1438
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 8 Agustus 2021
PERAN DAN KOORDINASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN
PARIWISATA DI KAWASAN JEMBATAN YOUTEFA
Theodorus Filipus
1
, Bambang Hari Wibisono
2
Magister Perencanaa Wilayah dan Kota, Universitas Gadjah Mada
1,2
1
Abstrak
Pengembangan pariwisata khususnya di Kota Jayapura saat ini sedang gencar
dilakukan terutama pada wisata alam,. Salah satu fokus pengembangan pariwisata
saat ini berada di kawasan Jembatan Youtefa terlihat dari program pemerintah bagi
kawasan tersebut ataupun pembangunan fasilitas pendukung yang terus berlangsung
hingga saat ini. Banyaknya elemen pemerintah, swasta, dan warga lokal yang terlibat
dalam implementasi pengembangan pariwisata ini menyebabkan timbulnya kendala
yang menyebabkan beberapa titik belum sesuai peruntukan serta pengelolaan wisata
yang belum maksimal. Permasalahan umum yang sering terjadi adalah ketidaksiapan
pengelola wisata baik pemerintah, swasta ataupun masyarakat lokal dalam
menyediakan fasilitas bagi para pengunjung seperti parkiran, toilet, air bersih dan
fasilitas pendukung lainnya. Dalam penelitian ini digunakan metode deduktif
kualitatif dengan metode pengumpulan data sekunder dan primer diperoleh melalui
wawancara mendalam (indepth interview) terhadap narasumber dan untuk analisis
stakeholders dilakukan dengan matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders
terhadap pengembangan jalur sepeda wisata yang menggunakan stakeholders grid.
Berdasarkan dari hasil penelitian terlihat bahwa pada umumnya stakeholders sudah
berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya namun masih terdapat beberapa
program/kegiatan pengembangan pariwisata yang dibuat belum sepenuhnya sinkron
dengan stakeholders lainnya. Masih adanya mindset egosektoral dari sebagian
stakeholders; keterbatasan anggaran dana; dan landasan hukum yang masih belum
kuat serta prioritas program dari pemerintah yang difokuskan untuk event PON XX
menyebabkan timbulnya kendala pada proses pengembangan.
Kata kunci: pariwisata; stakeholders; peran; koordinasi; Kota Jayapura
Abstract
Tourism development located in Jayapura City, is currently being carried out
intensively, especially in nature tourism. One of the current focuses of tourism
development at the Youtefa Bridge area, can be seen by the government's programe
for that area, and the construction of related facilities that currently exist. Various
elements consist of the government, private sector, and local residents who are
involved in the implementation of tourism development resulting obstacles that cause
problems at some points in terms of land use and tourism management. The
heedlessness by tourism stakeholders (government, private and local communities)
in providing facilities and conveniences for visitors such as parking, toilets, clean
water and other supporting facilities has became the main problem at Youtefa Bridge
Peran dan Koordinasi Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata di Kawasan
Jembatan Youtefa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021 1439
Area. In this study, qualitative deductive methods were used with secondary and
primary data collection methods obtained through in-depth interviews with
informants, and for stakeholder analysis were proceeded with a matrix of
stakeholders' interests and influences on the development of tourist bicycle lanes by
using a stakeholder grid.The results, generally it can be seen that stakeholders have
involved in accordance with their duties and functions, but there are still several
tourism development programs/activities that have not been fully synchronized with
other stakeholders. The ego-sectoral mindset by some stakeholders; limited budget
funds; and lack of law framework, a long with program priorities from the
government that are focused on the XX PON event causing obstacles to the
development process.
Keywords: tourism; stakeholders; roles; coordination; Jayapura City
Pendahuluan
Pariwisata merupakan kegiatan yang tidak terpisah dari interaksi antara host dan
guest. Pemahaman lintas budaya sebenarnya sulit dikesampingkan meskipun secara fakta
di lapangan dianggap kurang penting. Padahal, jika dicermati dalam pariwisata terdapat
ekspektasi budaya yang ketika hal tersebut selaras antara host dan guest maka akan
tercipta iklim pariwisata kondusif. Tetapi jika ekspektasi budaya cenderung jauh berbeda
maka akan terjadi ketidakpuasan berwisata bagi guest dan ketidakpuasan bagi
penyelenggara wisata yaitu host (Swesti, 2019).
Kota Jayapura adalah daerah yang terletak di sebelah utara Papua dan sekaligus
menjadi Ibu Kota Provinsi Papua. Kota Jayapura sendiri merupakan pusat pemerintahan
dengan berbagai aktivitas sosial, budaya politik, bisnis maupun di bidang pembangunan.
