Jurnal Indonesia Sosial
Teknologi: p�ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
MANAJEMEN DALAM PERSPEKTIF
AL-QUR�AN
Siti Khoirul Munawaroh
IAIN Ponorogo
Email: [email protected]
Abstrak
Al-Qur�an adalah hudan
(petunjuk) yang diturunkan Allah Ta�ala kepada Nabi Muhammad S.A.W untuk
segenap manusia. Dalam Al-Qur�an, Allah SWT mengajarkan tauhid kepada manusia.
Al-Qur�an mengemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai aspek penting
kehidupan manusia. Diantara aspek penting tersebut adalah manajemen. Adapun
untuk mengeksplorasi ayat Al-Qur�an yang berbicara tentang tema di atas
digunakanlah mutode mawdu�i (tematik). Metode ini istimewa karena
relevan dengan kebutuhan masyarakat di era milenial saat ini yang mebutuhkan
penjelaan praktis untuk memecahkan kemusykilan dan menangkap maksud Al-Qur�an
berdasarkan tema tertentu secara jelas. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaaan (library research) dan untuk mempermudah, peneliti
menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Al-Qur�an mengungkap makna manajemen dengan penggunaan kata Al-Tadbiir.
Dalam pelaksanaannya, manajemen hendaknya mengacu pada
prinsip-prinsip. Al-Qur�an tidak menafikkan adanya prinsip manajemen ini,
diantaranya dikemukakan dalam Al-Qur�an ialah: keimanan, ikhlas, ihsan,
keteladanan, kesatuan arah, musyawarah, akuntabilitas, efisien dan efektif,�
partisipasif, bertanggungjawab, kompeten, dan adanya kerjasama serta
fleksibel. Secara garis besar, manajemen pendidikan dalam Al-Qur�an ialah
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating) dan keempat adalah pengawasan (controlling).
Kata kunci: manajemen; Al-Qur�an; dan mawdu�i.
Abstract
Al-Qur'an is the hudan (guidance) that
was revealed by Allah Ta'ala to the Prophet Muhammad SAW for all mankind. In
the Qur'an, Allah SWT teaches monotheism to humans. The Qur'an provides a
careful description of the various important aspects of human life. Among these
important aspects is management. As for exploring the verses of the Qur'an that
talk about the above theme, themethod is used mawdu'i (thematic). This method
is special because it is relevant to the needs of society in today's millennial
era, which requires practical explanations to solve absurdities and clearly
capture the meaning of the Qur'an based on certain themes. This type of
research islibrary researchand for convenience, researchers use qualitative
analysis. Based on the results of the study, it can be concluded that the
Qur'an reveals the meaning of management by using the word Al-Tadbiir. In its
implementation, management should refer to the principles. The Qur'an does not
deny the existence of these management principles, some of which are stated in
the Qur'an are: faith, sincerity, ihsan, exemplary, unity of direction,
deliberation, accountability, efficiency and effectiveness, participation,
responsibility, competence, and cooperation. as well as flexible. Broadly
speaking, the management of education in the Koran is planning
(planning),organizing (organizing), agitation (actuating) and fourth is
monitoring (controlling)
Keyword : Management;
the Qur'an; and mawdu'i.
Pendahuluan
Al-Qur�an
adalah kitab agama dan hidayah yang diturunkan Allah Ta�ala kepada Nabi
Muhammad SAW untuk seluruh manusia. Dalam Al-Qur�an, Allah Ta�ala mengatur
aspek kehidupan manusia, menyucikan manusia dengan berbagai ibadah, membimbing
manusia pada hal-hal yang mampu memberi kebaikan dan kemaslahatan pada
kehidupan pribadi dan masyarakat, mengarahkan manusia pada agama yang luhur
untuk mewujudkan diri, mengembangkan�
kepribadian� serta� meningkatkan diri ke taraf kesempurnaan
insani (Najati,
2001).
