Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2021 162
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi:pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN :2745-5254
Vol. 3, No.1 Januari 2022
PENGOLAHAN BIOMASSA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI
BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
Dino Erivianto1, Ahmad Dani2, Haris Gunawan3
Program Studi Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Sinar Husni
Email: [email protected], ahmad.kartasasmita@gmail.com, gharis77@yahoo.com
Abstrak
Selain menghasilkan produk utama CPO sebanyak 22% dari proses pengolahan
tandan buah segar kelapa sawit, juga menghasilkan produk samping berupa cangkang
6%, fiber 13% dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) 22%. Cangkang dan fiber
digunakan sebagai bahan bakar boiler di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), sedangkan
TKKS dibiarkan begitu saja di PKS atau diolah menjadi pupuk. TKKS memiliki
potensi sebagai sumber energi terbarukan. Dalam penelitian ini akan menyetarakan
TKKS sebagai sumber energi terbarukan dengan cara pengolahan TKKS terlebih
dahulu melalui proses kempa untuk menghilangkan kandungan air maupun minyak
dan menghasilkan minyak CPO sebesar 2% dan serabut TKKS sebesar 85% dengan
nilai energi panas sebesar 1.943 kkal/kg. Penelitian juga membandingkan nilai
ekonomis dari TKKS, cangkang, fiber dan batubara sebagai bahan bakar PLTU
kapasitas 70 ton/jam. Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1 kWh
membutuhkan serabut TKKS sebanyak 1,96 kg/jam atau 2,31 kg/jam TKKS dengan
biaya bahan bakar sebesar Rp 277, -/kWh, cangkang sebanyak 1,07 kg/jam sebesar
Rp 749,-/kWh, fiber 1,63 kg/jam sebesar Rp 285,-/kWh dan batubara sebanyak 0,58
kg/jam sebesar Rp 870,-/kWh sedangkan harga jual listrik ke PLN sebesar Rp 870,-
/kWh. Keuntungan penjualan listrik terbesar ke PLN diperoleh dari bahan bakar
TKKS sebesar Rp 8.895.000,-/jam dan penjualan CPO dari pengolahan TKKS
sebesar Rp 4.146.000,-/jam.
Kata kunci: kelapa sawit, TKKS, kalori, PLTU, ekonomis
Abstract
In addition to producing the main product of CPO as much as 22% from the
processing of oil palm fresh fruit bunches, it also produces by-products in the form
of 6% shell, 13% fiber and 22% empty oil palm fruit bunches (TKKS). The shell and
fiber are used as boiler fuel in the Palm Oil Mill (PKS), while the EFB is left alone
in the PKS or processed into fertilizer. TKKS has potential as a renewable energy
source. In this study, we will equalize EFB as a renewable energy source by
processing EPEFB first through the compression process to remove water and oil
content and produce CPO oil by 2% and EFB fibers by 85% with a thermal energy
value of 1,943 kcal/kg. The study also compared the economic value of OPEFB,
shells, fiber and coal as fuel for PLTU with a capacity of 70 tons/hour. To produce
1 kWh of electrical energy requires 1.96 kg/hour EFB fibers or 2.31 kg/hour EFB
with a fuel cost of Rp. 277, -/kWh, shells of 1.07 kg/hour of Rp. 749,- /kWh, fiber 1.63
kg/hour at Rp. 285,-/kWh and coal as much as 0.58 kg/hour at Rp. 870,-/kWh while
Pengolahan Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Uap
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 163
the selling price of electricity to PLN is Rp. 870,-/kWh. The biggest profit from selling
electricity to PLN was obtained from TKKS fuel of Rp. 8,895,000,-/hour and CPO
sales from TKKS processing of Rp. 4,146,000,-/hour.
