2099
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi:p–ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN :2745-5254
Vol. 2, No.12 Desember 2021
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IXF
SMP NEGERI 7 SEMARANG DENGAN METODE JIGSAW (STUDI KASUS
METODE JIGSAW DI KELAS IXF SMPN 7 SEMARANG, JAWA TENGAH)
Bagus Baryadi Sihjati
SMPN 7 Semarang
Abstrak
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis cerpen di kelas IX SMP. Untuk mencapai tujuan tersebut,
digunakan metode penelitan dengan pendekatan mixing methods (metode yang
memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif). Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis
cerpen meningkat setelah guru menerapkan metode JIGSAW.
Kata kunci: Menulis Cerpen, Metode JIGSAW
Abstract
In general, this study aims to improve students' ability in writing short stories in class
IX of junior high school. To achieve this goal, a research method with aapproach is
used mixing methods (a method that combines qualitative and quantitative
approaches). This research is a classroom action research (CAR) which was
conducted in two cycles. The results of this study indicate that the learning process
and students' ability in writing short stories increased after the teacher applied the
JIGSAW method
Keywords: Short Story Writing, JIGSAW Method
Pendahuluan
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mutlak harus
dikuasai oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP). Keterampilan menulis
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Dengan menulis, siswa
dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang lain. Kompetensi dasar
mata pelajaran bahasa Indonesia aspek bersastra SMP kelas IX untuk sub aspek
menulis dijelaskan bahwa siswa harus mampu menulis cerpen bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami (Telaumbanua, 2020).
Menulis cerpen adalah menarasikan berbagai kejadian baik nyata ataupun hasil
rekaan ke dalam bentuk tulisan yang habis dibaca sekitar 10 menit atau terdiri atas
500 hingga 5000 kata yang kejadiannya sengaja disusun berdasarkan urutan waktu.
(Telaumbanua, 2020). Untuk mencapai standar kompetensi tersebut, proses
Bagus Baryadi Sihjati
2100 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 12, Desember 2021
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran teori-teori sastra,
tetapi lebih menekankan praktik menulis agar tuntutan standar kompetensi tersebut dapat
dicapai (Suhaety, 2019).
Mengingat pentingnya keterampilan menulis cerpen bagi siswa, maka kesulitan-
kesulitan siswa dalam kegiatan ini harus diatasi (Wahyuna, 2018). Upaya yang dapat
dilakukan antara lain, menyiapkan skenario pembelajaran yang menarik minat siswa
dengan pemilihan tema yang sederhana, sedang dan akhirnya tema-tema yang update
(kekinian). Hendaklah tema-tema yang diplih tersebut dekat dengan dunia anak
sesuai dengan karakteristik kultur sosial budaya masyarakat lingkungan siswa
(Suhaety, 2019).
Berdasarkan observasi tersebut, peneliti akan mencoba menerapkan salah satu
metode yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siswa dalam pembelajaran
kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain
untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk
aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan masalah
dalam belajar. Tipe Jigsaw melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus siswa
belajar serta mengajarkan apa yang dipelajari kepada orang lain.
Metode Penelitian
Metode pembelajaran Jigsaw termasuk kedalam metode pembelajaran kooperatif.
Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran di mana siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda (Ahmadi &
Amri, 2010). Dengan demikian, pembelajaran Jigsaw akan memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengkonstruksikan sendiri konsep yang sudah disampaikan dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih meningkatkan aktivitasnya dalam pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan
dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang dipelajari pada papan tulis,
penanyangan power point dan sebagainya. Lalu guru menanyakan kepada siswa tentang
topik yang akan dipelajari. Metode Jigsaw merupakan metode yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan
materi tersebut tidak mengharuskan uraian penyampaian (Zaini, Munthe, & Aryani,
2008). Melalui belajar dari teman sebaya dengan bimbingan guru, maka proses
penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang
dipelajari (Halid, 2021). Proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan lancar jika
guru sungguh-sungguh melaksanakan perannya dengan baik. Keberhasilan belajar
menurut metode ini bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individual secara
utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terstruktur dengan baik (Suwandi
& Wardani, n.d.).
