293
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi:p–ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN :2745-5254
Vol. 3, No., 2 Februari 2022
PENGARUH BENTUK SIRIP STRAIGHT ANGLED DAN RIGHT ANGLED
PADA ALAT PENGERING LADA TIPE ROTARY DRYER BERBAHAN BAKAR
BIOMASSA TERHADAP PARAMETER PROSES PENGERINGAN
Syahrul Khafizam
1
, Syahaji Watama
2
, Indra Feriadi
3
dan Dedy Ramdhani
4
Jurusan Teknik Mesin Manufaktur, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung,
Indonesia
1,2,3 dan 4
1
2
3
4
Abstrak
Proses pengeringan lada yang dilakukan petani sekarang masih banyak menggunakan cara
tradisional seperti memanfaatkan sinar matahari. Proses pengeringan lada yang masih
tradisional dan alami dilakukan dengan cara dijemur di halaman, di area tanah yang luas, dan
dipinggir jalan. Iklim dan cuaca juga berpengaruh dalam proses pengeringan tersebut,
dikarenakan apabila sudah memasuki iklim hujan dan cuaca mendung maka proses
pengeringan lada membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka digunakanlah teknologi mesin pengering berputar (rotary dryer) untuk melakukan
proses pengeringan lada. Mesin ini merupakan suatu alat pengering berbentuk drum yang
berputar. Prinsip kerja dari alat pengering tipe rotary dryer secara umum merupakan alat
pengering yang berbentuk sebuah drum yang berputar secara kontinyu yang dipanaskan
dengan tungku. Pengeringan pada rotary dryer dilakukan berkali-kali sehingga tidak hanya
permukaan atas yang mengalami proses pengeringan, namun juga pada seluruh bagian secara
bergantian, sehingga pengeringan yang dilakukan oleh alat ini lebih merata dan lebih banyak
mengalami penyusutan serta mempercepat waktu pengeringan.Invalid source specified.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi dari kecepatan, suhu, dan waktu
terhadap hasil pengeringan dan mengetahui pengaruh variasi sirip pada sistem pengeringan.
Peneletian ini menggunakan metode eksperimen langsung. Setiap hasil pengujian lada
memiliki kadar air yang berbeda. Kadar air yang sesuai dengan SNI mutu lada putih yang telah
ditentukan terdapat pada variasi waktu pengeringan 75-90 menit dengan suhu 55℃-
60℃.Sedangkan, kadar air tertinggi atau tidak sesuai dengan standar mutu terdapat pada
variasi waktu pengeringan 60-90 menit pada suhu 45℃-55℃ dan pada waktu pengeringan 60
menit pada suhu 55℃-60℃. Waktu dan suhu proses pengeringan sangat berpengaruh pada
laju pengeringan lada putih. Laju pengeringan tertinggi terjadi pada waktu 60 menit dengan
suhu pengeringan 45℃-50℃ dengan menghasilkan perpindahan massa uap air sebesar 5 g/m.
Kata kunci: Bentuk Sirip; Straight Angled; Right Angled; Alat Pengering Lada: Rotary Dryer;
Biomassa
Abstract
The pepper drying process carried out by farmers now still uses traditional methods such as
utilizing sunlight. The traditional and natural process of drying pepper is carried out by drying
in the yard, in a large area of land, and by the roadside. Climate and weather also affect the
drying process, because when it enters a rainy climate and cloudy weather, the pepper drying
process takes a long time. To overcome this problem, a rotary dryer technology is used to
carry out the pepper drying process. This machine is a dryer in the form of a rotating drum.
The working principle of a rotary dryer in general is a dryer in the form of a drum that rotates
Pengaruh Bentuk Sirip Straight Angled dan Right Angled pada Alat Pengering Lada
Tipe Rotary Dryer Berbahan Bakar Biomassa Terhadap Parameter Proses Pengeringan
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 294
continuously which is heated by a furnace. Drying on the rotary dryer is done many times so
that not only the top surface undergoes a drying process, but also all parts in turn, so that the
drying carried out by this tool is more evenly distributed and experiences more shrinkage and
accelerates drying time. Invalid source specified. This study aims to determine the contribution
of speed, temperature, and time to the drying results and to determine the effect of fin
variations on the drying system. This research uses a direct experimental method. Each pepper
test result has a different water content. The water content in accordance with the determined
SNI quality of white pepper is found in variations in drying time of 75-90 minutes with a
temperature of 55℃-60℃. Meanwhile, the highest water content or not in accordance with
quality standards is found in variations in drying time of 60-90 minutes at temperature 45℃-
55℃ and at a drying time of 60 minutes at a temperature of 55℃-60℃. The time and
temperature of the drying process greatly affect the drying rate of white pepper. The highest
drying rate occurs at a time of 60 minutes with a drying temperature of 45℃-50℃ by
producing a mass transfer of water vapor of 5 g/m.