Keyword : palm oil, EFB, calories, PLTU, economical
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia
memiliki sumber daya alam yang tak terhingga (Arsyad, 2020). Keuntungan ini memang
karena letaknya yang dilewati garis khatulistiwa sehingga banyak tumbuhan yang bisa
hidup di tanah yang cukup subur ini. Salah satu dari banyaknya tumbuhan tersebut adalah
kelapa sawit. Kelapa Sawit merupakan tanaman budidaya penghasil utama minyak nabati
yaitu Crude Palm Oil (CPO) (Maruli Pardamean, 2012). Saat ini Indonesia merupakan
negara penghasil utama minyak nabati kelapa sawit terbesar dunia. Perkebunan kelapa
sawit terbesar di Indonesia terdapat di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua. Tahun 2017 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,03 juta
ha dengan produksi 37,8 juta ton.(Direktorat Jenderal Perkebunan 2016, 2017)
Meningkatnya perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia secara pesat,
akan berdampak pada meningkatnya produktivitas pengolahan tandan buah segar (TBS)
kelapa sawit dan produk samping (limbah) yang dihasilkan. Limbah padat yang
dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit berupa cangkang 6%, fiber 13% dan tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) 22% (Notosudjono, 2012).
TKKS merupakan limbah padat terbesar dari proses pengolahan TBS kelapa sawit
dan menjadi masalah terbesar bagi pabrik kelapa sawit (PKS) yang dihadapi selama ini.
Umumnya TKKS dibiarkan begitu saja di PKS atau dijadikan pupuk dengan cara
pembasahan (damping) ataupun dibakar dalam incinerator, sedangkan untuk limbah
cangkang dan fiber dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler di PKS.(Sri Wahyono,
2008) TKKS diketahui mengandung kadar air yang sangat tinggi sekitar 60%-65%, dan
mengandung potasium (K) yang mencapai 2,4%, selain itu juga diketahui mengandung
klorin (Cl). Efek korosi akan meningkat dengan meningkatnya kandungan Cl, dan unsur
potasium dapat berperan dalam pembentukan deposit pada superheater yang dapat
mengganggu proses pemindahan panas di tungku boiler (Wijono, 2014).
TKKS digunakan sebagai bahan organik bagi tanaman kelapa sawit secara
langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan secara langsung dengan menjadikan
TKKS sebagai material penutup budidaya untuk menjaga kelembaban tanah (mulsa)
sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai pupuk organik di PKS.(Pahan, 2008)
Pemanfaatan dengan cara tersebut hanya menghasilkan nilai tambah yang
terendah didalam proses pengolahan TKKS sehingga diperlukan suatu pengolahan yang
tepat untuk mendapatkan nilai tambah yang besar dan menjadi keuntungan bagi
perusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu kesetaraan biomassa dalam pengolahan limbah
kelapa sawit. Kesetaraan biomassa dalam pengembangan energi sebagai energi
Dino Erivianto, Ahmad Dani, Haris Gunawan
164 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Jannuari 2022
terbarukan (renewable energy) merupakan suatu keharusan dalam uapaya mengatasi
defisit energi saat ini.(Febijanto, 2007)
Penelitian ini akan membahas TKKS yang dimanfaatkan sebagai sumber energi
terbarukan (renewable energy). Pemanfaatan TKKS sebagai sumber energi terbarukan
harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Proses pengolahan yang dilakukan
melalui pengempaan bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan minyak yang
terkandung didalam TKKS serta menjadi serabut agar mudah terbakar untuk digunakan
sebagai bahan bakar boiler pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).(Nur, 2014)
Penelitian ini bertujuan untuk mengubah masalah menjadi solusi, bahkan
memberikan nilai tambah ekonomi bagi PKS terhadap banyaknya limbah TKKS yang
dihadapi selama ini (Tarkono & Ali, 2016). Kemampuan konversi ini akan membuat
persoalan limbah TKKS dapat teratasi dengan tuntas, sedangkan pada aspek ekonomi,
limbah TKKS diubah menjadi energi listrik akan menghasilkan keuntungan yang lebih
besar bila dibandingkan dengan pemanfaatan TKKS hanya sebagai pupuk. Hingga pada
dasarnya semua produk samping kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
baru terbarukan sesuai dengan pemanfaatan yang diinginkan (Zero Emissions) model
linier konvensional.(Syukri, 2014)
Metode Penelitian
Konversi energi tingkat pertama yang berlangsung dalam PLTU adalah konversi
energi primer menjadi energi panas. Hal ini dilakukan dalam ruang bakar dari boiler.
Energi panas dipindahkan ke dalam air yang ada dalam pipa boiler untuk menghasilkan
uap yang dikumpulkan di dalam drum pada boiler. Uap dari drum boiler dialirkan ke
turbin uap. Dalam turbin uap, energi uap di konversikan menjadi energi mekanis untuk
memutar generator, dan energi mekanis yang berasal dari generator di konversikan
menjadi energi listrik.
