Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: p�ISSN: 2723 - 6609

e-ISSN : 2745-5254

������������������������������ ����������� Vol. 2, No. 8, Agustus 2021

 

MANAJEMEN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR�AN

 

Siti Khoirul Munawaroh

IAIN Ponorogo

Email: [email protected]

 

Abstrak

Al-Qur�an adalah hudan (petunjuk) yang diturunkan Allah Ta�ala kepada Nabi Muhammad S.A.W untuk segenap manusia. Dalam Al-Qur�an, Allah SWT mengajarkan tauhid kepada manusia. Al-Qur�an mengemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai aspek penting kehidupan manusia. Diantara aspek penting tersebut adalah manajemen. Adapun untuk mengeksplorasi ayat Al-Qur�an yang berbicara tentang tema di atas digunakanlah mutode mawdu�i (tematik). Metode ini istimewa karena relevan dengan kebutuhan masyarakat di era milenial saat ini yang mebutuhkan penjelaan praktis untuk memecahkan kemusykilan dan menangkap maksud Al-Qur�an berdasarkan tema tertentu secara jelas. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaaan (library research) dan untuk mempermudah, peneliti menggunakan analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa Al-Qur�an mengungkap makna manajemen dengan penggunaan kata Al-Tadbiir. Dalam pelaksanaannya, manajemen hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip. Al-Qur�an tidak menafikkan adanya prinsip manajemen ini, diantaranya dikemukakan dalam Al-Qur�an ialah: keimanan, ikhlas, ihsan, keteladanan, kesatuan arah, musyawarah, akuntabilitas, efisien dan efektif,� partisipasif, bertanggungjawab, kompeten, dan adanya kerjasama serta fleksibel. Secara garis besar, manajemen pendidikan dalam Al-Qur�an ialah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) dan keempat adalah pengawasan (controlling).

 

Kata kunci: manajemen; Al-Qur�an; dan mawdu�i.

 

Abstract

Al-Qur'an is the hudan (guidance) that was revealed by Allah Ta'ala to the Prophet Muhammad SAW for all mankind. In the Qur'an, Allah SWT teaches monotheism to humans. The Qur'an provides a careful description of the various important aspects of human life. Among these important aspects is management. As for exploring the verses of the Qur'an that talk about the above theme, themethod is used mawdu'i (thematic). This method is special because it is relevant to the needs of society in today's millennial era, which requires practical explanations to solve absurdities and clearly capture the meaning of the Qur'an based on certain themes. This type of research islibrary researchand for convenience, researchers use qualitative analysis. Based on the results of the study, it can be concluded that the Qur'an reveals the meaning of management by using the word Al-Tadbiir. In its implementation, management should refer to the principles. The Qur'an does not deny the existence of these management principles, some of which are stated in the Qur'an are: faith, sincerity, ihsan, exemplary, unity of direction, deliberation, accountability, efficiency and effectiveness, participation, responsibility, competence, and cooperation. as well as flexible. Broadly speaking, the management of education in the Koran is planning (planning),organizing (organizing), agitation (actuating) and fourth is monitoring (controlling)

 

Keyword : Management; the Qur'an; and mawdu'i.

 

Pendahuluan

Al-Qur�an adalah kitab agama dan hidayah yang diturunkan Allah Ta�ala kepada Nabi Muhammad SAW untuk seluruh manusia. Dalam Al-Qur�an, Allah Ta�ala mengatur aspek kehidupan manusia, menyucikan manusia dengan berbagai ibadah, membimbing manusia pada hal-hal yang mampu memberi kebaikan dan kemaslahatan pada kehidupan pribadi dan masyarakat, mengarahkan manusia pada agama yang luhur untuk mewujudkan diri, mengembangkan� kepribadian� serta� meningkatkan diri ke taraf kesempurnaan insani (Najati, 2001).

Al-Qur�an mengemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai aspek penting kehidupan manusia. Diantara aspek penting tersebut adalah manajemen. Manajemen yang berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan. Al-Qur�an menyebutkan bahwa Allah SWT sebagai tenaga administrator dan manajer yang Maha-andal.� Seperti yg tertera dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 255 yakni:

 

اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ -٢٥٥

Artinya: �� Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa�at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.��

 

Meski mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam, sebagian manusia masih berbuat suatu kezaliman (kedurjanaan) dan belum mengindahkan nilai-nilai manajemen yang terinspirasi dari Al-Qur�an. Manusia pada umumnya butuh sistem manajemen yang memadai pada setiap aktifitasnya. Oleh karenanya, manajemen penting untuk diarahkan guna membentengi diri pada arus degradasi moral seperti saat ini, manajemen seyogyanya selaras dengan ajaran Al-Qur�an.

