1989
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 11 November 2021
PERENCANAAN PEMASANGAN PIPA DISTRIBUSI HDPE Ø 300 MM
CROSSING REL KERETA API DI JL. RA KARTINI KOTA CIREBON DENGAN
METODE JACKING SYSTEM
Lia Amaliah1, Yuriska Nur Larasati2, Nono Carsono3.
Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon1,2,3
Abstrak
Pemasangan pipa distribusi HDPE Ø 300 mm crossing rel kereta api di Jl. RA
Kartini Kota Cirebon dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
menjaga kontinuitas pelayanan air bersih, menertibkan jaringan perpipaan, serta
meningkatkan tekanan dan supply air ke wilayah Pesisir dan sekitarnya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui aspek keamanan konstruksi pemasangan pipa
distribusi HDPE Ø 300 mm dengan metode Jacking System serta mengetahui
efektifitas dari perencanaan pemasangan pipa distribusi tersebut dengan melakukan
analisis hidrolis. Metode pelaksanaan pemasangan pipa yang digunakan oleh
Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon adalah metode jacking system
untuk pipa sepanjang 48,70 m sesuai dengan hasil kajian optimalisasi jaringan
distribusi Kota Cirebon tahun 2019 menggunakan program aplikasi EPANET. Hasil
analisis distribusi beban di atas rel kereta api yang akan bekerja pada pipa beton
yaitu beban merata pada lapisan tanah asal σ2 = 9,61 N/cm2 = 0,98 Kg/cm2 dan
beton K-500 memiliki kekuatan tekan beton sebesar 500 kg/cm2 atau fc 41,50 mpa
atau 4.900 N/cm2 sehingga pipa beton K-500 Ø 450 mm crossing rel kereta api Jl.
Kartini Kota Cirebon dapat menahan pembebanan yang bekerja pada pipa beton
tersebut berupa beban mati/statis dan beban hidup/dinamis (beban vertikal) dan
beban horizontal. Hasil analisis hidrolis pada jam puncak menunjukkan bahwa
pemasangan pipa baru HDPE dengan ukuran Ø 300 mm di Jalan Kartini dari
Crossing Rel Kereta Api Sampai Dengan Jl. Veteran Sisingamangaraja Sepanjang
873 Meter meningkatkan sisa tekan di kawasan Wilayah Pusat Pelelangan Ikan
Pesisir. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa metode Jacking
System untuk pemasangan pipa distribusi HDPE Ø 300 mm crossing rel kereta api
di Jl. RA Kartini Kota Cirebon memenuhi aspek keamanan konstruksi serta dapat
meningkatkan pelayanan berdasarkan analisis hidrolis yang dilakukan.
Kata kunci: analisis hidrolis; distribusi beban di atas rel; metode jacking system; pipa
distribusi; supply air.
Abstract
The distribution pipe HDPE Ø 300 mm crossing the railway in RA Kartini Cirebon
City done to improve its capacity and maintaining continuity of water service, curb
pipeline, and increasing pressure and supply water to coastal and surrounding
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
1990 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
areas. This research aims to review security aspects of construction distribution
pipeline HDPE Ø 300 mm by method Jacking System and knows the effectiveness of
planning the fitting pipes distribution with an analysis hydraulic. A method of
execution the pipe used by Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon is
jacking system method for pipe along 48,70 m in accordance with the results of the
study on the optimizing distribution network of Cirebon City in 2019 at use
EPANET application program. The analysis of the distribution of the burden on the
tracks a train that will work on concrete pipe which is a burden evenly on the land
of origin σ2 = 9,61 N/cm2 = 0,98 Kg/cm2 dan beton K-500 having the power of
concrete press 500 kg/cm2 atau fc 41,50 mpa atau 4.900 N/cm2 so a pipe concrete
K-500 Ø 450 mm crossing the railway in RA Kartini Cirebon City could hold
imposition who worked on the concrete pipe namely the burden die/static and
dynamic (the load vertical) and load horizontal. The analysis shows that hidrolis at
the top of the fitting pipes HDPE Ø 300 mm in Kartini from crossing the railway to
Veteran Sisingamangaraja along 873 m increase the pressure in the coastal region
of Central Fish Auction.
Keywords: hidrolis analysis; distribution of the burden on the rail track; a method of
jacking; system; distribution pipe; water supply.
