1951
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 11 November 2021
ANALISIS PENGARUH BERITA BOHONG DI SOSIAL MEDIA TERHADAP
KEPUTUSAN MASYARAKAT INDONESIA MELAKUKAN VAKSINASI
COVID-19
Hendry Naufal Marbella1, Nadira Hanifah Nur’aini2, Shafwan Agung3, Nur Aini
Rakhmawati4.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Abstrak
Wabah COVID-19 menyebabkan kepanikan, ketakutan, bahkan kematian di seluruh
dunia. Program vaksinasi menjadi alternatif solusi untuk segera mengakhiri wabah
ini. Penelitian ini mengungkap keputusan vaksinasi COVID-19 oleh masyarakat
Indonesia berdasarkan pemberitaan bohong yang ada pada media sosial. Opini yang
berkembang membuat masyarakat memiliki pandangan yang berbeda-beda untuk
melakukan vaksinasi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan opini
dan pertimbangan masyarakat dalam melakukan vaksinasi COVID-19. Penelitian ini
dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Selain itu,
alat yang digunakan untuk meneliti adalah survei daring. Hasil respons yang
didapatkan melalui metode survei membuktikan bahwa lebih dari 84% responden
mengaku pemberitaan tentang COVID-19 lebih sering dibagikan kepada keluarga
daripada pihak lain. Berita bohong setidaknya diterima oleh lebih dari 40%
responden melalui media sosial. Hampir setengah dari jumlah responden menyatakan
bahwa mereka akan berpikir dua kali untuk menerima vaksinasi COVID-19 setelah
melihat simulasi pemberian berita bohong yang ada di media sosial. Hal ini juga
didukung oleh penurunan jumlah responden yang bersedia menerima vaksin baru
COVID-19 dibandingkan dengan jumlah responden yang belum menerima berita
bohong mengenai vaksinasi COVID-19. Pada akhirnya, responden ternyata masih
mempercayai lembaga resmi pemerintah sebagai salah satu sumber informasi
mengenai vaksinasi COVID-19.
Kata kunci: berita bohong; COVID-19; media sosial; opini; pertimbangan; vaksinasi
Abstract
The COVID-19 outbreak is causing panic, fear and even death worldwide. The
vaccination program is an alternative solution to immediately end this outbreak. This
study reveals the decision to vaccinate against COVID-19 by the Indonesian people
based on fake news on social media. The growing opinion makes people have
different views on vaccinating COVID-19. This study aims to determine public
opinion and considerations in carrying out COVID-19 vaccination. This research
was conducted using quantitative methods with a descriptive approach. In addition,
the tool used for research is an online survey. The results of the responses obtained
through the survey method proved that more than 84% of respondents admitted that
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1952 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
news about COVID-19 was more often shared with their families than other parties.
Fake news is at least accepted by more than 40% of respondents through social
media. Nearly half of the respondents stated that they would think twice about
receiving a COVID-19 vaccination after seeing fake news simulations on social
media. This is also supported by a decrease in the number of respondents who are
willing to receive the new COVID-19 vaccine compared to the number of respondents
who have not received fake news about COVID-19 vaccination. In the end,
respondents turned out to still trust official government institutions as a source of
information regarding COVID-19 vaccination.
Keywords: hoax; COVID-19; social media; opinion; consideration; vaccination
Pendahuluan
Dunia dikejutkan dengan adanya wabah virus Corona (COVID-19) yang
menginfeksi hampir seluruh negara di dunia pada awal tahun 2020. Tidak peduli negara
maju, berkembang, maupun miskin semua mengalaminya. Pada awalnya, ada negara
yang percaya dan berusaha untuk segera mengantisipasinya, namun, ada pula negara yang
tidak percaya, bahkan cenderung ‘menyepelekan’ wabah ini. Virus Corona ini juga
menginfeksi negara Indonesia, mulai terdeteksi masuk di Indonesia sejak awal Maret
2020 (Damaledo, 2021). Mengetahui hal tersebut, pemerintah Indonesia segera bertindak
untuk bisa segera menyelesaikan kasus ini. Tindakan yang telah dilakukan pemerintah
Indonesia, di antaranya adalah menyiapkan 100 rumah sakit dengan ruangan standar
isolasi dan menginstruksikan gerakan social distancing (Ihsanuddin, 2020). Selama
proses mengatasi virus ini, terjadi banyak kepanikan dan ketakutan yang melanda warga
Indonesia, sampai muncul sebuah fenomena panic buying (Pranita, 2020). Karena hal ini
banyak masyarakat dan bahkan pengamat pemerintah mengatakan bahwa pemerintah
Indonesia gagap dalam mengatasi dan menjelaskan kebijakan serta kondisi terkait virus
Corona (Tim COVID-19 Filantropi, 2020).