Potensi pariwisata yang dimiliki Provinsi ini hampir terlengkap di Indonesia. Alam yang
dimilikinya masih asli, budaya yang khas dan unik, minat khusus bahari yang tak kalah
menarik dengan daerah lain di Indonesia bahkan mancanegara sekalipun. Tentunya perlu
beberapa sentuhan dan penataan yang baik untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata
unggulan bagi kunjungan wisatawan (Rakib, 2017).
Kawasan Jembatan Youtefa saat ini menjadi perhatian utama pemerintah dalam
mendorong pengembangan pariwisatanya. Jembatan Youtefa atau lebih dikenal dengan
Jembatan Holtekamp telah diresmikan Presiden Joko Widodo tepat pada Hari Sumpah
Pemuda, Senin 28 Oktober 2019. Nama Youtefa diambil berdasarkan perrmintaan
masyarakat adat setempat karena jembatan tersebut berada di atas Teluk Youtefa.
Menurut Jokowi Jembatan Youtefa telah menjadi landmark Papua yang juga memiliki
beberapa manfaat strategis, yakni sebagai solusi pemecahan kepadatan penduduk di Kota
Jayapura.
Keberadaan Jembatan Youtefa ini tentunya juga menimbulkan beberapa
permasalahan baru, dengan adanya jembatan ini tingkat kunjungan wisatawan ke
kawasan ini semakin meningkat terutama pada saat akhir pecan. Pengelola wisata yang
umumnya masyarakat lokal kurang memerhatikan sarana dan prasarana yang disediakan
karena kurangnya kolaborasi dengan pemerintah dalam hal pengelolaan terutama pada
sarana, prasarana dan fasilitas penunjang wisata seperti toilet, tempat sampah, parkiran
Theodorus Filipus, Bambang Hari Wibisono
1440 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021
dan lain-lain (Supiana, 2019). Dari sini dapat terlihat bahwa membangun dan memastikan
hubungan kerjasama yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para
pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas
sangat penting (Kusdiarni, 2020).
Menurut (Bahtiar, n.d.) cara berpikir egosectoral masih mewarnai persepsi para
stakeholders sehingga masinhg-masing lembaa masih terfragmentasi oleh program
kerjanya di masing-masing instansi. Hal ini tentu menjadi kendala tersendiri bagi
pemahaman dan pelaksanaan peran dari stakeholders untuk pengembangan pariwisata di
Kota Jayapura khususnya di Jembatan Youtefa.
Melihat bahwa tingginya potensi kendala dalam pengembangan kawasan
pariwisata di Jembatan Youtefa, peneliti tertarik untuk mengkaji dan menguraikan secara
mendalam terkait peran dan koordinasi stakeholders yang terlibat dalam pengembangan
ini. Peneliti ingin melihat bagaimana peran stakeholders terhadap pengembangan
pariwisata serta jenis dan mekanisme koordinasi yang dilakukan oleh para stakeholder
yang terlibat dalm pengembangan pariwisata di kawasan Jembatan Youtefa. Setelah
melihat peran koordinasi serta jenis dan mekanisme yang digunakan, peneliti dapat
mengidentifikasi peranan, koordinasi serta mekanisme stakeholders dan dapat
mengetahui konflik yang dapat terjadi antar stakeholders dalam implementasi
pengembangan pariwisata.
Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kualitatif. Identifikasi peran dan
koordinasi stakeholder terhadap pengembangan pariwisata di Kawasan Jembatan Youtefa
menajdi fokus dari penilitian sehingga perlu diketahui siapa saja yang menjadi actor atau
stakeholder yang terlibat dalam hal ini serta melihat fungsi dan perannya masing-masing
(Sugiyono, 2017).
Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam mengukur serta menjelaskan jenis dan
mekanisme koordinasi antar stakeholders adalah koordinasi kegiatan. Untuk melihat
apakah adanya keselarasan antar stakeholders atau apakah adanya stakeholders yang
saling bertolak belakang dalam mengambil keputusan. Berikut variable dan indicator
yang disajikan dalam table :
Tabel 1 Variabel dan Indikator Penelitian Koordinasi Antar Stakeholders
Variabel
Indikator
Deskripsi
Koordinasi
Kegiatan
Integrasi
Kegiatan
Adanya integrasi dari program/kegiatan dari
masing masing stakeholder
Tinjauan antar
Stakeholders
Adanya saling percaya dan keterkaitan antar
stakeholders dalam mendukung
pengembangan atau adanya stakeholders
yang saling bertentangan dalam
pengembangan.