Pendahuluan
Kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk keperluan
rumah tangga, industri, penggelontoran kota dan lain-lain. Prioritas kebutuhan air
meliputi kebutuhan air domestik, industri, pelayanan umum dan kebutuhan air untuk
mengganti kebocoran (Asta, 2018).
Dalam usaha memenuhi kebutuhan akan air bersih, jaringan distribusi
merupakan hal yang sangat penting (Zamzami, Azmeri, & Syamsidik, 2018). Karena
jaringan distribusi inilah yang menyalurkan air dari instalasi pengolahan air menuju ke
masyarakat. Sistem jaringan distribusi yang digunakan dapat menggunakan sistem
jaringan perpipaan (Damanhuri, 1989).
Saat ini dalam pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya yaitu Kota Cirebon
khususnya di Wilayah Pusat Pelelangan Ikan Pesisir, Perumda Air Minum Tirta Giri
Nata Kota Cirebon belum dapat memberikan pelayanan penyediaan air bersih secara
optimal karena belum dapat menyalurkan air secara kontinyu selama 24 jam walaupun
saat ini sudah terdapat pipa existing PVC Ø 250 mm tahun 1982 dari Jalan Kartini
sampai dengan Jalan Cemara dan PVC Ø 200 mm tahun 1982 dari Jalan Cemara sampai
dengan Pusat Pelelangan Ikan Pesisir sebagai supply air ke wilayah tersebut. Hal
tersebut dikarenakan bahwa pada saat jam puncak wilayah pelayanan utara memiliki
sisa tekan sebesar < 0,5 bar, Sisa tekan yang tidak mencukupi dapat diartikan sebagai
gagalnya sistem distribusi karena wilayah dengan sisa tekan minim atau bahkan negatif
tidak akan teraliri air (Handayani, 2005).
Oleh karena itu, untuk meningkatkan tekanan dan supply air sebagai upaya
menjaga kontinuitas pelayanan air bersih ke wilayah Pusat Pelelangan Ikan Pesisir,
maka Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon perlu melakukan pemasangan
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1991
pipa baru dengan ukuran Ø 300 mm untuk membantu pipa PVC yang sudah lama sesuai
dengan hasil kajian optimalisasi jaringan distribusi Kota Cirebon tahun 2019
menggunakan program aplikasi EPANET dan juga melihat total angka kebutuhan air di
wilayah pesisir adalah sebesar 24,28 liter/detik untuk tahun rencana 2030. Pipa baru ini
akan direncanakan menggunakan bahan Polythylene (PE) / PE-100 (HDPE/High-density
polyethylene).
Pada jalur rencana pemasangan pipa baru, yaitu pada Jalan Kartini terdapat
utillitas rel kereta api yang mana menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM.
36 Tahun 2011 pada pasal 10 menegaskan bahwa “Persinggungan bangunan dengan
jalur kereta api dapat dilakukan di luar ruang manfaat jalur kereta api dengan ketentuan
tidak mengganggu keselamatan dan keamanan pengoperasian kereta api”, sehingga
metode pemasangan pipa akan direncanakan menggunakan metode jacking system.
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah mengenai studi kelayakan
pemasangan pipa jaringan gas menembus rel kereta api untuk mengantisipasi kejadian
pipa retak, rusak atau bocor dengan menganalisa tegangan yang terjadi pada pipa
sehingga aman untuk lifetime yang ditentukan (Nuryono, 2016). Sedangkan belum ada
penelitian mengenai pemasangan pipa air minum yang melintas (crossing) rel kereta api
dengan metode Jacking System khususnya di Kota Cirebon dengan jenis tanah dan
kondisi lingkungan yang berbeda seperti pada penelitian ini.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian di Perumda Air Minum
Tirta Giri Nata Kota Cirebon, yaitu di Jalan RA Kartini, Kelurahan Kejaksan,
Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Metode analisa dan pengolahan data yang
digunakan pada penelitian ini didasarkan pada perhitungan beban yang bekerja pada
struktur badan jalan, spesifikasi teknis perpipaan yang digunakan serta hasil simulasi
jaringan perpipaan dengan menggunakan Program Epanet.
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
1992 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Gambar 1 Bagan Alir Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Analisis Distribusi Beban di Atas Rel Kereta Api Yang Akan Bekerja Pada Pipa
Beton Perencanaan pemasangan pipa distribusi HDPE Ø 300 mm dilakukan di Jl. RA
Kartini Kota Cirebon dengan melintasi jalur kereta api / crossing rel kereta api pada
lokasi KM. 219 + ¾ antara Stasiun Kejaksan Stasiun Prujakan Lintas Cirebon Tegal
di wilayah Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Barat dengan metode jacking
system, sehingga diperlukan adanya analisis distribusi beban di atas rel kereta api yang
akan bekerja pada pipa beton/selongsong pipa distribusi (Susanto & Muthohar, 2015).