Penelitian ini menggunakan data PLTU dengan boiler kapasitas 70 ton/jam
dengan tekanan uap 36 kg/cm2, temperatur 380O C dan daya yang dihasilkan 15 MW.
Adapun spesifikasi boiler sebagai berikut :
a. Merk Boiler : Takuma
b. Type : N2200
c. Kapasitas uap (Q) : 70.000 kg/jam
d. Temperature uap (Tu) : 380ᴼ C
e. Tekanan uap (Pu) : 36 kg/cm²
f. Temperature air umpan : 105ᴼ C
g. Efisiensi boiler (η) : 80 %
h. Kalori bahan bakar : 3.565 kcal/kg (Cangkang), 2.340 kcal/kg (fiber), 6.600
kcal/kg (batubara) dan 1.943 kcal/kg (serabut TKKS)
dimana nilai entalphi pada suhu :
Temperatur uap 380ᴼ C sebesar 757,44 Kcal/kg dan Temperatur air umpan 105ᴼ C
sebesar 105,16 Kcal/kg
Pengolahan Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Uap
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 165
Pada umumnya PKS menggunakan metode langsung pada perhitungan boiler
[1,4,6]. Pada metode langsung tersebut perhitungan efisiensi boiler dapat dievaluasi
dengan menggunakan rumus :
Efisiensi (η) = 
 x 100%
= 󰇛󰇜
 x 100% (1)
q bahan bakar = 
 (2)
Steam Rate Turbine =
 = 
 (3)
Kebutuhan bahan bakar/ton uap = 
 =
 (4)
Banyaknya uap/kg bb = 
 = 
 (5)
kWh = 


(6)
Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metode langsung
adalah:
a. Jumlah steam boiler yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam
b. Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
c. Tekanan kerja dalam kg/cm2(g)
d. Suhu air umpan (ᴼC)
e. Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg bahan
bakar
f. hg adalah Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
g. hf adalah Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
Pegolahan Tandan Kosong
Buah dilepas dari tandannya menggunakan mesin pelepas buah (Threseher
Station), buah akan masuk ke konveyor menuju digester untuk diolah menjadi CPO
sedangkan tandan kosong jatuh ke konveyor menuju pembuangan. TKKS mengandung
minyak yang selama ini merupakan salah satu kehilangan minyak sekitar 2% yang telah
lama diabaikan. TKKS diproses dengan menggunakan mesin pemeras tandan kosong
(Empty Fress Bunch). Fungsi mesin pres/kempa (lihat Gambar 4) adalah untuk
memisahkan air dan minyak dari tandan kosong yang terikut pada TKKS saat proses
perebusan berlangsung. Pemisahan air dan minyak dengan cara mesin berputar dengan
satu arah dengan arus listrik 100 ampere sehingga tandan yang masuk dari bagian atas
mesin ikut berputar sehingga air, minyak terpisah dari tandan. Minyak dan air masuk ke
tangki jus press TKKS melalui pipa di bagian bawah belakang mesin press tandan,
sedangkan ampas press tandan terus berputar keluar sampai dibagian depan mesin press
dan jatuh ke konveyor bagian bawah mesin press tandan menuju pembuangan limbah.
Dino Erivianto, Ahmad Dani, Haris Gunawan
166 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Jannuari 2022
Gambar 4 Mesin Kempa TKKS
Pada proses pengolahan TKKS tersebut menghasilkan serabut TKKS sebesar 85%
(850 kg) dan limbah sebesar 15% (150 kg) dari tiap ton TKKS yang diolah (lihat Gambar
5). Limbah dari proses pengolahan sebesar 15% memiliki kandungan air dan minyak yang
terikut pada TKKS saat perebusan TBS.
(a) (b)
Gambar 5 (a) Serabut TKKS [4]; (b) CPO dari Pengempaan TKKS
Pada proses pengempaan, kandungan air dan minyak yang terdapat di TKKS akan
terpisah dari serabut TKKS. Kandungan air dan minyak akan masuk kedalam limbah
TKKS, sehingga perlu dilakukan proses penyaringan dan menyeterilkan minyak dan air
agar mendapatkan minyak CPO yang bersih. Proses penyaringan minyak dan air dari
limbah TKKS sebesar 15% tersebut akan menghasilkan CPO 2%, air 9% dan solid 4%.