 

Metode Penelitian

Untuk menggali makna dalam Al-Qur�an melalui pendekatan tafsir, secara umum para ulama menggunakan beberapa pendekatan yakni tafsir tahlili, ijmali (global), muqaran (komparasi) dan Mawdu�i (tematik).

Tafsir Mawdu�i mampu mengantisipasi perkembangan masa kini, memberikan penyelesaian terhadap permasalahan dan kepentingan manusia modern ketika generasi sedang dihadapkan dengan kebimbangan dan kebingungan. Tafsir Mawdu�idilakukan dengan menghimpun seluruh ayat Al-Qur�an yang memiliki satu tujuan dan satu tema, mengkualifikasikannya selanjutnya menguraikannya dengan menjelajahi seluruh aspek yang dapat digali.

Dalam bukunya, Abdul Hayy Al-Farmawi, Al-Badiyah Fi Al-Tafsir Al-Mawdu�i:� Dirasah Manhajiyyah Mawdu�iyah menyebutkan bahwa prosedur tafsir tematik (Mawdu�i) adalah pertama menetapkan masalah yang akan dibahas (topik), kedua menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. Selanjutnya yang ketiga menyusun runtutan ayat berdasarkan masa turunnya, dilengkapi dengan asbab an-nuzul ayat. Keempat memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing. Kelima merangkai pokok bahasan menjadi kerangka yang sempurna (outline).� Keenam melengkapi dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan. Terakhir adalah mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara yang am (umum) dan yang khas (khusus) mutlakdan muqayyad (terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan, sampai semuanya menyatu, tanpa perbedaan atau pemaksaan ( Al-Farmawi, 2002).

 

Hasil dan Pembahasan

Sebelum membahas istilah manajemen dalam Al-Qur�an, kita perlu memahami terlebih dulu terminologi kata manajemen. Banyak sumber membahas istilah ini, seperti yang dikutip Usman Effendi di antaranya menyebutkan bahwa manajemen berasal dari bahasa latin manus yang berarti �tangan� (Usman, 2014). Dalam bahasa Italia maneggiare berarti �mengendalikan,� lalu bahasa Prancis menyebut management yang berarti �seni melaksanakan dan mengatur�. Sedangkan dalam bahasa Inggris istilah manajemen berasal dari kata to manage yang berarti �mengatur.��George R.Terry memberikan defenisi:�management is a distinct process consisting of planning, organizing,actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use ofhuman beings and other resources�.

�Menurut (Stoner, 1982) mengemukakan bahawa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan Shadily management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan (Echols & Shadily, n.d.). Manajemen adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manajer dalam me-manage organisasi, lembaga, maupun perusahaan (Ramayulis, 2008).

 

1.    Istilah manajemen dalam Al-Qur�an

Manajemen dalam bahasa Arab sering dibahasakan dengan idaarah diambil dari kata adartasy syai�ah atau perkataan adarta bihi, didasarkan juga pada kata ad-dauran. Namun istilah idaarah tidak ditemukan di dalam Al-Qur�an. Al-Qur�an memuat makna manajemen dengan hanya menggunakan istilah Al- Tadbiir. Al-Tadbiir yang merupakan bentuk masdar dari dabbara, yudabbiru, tadbiiran. Al- Tadbiir berarti pengaturan,pengurusan, perencanaan dan persiapan (Adnan & Purwoko, 2013). Dalam kamus Al-Munawwir (Mursyid, 2018), dabbara diartikan sebagai � mengatur, mengurus, memimpin.�

Dari hasil penelusuran penulis terhadapAl-Qur�an dan terjemahnya serta menggunakan aplikasi Al-Qur�an Kalam, serta karya Muhammad Fu�ad �Abdul Baaqii, yakni Mu�jam Mufahras Al-Faaz Al-Qur�an terdapat 26 lafaz dabbara secara keseluruhan dengan berbagai derivasinya (Muhammad Fu�ad �Abdul Baaqii, t.th) . Di antara ayat yang menerangkan makna tersebut adalah surah Al-Sajdah ayat 5:

 

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ �

 

Artinya : �Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik

����������� kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun

����������� menurut perhitunganmu.�

 

M. Quraish Shihab berpendapat bahwa penggunaan kata yudabbiru pada ayat di atas, adalah untuk menjelaskan pemikiran dan pengaturan sedemikian rupa tentang sesuatu yang akan terjadi di kemudiannya. Intinya adalah segala sesuatu harus diperhitungkan dampak dan akibatnya secara matang, sehinggahasil yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki atau sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Harahap, 2016).