Didasari rasa tidak percaya terhadap pemerintah, mendadak banyak orang tiba-
tiba menjadi ahli COVID-19. Semua hal dikomentari dan informasi yang belum jelas
validasinya, disebarluaskan begitu saja melalui media sosial. Selama pandemi COVID-
19, media sosial memang menjadi sumber informasi penting bagi masyarakat dalam
memantau perkembangan kasus COVID-19 serta mengetahui tata cara pencegahan dan
penanganan COVID-19 (Kalia, 2021). Beragam jenis informasi dapat diakses oleh
masyarakat baik informasi yang diperoleh dari akun resmi maupun yang belum jelas
sumbernya. Pertukaran informasi ini menjadi sangat cepat, terlihat dari peningkatan
pengiriman pesan pada media sosial Facebook, Instagram, WhatsApp sebesar 50% dari
bulan-bulan sebelumnya pada daerah yang paling terdampak COVID-19 (Schultz, A., &
Parikh, 2020). Tentunya, dari sekian banyak penggunaan media sosial tidak dapat
dipastikan secara pasti bahwa semua informasi adalah benar dan dapat dipercaya. Di satu
sisi terdapat informasi dan berita faktual dan terpercaya, namun berita-berita tersebut juga
tidak jarang tertutupi dengan berita bohong atau hoaks yang bertebaran.
Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat
Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1953
Hoaks atau berita bohong sendiri merupakan informasi palsu yang dibuat-buat
hingga serupa dengan konten pada layaknya berita, namun tanpa adanya proses yang
memastikan akurasi dan kredibilitas dari informasi tersebut (Lazer et al., 2018). Terdapat
tujuh tipe klasifikasi berita bohong menurut (Wardle, 2020), diurutkan berdasarkan
tingkat intensi merugikan dari rendah ke tinggi, antara lain
1. satire atau paroditidak bermaksud merugikan namun memiliki
kemungkinan menipu;
2. false connection (koneksi palsu)judul berita, visual atau takarir tidak
mendukung isi konten;
3. misleading content (konten menyesatkan)informasi disesatkan untuk
menjatuhkan suatu
4. false context (konteks palsu)konten aktual dibagikan dengan konteks
yang palsu;
5. imposter content (konten tiruan)konten yang palsu namun berkedok
sumber terpercaya;
6. manipulated content (konten manipulasi)informasi atau gambar yang
aktual namun dimanipulasi untuk menipu; dan
7. fabricated content (konten buatan)konten yang 100% palsu, dibuat untuk
menipu dan merugikan.
Menurut sebuah penelitian oleh (Zhu et al., 2012) apabila seseorang sudah
terpapar informasi yang salah meskipun hanya sebentar saja, informasi yang salah ini bisa
tersimpan di memori manusia sebaik informasi yang benar. Tentu hal ini akan
mengkhawatirkan apabila seseorang dengan tidak sengaja menyebarkan informasi yang
salah ini hanya karena paparan berita bohong sekilas saja. Memang tidak semua orang
langsung percaya dengan informasi-informasi yang tersebar di dunia maya, masih ada
orang yang mengecek kebenarannya. Namun, dari penelitian lain, rupanya orang-orang
yang sudah melakukan pengecekan fakta ini masih saja bisa terpapar dengan berita-berita
bohong, yang berarti tidak ada orang di dunia ini yang bisa terlepas dari penyimpangan
informasi karena berita-berita bohong ini (Saling, Mallal, Scholer, Skelton, & Spina,
2021). Di Indonesia, salah satu lembaga yang memerangi hoaks adalah MAFINDO
(Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), sebuah komunitas anti-hoaks, tersertifikasi secara
internasional oleh Internasional Fact Checking Network (IFCN), dengan tujuan sebagai
pelindung masyarakat Indonesia dari berita hoaks (Mafindo, 2021). Dari pengamatan
peneliti dengan melakukan pengindeksan melalui mesin telusur Google, ditemukan lebih
dari 3.300 hasil pencarian dengan kata kunci “vaksin covid” per tanggal 9 November
2021 yang merupakan berita-berita bohong yang telah disanggah dengan berbagai sumber
yang lebih kredibel oleh MAFINDO melalui situs webnya, turnbackhoax.id.