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas IX F Smp Negeri 7 Semarang
Dengan Metode JIGSAW (Studi Kasus Metode JIGSAW di Kelas IX F SMPN 7
Semarang, Jawa Tengah)
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 12, Desember 2021 2101
Hasil dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan menerapkan strategi
pembelajaran metode jigsaw dalam pembelajaran menulis cerpen, dilakukan secara
bertahap (Wagiyo, 2016). Kegiatan dimulai dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran, dilanjutkan dengan implementasi tindakan, pengamatan dan refleksi. Hal-
hal yang diperoleh sebagai hasil penelitian tindakan kelas diungkapkan di bawah ini.
Deskripsi Awal Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen
Sebelum pelaksanaan tindakan kelas dimulai, guru Bahasa Indonesia mengadakan
wawancara dan mengadakan kegiatan pratindakan (tes awal) menulis cerpen untuk
mengetahui kemampuan awal siswa kelas IXF SMP Negeri 7 Semarang dalam menulis
cerpen. Observasi kemampuan awal menulis cerpen siswa juga dilakukan dengan
penyebaran angket untuk mengetahui minat mereka terhadap pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya menulis cerpen. Angket tersebut digunakan untuk mengukur
perubahan yang terjadi pada saat sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan
tindakan.
Dalam proses pembelajaran, terkadang siswa mengalami kesulitan. Kegiatan
menulis cerpen memerlukan teknik atau strategi pembelajaran tertentu agar menarik
perhatian siswa dan memunculkan minat siswa untuk menulis cerpen (Yanda &
Ramadhanti, 2019). Siswa sering menggunakan teknik atau strategi pembelajaran tertentu
dalam kegiatan menulis cerpen (soal no.6), 22,58% siswa menyatakan bahwa
menggunakan teknik atau strategi pembelajaran tertentu dalam menulis cerpen,jawaban
kadang-kadang dipilih 45,16% siswa dan sebesar 32,25% siswa menjawab tidak
menggunakan teknik atau strategi pembelajaran dalam menulis cerpen. Di sekolah, belum
dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis cerpen. Hal tersebut
berdasarkan 74,19% siswa menjawab bahwa di sekolah tidak dilakukan bimbingan secara
intensif dalam kegiatan menulis cerpen. 25,80% siswa menjawab kadang-kadang
dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis cerpen, dan 0% siswa yang
menjawab ya, jika di sekolah dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis
cerpen.
Artinya, di sekolah perlu dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan
menulis cerpen dan guru harus pandai memilih teknik atau strategi pembelajaran yang
mampu menarik perhatian siswa dan membantu siswa dalam mengatasi
kesulitankesulitan selama pembelajaran menulis cerpen. Setelah mendapatkan informasi
awal kemampuan siswa dalam menulis cerpen, selanjutnya mahasiswa peneliti bersama
guru mengadakan tes awal sebelum siswa dikenai tindakan kegiatan menulis cerpen.
Tahap pratindakan ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas IXF
SMP Negeri 7Semarang.
Aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian penulisan cerpen hasil karya siswa pada
tahap pratindakan ini meliputi empat aspek (Efendi, 2017). Masing-masing aspek yang
dinilai memiliki skor tersendiri. Aspek tersebut adalah aspek tema memiliki skor
Bagus Baryadi Sihjati
2102 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 12, Desember 2021
maksimum 25; alur konflik memiliki skor maksimum 25; Aspek keterkaitan tokoh
dengan penokohan memiliki skor maksimum 25; dan aspek leterkaitan latar memiliki
skor maksimum 25. Jika ditotal, skor ideal praktik menulis cerpen dalam penelitianini
adalah 100.
Dari tabel di atas, diperoleh data tentang kemampuan awal siswa dalam menulis
cerpen. Jumlah rata-rata hitung yang diperoleh siswa dari keseluruhan aspek yang dinilai
adalah 65 atau jika dipersentasekan berjumlah 65% Dari hasil pratindakan ini, dapat
dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas IXF SMP Negeri 7 Semarang dalam menulis
cerpen masih berkategori kurang. Skor rata-rata sebanyak itu masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 73 dan masih di bawah
kriteria keberhasilan penelitian yakni lebih dari atau sama dengan KKM.