Tahapan perhitungan Analisis Distribusi Beban Kereta Api adalah sebagai berikut :
1. Analisis Beban Mati /Statis (DL) terdiri dari Beban Rel (Wr) + Beban Bantalan
(Wb )
a. Beban Rel Kereta Api
Berat rel per batang tipe R54 = 0,535 kN/m,
Berat rel 4 batang rel kereta tipe R54
= 4 x 0,535 kN/m = 2,14 kN/m.
Jarak antar bantalan rel 60 cm atau 60% beban,
Jadi Beban rel (Wr) = 60% x 2,14 kN/m
= 1,28 kN/m.
b. Beban bantalan balok rel kereta api
Berat bantalan balok rel beton (Wb )
= 200 kg/bh
= 200 x 0,0098 = 1,96 kN/bh.
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1993
Sehingga Beban Mati menjadi
DL = Wr + Wb
= 1,28 + 1,96 = 3,24 kN/m
2. Analisis Beban Aksial yang Bekerja pada Struktur Badan Jalan Rel Kereta Api
Beban aksial kereta yang bekerja pada struktur badan jalan rel dihitung
menggunakan beban gandar maksimum :
a. Berat Lokomotif (Wlc)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012, Beban
gandar untuk lebar jalan rel 1067 mm pada semua kelas jalur maksimum yang diijinkan
Ps = 18 ton. sarana perkeretaapian yang paling terberat adalah lokomotif.
b. Faktor Dinamis (DAF)
Faktor ini diambil dengan asumsi kecepatan maksimum kereta berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012 = 120 km/jam
Dengan safety 25% lebih tinggi dari kecepatan maksimum = 150 km/jam.
Sehingga Faktor Dinamis (DAF) dihitung menggunakan persamaan 2 :
DAF = 1 + t . ϕ 󰇡󰇛󰇜
 󰇢
DAF = 1 + t .φ 󰇡󰇛󰇜
 󰇢
= 1 + 3 x 0,2 󰇡󰇛󰇜
 󰇢
= 1,9857 = 1.99
c. Beban Dinamis = Berat Dinamis x Faktor Dinamis dihitung menggunakan
persamaan 3 :
Pd = Ps x DAF
= (18 ton) x 1,99
= 18.000 kg x 1,99
= 35.820 kg
= 35.820 x 0,0098
= 351,27 kN
d. Distribusi beban aksial pada balas menurut Profilidis dan berdasarkan kombinasi
pembebanan didapat beban maksimum (beban yang berada pada balas tepat di
bawah roda) 54% pada satu titik pusat balas atau :
LL = 54% x 351,27 kN
= 189,69 kN
3. Analisis Beban yang Bekerja pada Tanah Dasar di Bawah Lapisan Balas :
a. Analisis Tekanan Kontak Rerata pada Balas dengan Metode Distribusi Beban
Terhadap Penampang Bantalan dihitung menggunakan persamaan 4 :
Pa = 󰇛󰇛󰇛󰇜󰇛󰇜󰇜

= 󰇛󰇜

Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
1994 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
= 󰇛󰇛󰇜󰇜
󰇛󰇜
= 󰇛󰇜
󰇛󰇜
= 381,28 kN/m2
= 381,28 : 10
= 38,128 N/cm2
b. Tekanan Kontak Rerata Maksimum pada Balas
Beban maksimum pada balas menurut Persamaan 4 sebesar σ1 = 38,128 N/cm2
4. Analisis Distribusi Beban yang Bekerja pada Tanah Dasar di Bawah Balas.
Berdasarkan data di lapangan, tebal balas atas sebesar 30 cm dan balas bawah
sebesar 35 cm. Material penyusun balas atas mempunyai modulus elastisitas sebesar
250 kg/cm2, material penyusun balas bawah mempunyai modulus elastisitas sebesar 125
kg/cm2, sedangkan tanah dasar berupa lempung sedang yang mempunyai nilai modulus
elastisitas sebesar 90 Kg/cm2 (Putra, 2017). Ketebalan balas yang digunakan untuk
perhitungan tekanan pada tanah dasar dikonversikan menggunakan Persamaan 8
berikut.