Kini pemerintah mulai mengadakan program vaksinasi COVID-19 sebagai satu-
satunya cara yang paling efektif dalam menghentikan pandemi ini dengan mengurangi
risiko kematian yang disebabkan virus COVID-19 (Kemenkes, 2021) (Dhewantara,
2021). Sayangnya, tak ada yang dapat menghentikan berita bohong mengenai vaksin
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1954 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
COVID-19 tersebar, sekalipun adanya MAFINDO atau situs pengecekan fakta lainnya,
tidak semua orang melakukan pengecekan fakta informasi yang mereka dapat dengan
informasi yang kredibel dan jelas sumbernya ( Zignal Labs, 2017). Dengan maraknya
berita bohong yang beredar ini dikhawatirkan dapat memengaruhi keinginan masyarakat
dalam melakukan vaksin COVID-19. Didukung oleh penelitian sebelumnya dengan
responden dari Amerika Serikat dan Britania Raya, hasilnya ditemukan bahwa berita yang
berisi hal-hal saintifik yang tidak benar rupanya menurunkan kemauan untuk vaksin
orang-orang di Amerika Serikat dan Britania Raya (Loomba, de Figueiredo, Piatek, de
Graaf, & Larson, 2021).
Diperparah dengan masih banyaknya masyarakat Indonesia sekitar 23% yang
menyebarkan cuitan bersentimen negatif di media sosial Twitter menurut penelitian
(Rakhmawati, Aditama, Pratama, & Wiwaha, 2020) Hal ini tidak akan mencerahkan
suasana media sosial yang sudah dipenuhi dengan berita bohong. Dengan timbulnya
berbagai macam opini di masyarakat Indonesia terkait vaksin COVID-19, pada penelitian
ini penulis akan menganalisis respons-respons masyarakat terhadap berita bohong terkait
vaksin COVID-19 sehingga kita dapat mengetahui bagaimana keputusan yang diambil
oleh masyarakat Indonesia secara umum. Dengan penelitian ini, pembaca maupun
peneliti akan mendapatkan informasi terkait sentimen masyarakat Indonesia terhadap
program vaksinasi COVID-19 yang ada saat ini. Melalui penelitian ini pula, kita sebagai
warga negara yang baik dapat memperhatikan dan menyikapi dengan bijak terhadap
semua informasi yang kita diterima.
Penelitian serupa sudah pernah dilakukan oleh peneliti di negara-negara lain
seperti Amerika Serikat dan Britania Raya. Hasil penelitian tersebut dirasa tidak relevan
dengan kondisi yang ada di Indonesia dikarenakan beberapa faktor seperti perbedaan gaya
hidup dan cara masyarakat Indonesia menyikapi sesuatu yang ada di media sosial. Hal ini
menjadi salah satu keunggulan penelitian ini dalam meneliti sentimen masyarakat
terhadap program vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini,
diharapkan dapat menjadi landasan atau sumber referensi untuk penelitian selanjutnya di
masa yang akan datang.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kuantitatif menurut (Sugiyono, 2016)
merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan pendekatan deskriptif adalah
pendekatan berdasarkan data-data yang perlu dianalisis dan diinterpretasi sehingga dapat
ditemukan solusi atas masalah yang ada sekarang.
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diambil menggunakan metode
survei berupa pembagian kuesioner melalui Google Form. Menurut (Effendi, 2012),
metode survei adalah mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat
Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1955
sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Metode survei ini dilakukan kepada
masyarakat Indonesia yang telah diklasifikasikan. Pengklasifikasian yang dimaksud,
seperti berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan tertinggi, jenis pekerjaan,
agama, dan waktu yang dihabiskan di platform media sosial.
Pada penelitian ini penulis melakukan beberapa langkah penelitian untuk
mendapatkan dan menganalisis data. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh
penulis meliputi
1. pengumpulan berita bohong terkait vaksin COVID-19; dan
2. pengumpulan data eksperimen dengan kuesioner.