Al-Qur�an
mengemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai aspek penting kehidupan
manusia. Diantara aspek penting tersebut adalah manajemen. Manajemen yang berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola,
dan memperlakukan. Al-Qur�an menyebutkan bahwa Allah SWT sebagai tenaga administrator dan
manajer yang Maha-andal.� Seperti yg
tertera dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 255 yakni:
اللّهُ
لاَ إِلَـهَ
إِلاَّ هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّومُ
لاَ
تَأْخُذُهُ
سِنَةٌ وَلاَ
نَوْمٌ لَّهُ
مَا فِي
السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي
الأَرْضِ مَن
ذَا الَّذِي
يَشْفَعُ
عِنْدَهُ
إِلاَّ
بِإِذْنِهِ
يَعْلَمُ مَا
بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ
وَمَا
خَلْفَهُمْ
وَلاَ
يُحِيطُونَ
بِشَيْءٍ مِّنْ
عِلْمِهِ
إِلاَّ بِمَا
شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ
السَّمَاوَاتِ
وَالأَرْضَ
وَلاَ
يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا
وَهُوَ
الْعَلِيُّ
الْعَظِيمُ -٢٥٥
Artinya: �� Allah, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa�at di
sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.��
Meski mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam,
sebagian manusia masih berbuat suatu kezaliman (kedurjanaan) dan belum
mengindahkan nilai-nilai manajemen yang terinspirasi dari Al-Qur�an. Manusia
pada umumnya butuh sistem manajemen yang memadai pada setiap aktifitasnya. Oleh
karenanya, manajemen penting untuk diarahkan guna membentengi diri pada arus
degradasi moral seperti saat ini, manajemen seyogyanya selaras dengan ajaran
Al-Qur�an.
Metode Penelitian
Untuk menggali makna
dalam Al-Qur�an melalui pendekatan tafsir, secara umum para ulama menggunakan
beberapa pendekatan yakni tafsir tahlili,
ijmali (global), muqaran
(komparasi) dan Mawdu�i (tematik).
Tafsir
Mawdu�i
mampu mengantisipasi perkembangan
masa kini, memberikan penyelesaian terhadap permasalahan dan kepentingan
manusia modern ketika generasi sedang dihadapkan dengan kebimbangan dan
kebingungan. Tafsir Mawdu�idilakukan dengan menghimpun
seluruh ayat Al-Qur�an yang memiliki satu tujuan dan satu tema, mengkualifikasikannya
selanjutnya menguraikannya dengan menjelajahi seluruh aspek yang dapat digali.
Dalam
bukunya, Abdul Hayy Al-Farmawi, Al-Badiyah
Fi Al-Tafsir Al-Mawdu�i:� Dirasah
Manhajiyyah Mawdu�iyah menyebutkan bahwa prosedur tafsir tematik (Mawdu�i) adalah pertama menetapkan masalah yang akan dibahas (topik), kedua menghimpun ayat-ayat yang
berkaitan dengan masalah tersebut. Selanjutnya yang ketiga menyusun runtutan ayat berdasarkan masa turunnya, dilengkapi
dengan asbab an-nuzul ayat. Keempat memahami
korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing. Kelima merangkai pokok bahasan menjadi kerangka yang
sempurna (outline).� Keenam
melengkapi dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan. Terakhir adalah mempelajari ayat-ayat
tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai
pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara yang am (umum) dan
yang khas (khusus)
mutlakdan muqayyad (terikat), atau yang pada
lahirnya bertentangan, sampai semuanya menyatu, tanpa perbedaan atau pemaksaan ( Al-Farmawi, 2002).
Hasil dan Pembahasan
Sebelum membahas istilah
manajemen dalam Al-Qur�an, kita
perlu memahami terlebih dulu terminologi kata manajemen. Banyak sumber membahas
istilah ini, seperti yang dikutip Usman Effendi di antaranya menyebutkan bahwa
manajemen berasal dari bahasa latin manus yang berarti �tangan� (Usman, 2014). Dalam bahasa Italia maneggiare
berarti �mengendalikan,� lalu bahasa Prancis menyebut management yang
berarti �seni melaksanakan dan mengatur�. Sedangkan dalam bahasa Inggris
istilah manajemen berasal dari kata to manage yang berarti �mengatur.��George R.Terry memberikan defenisi:�management
is a distinct process consisting of planning, organizing,actuating and
controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use
ofhuman beings and other resources�.