He = 0,9 . 



He = 0,9 . 󰇧



󰇨 = 73,1 cm
Nilai He = 73,1 cm digunakan sebagai tebal balas ekuivalen pada penelitian ini.
Memperhitungkan tekanan yang bekerja pada tanah dasar menggunakan metode analisis
the American Railroad Engineering Association (AREA) (1974) dan Talbot (1918)
seperti pada Persamaan 13.
σ2 = 

σ2 = 

= 
󰇛󰇜
= 9,61 N/cm2
= 9,61 x 0.101972
= 0,98 Kg/cm2
Nilai tekanan pada tanah dasar dengan tebal balas ekuivalen 73,1 cm berdasarkan
metode analisis the American Railroad Engineering Association (AREA) (1974) dan
Talbot (1918) sebesar σ2 = 9,61 N/cm2 = 0,98 Kg/cm2. Pemodelan dengan Slope/W
menggunakan nilai maksimum sebesar σ2 = 9,61 N/cm2 = 0,98 Kg/cm2 (Salilama,
2018).
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1995
Gambar 2 Diagram Beban Dinamis Kereta Api Terhadap Bantalan, Balas dan Tanah
Dasar
5. Analisis kekuatan Tanah dan Kekuatan Pipa Jacking Beton Bertulang
Pada perencanaan akan digunakan selongsong beton bertulang Mutu Beton K-
500 pada kedalaman 4,0 m (berdasarkan sondir test, tanah keras berada pada kedalaman
4,0 m ) dari lapisan atas tanah asli. Baja tulangan Pipa Jacking Beton Bertulang adalah
cold rolled wire (CRW) dengan mutu baja tulangan adalah tegangan leleh > 4500
kg/cm2 dan tegangan tarik > 5000 kg/cm2. Crack load dari pipa jacking adalah 4300
kg/m2 , ultimate load dar pipa jacking adalah 6500 kg/m2, dan axial load dari pipa
jaking adalah 107 ton (Armanto & Indarjanto, 2016).
a. Beton K-500 memiliki kekuatan tekan beton sebesar 500 kg/cm2 atau fc 41,50 mpa.
500 kg/cm2 = 500 x 9,8 N/cm2 = 4.900 N/cm2
Beban merata pada lapisan tanah asal hanya
σ2 = 9,61 N/cm2 = 0,98 Kg/cm2
9,61 N/cm2 < 4.900 N/cm2 atau
0,98 Kg/cm2 < 500 kg/cm2 { sangat aman }
b. σ2 = 9,61 N/cm2 = 0,98 Kg/cm2
σIjin Beton =
= 

= 39,97 Kg/cm2
σ2 < σIjin Beton = 0,98 Kg/cm2 < 39,97 Kg/cm2 { sangat aman }
Pekerjaan Ruang Kerja Starting Pit dan Arriving Pit Jacking, serta Pasang Turap
Galian
Pekerjaan galian tanah merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan spek
teknis untuk ruang kerja borring dan ruang penerima borring jalur pipa Ø 300 mm.
Kedalaman galian tanah disesuaikan dengan standar galian pipa Ø 300 mm dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Galian untuk Ruang Kerja Starting Pit Jacking memiliki panjang 7 m, lebar 3 m
dan dalam 4 m.
- Galian untuk Ruang Kerja Arriving Pit Jacking memiliki panjang 3 m, lebar 3 m
dan dalam 4 m.
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
1996 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
- Untuk keamanan ruang pit akan dilakukan pemasangan turap menggunakan
Turap jenis PC Flat Sheet Pile ukuran 50 x 32 cm dan kayu balau 6/15. Lantai
kerjanya juga akan di pasang beton tumbuk 1 : 3 : 5.
- Galian untuk Ruang interconnect pipa yang dilakukan dengan metode open cut
memiliki panjang 18 m dan 9 m, lebar 0,8 m dan dalam 1,4 m.
Pemasangan turap galian adalah agar tanah galian di ruang kerja starting pit
jacking dan ruang kerja arriving pit jacking tidak terjadi keruntuhan karena dalamnya
galian tanah pada ruang kerja starting pit jacking dan ruang kerja arriving pit jacking.
