
hidup yang dapat berupa seperti hedonisme dan materialism (Dewi, Gama, & Astiti,
2021), yang dikarenakan budaya populer ini lebih fokus kepada emosi dan kepuasan