�Menurut (Stoner, 1982) mengemukakan bahawa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari segi bahasa
manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari
kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata
pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan
Hasan Shadily management berasal dari akar kata to manage yang berarti
mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan (Echols &
Shadily, n.d.). Manajemen adalah
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer dalam me-manage
organisasi, lembaga, maupun perusahaan (Ramayulis, 2008).
1.
Istilah manajemen dalam Al-Qur�an
Manajemen dalam bahasa
Arab sering dibahasakan dengan idaarah diambil dari kata adartasy
syai�ah atau perkataan adarta
bihi, didasarkan juga pada kata ad-dauran. Namun istilah idaarah tidak ditemukan di dalam
Al-Qur�an. Al-Qur�an memuat makna manajemen dengan hanya menggunakan istilah Al- Tadbiir. Al-Tadbiir yang merupakan bentuk
masdar dari dabbara, yudabbiru, tadbiiran. Al- Tadbiir berarti pengaturan,pengurusan, perencanaan dan
persiapan (Adnan & Purwoko, 2013). Dalam kamus Al-Munawwir (Mursyid, 2018), dabbara diartikan sebagai � mengatur, mengurus, memimpin.�
Dari hasil penelusuran
penulis terhadapAl-Qur�an dan terjemahnya serta menggunakan aplikasi Al-Qur�an
Kalam, serta karya Muhammad Fu�ad �Abdul Baaqii, yakni Mu�jam
Mufahras Al-Faaz Al-Qur�an terdapat 26 lafaz dabbara secara keseluruhan dengan
berbagai derivasinya (Muhammad Fu�ad �Abdul Baaqii, t.th) . Di antara ayat yang menerangkan makna tersebut adalah surah Al-Sajdah
ayat 5:
يُدَبِّرُ
الْأَمْرَ
مِنَ
السَّمَاءِ
إِلَى
الْأَرْضِ
ثُمَّ
يَعْرُجُ
إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ
كَانَ
مِقْدَارُهُ
أَلْفَ
سَنَةٍ مِّمَّا
تَعُدُّونَ �
Artinya : �Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
����������� kepadanya dalam satu hari yang kadarnya
adalah seribu tahun
����������� menurut perhitunganmu.�
M. Quraish Shihab berpendapat bahwa penggunaan kata yudabbiru
pada ayat di atas, adalah untuk menjelaskan pemikiran dan pengaturan sedemikian
rupa tentang sesuatu yang akan terjadi di kemudiannya. Intinya adalah segala
sesuatu harus diperhitungkan dampak dan akibatnya secara matang, sehinggahasil
yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki atau sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya (Harahap, 2016).
Dari isi kandungan ayat
di atas, bisa dipahami bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (Al-Mudabbir/manager).
Dalam (Hidayat & Wijaya, 2017) disebutkan bahwa keteraturan alam raya ini merupakan bukti
kebesaran-Nya pada� proses pengelolaan
alam. Namun, sebab manusia yang diciptakan-Nya telah dijadikan sebagai khalifah
di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya
sebagaimana dicontohkan Allah SWT.
Dalam bahasa manajemen, seperti yang diungkapkan Abuddin
Nata, kata pengaturan dapat disamakan dengan maksud pengorganisasian yang
mencakup tentang berbagai kegiatan atau program dan sekaligus membagi-baginya
dengan sumber daya yang ada, waktu yang tersedia dan lain sebagaianya.
Rasulullah SAW juga mengungkapkan hadist yang semakna dengan pengaturan yaitu
dengan menggunakan kata nidzam yang menjelaskan bahwa kebenaran yang
diatur atau (diorganisasi) dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diatur
(diorganisasi) dengan baik (Nata, 2016).