Untuk keamanan ruang pit akan dilakukan pemasangan turap menggunakan Turap jenis
PC Flat Sheet Pile ukuran 50 x 32 cm dan kayu balau 6/15. Lantai kerjanya juga akan di
pasang beton tumbuk 1 : 3 : 5. Berikut adalah perhitungan mengenai turap galian yang
akan di gunakan dalam perencanaan ini :
1. Hasil Pengukuran
Ketinggian elevasi rencana turap berdasarkan hasil pengukuran sondir tanah keras,
dengan data sebagai berikut :
a. Elevasi Rencana (hasil pengukuran sondir tanah keras) = 4,00 m
2. Data Tanah
Paramater tanah yang dipergunakan untuk perencanaan, dengan data sebagai berikut
:
3. Perencanaan Longsoran
a. Dinding Turap Sheet Pile
Konstruksi dinding penahan longsoran tanah menggunakan jenis dinding turap
kantilever. Asumsi dasar yang dipergunakan untuk merencanakan dinding jenis
kantilever seperti tergambar di bawah ini :
b. Menghitung Kedalaman Pemancangan Turap (Sheet Pile)
Tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif untuk tanah di atas galian dan di bawah
galian memiliki nilai yang sama karena parameter tanah mempunyai nilai sama;
No. Nilai Sat.
1 Kadar Air tanah 47,260 (%)
2
Berat jenis tanah (ϒt)1,710 (ton/m3)
3 Kohesi (C) 0,121
(ton/m2)
4
Sudut geser tanahs)30 (..0)
Parameter
Diagram Takanan Tanah Aktif dan Pasif
B
H = 4 m
D 1= ?
Dredge Line
Tanah pasir :
g = 1.7 1 ton/m3
F = 300
c = 0.121 ton/m2
Pa
Tanah pasir :
g = 1.7 10 ton/m3
F = 300
c = 0.121 ton/m2
Pp
A
O
D
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1997
Koefisien Tekanan Tanah Aktif
Ka = Tan2 ( 45 - Ø / 2 ) ; koef.tanah aktif
= Tan2 ( 45 - 30O / 2 )
= 0,33
Koefisien Tekanan tanah Pasif
Kp = Tan2 ( 45 + Ø / 2 ) ; koef.tanah pasif
= Tan2 ( 45 + 30O / 2 )
= 2,99
Tekanan Tanah Aktif = Pa
Pa = 1/2 . ɣ . ka . (H+D)2
= 1/2 . 1,710 . 0,33 . (H+D)2 = 0,28 . (4 + D)2
…….(1)
Tekanan Tanah Pasif = Pp
Pp = 1/2 . ɣ . kp . D2
= 1/2 . 1,710 . 2,99 . D2 = 2,56 . D2
…….(2)
Tinjauan momen terhadap titik O
H = 4,00 m
D = ? (dicari)
ɛMO = 0
= Pp (1/3d) = Pa .1/3 (H + D) …….(3)
= 2,56 D2 (1/3D) = (1/6.ɣ.Ka.H^3+1/6.
ɣ.Ka.H.D^2+1/6.ɣ.Ka.H^2.D+1/6.ɣ.Ka.D^3)
= 2,56 D2 (1/3D) = (1/6.ɣ.Ka.4^3+1/6. ɣ.Ka.4.D^2+1/6.
ɣ.Ka.4^2.D+1/6.ɣ.Ka.D^3)
= 0,85 D3 = (1/6. ɣ.Ka.4^3+1/6. ɣ.Ka.4.D^2+1/6. ɣ.Ka.4^2.D+1/6.