Hasil dan Pembahasan
Perhitungan dan Biaya Bahan Bakar PLTU
Rancangan penelitian ini melakukan perbandingan penggunaan bahan bakar
Pengolahan Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Uap
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 167
PLTU dengan mengunakan biomassa dari cangkang (shell), serat (Fiber), batubara dan
serabut TKKS. Hasil dari perbandingan banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan dan
besarnya biaya yang dikeluarkan (diperlihatkan pada Tabel 2), dengan harga beli limbah
padat kelapa sawit dan batubara saat ini sebesar :
a. Cangkang (Shell) seharga Rp 700/kg
b. Serabut (Fiber) seharga Rp 175/kg
c. Batubara seharga Rp 1500/kg
d. TKKS seharga Rp 120/kg
Kebutuhan kalor dalam ruang bakar boiler pada PLTU berkapasitas 70 ton/jam
dengan tekanan uap 36 kg/cm2 dan temperatur 380O C serta daya yang dihasilkan 15 MW
adalah sebesar 57.074.500 kcal/jam. Dengan membandingkan nilai kalori yang
terkandung didalam masing-masing bahan bakar cangkang sebesar 3.565 kcal/kg, fiber
sebesar 2.340 kcal/kg, batubara sebesar 6.600 kcal/kg dan serabut TKKS sebesar 1.943
kcal/kg, maka banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan pada ruang bakar boiler sebanyak
16.010 kg cangkang, 24.391 kg fiber, 8.648 kg batubara dan 29.375 kg serabut TKKS
atau 34.559 kg TKKS. Harga beli bahan bakar cangkang sebesar Rp 700,-/kg, fiber Rp
175,-/kg, batubara Rp 1.500,-/kg dan TKKS Rp 120,-/kg sehingga besarnya biaya bahan
bakar yang dibutuhkan untuk daya 15 MW pada cangkang sebesar Rp 11.207.000,-/jam,
fiber sebesar Rp 4.268.425,-/jam, batubara Rp 12.972.000,-/jam dan TKKS sebesar
4.147.080,-/jam.
Tabel 1 Biaya Dan Kebutuhan Bahan Bakar
Hasil yang didapat dari perhitungan perbandingan biaya bahan bakar cangkang,
fiber, batubara dan TKKS sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 2 didapatkan biaya
termurah secara berurut adalah TKKS sebesar Rp 4.147.080,-/jam, fiber sebesar Rp
4.268.425,-/jam, cangkang sebesar Rp 11.207.000,-/jam dan batubara sebesar Rp
12.972.000,-/jam.
Tabel 2 Biaya kWh Bahan Bakar dan Harga Jual listrik
Jenis Bahan
Bakar
Cangkang
Fiber
Batubara
TKKS
Serabut TKKS
TKKS
Kcal/Kg Bahan
Bakar
3.565
2.340
6.600
1.943
Kcal/Jam Boiler
Kg/Jam Bahan
Bakar
16.010
24.391
8.648
29.375
34.559
Rp/Kg Bahan
bakar
700
175
1.500
120
Rp/Jam Bahan
Bakar
11.207.000
4.268.425
12.972.000
4.147.080
Dino Erivianto, Ahmad Dani, Haris Gunawan
168 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Jannuari 2022
Biaya produksi untuk menghasilkan energi listrik dalam kWh dari masing-masing
bahan bakar yang ditampilkan pada Tabel 3, merupakan lanjutan pada perhitungan atas
banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan yang ditampilkan pada Tabel 2 serta Steam Rate
Turbine dari boiler yang digunakan, sehingga banyaknya bahan bakar yang dibutuhkan
pada cangkang, serat, batubara dan serabut TKKS adalah sebesar 1,07 kg cangkang/kWh,
1,63 kg serat/kWh, 0,58 kg batubara/kWh dan 1,96 serabut TKKS/kWh atau 2,31 kg
TKKS/kWh. Besarnya biaya bahan bakar yang dikeluarkan berdasarkan harga masing-
masing bahan bakar adalah sebesar Rp 749,-/kWh untuk cangkang, Rp 285,-/kWh untuk
serat, Rp 870,-/kWh untuk batubara dan Rp 277,-/kWh untuk TKKS.