Kemudian adanya unsur yang mengatur, mengelola dan seterusnya
dalam hal ini adalah Allah. Dapat dipahami bahwa Allah menunjukkan dirinya
sebagai sang administrator atau manajer yang maha-andal, mengingat bahwa yang
diatur-Nya begitu tak terhingga. Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah-lah
sang pengatur yang Maha me-manage segala urusan hamba-Nya yakni dalam
Q.S Al-Baqarah ayat 255:
اللّهُلاَإِلَـهَإِلاَّهُوَالْحَيُّالْقَيُّومُلاَتَأْخُذُهُسِنَةٌوَلاَنَوْمٌلَّهُمَافِيالسَّمَاوَاتِوَمَافِيالأَرْضِمَن
ذَاالَّذِييَشْفَعُعِنْدَهُإِلاَّبِإِذْنِهِيَعْلَمُمَابَيْنَأَيْدِيهِمْوَمَاخَلْفَهُمْوَلاَيُحِيطُونَبِشَيْءٍمِّنْعِلْمِهِإِلاَّبِمَاشَاءوَسِعَكُرْسِيُّهُالسَّمَاوَاتِوَالأَرْضَوَلاَيَؤُودُهُحِفْظُهُمَاوَهُوَالْعَلِيُّالْعَظِيمُ
-٢٥٥
Artinya: �� Allah, tidak
ada �Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada
yang dapat memberi syafa�at di sisi Allah tanpa
izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.��
Menurut (Sabiq, 2006) menyebut bahwa Allah SWT tidak keberatan
mengatur (me-manage), memelihara, menertibkan (mengorganisasikan), serta
mengamankan keadaan yang terdapat di langit dan bumi serta bahwa Dia bersifat
maha luhur dan agung. Pemahaman tentang Allah sebagai pelaksana fungsi
manajemen dimaksudkan agar manusia dapat mengabil contoh dan teladan
kepada-Nya. Sehingga ketika manusia menjadi administrator dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik dan tetap berada pada jalan yang diridhoi-Nya.
Secara garis besar,
ayat-ayat tentang manajemendapat�
dikualifikasikan sebagai berikut:
Al-Tadbiir/ Dabbara |
|
Subjek |
Objek |
a. Allah |
Segala urusan |
b. Manusia |
Urusan |
Setelah menelusuri ayat
dan menemukan pemaparan ayatyang menunjukkan makna manajemen, ada beberapa poin
yang penulis dapatkan dari yakni pertama hakikat manajemen dalam
Al-Qur�an diistilahkan dengan kata� Al-Tadbiir. �Kedua, Term �Al-Tadbiir
�langsung merujuk pada pengertian
manajemen secara tegas dalam arti
�pengaturan�. �Kata ini merupakan derivasi dari kata �dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur�an.
Ketiga, terdapat perbedaan yang
mencolok pada subjek/ pelaku� pada surah Yunus ayat 3 dan 31, Ar-Ra�d ayat 2 serta Al-Sajdah ayat 5
subjeknya adalah Allah, dan pada surah An-Naaziaat ayat 5 subjeknya adalah para malaikat. Hal ini sekaligus
menunjukkan bahwa Allah dan para malaikat-Nya yang mengatur urusan
hamba-hamba-Nya.
2.
Prinsip-prinsip
manajemen dalam Al-Qur�an
Sebelumya dalam (Rivai, Basalamah, & Muhammad, 2014) dinyatakan
bahwa pada sebuah
manajemen, selain fungsi manajerial, ada beberapa prinsip manajemen yang harus
diperhatikan, yaitu:Prinsip kemanusiaan, Prinsip demokrasi, Prinsip the
right man in the right place, Prinsip equal pay for equal work, Prinsip kesatuaan arah, Prinsip
kesatuan komando, Prinsip efisiensi, Prinsip efektivitas, Prinsip produktivitas
kerja, Prinsip disiplin , Prinsip wewenang dan
tanggung jawab.
Al-Qur�an tidak menafikan
prinsip manajemen melalui ayat-ayatnya yang mengarah kepadanya, guna memberikan
acuan dan gambaran bagi para manager dan top manajemen untuk memahami
prinsip-prinsip manajemen berdasarkan Al-Qur�an dan mengimplementasikannya.
Berikut ini beberapa
prinsip manajemen pendidikan yang termaktub dalam Al-Qur�an:
a.
Keimanan
Al-Qur�an menyebut secara tegas tentang prinsip
keimanan, diantaranya adalah pada surah Al-Kahfi ayat 38, Q.S. An-Nahl ayat 51,
Q.S. At-Taubah ayat 129. Q.S. An-Nuur ayat 55, Dan masih banyak lagi.