Berikut ditampilkan gambar kondisi kelas saat tahap pratindakan berlangsung di
kelas pada hari Selasa, 18 Februari 2020. Pada pratindakan ini, guru memberikan materi
seperti biasanya sambil melakukan tanya jawab. Kondisi kelas terlihat kurang kondusif.
Siswa cenderung bicara sendiri dengan teman sebangku. Jika tidak diingatkan guru,
kondisi kelas semakin ramai dan gaduh. Akan tetapi, kondisi tersebut dapat diatasi oleh
guru.
Gambar Kondisi Kelas IXF SMP Negeri 7 Semarang pada Tahap Pratindakan
Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Menggunakan
Metode Jigsaw
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas menulis cerpen dengan metode jigsaw pada
siswa kelas IXF SMP Negeri 7 Semarang dilaksanakan dalam dua siklus. Dalam
penelitian tindakan ini, guru bekerjasama dengan guru MGMP Bahasa Indonesia di
sekolah. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dari pertemuan I sampai pertemuan II.
Jadwal penelitian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara guru peneliti dengan
guru MGMP Bahasa Indonesia di sekolah.
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas IX F Smp Negeri 7 Semarang
Dengan Metode JIGSAW (Studi Kasus Metode JIGSAW di Kelas IX F SMPN 7
Semarang, Jawa Tengah)
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 12, Desember 2021 2103
Pelaksanaan Tindakan
1) Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri kemudian
didiskusikan dengan guru kolaborator. Perencanaan dalam tahap ini bertujuan untuk
mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan saat pelaksanaan penelitian. Persiapan tersebut
meliputi hal-hal berikut.
a. koordinasi dengan guru kolaborator untuk menetapkan jadwal pelaksanaan
penelitian dan ruangan tempat penelitian,
b. menyiapkan materi pelajaran penulisan cerpen,
c. menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru
peneliti,
d. menyiapkan media yang diperlukan dalam pembelajaran menulis cerpen,
e. menyiapkan tes dan lembar kerja siswa yang akan digunakan oleh siswa,
f. menyiapkan instrumen penelitian, berupa angket, catatan lapangan, pedoman
pengamatan, lembar penilaian menulis cerpen dan kamera foto sebagai
dokumentasi.
2) Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan pada siklus I, yaitu dengan penerapan metode Jigsaw
sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IXF SMP Negeri 7
Semarang. Implementasi tindakan siklus I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun deskripsi implementasi
tindakan siklus I pada tiap pertemuan adalah sebagai berikut.
a) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama ini, guru bertanya mengenai kendala yang ditemukan
siswa dalam menulis cerpen pada tahap pratindakan. Hal ini bertujuan agar siswa lebih
paham dan mengerti tentang penulisan cerpen yang benar. Dari kesalahan-kesalahan
sebelumnya dapat dilihat dalam hal apa siswa masih kurang pengetahuanya dalam
menulis cerpen. Selanjutnya, guru menyampaikan materi tentang cerpen; menjelaskan
unsur-unsur pembangun cerpen dengan memberikan contoh pada tiap unsur pembentuk
cerpen tersebut; ciri-ciri cerpen, perbedaan cerpen dan prosa lainnya; serta langkah-
langkah apa saja yang dapat dilakukan siswa ketika menulis cerpen dengan
memperhatikan kronologi waktu dan peristiwa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan.
Guru mengenalkan metode Jigsaw dan menjelaskan tahapan menulis cerpen
dengan metode Jigsaw. Guru meminta siswa menuliskan pengalaman atau masalah yang
sedang mereka pikirkan. Misalnya, siswa memiliki tiga masalah, lalu dari tiga masalah
tersebut dipilih salah satu masalah yang dirasa menarik untuk dijadikan bahan untuk
menulis cerpen. Siswa mengidentifikasi masalah sesuai dengan tema masing-masing
yang berangkat dari permasalahan dan pengalaman pribadi yang telah mereka tentukan.