Dari isi kandungan ayat di atas, bisa dipahami bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (Al-Mudabbir/manager). Dalam (Hidayat & Wijaya, 2017) disebutkan bahwa keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran-Nya pada� proses pengelolaan alam. Namun, sebab manusia yang diciptakan-Nya telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana dicontohkan Allah SWT.

Dalam bahasa manajemen, seperti yang diungkapkan Abuddin Nata, kata pengaturan dapat disamakan dengan maksud pengorganisasian yang mencakup tentang berbagai kegiatan atau program dan sekaligus membagi-baginya dengan sumber daya yang ada, waktu yang tersedia dan lain sebagaianya. Rasulullah SAW juga mengungkapkan hadist yang semakna dengan pengaturan yaitu dengan menggunakan kata nidzam yang menjelaskan bahwa kebenaran yang diatur atau (diorganisasi) dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diatur (diorganisasi) dengan baik (Nata, 2016).

Kemudian adanya unsur yang mengatur, mengelola dan seterusnya dalam hal ini adalah Allah. Dapat dipahami bahwa Allah menunjukkan dirinya sebagai sang administrator atau manajer yang maha-andal, mengingat bahwa yang diatur-Nya begitu tak terhingga. Dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah-lah sang pengatur yang Maha me-manage segala urusan hamba-Nya yakni dalam Q.S Al-Baqarah ayat 255:

 

اللّهُلاَإِلَـهَإِلاَّهُوَالْحَيُّالْقَيُّومُلاَتَأْخُذُهُسِنَةٌوَلاَنَوْمٌلَّهُمَافِيالسَّمَاوَاتِوَمَافِيالأَرْضِمَن

ذَاالَّذِييَشْفَعُعِنْدَهُإِلاَّبِإِذْنِهِيَعْلَمُمَابَيْنَأَيْدِيهِمْوَمَاخَلْفَهُمْوَلاَيُحِيطُونَبِشَيْءٍمِّنْعِلْمِهِإِلاَّبِمَاشَاءوَسِعَكُرْسِيُّهُالسَّمَاوَاتِوَالأَرْضَوَلاَيَؤُودُهُحِفْظُهُمَاوَهُوَالْعَلِيُّالْعَظِيمُ -٢٥٥

 

Artinya: �� Allah, tidak ada �Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa�at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.��

 

Menurut (Sabiq, 2006) menyebut bahwa Allah SWT tidak keberatan mengatur (me-manage), memelihara, menertibkan (mengorganisasikan), serta mengamankan keadaan yang terdapat di langit dan bumi serta bahwa Dia bersifat maha luhur dan agung. Pemahaman tentang Allah sebagai pelaksana fungsi manajemen dimaksudkan agar manusia dapat mengabil contoh dan teladan kepada-Nya. Sehingga ketika manusia menjadi administrator dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan tetap berada pada jalan yang diridhoi-Nya.

Secara garis besar, ayat-ayat tentang manajemendapat� dikualifikasikan sebagai berikut:

Al-Tadbiir/ Dabbara

Subjek

Objek

a. Allah

Segala urusan

b. Manusia

Urusan

 

Setelah menelusuri ayat dan menemukan pemaparan ayatyang menunjukkan makna manajemen, ada beberapa poin yang penulis dapatkan dari yakni pertama hakikat manajemen dalam Al-Qur�an diistilahkan dengan kata� Al-Tadbiir. �Kedua, Term �Al-Tadbiir �langsung merujuk pada pengertian manajemen secara tegas dalam arti �pengaturan�. �Kata ini merupakan derivasi dari kata �dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur�an.