Keimanan sebagai dimensi spiritual dan
ketuhanan merupakan keniscayaan supaya pengetahuan dan penglihatan seseorang
terus meningkat guna menemukan hakikat (Mohd
Nasir Masroom). Pencapaian ini sangat diperlukan sebagai dasar supaya
sistem mampubekerjamaksimal berdasarkan landasan utama yang kokoh.
b.
Ikhlas, ihsan dan
keteladanan
Imron Muttaqin menyebut
bahwa,prinsip ikhlas dijelaskan dalam Q.S.Al-An�aam ayat 162,
yang intinyamengarahkan kepada apapunkegiatanyang dilakukan adalah hanyauntuk
ber�ibadah kepada Allah, dengan maksud sama juga
dijelaskan pada Q.S.Al-Bayyinah ayat 5 yang menyebut adanya perintah agar
memurnikan keimanan (Muttaqin, 2018). QS. Az-Zumar ayat 2 pun menyebut pentingnya ikhlasyang
diperjelas pula pada ayat 11.
Mengenai ihsan, dijelaskan dalam surah Al-Israa�
ayat 7 yang menunjukkan bahwa berlaku baik/ihsan hakekatnya ialah berlaku
baikpada diri sendiri. Setiap kegiatan yang didasari dengan ihsan akan menjadi
positif sebab seolah-oleh top manajement melihat dan diawasi oleh Allah
SWT secara langsung, ini kemudian memberi efek positif ketika melaksanakan
tugas yang berhubungan dengan pengaturan.
Nilai keteladanan sebagai nilai yang
mampumenyokong pemberdayaan sumber daya manusia khususnya top manajemet berperan
penting dalam memberikan keteladanan, jika pemimpinnya patut dicontoh maka yang laiinya akan termotivasi
untuk melakukan hal-hal yang positif juga.
c.
Kesatuan
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anbiyaa�
ayat 22. Dapat dipahami bahwa dalam proses manajemen, top manajement harus
tunggal, karena apabila ada lebih dari satu pasti akan mimbulkan kerancuan dan
kebingungan bagi bawahannya.
d. Musyawarah
Musyawarah ialah sebuah cara pengambilan
kebijakan yang didasarkan pada mufakat. Musyawarah penting dilakukan guna mengambil
kebijakan yang memungkinkan keterlibatan berbagai pihak. Misalkan dalam merumuskannya
AD dan ART secara bersama-sama.
Al-Qur�an menyebut prinsip musyawarah sebagai
berikut:
وَالَّذِينَاسْتَجَابُوالِرَبِّهِمْوَأَقَامُواالصَّلَاةَوَأَمْرُهُمْشُورَىبَيْنَهُمْوَمِمَّارَزَقْنَاهُمْيُنفِقُونَ
-٣٨
Artinya:� Dan (bagi)
orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;dan mereka
menginfakkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.�
e. Akuntabilitas
Prinsip keterbukaan menurut Al-Qur�an ialah dalam surat An-Nisa� ayat 58 (Q.S: 4; 58). M. Quraish Syihab seperti yang dikutip oleh Imron Muttaqin menyatakan bahwa, berdasarkan ayat tersebut Allah memerintahkan agar menyampaikan semua amanat baik yang bersal dari Allah ataupun dari yang lain kepada yang berhak dengan adil.
f.
Efektif dan efisien
A. Fatoni menyebut, kedua kata efektif dan
efisien selalu dipakai bersamaan dalam manajemen sebab jika manajemen hanya
efektif, maka sangat mungkin muncul pemborosan, dan jika manajemen efisien saja
maka akibatnya ialah tujuan tidak dapat diraih (Fatoni, 2015). Al-Qur�an menyatakan prinsip efektif dalam surah Al-Kahfi
ayat 103-104: dan tentang prinsip efisien, yakni yang terdapat pada surah Al-Israa`
Ayat 26 dan 27.
g.
Partisipatif
Berpartisipasi bisa dimaknai dengan saling
tolong-menolong dalam kebaikan, bukan perbuatan dosa maupun permusuhan, seperti
yang dijelaskan dalam surat Al-Maaidah ayat 2.
h.