Energi listrik yang dihasilkan dari PLTU berkapasitas 70 ton/jam tersebut dapat
dijual ke PLN, yang mana ketentuan dari PLN harga energi listrik dalam kWh untuk
PLTU berbahan bakar biomassa sebesar Rp 870,-/kWh. Sehingga keuntungan yang
didapat dari penjualan energi listrik dengan dikurangi biaya bahan bakar yang
dikeluarkan masing-masing bahan bakar adalah sebesar Rp 121,-/kWh untuk cangkang,
Rp 585,-/kWh untuk fiber dan Rp 593,-/kWh untuk TKKS. Sedangkan pada bahan bakar
batubara tidak mendapatkan keuntungan penjualan energi listrik dikarenakan biaya bahan
bakar dengan harga jual energi listrik ke PLN sama.
Tabel 3 Selisih Biaya Operasional Dengan Keuntungan Penjualan CPO Dari TKKS
Pada proses pengempaan, kandungan air dan minyak yang terdapat di TKKS akan
terpisah dari serabut TKKS. Proses pengolahan ini menghasilkan serabut TKKS sebesar
Harga
Cangkang
(Shell)
Serat
(Fiber)
Batubara
Serabut
TKKS
TKKS
Kg BB/kWh
1,07
1,63
0,58
1,96
2,31
Harga BB/Kg
700
175
1500
120
Rp Per kWh
749
285
870
277
Harga Jual Listrik ke PLN
Rp/kWh
870
Selisih Harga Per kWh
121
585
0
593
Limbah
TKKS
Serabut TKKS
CPO
100%
85%
2%
Kg/Jam
34.559
29.375
691
Harga Rp
120
6.000
Harga Rp/Jam
4.147.080
4.146.000
Biaya Operasional PLTU/jam
1.080
Pengolahan Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Uap
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 169
85% dan limbah TKKS sebesar 15%. Kandungan air dan minyak akan masuk kedalam
limbah TKKS, sehingga perlu dilakukan proses penyaringan dan menyeterilkan minyak
dan air agar mendapatkan minyak CPO yang bersih. Proses penyaringan minyak dan air
dari limbah TKKS sebesar 15% tersebut akan menghasilkan CPO 2%, air 9% dan solid
4%. Kebutuhan biomassa dari TKKS untuk bahan bakar PLTU 70 ton/jam sebanyak
34.559 kg, setelah melakukan proses pengempaan menghasilkan serabut TKKS sebanyak
29.375 kg/jam dengan harga beli TKKS sebesar Rp 120,-/kg dan minyak CPO sebanyak
691 kg/jam. Harga minyak CPO saat ini sebesar Rp 6000,-/kg, sehingga total keuntungan
dari penjualan CPO sebesar Rp 4.146.000.-/jam. Sedangkan biaya bahan bakar PLTU
sebesar Rp 4.147.080,-/jam. Jika membandingkan selisih biaya bahan bakar dengan hasil
penjualan CPO sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4, maka biaya operasional PLTU
tersebut sebesar Rp 1.080,-/jam.
Kajian Ekonomis TKKS
Kebutuhan akan serabut TKKS pada PLTU untuk menghasilkan daya listrik 15
MW sebanyak 29.375 kg serabut TKKS/jam maka persedian bahan utama TKKS untuk
memenuhi kebutuhan serabut TKKS sebanyak 34.559 kg TKKS/jam dan CPO yang
dihasilkan sebesar 691 kg/jam dengan harga jual Rp 6000,-/kg. Biaya bahan bakar PLTU
15 MW sebesar Rp 277,-/kWh sedangkan harga jual listrik PLTU ke PLN sebesar Rp
870,-/kWh. Dengan membandingkan Tabel 3 dan Tabel 4 diatas, maka keuntungan dalam
pemanfaatan TKKS sebagai bahan bakar PLTU melalui proses pengempaan akan
memberikan efisiensi dan keuntungan yang sangat besar baik dari penjualan listrik/kWh
maupun CPO dari TKKS.
Jika efisiensi dikaji dari penjualan listrik ke PLN, maka keuntungan PKS sebesar
Rp 593,-/kWh sehingga total keutungan penjualan energi listrik sebesar Rp 8.895.000,-
/jam (Rp 593,-/kWh x 15.000 kW). Keuntungan tambahan dari penjualan CPO
pengolahan TKKS sebesar Rp 4.146.000,-/jam (691 kg/jam x Rp 6000,-/kg). Jadi total
keuntungan yang didapat sebesar Rp 13.041.000,-/jam.