Ketiga, terdapat perbedaan yang mencolok pada subjek/ pelaku� pada surah Yunus ayat 3 dan 31, Ar-Ra�d ayat 2 serta Al-Sajdah ayat 5 subjeknya adalah Allah, dan pada surah An-Naaziaat ayat 5 subjeknya adalah para malaikat. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Allah dan para malaikat-Nya yang mengatur urusan hamba-hamba-Nya.

 

2.    Prinsip-prinsip manajemen dalam Al-Qur�an

Sebelumya dalam (Rivai, Basalamah, & Muhammad, 2014) dinyatakan bahwa pada sebuah manajemen, selain fungsi manajerial, ada beberapa prinsip manajemen yang harus diperhatikan, yaitu:Prinsip kemanusiaan, Prinsip demokrasi, Prinsip the right man in the right place, Prinsip equal pay for equal work, Prinsip kesatuaan arah, Prinsip kesatuan komando, Prinsip efisiensi, Prinsip efektivitas, Prinsip produktivitas kerja, Prinsip disiplin , Prinsip wewenang dan tanggung jawab.

Al-Qur�an tidak menafikan prinsip manajemen melalui ayat-ayatnya yang mengarah kepadanya, guna memberikan acuan dan gambaran bagi para manager dan top manajemen untuk memahami prinsip-prinsip manajemen berdasarkan Al-Qur�an dan mengimplementasikannya.

Berikut ini beberapa prinsip manajemen pendidikan yang termaktub dalam Al-Qur�an:

a.    Keimanan

Al-Qur�an menyebut secara tegas tentang prinsip keimanan, diantaranya adalah pada surah Al-Kahfi ayat 38, Q.S. An-Nahl ayat 51, Q.S. At-Taubah ayat 129. Q.S. An-Nuur ayat 55, Dan masih banyak lagi.

Keimanan sebagai dimensi spiritual dan ketuhanan merupakan keniscayaan supaya pengetahuan dan penglihatan seseorang terus meningkat guna menemukan hakikat (Mohd Nasir Masroom). Pencapaian ini sangat diperlukan sebagai dasar supaya sistem mampubekerjamaksimal berdasarkan landasan utama yang kokoh.

b.    Ikhlas, ihsan dan keteladanan

Imron Muttaqin menyebut bahwa,prinsip ikhlas dijelaskan dalam Q.S.Al-An�aam ayat 162, yang intinyamengarahkan kepada apapunkegiatanyang dilakukan adalah hanyauntuk ber�ibadah kepada Allah, dengan maksud sama juga dijelaskan pada Q.S.Al-Bayyinah ayat 5 yang menyebut adanya perintah agar memurnikan keimanan (Muttaqin, 2018). QS. Az-Zumar ayat 2 pun menyebut pentingnya ikhlasyang diperjelas pula pada ayat 11.

Mengenai ihsan, dijelaskan dalam surah Al-Israa� ayat 7 yang menunjukkan bahwa berlaku baik/ihsan hakekatnya ialah berlaku baikpada diri sendiri. Setiap kegiatan yang didasari dengan ihsan akan menjadi positif sebab seolah-oleh top manajement melihat dan diawasi oleh Allah SWT secara langsung, ini kemudian memberi efek positif ketika melaksanakan tugas yang berhubungan dengan pengaturan.

Nilai keteladanan sebagai nilai yang mampumenyokong pemberdayaan sumber daya manusia khususnya top manajemet berperan penting dalam memberikan keteladanan, jika pemimpinnya patut dicontoh maka yang laiinya akan termotivasi untuk melakukan hal-hal yang positif juga.

c.    Kesatuan

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Anbiyaa� ayat 22. Dapat dipahami bahwa dalam proses manajemen, top manajement harus tunggal, karena apabila ada lebih dari satu pasti akan mimbulkan kerancuan dan kebingungan bagi bawahannya.

d.    Musyawarah

Musyawarah ialah sebuah cara pengambilan kebijakan yang didasarkan pada mufakat. Musyawarah penting dilakukan guna mengambil kebijakan yang memungkinkan keterlibatan berbagai pihak. Misalkan dalam merumuskannya AD dan ART secara bersama-sama.