Bertanggungjawab
Al-Qur`an menyebutkan pada surah Al-Jaatsiyah
ayat 28 bahwa seluruh manusia akan mempertanggungjawabkan semua amal
perbuatannya dan memiliki catatan jugadiberi balasan atas apa-apa yang telah
diperbuatnya.
i.
Kompeten dan Kerjasama
Al-Qur`an tidak hanya membahas manajemen, namun
juga kepemimpinan serta syarat-syaratnya, diantaranya ialah memiliki
kecakapan/kompeten dalam menjalankan pekerjaan. Top manajement wajib
mempunyai kompetensi sebab bila tidak, maka bisa� berakhir dengan kehinaan dan penyesalan (Ali, 2016).
j.
Fleksibel
Fleksibel dalam (Suprayogo, 1999) adalah tidak kaku (lentur). Dalam konteks manajerial ialah
fleksibelitas manajer dalam menjalankan tugas-tugasnya.
3.
Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan
Menurut para pakar,fungsi
manajemen pendidikan sering disebut POAC (Planning, Organizing,
Actuating dan Controlling (Prim Masrokan Mutohar, 2013). Fungsi tersebut adalah:
pertama perencanaan (planning), kedua pengorganisasian (Organizing), yang
ketiga penggerakan (actuating) dan keempat adalah� pengawasan (Controlling).Berikut
uraian fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam Al-Qur�an:
1)
Planning (perencanaan)
Planning
atau
perencanaan (Muhaimin,
2015) adalah
keseluruhan proses dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di
masa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Demikian
jugapada bidang pendidikan, seperti penjelasan Sugeng Kurniawan dalam
artikelnya yang berjudul �Konsep Manajemen Pendidikan Perspektif
Al-Qur�an dan Al-Hadits (Studi Tentang Perencanaan)� dalam (Kurniawan, 2015) bahwa perencanaan mustinya
menjadi fase awal yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para stakeholder
pendidikan. Karena perencanaan adalah faktor penting dari sebuah kesuksesan,
kekeliruan saat menentukan perencanaan pendidikan bisa berakibat sangat
fatalterhadap keberlangsungan pendidikan.
2)
Organizing (pengorganisasian)
Mahmud
Hawary (Al-Hawary,
1976) mengemukakan organizing
sebagai menjalankan sesuatu berdasarkan fungsinya, begitupun juga setiap
anggotanya juga sebagai ikatan dari individu terhadap individu yang lain, guna
melaksanakan sebuah pekerjaan yang tepat, menuju suksesnya fungsi
masing-masing.
Dalam (Rohman,
2018) disebut bahwa kegiatan
yang telah direncanakan dan ditentukan harus segera dilaksanakan dan jangan
ditunda-tunda. Al-Qur�an senantiasa mendorong para manusia untuk melakukan
segala sesuatu secara terorganisir dan dengan sungguh-sungguh.
Muhammad
Fathurrohman menulis dalam artikelnya�Pengorganisasian dalam Perspektif Al-Qur�an dan
Al-Hadits (Kajian Tafsir Tematik)� mengemukakan bahwa Allah SWT melakukan perencanaan
yang matang dalam proses penciptaan. Dalam Q.S As-Sajdah ayat 4-5 sangat jelas
terkandung hikmah, bahwa ketika Allah menciptakan langit dan bumi dengan perencanaan
yang matang (selama enam hari), kemudian Dia melakukan pengaturan dan
pengorganisasian (organizing), supaya semua hal yang ada di langit
juga� bumi bisa berjalan dengan teratur
dan lancar. Ayat tersebut tentu saja tidak bertentangan dengan ayat-ayat lain
yang menyatakan bahwa ketika Allah memiliki rencana untuk menciptakan sesuatu
cukup dengan menyatakan �kun fayakuun� selayaknya yang ada dalam Firman-Nya:
إِنَّمَاأَمْرُهُإِذَاأَرَادَشَيْئاًأَنْيَقُولَلَهُكُنْفَيَكُونُ
-٨٢-
Artinya: �Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalahberkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah
ia".