ɣ.Ka.D^3)
= 0,85.D^3 - (1/6.ɣ.Ka.4^3-1/6.ɣ.Ka.4.D^2-1/6. ɣ.Ka.4^2.D-1/6.ɣ.Ka.D^3) = 0
……….(4)
Dengan cara coba-coba (trial & error) didapat kedalaman minimum panjang turap yang
masuk kedalam tanah yaitu :
ɛMO = 0,0 ;dicoba nilai D = 2,5
Kedalaman Turap D = 2,5 m
Dengan menggunakan faktor keamanan = 1.2 x D
Maka Panjang kedalaman Turap = 3,0 m
Total panjang turap yang dibutuhkan :
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
1998 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
4 + 3 = 7,0 m
c. Menghitung Faktor Keamanan (SF)
Tekanan Tanah Aktif = Pa
Pa = 1/2 . ɣ . ka . (H+D)2
= 1/2 . 1,710 . 0,33 . (H+D)2
= 0,28 . (4 + D)2 = 14,14 ton/m
Tekanan Tanah Pasif = Pp
Pp = 1/2 . ɣ . Kp . D2
= 1/2 . 1,710 . 2,99 . D2
= 2,56 . D2
= 23,77 ton/m
Menghitung Faktor Keamanan (SF)
Faktor Keamanan (SF) = ɛPp ≥ 1,2
ɛPa
SF = 1,68 ≥ 1,2 …ok
Momen Maksimum pada ujung turap (Mmaks)
Mmaks = Pa x 1/3 (H+D)
= 14,14 . 1/3 (4 + 7)
= 33,22 ton.m
M maksimum (Mmaks) = Momen Beban (Mbeban) Untuk kekuatan turap harus dipenuhi M
maksimum (Mmaks) > Cracking Momen
Momen Maksimum = 33,22 ton.m
Cracking Momen = 13,08 ton.m
Dipenuhi M maksimum (Mmaks) > Cracking Momen
33,22 > 13,08 (Turap aman terhadap faktor Cracking)
Dari hasil perhitungan disarankan menggunakan Turap jenis PC Flat Sheet Pile
dengan ketentuan sebagai berikut :
Size (b x h) :50 x 32 cm
Type Sheet Pile :I
Nominal Bending Momen :35,49 ton.m
Cracking Momen Turap :13,08 ton.m
Panjang turap :7,00 m
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1999
Gambar 3 Gambar Penampang PC Flat Sheet Pile
Pekerjaan Bor Mesin Pipa Ø 450 mm (Pipe Jacking)/Pekerjaan Microtunneling
dan Pipe Jacking
Pipe Jacking adalah suatu teknik dalam pemasangan pipa dengan mendorong
pipa pra cetak ke dalam tanah dari sebuah lubang vertikal/pit. Fungsinya untuk
melakukan pembangunan yang menggunakan mesin bor serta dikombinasikan dengan
teknik jacking pipa untuk memasang pipa di bawah tanah dalam sekali driving.
Pemasangan pipa cassing dilaksanakan sebagai pelindung pipa Ø 300 mm yang akan
dijadikan pipa jaringan. Pipa cassing yang dipakai adalah pipa HDPE dengan diameter
lebih besar dari pipa jaringan yaitu Ø 450 mm.
Langkah kerja pemasangan pipa dengan metode jacking alah sebagai berikut :
Tipe jacking yang digunakan adalah slurry karena tipe ini lebih cepat dan lebih
tidak merusak struktur di atas (permukaan tanah) lokasi jacking dari pada tipe yang
lainnya (Earth Pressure Balance Jacking and Tuyure Jacking). Alur Mekanisme
Jacking metode slurry secara garis besar sebagai berikut :
1. Mesin bor (shield machine) pada bagian depan (bulkhead) mulai bekerja dengan
mengebor tanah. Tanah hasil bor akan masuk ke dalam shield machine dan
dicampur dengan cairan slurry agar larut sehingga dapat dialirkan keluar melalui
pipa‐pipa slurry. Dalam melakukan pemboran, besarnya tekanan slurry dalam
mesin bor harus disesuaikan dengan tekanan tanah dan air tanah tujuannya agar
diperoleh tingkat kestabilan yang cukup dalam melaksanakan pemotongan
(pengeboran) tanah.
2. Cairan slurry yang bercampur tanah akan dikeluarkan dari shaft dengan pompa
slurry dan dikontrol dengan valve. Cairan tanah dan slurry akan dialirkan
melalui pipa vertikal dan akan dipisahkan kembali sebagai cairan slurry dan
tanah menggunakan mesin proses slurry yang dipasang di luar shaft.
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
2000 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
3. Cairan slurry yang telah dipisahkan tadi kemudian dialirkan kembali ke mesin
bor tanah sedangkan tanah hasil pemboran akan ditampung sementara di truk
tangki untuk diangkut ke tempat pembuangan bila sudah penuh. Sirkulasi sistem
tersebut akan berlangsung selama jacking dan membutuhkan alat pengendali
berupa dial pengukur tekanan, katup‐katup dan pompa‐pompa.
4. Sementara itu pada saat yang bersamaan hydraulic jack akan menekan pipa
masuk ke dalam tanah yang telah digali/dibor.
5. Untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, maka
akan dilakukan pemantauan pada ruang kontrol.