Keywords: Fin Shape; Straight Angled; Right Angled; Pepper Dryer: Rotary Dryer; Biomass
Pendahuluan
Berdasarkan era yang semakin canggih teknologi sangat dibutuhkan di segala
bidang industri (Fonna, 2019), termasuk dibidang industri pertanian. Salah satunya dalam
proses pengeringan lada. Lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu rempah-rempah
yang tertua dan terpenting di dunia (Sastrahidayat, 2016). Tumbuhan lada termasuk famili
Piperaceae, yang terdiri dari 10-12 marga atau genus (Kartasubrata, 2019). Lada adalah
salah satu rempah-rempah yang berbentuk biji-bijian (Wandira, Lindawati, & Noverita,
2019). Tumbuhan lada tergolong tumbuhan merambat dan mempunyai daun tunggal
berwarna hijau dan buram (Hasnunidah & Juli Wiono, 2019), berbentuk bulat telur
dengan ujung daun runcing yang tersebar dengan batang yang berbuku-buku (Pitri
Handayani, 2019). Bunga lada berkelamin tunggal tanpa memiliki hiasan bunga dan
tersusun dalam bunga majemuk (Sri Handayani, Lukitasari, & Widiyanto, 2018),
sedangkan buah lada berbentuk bulat dengan kulit buah yang lunak namun memiliki biji
yang keras (Eka Permana, 2019).
Zaman modern seperti sekarang ini, teknologi memegang peranan penting dalam
setiap aspek kehidupan (Ngafifi, 2014). Hal ini kemudian dapat dilibatkan dalam
menggerakkan roda ekonomi skala besar, menengah dan kecil (Amang, 2016). Kemajuan
dalam berbagai ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan (Karim, 2014),
telah melahirkan banyak ide dan konsep serta produk yang memajukan cara kerja manusia
(Muljadi & Syamsudin, 2021). Dampaknya begitu besar sehingga sudah menjadi
kebutuhan bagi teknologi itu sendiri (Asbar, 2019). Sesuatu yang sangat dirasakan oleh
kebanyakan orang di dunia, tanpa terkecuali.
Proses pengeringan lada yang dilakukan petani sekarang masih banyak
menggunakan cara tradisional seperti memanfaatkan sinar matahari (Zamharir,
Sukmawaty, & Priyati, 2016). Jika ingin mengatasi masalah tersebut maka diciptakanlah
mesin pengering tipe rotary dryer. Cara kerja sistem mesin ini yaitu drum berputar secara
terus-menerus dipanaskan dengan tungku atau sumber panas lainnya. Alat pengering ini
bekerja memasukan aliran udara panas ke dalam drum beserta dengan material yang akan
dikeringkan (Ambo Intang & Nursiwan, 2021). Rotary dryer memiliki tiga komponen
utama, yaitu tungku pembakaran (furnace), penukar panas (heat exchanger), dan silinder
ruang pengering. Prinsip kerja dari pengering rotary dryer adalah memanfaatkan panas
dari furnace yang dialirkan kedalam penukar panas (heat exchanger) (Soolany & Aji,
2022), yang kemudian diteruskan ke silinder ruang pengering (Ahmar, Mustaqimah, &
Syahrul Khafizam
1
, Syahaji Watama
2
, Indra Feriadi
3
dan Dedy Ramdhani
4
295 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022
Nurba, 2021). Pada bagian dalam silinder diberi sirip untuk memudahkan produk terbuka
terhadap aliran udara pengering. (Aman, Jading, & Roreng, 2013). Adapun beberapa
teknologi mesin pengering rotary drum yang telah dibuat dan diteliti oleh beberapa orang.
Penelitian pertama dilakukan oleh (Iskandar, Martin, & Iskandar, 2020) yang
berjudul “Perancangan dan Pembuatan Alat Pengering Lada dengan Putaran Drum
Bervariasi”. Pada penelitian ini mereka membuat alat rotary dryer tanpa menggunakan
sirip. Penelitian yang kedua dilakukan oleh (Azis , 2018) yang berjudul “Rancang Bangun
Rotary Dryer Tipe Hybrid Untuk Pengeringan Gabah”. Pada penelitian ini mereka
membuat mesin pengering rotary dengan menggunakan sirip berbentuk huruf T.