3) Actuating (menggerakkan)
Dalam (Kurniawan, 2015) Actuating dinyatakan sebagai upaya untuk merealisasikan suatu
rencana.Dengan berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan
untukmelaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai dengan peran,tugas dan
tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dariperanan
kemampuan leadership. Bimbingan menurut pendapat Hadari Nawawi
(1983 : 36) berarti memelihara, menjaga dan memajukan organisasi melalui setiap
personal, baik secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatannya
tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya, kegiatan
bimbingan dapat dilakukan dengan memberikan dan menjelaskan perintah,
memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan, memberikan kesempatan
meningkatkan pengetahuan, keterampilan / kecakapan dan keahlian agar lebih
efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi, memberikan kesempatan
ikut serta menyumbangkan tenaga dna fikiran untuk memajukan organisasi
berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing-masing dan memberikan koreksi agar setiap personal melakukan
tugastugasnya secara efisien.�����������
Actuating dalam bahasa arab
diartikan dengan �al-taujih� yang juga berarti mengarahkan. Al-Qur�an
sudah banyak menjelaskan tentang kata-kata kunci yaitu proses menggerakkan atau
mengarahkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan bersama. Seperti yang
dijelaskan Mochamad Nurcholiq yang berjudul �Actuating dalam Perspektif
Al-Qur�an dan Al-Hadits (Kajian Al-Qur�an dan Al-Hadits Tematik)� meliputi
Al-Tabsyir� (kabar gembira), Al-Indzar (peringatan �Al-Dakwah (mengajak atau menyeru), Al-Tarbiyah
(bimbingan/ pendidikan), Irsyaad� (pengarahan).
4) Controlling (Pengawasan)
Menurut (Al-Hawary,
1976) menyebut bahwa Al-Qur�an
menjelaskan tentang pengawasan (controlling) menggunakan istilah Ar-riqobah
dan Syahida. Dalam bidang
manajemen, setiap bentuk kepemimpinan, proses pengawasan atau ar-riqobah merupakan
suatu yang wajib ada serta harus dilaksanakan. Aktivitas ini untuk mengetahui
dan memeriksa apakah pelaksanaan tugas-tugasyang direncanakan betul-betul
dikerjakan atau tidak. �Selain Raqoba, istilah lain juga disebut
Al-Qur�an yakni Syahida seperti dalam ayat di atas. Menurut Ibnu
Su�ud yang dikutip oleh Sofyan Tsauri Syahida adalah sama dengan arti Raqoba
sebagai pengawasan atau saksi dari semua perbuatan baik yang diperintah
atau pun larangan-Nya mulai hidup sampai mati. Dalam Prof. Dr. Hamka
menyatakan bahwa jiwa manusia berada di bawah pengawasan-Nya, apakah ia setia
memegang kebenaran dan keadilan atau tidak. Jika Ia diberi kekuasaan, mengatur
pemerintahan, akankah ia adil?. Al-Qur�an selalu memberikan peringatan dalam
kisah-kisah tentang bahaya yang menimpa suatu umat karena kezalimannya. Jika
penguasa tidak adil maka yang dikuasai akan menderita, merasa patah hati, dan
masa bodoh. Kemudian hilanglah kemegahan dan kenikmatan yang diberikan untuk
umat itu, musuh-musuh akan mudah masuk, mengalahkan dan merampas
kemerdekaannya. Begitulah ancaman akan azab di dunia belum lagi nanti ketika
amal dan tanggung jawab pemimpin dipertanyakan dan diadili di akhirat kelak.
Wallahua�lam bi shawaab.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen merupakan hal penting bagi manusia dan khususnya dunia pendidikan
yang tidak dinafikan dalam Al-Qur�an.Al-Qur�an menggunakan sebuah term, yaitu al-tadbiir
untuk megungkapkan makna manajemen.
Dalam pelaksanaannya,
manajemen hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip. Al-Qur�an tidak menafikkan
adanya prinsip manajemen, diantaranya yang dikemukakan dalam Al-Qur�an ialah:
keimanan, ikhlas, ihsan, keteladanan, kesatuan arah, musyawarah, akuntabilitas, fisien dan efektif, partisipasif,
bertanggungjawab, kompeten, dan adanya kerjasama serta fleksibel.