Al-Qur�an menyebut prinsip musyawarah sebagai berikut:

 

وَالَّذِينَاسْتَجَابُوالِرَبِّهِمْوَأَقَامُواالصَّلَاةَوَأَمْرُهُمْشُورَىبَيْنَهُمْوَمِمَّارَزَقْنَاهُمْيُنفِقُونَ -٣٨

 

Artinya:� Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka.�

 

e.    Akuntabilitas

Prinsip keterbukaan menurut Al-Qur�an ialah dalam surat An-Nisa� ayat 58 (Q.S: 4; 58). M. Quraish Syihab seperti yang dikutip oleh Imron Muttaqin menyatakan bahwa, berdasarkan ayat tersebut Allah memerintahkan agar menyampaikan semua amanat baik yang bersal dari Allah ataupun dari yang lain kepada yang berhak dengan adil.

f.     Efektif dan efisien

A. Fatoni menyebut, kedua kata efektif dan efisien selalu dipakai bersamaan dalam manajemen sebab jika manajemen hanya efektif, maka sangat mungkin muncul pemborosan, dan jika manajemen efisien saja maka akibatnya ialah tujuan tidak dapat diraih (Fatoni, 2015). Al-Qur�an menyatakan prinsip efektif dalam surah Al-Kahfi ayat 103-104: dan tentang prinsip efisien, yakni yang terdapat pada surah Al-Israa` Ayat 26 dan 27.

g.    Partisipatif

Berpartisipasi bisa dimaknai dengan saling tolong-menolong dalam kebaikan, bukan perbuatan dosa maupun permusuhan, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Maaidah ayat 2.

h.    Bertanggungjawab

Al-Qur`an menyebutkan pada surah Al-Jaatsiyah ayat 28 bahwa seluruh manusia akan mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya dan memiliki catatan jugadiberi balasan atas apa-apa yang telah diperbuatnya.

i.      Kompeten dan Kerjasama

Al-Qur`an tidak hanya membahas manajemen, namun juga kepemimpinan serta syarat-syaratnya, diantaranya ialah memiliki kecakapan/kompeten dalam menjalankan pekerjaan. Top manajement wajib mempunyai kompetensi sebab bila tidak, maka bisa� berakhir dengan kehinaan dan penyesalan (Ali, 2016).

j.     Fleksibel

Fleksibel dalam (Suprayogo, 1999) adalah tidak kaku (lentur). Dalam konteks manajerial ialah fleksibelitas manajer dalam menjalankan tugas-tugasnya.

 

3.    Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan

Menurut para pakar,fungsi manajemen pendidikan sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (Prim Masrokan Mutohar, 2013). Fungsi tersebut adalah: pertama perencanaan (planning), kedua pengorganisasian (Organizing), yang ketiga penggerakan (actuating) dan keempat adalah� pengawasan (Controlling).Berikut uraian fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam Al-Qur�an:

1)   Planning (perencanaan)

Planning atau perencanaan (Muhaimin, 2015) adalah keseluruhan proses dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Demikian jugapada bidang pendidikan, seperti penjelasan Sugeng Kurniawan dalam artikelnya yang berjudul �Konsep Manajemen Pendidikan Perspektif Al-Qur�an dan Al-Hadits (Studi Tentang Perencanaan)� dalam (Kurniawan, 2015) bahwa perencanaan mustinya menjadi fase awal yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para stakeholder pendidikan. Karena perencanaan adalah faktor penting dari sebuah kesuksesan, kekeliruan saat menentukan perencanaan pendidikan bisa berakibat sangat fatalterhadap keberlangsungan pendidikan.

2)   Organizing (pengorganisasian)

Mahmud Hawary (Al-Hawary, 1976) mengemukakan organizing sebagai menjalankan sesuatu berdasarkan fungsinya, begitupun juga setiap anggotanya juga sebagai ikatan dari individu terhadap individu yang lain, guna melaksanakan sebuah pekerjaan yang tepat, menuju suksesnya fungsi masing-masing.

Dalam (Rohman, 2018) disebut bahwa kegiatan yang telah direncanakan dan ditentukan harus segera dilaksanakan dan jangan ditunda-tunda. Al-Qur�an senantiasa mendorong para manusia untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dan dengan sungguh-sungguh.