Berdasarkan rangkuman serta penelitian diatas penulis akan melakukan penelitian
mengenai pengaruh variasi sirip pada alat pengering tipe rotary. Berdasarkan latar
belakang yang diuraikan maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Variasi Bentuk Sirip Pada Alat Pengering Lada Tipe Rotary Berbahan Bakar Biomassa
Terhadap Parameter Proses.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melaksanakan beberapa tahap, pertama dimulai dari studi
literatur yang diperoleh dari jurnal ilmiah, internet, dan artikel. Secara garis besar tahap-
tahapan dalam rencana penelitian ini bisa dilihat pada gambar 1 diagram alir berikut :
Mulai
Studi Literatur
Perisiapan Alat dan Bahan
Perancangan dan Pembuatan
Sirip&Alat
Massa = 2 kg
n =20 rpm
t = 75 m
T = 1. 45°C-50°C
2. 50°C-55°C
3. 55°C-60°C
Massa = 2 kg
n =20 rpm
t = 60 m
T = 1. 45°C-50°C
2. 50°C-55°C
3. 55°C-60°C
Massa = 2 kg
n =20 rpm
t = 90 m
T = 1. 45°C-50°C
2. 50°C-55°C
3. 55°C-60°C
Pengujian Alat & Sirip
Parameter Penelitian
Pengaruh Bentuk Sirip Straight Angled dan Right Angled pada Alat Pengering Lada
Tipe Rotary Dryer Berbahan Bakar Biomassa Terhadap Parameter Proses Pengeringan
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 296
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian.
Persiapan alat dan bahan
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Lada Putih Basah
Lada putih basah yang akan dikeringkan setiap kali pengujian seberat 2 kg
Gambar 2. Lada Putih Basah
2. Bahan Bakar Biomassa
Bahan bakar yang digunakan berasal dari kayu.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Mesin pengering Drum Rotary Dryer
Analisa dan Hasil
Pembahasan
A
Kesimpulan
Selesai
Syahrul Khafizam
1
, Syahaji Watama
2
, Indra Feriadi
3
dan Dedy Ramdhani
4
297 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022
Gambar 3. Mesin Rotary Drum Dryer.
2. Thermometer
Thermometer berfungsi sebagai alat untuk melihat suhu dalam drum pengering.
Gambar 4. Thermometer.
3. Tachometer
Tachometer berfungsi sebagai mengukur kecepatan putaran pada sebuah objek,
seperti halnya dengan alat yang mengukur putaran mesin per menit (RPM).
Gambar 5. Tachometer.
4. Stopwatch
Stopwatch berfungsi mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pengeringan.
Pengaruh Bentuk Sirip Straight Angled dan Right Angled pada Alat Pengering Lada
Tipe Rotary Dryer Berbahan Bakar Biomassa Terhadap Parameter Proses Pengeringan
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 298
Gambar 6. Stopwatch.
5. Timbangan
Timbangan berfungsi sebagai pengukur massa lada yang telah ditentukan dalam
proses pengeringan dan pengujian.
Gambar 7. Timbangan.
Hasil dan Pembahasan
Analisis data menggunakan Metode Eksperimen langsung, yang mana akan dilihat
perbandingan nilai kadar air lada yang sesuai dengan SNI mutu lada putih dan laju
pengeringan dengan menggunakan variasi sirip pengaduk dengan menggunakan variasi
parameter proses yang telah ditentukan. Kadar air lada putih menurut SNI 0004:2013
adalah maksimal 13,0 % untuk mutu I dan maksimal 1,0 % untuk mutu II.
Hasil Pengujian Kadar Air dengan Menggunakan Sirip Straight Angled
Kadar air lada putih menurut SNI 0004:2013 adalah maksimal 13,0 % untuk mutu I dan
maksimal 1,0 % untuk mutu II.
Perhitungan kadar air menurut SNI 0004:2013 sebagai berikut :
!!!!!!!!!!
𝐵
𝐾
× 100!%!!!!!!!!!!
Keterangan :
B adalah bobot air (g)
K adalah bobot contoh uji (g)
Syahrul Khafizam
1
, Syahaji Watama
2
, Indra Feriadi
3
dan Dedy Ramdhani
4
299 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022
Berikut data hasil pengujian kadar air dengan menggunakan sirip straight angled terhadap
parameter proses. Data pada dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Air Menggunakan Sirip Straight Angled.
No.
T
(℃)
Kadar Air (%)
Waktu(menit)
60
75
90
1
45-50
15%
14,45%
14,5%
2
50-55
14,3%
14%
13,65%
3
55-60
13,4%
12,75%
12,45%
Hasil Pengujian Laju Pengeringan
Laju pengeringan selama proses pengeringan dinyatakan dengan :
𝑀𝑑 =
!"#!$
"
Dimana
md = laju pengeringan (gram/menit)
Wt = berat bahan total (gram)
Wk = berat bahan kering (gram)
t = selang waktu (jam)
Tabel 2. Hasil Pengujian Laju Pengeringan Menggunakan Sirip Straight Angled.
No.
