Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1952 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
news about COVID-19 was more often shared with their families than other parties.
Fake news is at least accepted by more than 40% of respondents through social
media. Nearly half of the respondents stated that they would think twice about
receiving a COVID-19 vaccination after seeing fake news simulations on social
media. This is also supported by a decrease in the number of respondents who are
willing to receive the new COVID-19 vaccine compared to the number of respondents
who have not received fake news about COVID-19 vaccination. In the end,
respondents turned out to still trust official government institutions as a source of
information regarding COVID-19 vaccination.
Keywords: hoax; COVID-19; social media; opinion; consideration; vaccination
Pendahuluan
Dunia dikejutkan dengan adanya wabah virus Corona (COVID-19) yang
menginfeksi hampir seluruh negara di dunia pada awal tahun 2020. Tidak peduli negara
maju, berkembang, maupun miskin semua mengalaminya. Pada awalnya, ada negara
yang percaya dan berusaha untuk segera mengantisipasinya, namun, ada pula negara yang
tidak percaya, bahkan cenderung ‘menyepelekan’ wabah ini. Virus Corona ini juga
menginfeksi negara Indonesia, mulai terdeteksi masuk di Indonesia sejak awal Maret
2020 (Damaledo, 2021). Mengetahui hal tersebut, pemerintah Indonesia segera bertindak
untuk bisa segera menyelesaikan kasus ini. Tindakan yang telah dilakukan pemerintah
Indonesia, di antaranya adalah menyiapkan 100 rumah sakit dengan ruangan standar
isolasi dan menginstruksikan gerakan social distancing (Ihsanuddin, 2020). Selama
proses mengatasi virus ini, terjadi banyak kepanikan dan ketakutan yang melanda warga
Indonesia, sampai muncul sebuah fenomena panic buying (Pranita, 2020). Karena hal ini
banyak masyarakat dan bahkan pengamat pemerintah mengatakan bahwa pemerintah
Indonesia gagap dalam mengatasi dan menjelaskan kebijakan serta kondisi terkait virus
Corona (Tim COVID-19 Filantropi, 2020).
Didasari rasa tidak percaya terhadap pemerintah, mendadak banyak orang tiba-
tiba menjadi ahli COVID-19. Semua hal dikomentari dan informasi yang belum jelas
validasinya, disebarluaskan begitu saja melalui media sosial. Selama pandemi COVID-
19, media sosial memang menjadi sumber informasi penting bagi masyarakat dalam
memantau perkembangan kasus COVID-19 serta mengetahui tata cara pencegahan dan
penanganan COVID-19 (Kalia, 2021). Beragam jenis informasi dapat diakses oleh
masyarakat baik informasi yang diperoleh dari akun resmi maupun yang belum jelas
sumbernya. Pertukaran informasi ini menjadi sangat cepat, terlihat dari peningkatan
pengiriman pesan pada media sosial Facebook, Instagram, WhatsApp sebesar 50% dari
bulan-bulan sebelumnya pada daerah yang paling terdampak COVID-19 (Schultz, A., &
Parikh, 2020). Tentunya, dari sekian banyak penggunaan media sosial tidak dapat
dipastikan secara pasti bahwa semua informasi adalah benar dan dapat dipercaya. Di satu
sisi terdapat informasi dan berita faktual dan terpercaya, namun berita-berita tersebut juga
tidak jarang tertutupi dengan berita bohong atau hoaks yang bertebaran.