Muhammad Fathurrohman menulis dalam artikelnya�Pengorganisasian dalam Perspektif Al-Qur�an dan Al-Hadits (Kajian Tafsir Tematik)� mengemukakan bahwa Allah SWT melakukan perencanaan yang matang dalam proses penciptaan. Dalam Q.S As-Sajdah ayat 4-5 sangat jelas terkandung hikmah, bahwa ketika Allah menciptakan langit dan bumi dengan perencanaan yang matang (selama enam hari), kemudian Dia melakukan pengaturan dan pengorganisasian (organizing), supaya semua hal yang ada di langit juga� bumi bisa berjalan dengan teratur dan lancar. Ayat tersebut tentu saja tidak bertentangan dengan ayat-ayat lain yang menyatakan bahwa ketika Allah memiliki rencana untuk menciptakan sesuatu cukup dengan menyatakan �kun fayakuun� selayaknya yang ada dalam Firman-Nya:

إِنَّمَاأَمْرُهُإِذَاأَرَادَشَيْئاًأَنْيَقُولَلَهُكُنْفَيَكُونُ -٨٢-

 

Artinya: �Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalahberkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia".

3)   Actuating (menggerakkan)

Dalam (Kurniawan, 2015) Actuating dinyatakan sebagai upaya untuk merealisasikan suatu rencana.Dengan berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan untukmelaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai dengan peran,tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dariperanan kemampuan leadership. Bimbingan menurut pendapat Hadari Nawawi (1983 : 36) berarti memelihara, menjaga dan memajukan organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional, agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan. Dalam realitasnya, kegiatan bimbingan dapat dilakukan dengan memberikan dan menjelaskan perintah, memberikan petunjuk melaksanakan kegiatan, memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan / kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi, memberikan kesempatan ikut serta menyumbangkan tenaga dna fikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing-masing dan memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugastugasnya secara efisien.�����������

Actuating dalam bahasa arab diartikan dengan �al-taujih� yang juga berarti mengarahkan. Al-Qur�an sudah banyak menjelaskan tentang kata-kata kunci yaitu proses menggerakkan atau mengarahkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan bersama. Seperti yang dijelaskan Mochamad Nurcholiq yang berjudul �Actuating dalam Perspektif Al-Qur�an dan Al-Hadits (Kajian Al-Qur�an dan Al-Hadits Tematik)� meliputi Al-Tabsyir� (kabar gembira), Al-Indzar (peringatan �Al-Dakwah (mengajak atau menyeru), Al-Tarbiyah (bimbingan/ pendidikan), Irsyaad� (pengarahan).

4) Controlling (Pengawasan)

Menurut (Al-Hawary, 1976) menyebut bahwa Al-Qur�an menjelaskan tentang pengawasan (controlling) menggunakan istilah Ar-riqobah dan Syahida. Dalam bidang manajemen, setiap bentuk kepemimpinan, proses pengawasan atau ar-riqobah merupakan suatu yang wajib ada serta harus dilaksanakan. Aktivitas ini untuk mengetahui dan memeriksa apakah pelaksanaan tugas-tugasyang direncanakan betul-betul dikerjakan atau tidak. �Selain Raqoba, istilah lain juga disebut Al-Qur�an yakni Syahida seperti dalam ayat di atas. Menurut Ibnu Su�ud yang dikutip oleh Sofyan Tsauri Syahida adalah sama dengan arti Raqoba sebagai pengawasan atau saksi dari semua perbuatan baik yang diperintah atau pun larangan-Nya mulai hidup sampai mati. Dalam Prof. Dr. Hamka menyatakan bahwa jiwa manusia berada di bawah pengawasan-Nya, apakah ia setia memegang kebenaran dan keadilan atau tidak. Jika Ia diberi kekuasaan, mengatur pemerintahan, akankah ia adil?. Al-Qur�an selalu memberikan peringatan dalam kisah-kisah tentang bahaya yang menimpa suatu umat karena kezalimannya. Jika penguasa tidak adil maka yang dikuasai akan menderita, merasa patah hati, dan masa bodoh. Kemudian hilanglah kemegahan dan kenikmatan yang diberikan untuk umat itu, musuh-musuh akan mudah masuk, mengalahkan dan merampas kemerdekaannya. Begitulah ancaman akan azab di dunia belum lagi nanti ketika amal dan tanggung jawab pemimpin dipertanyakan dan diadili di akhirat kelak. Wallahua�lam bi shawaab.

 

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan hal penting bagi manusia dan khususnya dunia pendidikan yang tidak dinafikan dalam Al-Qur�an.Al-Qur�an menggunakan sebuah term, yaitu al-tadbiir untuk megungkapkan makna manajemen.