Berita bohong yang kami dapatkan ini akan digunakan sebagai pertanyaan dalam
kuesioner kami. Responden akan diminta untuk memberi tanggapannya terhadap berita-
berita tersebut untuk mengetahui seberapa setuju responden dengan berita yang tidak
benar itu. Kami juga akan menanyakan mengenai penggunaan sosial media responden
serta bagaimana kepercayaan mereka terhadap sumber berita yang mereka baca di sosial
media. Media sosial dipilih karena dari sinilah kebanyakan orang mendapatkan berita-
berita baik bohong maupun faktual mengenai COVID-19 paling banyak (Dang, 2021).
Agar responden merasa lebih nyaman dalam mengisi kuesioner, kami membagi
pertanyaan-pertanyaan kami menjadi enam bagian. Bagian pertama, kami meminta data
demografi singkat berupa usia, jenis kelamin, dan pekerjaan. Pertanyaan-pertanyaan ini
kami adopsi dari laporan Survei Penerimaan Vaksin oleh (Kementerian Kesehatan,
ITAGI, UNICEF, dan WHO, 2020). Bagian kedua merupakan pertanyaan garis dasar
pemahaman vaksin COVID-19, yang berisi pertanyaan mengenai sudah tidaknya
responden menerima vaksinasi COVID-19. Apabila responden menjawab belum, kami
juga meminta alasan mereka. Pilihan jawaban merupakan hasil adopsi dari kuesioner
yang dilakukan oleh (Loomba et al., 2021).
Pada bagian ketiga, kami ingin mengetahui sumber informasi vaksinasi COVID-
19 dan penggunaan media sosial responden. Pada bagian keempat kami memaparkan
kepada responden berupa lima gambar informasi bohong, beserta pertanyaan mengenai
pendapat responden setelah melihat gambar-gambar tersebut dan pendapatnya akan
gambar tersebut. Bagian kelima, kami ingin mengetahui apakah responden pernah
melihat konten-konten serupa seperti gambar yang kami berikan di media sosial. Ketiga
bagian terakhir ini kami adopsi dari kuesioner pada penelitian oleh (Loomba et al., 2021).
Adapun gambar-gambar yang dipaparkan pada bagian keempat di kuesioner kami,
merupakan tangkapan layar dari sebuah situs web dan empat konten media sosial yang
merupakan sebuah hoaks dalam kategori misleading content. Kelima konten ini sudah
dilakukan penelaahan dan pengecekan fakta dari berbagai sumber yang kredibel untuk
memastikan bahwa konten-konten tersebut bukanlah hal yang benar. Pengecekan fakta
ini dilakukan oleh MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), melalui situs webnya
di turnbackhoax.id.
Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik Responden
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1956 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Berikut merupakan karakteristik-karakteristik responden yang bersedia
berpartisipasi dalam kuesioner yang telah diadakan penulis.
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Rentang Usia
Rentang Usia
Jumlah Responden
Persentase
17 30
19
59,4%
31 40
1
3,1%
41 50
3
9,4%
51 60
9
28,1%
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa responden dengan rentang usia
17-30 berjumlah 19 (59,38%), untuk rentang usia 31-40 berjumlah 1 (3,13%), untuk
rentang usia 41-50 berjumlah 3 (9,38%), dan untuk rentang usia 51-60 berjumlah 9
(28,13%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang tertarik akan
kasus yang diangkat dalam kuesioner adalah masyarakat yang berada pada rentang usia
17-30, yaitu sebanyak 19 responden.
Tabel 2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Persentase
Laki-laki
7
21,9%
Perempuan
19
59,4%
Tidak ingin menjawab
6
18,8%
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa responden Laki-laki berjumlah
7 (21,9%), responden Perempuan berjumlah 19 (59,4%), dan yang tidak ingin
menunjukkan jenis kelaminnya berjumlah 6 (18,8%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden yang tertarik akan kasus yang diangkat dalam kuesioner adalah
responden dengan jenis kelamin Perempuan, yaitu sebanyak 19 responden.
Tabel 3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah Responden
Persentase
Siswa/Mahasiswa
19
59,4%
PNS/Tentara/Polri/BUMN/BUMD
1
3,1%
Pegawai Swasta
3
9,4%
Wiraswasta/Pengusaha
1
3,1%
Lainnya
8
25%
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang
bekerja sebagai Siswa/Mahasiswa berjumlah 19 (59,4%), sebagai
PNS/Tentara/Polri/BUMN/BUMD berjumlah 1 (3,1%), sebagai Pegawai Swasta
berjumlah 3 (9,4%), sebagai Wiraswasta/Pengusaha berjumlah 1 (3,1%), dan sebagai
Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat
Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1957
pekerja serabutan berjumlah 8 (25%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden yang tertarik akan kasus yang diangkat dalam survei adalah responden yang
bekerja sebagai Siswa/Mahasiswa, yaitu sebanyak 19 responden.