Secara garis besar, fungsi manajemen dalam Al-Qur�an meliputi
perencanaan (planning), yang kedua pengorganisasian (organizing), yang
ketiga penggerakan (actuating) dan keempat ialah pengawasan
(controlling).
Al-Qur�an, selain
mengandung isyarat yang cukup kuat tentang manajemen juga didapati bahwa adanya perintah untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen. Adanya ibrah untuk meneladani Allah, Rasul dan
para malaikat serta umat terdahulu agar mampu menjalankan amanah dengan ikhlas,
terencana, terorganisir, terarah dan terkontrol dengan baik.
Adnan, Muhammad Akhyar, & Purwoko, Didi. (2013). Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah menurut
perspektif manajemen bank syariah dengan pendekatan kritis. Journal
of Accounting and Investment, 14(1), 14�31.
Al-Hawary, Sayyid Mahmud. (1976). Idarah
al-Asas wa al-Ushul al-Ilmiyah. Dar Al-Kutub: Mesir.
Ali, Muhammad. (2016). Asbab
Wurud Al-Hadits. Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis, 6(1).
Echols, John M., & Shadily, Hasan. (n.d.). Kamus
Inggris Indonesia. 1995. Cet. XXI. Jakarta: Gramedia.
Fatoni, Ahmad. (2015). Konsep
Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur�an. Jurnal Al-Idaroh,
5(2).
Harahap, Abdurrahim. (2016). The
Ice Rain In The Perspective Of The Holy Koran And Science.
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Meddan.
Hayy, Al Farmawi .. �Abdu. (2002).
Al-Badiyah
Fi Al-Tafsir Al-Mawdu�i:Dirasah Manhajiyyah Mawdu�iyah, terj.
Rosihon Anwar, ed. Maman Abd. Bandung: Pustaka Setia.
Hidayat, Rahmat, & Wijaya, Candra. (2017). Ayat-ayat
alquran tentang manajemen pendidikan islam.
Kurniawan, Sugeng. (2015). Konsep
Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-qur�an dan Al-hadits (Studi Tentang
Perencanaan). Nur El-Islam, 2(2), 1�34.
Muhaimin, M. A. (2015). Manajemen
Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah).
Prenada Media.
Mursyid, Salma. (2018). Konsep
Toleransi (Al-Samahah) Antar Umat Beragama Perspektif Islam. Aqlam:
Journal of Islam and Plurality, 1(2).
Muttaqin, Imron. (2018). Konsep
dan Prinsip Manajemen Pendidikan dalam Al-QurAn. At-Turats.
Najati, Muhammad Utsman. (2001). al-Qur�an
wa �Ilm al-Nafs. Al-Quran Dan Psikologi. Tb. Ade Asnawi
(Terj). Jakarta: Aras Pustaka.
Nata, H. Abuddin. (2016). Pendidikan
dalam perspektif Al-Qur�an. Prenada Media.
Prim Masrokan Mutohar, M. Pd. (2013). Peer
Reviuw Buku Manajemen Mutu Sekolah: Strategi Peningkatan Mutu
dan Daya Saing Lembaga Pendidikan lslam.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (2008). Kalam
Mulia. Jakarta.
Rivai, Veithzal, Basalamah, S., & Muhammad, N. (2014). Islamic
Human Capital Management: Manajemen Sumber Daya Insani.
Ed Revisi.
Rohman, Abdur. (2018). Manajemen
Qur�ani tentang Penggunaan Waktu dalam Bingkai Pendidikan Islam. Realita:
Jurnal Penelitian Dan Kebudayaan Islam, 16(1).
Sabiq, Sayyid. (2006). Aqidah
Islam Pola Hidup Manusia Beriman, trj. Moh. Abdai Rathomy.
Bandung: Diponegoro.
Stoner, James A. F. (1982). Management,
edisi kedua. Prentice Hall International, Inc. New York:
Englewood Cliffs.
Suprayogo, Imam. (1999). Reformulasi
Visi Pendidikan Islam. STAIN Press.
Usman, Effendi. (2014). BUKU
ASAS MANAJEMEN. PT RajaGrafindo Persada.