Dalam pelaksanaannya, manajemen hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip. Al-Qur�an tidak menafikkan adanya prinsip manajemen, diantaranya yang dikemukakan dalam Al-Qur�an ialah: keimanan, ikhlas, ihsan, keteladanan, kesatuan arah, musyawarah, akuntabilitas, fisien dan efektif, partisipasif, bertanggungjawab, kompeten, dan adanya kerjasama serta fleksibel.

Secara garis besar, fungsi manajemen dalam Al-Qur�an meliputi perencanaan (planning), yang kedua pengorganisasian (organizing), yang ketiga penggerakan (actuating) dan keempat ialah pengawasan (controlling).

Al-Qur�an, selain mengandung isyarat yang cukup kuat tentang manajemen juga didapati bahwa adanya perintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Adanya ibrah untuk meneladani Allah, Rasul dan para malaikat serta umat terdahulu agar mampu menjalankan amanah dengan ikhlas, terencana, terorganisir, terarah dan terkontrol dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bibliografi

 

Adnan, Muhammad Akhyar, & Purwoko, Didi. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pembiayaan mudharabah menurut perspektif manajemen bank syariah dengan pendekatan kritis. Journal of Accounting and Investment, 14(1), 14�31.

 

Al-Hawary, Sayyid Mahmud. (1976). Idarah al-Asas wa al-Ushul al-Ilmiyah. Dar Al-Kutub: Mesir.

 

Ali, Muhammad. (2016). Asbab Wurud Al-Hadits. Tahdis: Jurnal Kajian Ilmu Al-Hadis, 6(1).

 

Echols, John M., & Shadily, Hasan. (n.d.). Kamus Inggris Indonesia. 1995. Cet. XXI. Jakarta: Gramedia.

 

Fatoni, Ahmad. (2015). Konsep Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur�an. Jurnal Al-Idaroh, 5(2).

 

Harahap, Abdurrahim. (2016). The Ice Rain In The Perspective Of The Holy Koran And Science. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Meddan.

 

Hayy, Al Farmawi .. �Abdu. (2002). Al-Badiyah Fi Al-Tafsir Al-Mawdu�i:Dirasah Manhajiyyah Mawdu�iyah, terj. Rosihon Anwar, ed. Maman Abd. Bandung: Pustaka Setia.

 

Hidayat, Rahmat, & Wijaya, Candra. (2017). Ayat-ayat alquran tentang manajemen pendidikan islam.

 

Kurniawan, Sugeng. (2015). Konsep Manajemen Pendidikan Islam Perspektif Al-qur�an dan Al-hadits (Studi Tentang Perencanaan). Nur El-Islam, 2(2), 1�34.

 

Muhaimin, M. A. (2015). Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah). Prenada Media.

 

Mursyid, Salma. (2018). Konsep Toleransi (Al-Samahah) Antar Umat Beragama Perspektif Islam. Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 1(2).

 

Muttaqin, Imron. (2018). Konsep dan Prinsip Manajemen Pendidikan dalam Al-QurAn. At-Turats.

 

Najati, Muhammad Utsman. (2001). al-Qur�an wa �Ilm al-Nafs. Al-Quran Dan Psikologi. Tb. Ade Asnawi (Terj). Jakarta: Aras Pustaka.

 

Nata, H. Abuddin. (2016). Pendidikan dalam perspektif Al-Qur�an. Prenada Media.

 

Prim Masrokan Mutohar, M. Pd. (2013). Peer Reviuw Buku Manajemen Mutu Sekolah: Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan lslam.

 

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (2008). Kalam Mulia. Jakarta.

 

Rivai, Veithzal, Basalamah, S., & Muhammad, N. (2014). Islamic Human Capital Management: Manajemen Sumber Daya Insani. Ed Revisi.

 

Rohman, Abdur. (2018). Manajemen Qur�ani tentang Penggunaan Waktu dalam Bingkai Pendidikan Islam. Realita: Jurnal Penelitian Dan Kebudayaan Islam, 16(1).

 

Sabiq, Sayyid. (2006). Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, trj. Moh. Abdai Rathomy. Bandung: Diponegoro.

 

Stoner, James A. F. (1982). Management, edisi kedua. Prentice Hall International, Inc. New York: Englewood Cliffs.

 

Suprayogo, Imam. (1999). Reformulasi Visi Pendidikan Islam. STAIN Press.

 

Usman, Effendi. (2014). BUKU ASAS MANAJEMEN. PT RajaGrafindo Persada.