Siswa diminta untuk membuat kerangka atau draf cerpen untuk memudahkan siswa
dalam praktik menulis cerpen, kemudian mengembangkannya menjadi sebuah cerpen.
Pada akhir pembelajaran guru merefleksi proses pembelajaran yang sudah berlangsung
Bagus Baryadi Sihjati
2104 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 12, Desember 2021
dan mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan. Tugas
menulis cerpen yang belum selesai dikerjakan, dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
b) Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua, guru melakukan apersepsi tentang materi sebelumnya dan
mengingatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menulis cerpen pada
pertemuan pratindakan supaya tidak terjadi pada pertemuan selanjutnya. Dalam
pertemuan ini difokuskan untuk melanjutkan praktik menulis cerpen yang belum selesai
dikerjakan pada pertemuan sebelumnya. Setelah siswa selesai menulis cerpen dengan
waktu yang telah ditentukan, guru meminta salah seorang siswa untuk membacakan hasil
karya cerpen yang telah mereka tulis di depan teman-temannya, sementara itu siswa yang
lain menilai dan memberi tanggapan. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk
memperbaiki hasil karyanya masing-masing dan mengumpulkannya. Setelah pelajaran
selesai, guru menutup pembelajaran dan merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan secara cermat oleh guru peneliti dan guru kolaborator.
Tahap pengamatan ini, menggunakan instrumen yang sudah dipersiapkan oleh guru
peneliti, termasuk di dalamnya ialah lembar catatan lapangan, lembar pengamatan,
mahasiswa peneliti juga melakukan pendokumentasian dengan menggunakan kamera
untuk membuat foto. Guru peneliti dan guru kolaborator melakukan pengamatan terhadap
proses pembelajaran dan hasil karya cerpen siswa. Pengamatan proses berkaitan pada
pembelajaran menulis cerpen dengan metode Jigsaw. Pengamatan produk dilakukan
untuk mengetahui kualitas cerpen yang dihasilkan siswa.
Pengamatan Proses
Dalam melakukan pengamatan proses pembelajaran, guru peneliti menggunakan
pedoman pengamatan yang difokuskan pada situasi kegiatan belajar siswa dan peran guru
dalam proses pembelajaran. Hal yang diamati dari situasi kegiatan belajar siswa adalah
situasi belajar, perhatian, keaktifan, dan proses belajar. Sementara itu, hal yang diamati
dari peran guru adalah penyampaian materi, kejelasan tugas, pembimbingan, dan
pemantauan. Berikut adalah hasil pengamatan pada siklus I.
Tabel 2 Lembar Pengamatan Situasi Pembelajaran Kelas
No
Jenis Data
Indikator
Pertemuan
1
2
1
Situasi kegiatan belajar siswa
a. Situasi Belajar
Keantusiasan siswa
mengikuti pembelajaran
C
B
b. Perhatian/ Fokus
Perhatian siswa terhadap
penjelasan guru
B
B
c. Keefektifan
Peran siswa dalam kegiatan
belajar mengajar
C
B
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas IX F Smp Negeri 7 Semarang
Dengan Metode JIGSAW (Studi Kasus Metode JIGSAW di Kelas IX F SMPN 7
Semarang, Jawa Tengah)
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 12, Desember 2021 2105
d. Proses Belajar
Suasana belajar mengajar di
kelas
C
B
2
Peran guru dalam pembelajaran
a. Penyampaian materi
Keterampilan guru dalam
penyampaian materi
B
B
b. Kejelasan tugas
Keterampilan guru dalam
memberikan tugaskepada siswa
B
B
c. Pembimbingan
Keterampilan guru dalam
membimbing siswa
B
B
d. Pemantauan
Keterampilan guru dalam
memantau siswa selama
pembelajaran
B
B
Keterangan : K : Kurang C : Cukup B : Baik BS : Baik Sekali
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat ada peningkatan dari pertemuan pertama
hingga pertemuan kedua. Pelaksanan tindakan kelas siklus I sudah berjalan sesuai dengan
rencana. Siswa tampak lebih bergairah untuk dapat merangkai kata-kata menjadi sebuah
cerita yang indah, hal ini tidak lepas dari penerapan strategi pembelajaran berbasis
masalah yang merupakan strategi pembelajaran yang tepat dan bermanfaat untuk
merangsang munculnya potensi menulis. Strategi pembelajaran berbasis masalah sangat
membantu siswa dalam berpikir kreatif dan menemukan ide, menuangkan gagasan sesuai
dengan masalah yang ada di sekitar mereka, karena dalam strategi pembelajaran berbasis
masalah ini, membantu dan mempermudah siswa untuk mengembangkan ide dari suatu
masalah yang ada di sekitar mereka. Guru memberi motivasi dan apersepsi dengan cara
menceritakan pengalaman pribadi yang dialami sehingga mampu membantu siswa untuk
memunculkan gairah menulis ketika menulis cerpen.
