Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan E-Commerce di
Bursa Efek Indonesia
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 2, Februari 2022 246
Karena ingin tahu lebih banyak dan tertarik dengan Islam, hal ini sepertinya yang
membuat Rae menekuni bidang kajian Islam; 'I wanted to understand the Middle East.
No one writing in the fifties and sixties predicted that Islam would play such a significant
part in the politics of the area. (109). Dari sini memang sepertinya terlihat bahwa Rae
ingin mempelajari Islam untuk kepentingan politik. Hal ini mungkin yang menyebabkan
bahwa Yasmin, sekretaris Rae menyebutnya orientalis.
Namun, banyak mempelajari Islam sepertinya membuat Rae mengetahui kebenaran
dalam Islam, dan hal ini terlihat dari apa yang ia katakan kepada Sammar bahwa “he
believes that the Qur'an is a sacred text . . .' (93)”. Rae juga selalu mengatakan kepada
Sammar bahwa; “You make me feel safe, I feel safe when I talk to you (51, 64)”. Jika
dilihat dari arti kata islam yang dapat berarti keselamatan, maka akan terlihat bahwa kata
“safe” di sini mengacu pada Islam. Itu berarti ada kemungkinan bahwa yang dimaksud
Rae di sini ialah ia menemukan kedamaian dalam Islam.
Namun tidaklah mudah bagi Rae untuk menjadi seorang peneliti Kristen yang tau
banyak tentang Islam dan sepertinya lebih mendukung Islam dari pada agamanya sendiri.
hal ini bahkan menyebabkan Rae dimarahi oleh atasannya:
You are a disgrace to our universities, we pay taxes . . . You don't know what,! .
you're talking about, fighter-planes aren't enoughfor this war. We need to drop an
atomic bomb once and for all . . . And after a radio programme, Is This War A
Holy War?, You wog bastard, may I remind you that England is a Christian
country, and it would be a good thing for you and all the rest of the odious wog
bastards were to go back to the land of Allah . Since you bastards came to
England this country has become the asshole of the West . . .105
Dari kutipan di atas sepertinya terdapat sebuah kondisi multikultural di mana seperti
yang dikatakan oleh Budianta (2003) bahwa “Multikulturalisme sangat rentan terjebak
dalam politik identitas (Al-Farisi, 2020). Dalam memperjuangkan pengakuan atas
keragaman budaya, orang berbicara atas nama satu kelompok budaya tertentu
(Suryadinata, 2014), dengan identitas tertentu, antara lain yang mengacu pada etnisitas
(Adiwilaga, Ridha, & Mustofa, 2017), ras, agama, atau daerah.” Namun, walaupun
dimarahi oleh atasannya Rae hanya tersenyum.
Penelitian Rae terhadap Islam tidak serta merta membuat Rae masuk Islam bahkan
ketika diminta oleh Sammar. Karena memang Rae masih ragu; “I have to he sure. I would
despise myself if I wasn't sure” (128). 'Nothing is obvious to me”128. Dari kutipan ini
memang terlihat bahwa Rae masih mencari identitas agamanya. Dan Rae seperti ingin
memeluk sebuah agama yang ia rasa melalui dirinya memang benar; “I wanted to be the
one of the few who was saying what was reasonable and right.' (126)”.
Namun, pada akhirnya Rae pun memutuskan untuk memeluk Islam dengan alasan
“'I found out at the end, that it didn't have anything to do with how much I've read or how
many facts I've learned about Islam. Knowledge is necessary, that's true. But faith, it
comes direct. from Allah (198). Dari sini terlihat bahwa Rae masuk Islam karena
menurutnya ini merupakan petunjuk Allah SWT (Nasbi, 2015). Dan juga dari sini terlihat
bahwa ia memang menemukan kebenaran dalam Islam dari segi pengetahuan.
Dari sini terlihat bahwa dalam menemukan Identitas agamanya, secara tidak
langsung berkaitan dengan Sammar sebagai translatornya dan juga berkaitan dengan
pekerjaanya hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hall (dalam Helen, 2004: 162)
bahwa “Identity is in constant production and exists at the point of intersection between
the individual and other determining structures and institutions”. Dari kutipan ini terlihat
bahwa Identitas seseorang juga dipengaruhi oleh institusi di mana ia berada. Dan itu terus