2. Variabel Terkait Dasar Pemahaman Vaksinasi COVID-19
a. Apakah Anda atau salah satu anggota keluarga Anda atau teman, kolega, tetangga
Anda pernah dinyatakan positif COVID-19?
Tabel 4 Respons Riwayat Mengidap COVID-19
Jumlah Responden
Persentase
26
81,3%
6
18,8%
-
-
Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang menjawab
Ya berjumlah 26 (81,3%), responden yang menjawab Tidak berjumlah 6 (18,8%), dan
tidak ada responden yang menjawab Mungkin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menjawab Ya terkait pertanyaan 1 bagian 1, yaitu sebanyak 26
responden.
b. Apakah Anda sudah menerima vaksinasi COVID-19?
Tabel 5 Respons Penerimaan Vaksin COVID-19
Jawaban
Jumlah Responden
Persentase
Sudah
30
93,8%
Belum, masih mempertimbangkan
2
6,3%
Belum, tidak akan
-
-
Berdasarkan data pada Tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab Sudah berjumlah 30 (93,8%), responden yang menjawab Belum, masih
mempertimbangkan berjumlah 2 (18,8%), dan tidak ada responden yang menjawab
Belum, tidak akan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab
Sudah terkait pertanyaan 2 bagian 1, yaitu sebanyak 30 responden.
c. Apabila ada vaksin COVID-19 baru, apakah Anda akan merimanya?
Tabel 6 Respons Penerimaan Vaksin COVID-19 Baru
Jawaban
Jumlah Responden
Persentase
Ya
19
59,4%
Tidak yakin, masih mempertimbangkan
11
34,4%
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1958 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Tidak, tidak akan
2
6,3%
Berdasarkan data pada Tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab Ya berjumlah 19 (59,4%), responden yang menjawab Tidak yakin, masih
mempertimbangkan berjumlah 11 (34,4%), dan responden yang menjawab Tidak, tidak
akan berjumlah 2 (6,3%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
menjawab Ya terkait pertanyaan 3 bagian 1, yaitu sebanyak 19 responden.
3. Variabel Terkait Sumber Informasi dan Sosial Media
a. Sumber informasi mana yang Anda percayai mengenai informasi COVID-19?
Gambar 1 Grafik Sumber Informasi yang Dipercaya
Berdasarkan data pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden menjawab
Arahan pemerintah merupakan sumber informasi terpercaya mengenai COVID-19, yaitu
sebanyak 16 responden. Diikuti dengan Otoritas kesehatan internasional (WHO) dan
Otoritas kesehatan nasional (Kemenkes, ITAGI) sebanyak masing-masing 15 dan 14
responden.
b. Dalam satu bulan terakhir, rata-rata berapa lama waktu yang Anda habiskan tiap
hari menggunakan media sosial?
Tabel 7 Respons Lama Penggunaan Media Sosial
Jawaban
Jumlah Responden
Persentase (%)
Tidak pernah
-
-
Kurang dari 10 menit/hari
2
6,3%
10-30 menit/hari
1
3,1%
31-60 menit/hari
3
9,4%
1-2 jam/hari
9
28,1%
Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat
Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1959
2-3 jam/hari
4
12,5%
Lebih dari 3 jam/hari
13
40,6%
Berdasarkan data pada Tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa responden tidak
ada yang menjawab Tidak pernah, responden yang menjawab Kurang dari 10 menit/hari
berjumlah 2 (6,3%), yang menjawab 10-30 menit/hari berjumlah 1 (3,1%), yang
menjawab 31-60 menit/hari berjumlah 3 (9,4%), yang menjawab 1-2 jam/hari berjumlah
9 (28,1%), yang menjawab 2-3 jam/hari berjumlah 4 (12,5%), dan yang menjawab lebih
dari 3 jam/hari berjumlah 13 (40,6%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden menjawab Lebih dari 3 jam/hari terkait pertanyaan 1 bagian 2, yaitu sebanyak
13 responden.
c. Platform media sosial apa yang Anda gunakan?