6. Monitoring kelurusan dan kemiringan pipa jacking. Kontrol terhadap kelurusan
dan kemiringan pipa dilakukan dengan menetapkan mesin jacking sebagai target
dalam menentukan arah pemboran tanah. Mengetahui apakah arah pemboran
sudah tepat dengan menempatkan perlengkapan survey berupa laser transit di
departure shaft. Hasil survey elevasi dan poligonnya harus menjadi acuan dalam
melakukan monitoring ini.
Gambar 4 Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa
Gambar 5 Gambar Perencanaan Pemasangan Pipa Crossing Rel Kereta Api 1
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 2001
Gambar 6 Gambar Perencanaan Pemasangan Pipa Crossing Rel Kereta Api 2
Gambar 7 Gambar Perencanaan Pemasangan Pipa Crossing Rel Kereta Api 3
Gambar 8 Ruang Kerja Starting Pit dan Arriving Pit Jacking
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
2002 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Gambar 9 Pipa Jacking
Gambar 10 Detail Perpipaan
Analisis Hidrolis Pemasangan Pipa Distribusi HDPE Ø 300 mm
Simulasi dan analisis hidrolis dengan program EPANET 2.0 terhadap
sistem/jaringan distribusi baru yang telah mendapatkan tambahan pemasangan pipa
HDPE dengan ukuran Ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di Jl. RA Kartini Kota
Cirebon ini dilakukan dengan pengaturan/setting yang sama dengan analisis hidrolis
jaringan eksisting Sistem Distribusi Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon,
yakni sebagai berikut :
a. Kondisi aliran yang dianalisis adalah kondisi aliran pada saat jam puncak karena titik
kritis pengaliran air ada pada jam puncak.
b. Faktor jam puncak (peak factor) yang digunakan adalah 1,5 berdasarkan fluktuasi
pemakaian air dari data pembacaan meter induk x 24 jam.
c. Tekanan minimum di jaringan adalah 0,7 bar.
d. Debit rata-rata yang digunakan dalam analisis hidrolis adalah debit rata-rata selama
Tahun 2018, sebesar 785,89 l/detik.
e. Bukaan valve dan pompa booster on sesuai dengan pengaturan jaringan eksisting.
f. Debit yang masuk ke dalam jaringan pada jam puncak sebesar 864,48 l/detik.
g. EPANET mengasumsikan bahwa volume reservoir distribusi selalu dalam kondisi
ideal atau mencukupi.
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 2003
Gambar 11 Rencana Pemasangan Pipa Distribusi Ø 300 mm di Jalan Kartini dari
Crossing Rel Kereta Api sampai dengan Jl. Veteran Sisingamangaraja Sepanjang 873
Meter
Hasil simulasi hidrolis pemasangan pipa baru HDPE dengan ukuran Ø 300 mm
di Jalan Kartini dari Crossing Rel Kereta Api Sampai Dengan Jl. Veteran
Sisingamangaraja Sepanjang 873 Meter tersebut menunjukkan bahwa :
1. Meningkatnya sisa tekan di titik kritis kawasan Pusat Pelelangan Ikan Pesisir hingga
mencapai + 1 bar.
2. Base Demand pada Node 45 yang merupakan wilayah kawasan Pusat Pelelangan
Ikan Pesisir adalah 4.42 lps.
3. Wilayah kawasan Pusat Pelelangan Ikan Pesisir memiliki sisa tekan sebanyak >1,5
bar pada jam kritis.
4. Tambahan pipa baru HDPE dengan ukuran Ø 300 mm ini meningkatkan volume air
yang mengalir dalam sistem.
5. Dengan adanya sisa tekan yang mencukupi di wilayah kawasan Pusat Pelelangan
Ikan Pesisir, Perumda Air Minum Tirta Giri Nata Kota Cirebon dapat melakukan
pelayanan pelanggan baru di kawasan Wilayah Pusat Pelelangan Ikan Pesisir yang
sebelumnya belum dapat dilayani.
Gambar 12 Hasil Analisis Hidrolis Jaringan Pra Pemasangan Pipa Baru HDPE Dengan
Ukuran Ø 300 mm pada Pukul 05.00 dan 17.00
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
2004 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Gambar 13 Hasil Analisis Hidrolis Jaringan Eksisting Pasca Pemasangan Pipa Baru
HDPE Dengan Ukuran Ø 300 mm pada Pukul 05.00
Gambar 14 Hasil Analisis Hidrolis Jaringan Eksisting Pasca Pemasangan Pipa Baru
HDPE Dengan Ukuran Ø 300 mm pada Pukul 17.00
Gambar 13 dan Gambar 14 menunjukkan sebaran tekanan pada daerah pelayanan saat
jam pemakaian puncak setelah pipa HDPE Ø 300 mm terpasang. Hasil analisis hidrolis
dengan menggunakan program Epanet ini dapat digunakan untuk perencanaan,
optimalisasi maupun evaluasi sistem jaringan distribusi (Ramadhan, 2014) ; (Nugroho,
Meicahayanti, & Nurdiana, 2018).