Kesimpulan
Keberhasilan belajar menurut metode ini bukan semata-mata ditentukan oleh
kemampuan individual secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakinbaik
apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terstruktur
dengan baik. Melalui belajar dengan teman dengan langkah berdiskusi dapat
mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. Selain itu melalui belajar dari teman
sebaya dengan bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan
semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.
Kegiatan menulis cerpen di sekolah diharapkan dapat mendidik siswa menjadi
lebih peka terhadap masyarakat. Pembelajaran mengembangkan pendapat dalam teks
cerpen dengan kehidupan sehari-hari merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kepekaan siswa terhadap masyarakat. Salah satu alternatif yang dapat diupayakan dalam
meningkatkan mengembangkan pendapat dalam teks cerpen dengan kehidupan sehari-
hari adalah melalui penggunaan metode Jigsaw.
Bagus Baryadi Sihjati
2106 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 12, Desember 2021
Bibliografi
Ahmadi, Iif K., & Amri, Sofan. (2010). Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif Dalam
Kelas. Jakarta: PT. Prestasi Pustkaraya.
Efendi, Sutrisno. (2017). Peningkatan keterampilan menulis teks cerita pendek dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman pada siswa kelas XI SMA
Pancasila Ambulu Jember.
Halid, Saidah. (2021). Peningkatan Kemampuan Menganalisis Keterkaitan Unsur
Intrinsik Suatu Cerpen Dengan Kehidupan Sehari-Hari Melalui Metode Jigsaw Pada
Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Lemito. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal,
7(3), 1107–1116.
Suhaety, Ety. (2019). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Pada Peserta Didik
Kelas Xi Ips 3 Sma Negeri 3 Cirebon Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Tuturan,
8(2).
Suwandi, Sarwiji, & Wardani, IGAK. (n.d.). A. Jenis Penelitian.
Telaumbanua, Maskaryanis. (2020). Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen
Dengan Metode Emosi, Gerak Cepat Dan Perevisian Dengan Pendekatan Mixing
Siswa Kelas Ix Smp Negeri 1 Ma’u TP 2020/2001. Jurnal Penelitian, Pendidikan
Dan Pengajaran: JPPP, 1(3), 257–266.
Wagiyo, Wagiyo. (2016). Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama Dengan
Menggunakan Metode Jigsaw (Penelitian Tindakan Kelas di kelas IXA SMP Negeri
2 Paranggupito Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2015/2016). Universitas
Widya Dharma.
WAHYUNA, S. R. I. (2018). Pengaruh Media Film Terhadap Keterampilanmenulis
Cerpen Peserta Didik Kelas Ix Smpn 2 Labuapi. Universitas Mataram.
Yanda, Diyan Permata, & Ramadhanti, Dina. (2019). Problematika Pembelajaran
Menulis Cerpen Di Sekolah Menengah Tujuan SM3T. Pena: Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra, 9(1), 1–15.
Zaini, Hisyam, Munthe, Bermawy, & Aryani, Sekar Ayu. (2008). Strategi pembelajaran
aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 89, 2008.