Gambar 2 Platform Media Sosial yang Digunakan
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden
menggunakan platform media sosial WhatsApp, yaitu sebanyak 30 responden.
d. Di platform media sosial mana Anda menerima informasi mengenai COVID-19?
Gambar 3 Media Sosial yang Memberi Informasi
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1960 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Berdasarkan data pada Gambar 3 tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas
responden menerima informasi mengenai COVID-19 berasal dari platform media sosial
Whatsapp, yaitu sebanyak 18 responden.
e. Dengan siapa Anda berbagi informasi mengenai COVID-19?
Gambar 4 Relasi Berbagi Informasi
Berdasarkan data pada Gambar 4 tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas
responden berbagi informasi mengenai COVID-19 dengan keluarga masing-masing,
yaitu sebanyak 27 responden.
f. Di platform media sosial mana Anda berbagi informasi mengenai COVID-19?
Gambar 5 Media Sosial Berbagi Informasi
Berdasarkan data pada Gambar 5 tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas
responden berbagi informasi mengenai COVID-19 melalui media sosial WhatsApp, yaitu
sebanyak 27 responden.
4. Variabel Terkait Eksposur Informasi Vaksinasi COVID-19
Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat
Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1961
Pada bagian ini penulis menunjukkan lima buah gambar yang menunjukkan berita
bohong terkait vaksinasi. Di sini penulis menganalisis tanggapan para responden terkait
gambar-gambar yang telah dicantumkan.
a. Setelah melihat gambar-gambar tersebut, apabila ada vaksin COVID-19 baru,
apakah Anda akan merimanya?
Tabel 8 Respons Penerimaan COVID-19 Setelah Eksposur Berita Bohong
Jawaban
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
17
53,1%
Tidak yakin, masih mempertimbangkan
14
43,8%
Tidak, tidak akan
1
3,1%
Berdasarkan data pada Tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab Ya berjumlah 17 (53,1%), responden yang menjawab Tidak yakin, masih
mempertimbangkan berjumlah 14 (43,8%), dan responden yang menjawab Tidak, tidak
akan berjumlah 1 (3,1%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
menjawab Ya terkait pertanyaan 1 bagian 3, yaitu sebanyak 17 responden.
b. Secara umum, berdasarkan informasi pada gambar saya merasa ...
Gambar 6 Perasaan Responden Terhadap Gambar
Berdasarkan data pada Gambar 6 tersebut dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan mayoritas responden merasa sangat tidak setuju dengan informasi yang
tercantum dalam gambar-gambar yang telah diberikan.
c. Secara umum, berdasarkan informasi pada gambar, saya akan ...
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1962 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Gambar 7 Tindakan Responden Terkait Gambar
Berdasarkan data pada Gambar 7 tersebut dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan mayoritas responden sangat mungkin akan mengecek kebenaran atas
informasi-informasi yang tercantum dalam gambar dan sangat tidak mungkin akan
membagikan informasi-informasi dalam gambar tersebut kepada relasinya.
5. Variabel Terkait Berbagi Informasi Vaksinasi COVID-19
Pada bagian ini penulis menanyakan terkait media sosial yang digunakan oleh
responden untuk membagikan informasi terkait vaksinasi COVID-19 pada satu bulan
terakhir.
a. Pernahkah Anda melihat konten-konten yang mirip dengan gambar-gambar di
atas di media sosial pada satu bulan terakhir?
Tabel 9 Respons Melihat Konten Berita Bohong di Media Sosial
Jawaban
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
13
40,6%
Tidak
15
46,9%
Tidak tahu
4
12,5%
Berdasarkan data pada Tabel 9 tersebut, didapatkan hasil bahwa responden yang
menjawab Ya berjumlah 13 (40,6%), menjawab Tidak berjumlah 15 (46,9%), dan
menjawab Tidak tahu berjumlah 4 (12,5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menjawab Tidak pada pertanyaan 1 bagian 4, yaitu sebanyak 15.
b. Seberapa sering Anda melihat konten yang mirip dibagikan di media sosial pada
satu bulan terakhir?
Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat
Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1963
Tabel 10 Respons Frekuensi Melihat Konten Berita Bohong di Sosial Media
Jawaban
Jumlah Responden
Persentase (%)
Beberapa kali sehari
1
3,1%
Sekali atau dua kali sehari
1
3,1%
Beberapa kali seminggu
3
9,4%
Beberapa kali sebulan
12
37,5%
Tidak pernah
7
21,9%
Tidak tahu
8
25%
Berdasarkan data pada Tabel 10 tersebut, didapatkan hasil bahwa responden yang
menjawab Beberapa kali sehari berjumlah 1 (3,1%), Sekali atau dua kali sehari berjumlah
1 (3,1%), Beberapa kali seminggu berjumlah 3 (9,4%), Beberapa kali sebulan berjumlah
12 (37,5%), Tidak pernah berjumlah 7 (21,9%), Tidak tahu berjumlah 8 (25%). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menjawab Beberapa kali sebulan pada
pertanyaan 2 bagian 4, yaitu sebanyak 12.
c. Pernahkah Anda membagikan, menyukai, atau berkomentar pada konten yang
mirip pada satu bulan terakhir?
Tabel 11 Respons Berinteraksi Dengan Konten Berita Bohong
Jawaban
Jumlah Responden
Persentase (%)
Ya
1
3,1%
Tidak
31
96,9%
Tidak tahu
-
-
Berdasarkan data pada Tabel 11 tersebut, didapatkan hasil bahwa responden yang
menjawab Ya berjumlah 1 (3,1%), Tidak berjumlah 31 (96,9%), dan tidak ada yang
menjawab Tidak tahu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
menjawab Tidak pada pertanyaan 3 bagian 4, yaitu sebanyak 31.
Secara garis besar dari beberapa analisis tersebut, ditemukan hasil yang cukup
bertolak belakang dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di Amerika Serikat
dan Britania Raya oleh (Loomba et al., 2021) Seperti yang terlihat di Tabel 6, semula
terdapat 19 responden yang mau menerima vaksin COVID-19 baru, namun setelah diberi
eksposur dengan berita bohong, dua responden berubah pikiran dan memilih untuk masih
mempertimbangkannya seperti yang terlihat pada Tabel 8. Hal ini bisa jadi karena para
responden sudah jarang melihat adanya berita bohong di media sosial dan kebanyakan
hanya pernah melihatnya sekali dalam satu bulan seperti yang terlihat pada Tabel 10.
Serta terlihat pula dari grafik di Gambar 7 kebanyakan responden merasa sangat
memungkinkan untuk melakukan pengecekan fakta apabila melihat foto atau konten yang
memiliki narasi mencurigakan seperti berita bohong yang telah penulis paparkan pada
survei.
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1964 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh berita bohong di media sosial terhadap keputusan
masyarakat Indonesia dalam melakukan vaksin COVID-19, dapat diambil kesimpulan
bahwa masyarakat Indonesia yang berencana melakukan vaksinasi COVID-19 cenderung
tetap kukuh pada pendiriannya untuk melakukan vaksinasi meskipun telah terpapar
berita-berita yang menyesatkan. Hanya ada sebagian yang sangat kecil berubah
pikirannya menjadi mempertimbangkan vaksinasi setelah melihat berita-berita tersebut.
Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia kebanyakan hanya mempercayai informasi
mengenai vaksin COVID-19 yang langsung bersumber dari pemerintah, otoritas
kesehatan, maupun langsung dari seorang tenaga kesehatan. Meskipun mereka
mendapatkan berita bohong melalui media sosial, kebanyakan cenderung melakukan
pengecekan fakta terlebih dahulu sehingga menghentikan adanya persebaran berita
bohong ke orang lain. Meskipun begitu, penelitian tambahan perlu terus dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang lebih konkret dan mencakup lebih banyak responden seluruh
Indonesia.
Analisis Pengaruh Berita Bohong di Sosial Media Terhadap Keputusan Masyarakat
Indonesia Melakukan Vaksinasi Covid-19
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021 1965
Bibliografi
Damaledo. (2021). 2 Maret 2020 kasus corona pertama di Indonesia diumumkan tahun
lalu. Retrieved from tirto.id website: tirto.id: https://tirto.id/2-maret-2020-kasus-
corona-pertama-di-indonesia-diumumkan-tahun-lalu-gaKw.
Dang, Hoang Linh. (2021). Social Media, Fake News, and the COVID-19 Pandemic:
Sketching the Case of Southeast Asia. Austrian Journal of South-East Asian Studies,
14(1), 3758. https://doi.org/10.14764/10.ASEAS-0054.