T
(℃)
Laju pengeringan (gram/menit)
Waktu(menit)
60
75
90
1
45-50
5(g/m}
3,85(g/m)
3,22(g/m)
2
50-55
4,7(g/m)
3,73(g/m)
3,03(g/m)
3
55-60
4,46(g/m)
3,4(g/m)
2,76(g/m)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: bahwa
setiap hasil pengujian lada memiliki kadar air yang berbeda. Kadar air yang sesuai dengan
SNI mutu lada putih yang telah ditentukan terdapat pada variasi waktu pengeringan 75-
90 menit dengan suhu 55℃-60℃.Sedangkan, kadar air tertinggi atau tidak sesuai dengan
standar mutu terdapat pada variasi waktu pengeringan 60-90 menit pada suhu 45℃-55℃
dan pada waktu pengeringan 60 menit pada suhu 55℃-60℃. Waktu dan suhu proses
pengeringan sangat berpengaruh pada laju pengeringan lada putih. Laju pengeringan
tertinggi terjadi pada waktu 60 menit dengan suhu pengeringan 45℃-50℃ dengan
menghasilkan perpindahan massa uap air sebesar 5 g/m.
Pengaruh Bentuk Sirip Straight Angled dan Right Angled pada Alat Pengering Lada
Tipe Rotary Dryer Berbahan Bakar Biomassa Terhadap Parameter Proses Pengeringan
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 300
Bibliografi
Ahmar, Afdhalul, Mustaqimah, Mustaqimah, & Nurba, Diswandi. (2021). Kinerja Ghe
Vent Dryer Dengan Menggunakan Lilin Sebagai Penyimpan Panas. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian, 6(4), 586–593.
Amang, Bayu Aditya. (2016). Relasi Pemilik Kapital Dengan Kekuasaan Dalam Tata
Niaga Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk. Jurnal Politik Muda, 5(3), 321–332.
Ambo Intang, S. T., & Nursiwan, S. T. (2021). Aplikasi Termodinamika: Analisa
Eksergi Siklus Kompresi Uap Sistem Pompa Panas pada AC ¾ Pk. Media Sains
Indonesia.
Eka Permana, Gilang. (2019). Analisis Komponen Minyak Atsiri Lada Putih (Piper
Nigrum L) Menggunakan Kg-Sm.
Fonna, Nurdianita. (2019). Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam Berbagai
Bidang. Guepedia.
Handayani, Pitri. (2019). Eksplorasi Flora Potensial Sebagai Tanaman Hias Di Kawasan
Wisata Air Terjun Talalang Jaya Desa Telentam Kabupaten Merangin.
BIOCOLONY, 2(1), 8–14.
Handayani, Sri, Lukitasari, Marheny, & Widiyanto, Joko. (2018). Studi etnobotani
tumbuhan berkhasiat obat (Ordo Rutales, Myrtales dan Euforbiales) di Kecamatan
Plaosan. Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS, 3.
Hasnunidah, Neni, & Juli Wiono, Wisnu. (2019). Botani Tumbuhan Tinggi. Graha Ilmu.
Karim, Abdul. (2014). Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Fikrah, 2(2).
Kartasubrata, Junus. (2019). Sukses Budi Daya Tanaman Obat. PT Penerbit IPB Press.
Muljadi, Muljadi, & Syamsudin, Syamsudin. (2021). Peningkatan Kualitas SDM Serta
Pengembangan Produk dan Penerapan Teknologi Pada Koperasi Produksi di
Provinsi Banten. Community Services and Social Work Bulletin, 1(2), 95–112.
Ngafifi, Muhamad. (2014). Kemajuan teknologi dan pola hidup manusia dalam
perspektif sosial budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi,
2(1).
Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. (2016). Penyakit pada tumbuhan obat-obatan, rempah-
bumbu dan stimulan. Universitas Brawijaya Press.
Soolany, Christian, & Aji, Dhimas Oki Permata. (2022). Desain Pengering Biji Kopi
Berenergi Limbah Biomassa Pertanian untuk Meningkatkan Kualitas Biji Kopi.
AME (Aplikasi Mekanika Dan Energi): Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 8(1), 29–34.
Wandira, Silvia, Lindawati, Lindawati, & Noverita, Diah. (2019). Leksikon Rempah-
Rempah di Minangkabau. Jurnal Elektronik WACANA ETNIK, 8(2).
Zamharir, Zamharir, Sukmawaty, Sukmawaty, & Priyati, Asih. (2016). Analisis
Pemanfaatan Energi Panas pada Pengeringan Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.) dengan menggunakan Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK): Analysis of
Heat Energy Utilizationin Onion (Allium ascalonicum, L.)
DryingusingGreenHouses Gasses (GHG) Drye. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian
Dan Biosistem, 4(2), 264–274.