Dengan demikian kesetaraan biomassa dalam pengembangan energi sebagai
sumber energi terbarukan (renewable energy) pada TKKS merupakan suatu keharusan
dalam uapaya mengatasi defisit energi. Mengingat pemanfaatan dan pengolahan TKKS
yang tepat akan menghasilkan kesetaraan biomassa yang tidak kalah dengan biomassa
lainnya.
Kesimpulan
TKKS diketahui mengandung kadar air yang sangat tinggi sekitar 60%-65%, dan
mengandung potasium (K) yang mencapai 2,4%, selain itu juga diketahui mengandung
klorin (Cl) yang dapat mengganggu proses pemindahan panas di tungku boiler. Sehingga
perlu dilakukan proses pengolahan TKKS sebagai bahan bakar PLTU melalui proses
pengempaan terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan air, potasium (K) dan
klorin (C). Proses pengolahan TKKS akan menghasilkan minyak CPO sebanyak 691
kg/jam dengan harga jual CPO sebesar Rp 6000,-/kg dan PLTU dengan bahan bakar
Dino Erivianto, Ahmad Dani, Haris Gunawan
170 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Jannuari 2022
TKKS untuk menghasilkan energi listrik membutuhkan biaya sebesar Rp 277,-/kWh
sedangkan harga jual energi listrik ke PLN sebesar Rp 870,-/kWh.
Keuntungan dari penjualan listrik ke PLN sebesar Rp 8.895.000,-/kWh (Rp 593,-
/kWh x 15.000 kW) dan penjualan CPO sebesar Rp 4.146.000 (691 kg/jam x Rp 6000,-
/kg). Sehingga total keuntungan sebesar Rp 13.041.000,-/jam. Dengan mengkaji
kesimpulan dari penelitian ini maka PLTU berbahan bakar biomassa dari TKKS layak
untuk dibangun. Pembangunannya bisa dengan skema pemilik kebun sawit dan PKS
sebagai pengelola PLTU Biomasa maupun skema pemilik kebun dan PKS sebagai
penyedia bahan bakar dan investor sebagai pengelola PLTU Biomasa. Pada dasarnya
semua produk samping kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru
terbarukan sesuai dengan pemanfaatan yang diinginkan (Zero Emissions) model linier
konvensional.
Pengolahan Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Uap
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 1, Januari 2022 171
Bibliografi
Arsyad, Nasrullah. (2020). Yurisdiksi Indonesia Di Laut Natuna: Perspektif Hukum
Internasional. PETITUM, 8(1 April), 2036.
Direktorat Jenderal Perkebunan 2016. (2017). Statistik Perkebunan Indonesia 2016-2018:
Kelapa sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan - Kementerian Pertanian, 55.
Febijanto, Irhan. (2007). Potensi Biomasa Indonesia Sebagai Bahan Bakar Pengganti
Energi Fosil. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia, 9(2).
Maruli Pardamean, Q. I. A. (2012). Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya.
Notosudjono, D. (2012). Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa Sawit untuk Bahan Bakar.
Kepala Biro Perencanaan Ristek. Guru Besar Universitas Pakuan Bogor.
Nur, Syukri Muhammad. (2014). Business Proposal Untuk Pembangkit Listrik dan
Produk Bioenergi Berbasis Sawit. PT. Insan Fajar Mandiri Nusantara.
Pahan, Iyung. (2008). Panduan Budidaya Kelapa Sawit untuk Pekebun oke - Google
Books.
Sri Wahyono, Firman L. Sahwandan dan Feddy Suryanto. (2008). Tinjauan Terhadap
Perkembangan Penelitian Pengolahan Limbah Padat Pabrik Kelapa Sawit.
Syukri, M. Nur. (2014). Karakteristik kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Bioenergi. PT.
Insan Fajar Mandiri Nusantara.
Tarkono, Tarkono, & Ali, Hadi. (2016). Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Sebagai Material Teknik.
Wijono, Agung. (2014). PLTU Biomassa Tandan Kosong Kelapa Sawit Studi Kelayakan
Dan Dampak Lingkungan. Simposium Nasional RAPI XIII, (Cl), 111118.