Dhewantara, P. W. (2021). Studi Terbaru: Vaksin COVID-19 Efektif Mencegah
Perawatan dan Kematian. Retrieved from sehatnegeriku.kemkes.go.id website:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20210812/4238277.
Effendi, Sofian. (2012). Tukiran. Metode Penelitian Survei.
Ihsanuddin. (2020). Waspada Virus Corona, Pemerintah Siapkan 100 RS dengan Ruang
Isolasi. Retrieved from
https://nasional.kompas.com/read/2020/01/27/14590641/waspada-virus-corona-
pemerintah-siapkan-100-rs-dengan-ruang-isolasi website:
Kalia, B. S. (2021). Analisis Penyebaran Berita Hoaks Pandemi Covid-19 di Bondowoso
Melalui Facebook.
Kemenkes. (2021). Program Vaksinasi COVID-19 Mulai Dilakukan, Presiden Orang
Pertama Penerima Suntikan Vaksin COVID-19. Retrieved from
http://p2p.kemkes.go.id/program-vaksinasi-covid-19-mulai-dilakukan-presiden-
orang-pertama-penerima-suntikan-vaksin-covid-19/ website:
Labs, Zignal. (2017). A report on the spread of fake news. Retrieved from
http://go.zignallabs.com/Q1-2017-fake-news-report website:
Lazer, David M. J., Baum, Matthew A., Benkler, Yochai, Berinsky, Adam J., Greenhill,
Kelly M., Menczer, Filippo, Metzger, Miriam J., Nyhan, Brendan, Pennycook,
Gordon, & Rothschild, David. (2018). The science of fake news. Science, 359(6380),
10941096. https://doi.org/10.1126/science.aao2998.
Loomba, Sahil, de Figueiredo, Alexandre, Piatek, Simon J., de Graaf, Kristen, & Larson,
Heidi J. (2021). Measuring the impact of COVID-19 vaccine misinformation on
vaccination intent in the UK and USA. Nature Human Behaviour, 5(3), 337348.
https://doi.org/10.1038/s41562-021-01056-1.
Mafindo. (2021). Tentang kami. Retrieved from https://www.mafindo.or.id/tentang-
kami/ website: https://www.mafindo.or.id/tentang-kami/
Pranita, E. (2020). Virus corona di Indonesia bikin masyarakat panik, ini sebabnya.
Retrieved from kompas.com website:
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/071400823/virus-corona-di-
Hendry Naufal Marbella, Nadira Hanifah Nur’aini, Shafwan Agung, Nur Aini
Rakhmawati
1966 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 11, November 2021
indonesia-bikin-masyarakat-panik-ini-sebabnya?page=all
Rakhmawati, Nur Aini, Aditama, Muhammad Iqbal, Pratama, Rizqeya Irfan, & Wiwaha,
Kevin Hafizzana Untoro. (2020). Analisis Klasifikasi Sentimen Pengguna Media
Sosial Twitter Terhadap Pengadaan Vaksin COVID-19. JIEET (Journal of
Information Engineering and Educational Technology), 4(2), 9092.
https://doi.org/10.26740/jieet.v4n2.p90-92.
Saling, Lauren L., Mallal, Devi, Scholer, Falk, Skelton, Russell, & Spina, Damiano.
(2021). No one is immune to misinformation: An investigation of misinformation
sharing by subscribers to a fact-checking newsletter. Plos One, 16(8), e0255702.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0255702.
Schultz, A., & Parikh, J. (2020). Keeping our services stable and reliable during the
COVID-19 outbreak. Retrieved from https://about.fb.com/news/2020/03/keeping-
our-apps-stable-during-covid-19/ website:
https://about.fb.com/news/2020/03/keeping-our-apps-stable-during-covid-19/.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (PT Alfabet).
Bandung.
Wardle, C. (2020). Understanding information disorder. Diambil kembali dari First Draft.
Retrieved from https://firstdraftnews.org/long-form-article/understanding-
information-disorder/ website: https://firstdraftnews.org/long-form-
article/understanding-information-disorder/
Zhu, Bi, Chen, Chuansheng, Loftus, Elizabeth F., He, Qinghua, Chen, Chunhui, Lei,
Xuemei, Lin, Chongde, & Dong, Qi. (2012). Brief exposure to misinformation can
lead to long‐term false memories. Applied Cognitive Psychology, 26(2), 301307.
https://doi.org/10.1002/acp.1825 .