Perencanaan Pemasangan Pipa Distribusi HDPE ø 300 mm Crossing Rel Kereta Api di
Jl. Ra Kartini Kota Cirebon dengan Metode Jacking System
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 2005
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa metode
Jacking System untuk pemasangan pipa distribusi HDPE Ø 300 mm crossing rel kereta
api di Jl. RA Kartini Kota Cirebon memenuhi aspek keamanan konstruksi karena dapat
menahan pembebanan yang bekerja pada Pipa Beton tersebut berupa Beban Mati/Statis
dan Beban Hidup/Dinamis (beban vertikal) dan beban horizontal karena 9,61 N/cm2 <
4.900 N/cm2 { sangat aman } atau, 0,98 Kg/cm2 < 500 kg/cm2 { sangat aman }. Dari
hasil analisis hidrolis pada jam puncak menggunakan program Epenet versi 2.0
menunjukkan bahwa pemasangan pipa baru HDPE dengan ukuran Ø 300 mm dapat
meningkatkan pelayanan karena meningkatkan sisa tekan di titik-titik kritis kawasan
Wilayah Pusat Pelelangan Ikan Pesisir hingga mencapai > 1 bar, jauh membaik
dibandingkan dengan jaringan eksisting sebelum ada pemasangan pipa baru HDPE
dengan ukuran Ø 300 mm.
Lia Amaliah, Yuriska Nur Larasati, Nono Carsono
2006 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Bibliografi
Armanto, Ricki Novan, & Indarjanto, Hariwiko. (2016). Analisis dan Perencanaan
Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum di PDAM Unit Plosowahyu
Kabupaten Lamongan. Jurnal Teknik ITS, 5(2), D247D252.
Asta, Asta. (2018). Analisis Kebutuhan Air Bersih Dan Distribusi Jaringan PDAM
Persemaian Kota Tarakan (Studi Kasus Kecamatan Tarakan Barat). Borneo
Engineering: Jurnal Teknik Sipil, 2(1), 6168.
Damanhuri, Enri. (1989). Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan Pengoperasian
Sistem Jaringan Distribusi Air Minum. Bandung: Jurusan Teknik Lingkungan,
FTSP-ITB.
Handayani, Novi. (2005). Evaluasi Jaringan Distribusi PDAM Way Riau Pada Blok
Zone 75 (Teluk Betung-Panjang) Lampung.
Nugroho, Searphin, Meicahayanti, Ika, & Nurdiana, Juli. (2018). Analisis Jaringan
Perpipaan Distribusi Air Bersih Menggunakan EPANET 2.0 (Studi Kasus di
Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda). Teknik, 39(1), 6266.
Nuryono, Wahyu Adi. (2016). DESAIN PIPELINE CROSSING HIGHWAYS PADA
JARINGAN PIPA PENYALUR GAS. POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI
SURABAYA.
Putra, Dwiki Pratama. (2017). Desain Geometrik, Struktur, Beserta Metode
Pelaksanaan Pembangunan Jalur Rel Ganda (Double Track) Trase Banyuwangi
Baru-Kalibaru, Kab. Banyuwangi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Ramadhan, Apri. (2014). Analisis Hidrolika Sistem Jaringan Distribusi Air Minum Di
Komplek Perumahan PT Pusri Palembang Menggunakan Epanet 2.0. Sriwijaya
University.
Salilama, Awaludin. (2018). Analisis Kebutuhan Air Bersih (Pdam) di Wilayah Kota
Gorontalo. RADIAL: Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa Dan Teknologi, 6(2),
102114.
Susanto, Nur Budi, & Muthohar, Imam. (2015). Analisis Distribusi Beban Kereta Api
Pada Konstruksi Timbunan Jalur Kereta Api. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Zamzami, Zamzami, Azmeri, Azmeri, & Syamsidik, Syamsidik. (2018). Sistem
Jaringan Distribusi Air Bersih Pdam Tirta Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal
Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan, 1(1), 132141.