Peran dan Koordinasi Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata di Kawasan
Jembatan Youtefa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021 1441
Sumber: Hasil Analisis, 2021
Identifikasi Peran Stakeholder
Analisis stakeholder dilakukan dengan dengan matriks kepentingan dan pengaruh
stakeholder terhadap pengembangan pariwisata kawasan Jembata Youtefa dengan
menggunakan stakeholder grid dengan bantuan Microsoft exel (Sanjaya, 2012). Hasil
analisis stakeholder dikategorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruh yang
diilustrasikan seperti contoh gambar dibawah dimana hasil skoring terhadap tingkat
kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder nantinya akan dikelompokkan
berdasarkan jenis indikatornya dan kemudian disandingkan sehingga akan membentuk
suatu koordinat (Handayani & Warsono, 2017).
Gambar 1 Matrix Pengaruh dan Kepentingan Analisis Stakeholder
Sumber : Reed et al. (2009)
Posisi kuadaran dapat menggambarkan ilustrasi posisi dan peranan yang
dimainkan oleh masing-masing stakeholder terkait dengan pengembangan pariwisata
yaitu: (1) Subjects (kepentingan tinggi tetapi pengaruh rendah); (2) Key Players
(kepentingan dan pengaruh tinggi); (3) Context setters (kepentingan rendah tetapi
pengaruh tinggi) dan (4) Crowd (kepentingan dan pengaruh rendah). Penetapan skoring
sendri akan menggunakan pertanyaan untuk mengukur tingkat kepentingan dan pengaruh
stakeholder adalah modifikasi dari model yang dikembangkan oleh (Siregar, 2011) dan
telah dimodifikasi lebih lanjut oleh (Pratama, 2019), yaitu pengukuran data berjenjang
lima.
Hasil dan Pembahasan
Perkembangan pariwisata yang pesat yang saat ini terjadi di sepanjang jalur Pantai
Hamadi dan jalur Pantai Holtekamp tidak terlepas dengan terbangunnya infrastruktur
Jembatan Youtefa sebagai penghubung Kota Jayapura menuju Muara Tami hingga
perbatasan Indonesia-PNG di Skouw. Kedua jalur telah didukung oleh berbagai sarana
prasarana dalam menunjang kegiatan pariwisata yang telah diatur berdasarkan peraturan
Theodorus Filipus, Bambang Hari Wibisono
1442 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021
pemerintah Kota Jayapura yang dituangkan dalam zonasi Kawasan Strategis Kota
Jayapura.
A. Jalur Pantai Hamadi
Beberapa permasalahan yang terjadi pada jalur Pantai Hamadi terdapat pada jalur
masuk pantai yang merupakan daerah perdagangan dan jasa serta pergudangan dan
memiliki lebar jalan yang kurang memadai. Ketersediaan sarana prasarana pendukung
juga menjadi perhatian bagi jalur ini apalagi dengan adanya wisata Pantai Hamadi yang
berada tepat di sisi kiri jalur ini. Permasalahan tersebut antara lain ketersediaan tempat
sampah yang sangat kurang, WC umum yang sesuai dengan standard dan lampu jalan
pada beberapa titik yang cukup berbahaya jika dilewati oleh pengendara ataupun pejalan
kaki pada malam hari.
Gambar 3.1 Peta Eksisiting Jalur Pantai Hamadi
Sumber : Google Earth dan Hasil Observasi, 2021
B. Jalur Pantai Holtekamp
Ketersediaan sarana prasarana dalam mendukung kegiatan wisata tentu saja masih
sangat kurang mengingat jalur ini baru dipadati pengunjung ketika telah terhubung
Jembatan Youtefa, belum adanya toilet umum dengan standard yang telah ditentukan,
lampu jalan, parkiran ataupun jalur-jalur yang dapat digunakan untuk berolahraga seperti
bersepeda.
Peran dan Koordinasi Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata di Kawasan
Jembatan Youtefa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021 1443
Gambar 2 Peta Eksisiting Jalur Pantai Holtekamp
Sumber : Google Earth dan Hasil Observasi, 2021
Kondisi berdasarkan gambar adalah kawasan yang saat ini menjadi titik
munculnya café yang menjadi daya tarik utama dari Pantai Holtekamp. Permasalahan
yang muncul di sebabkan pergerakan masyarakat Jayapura yang sangat cepat untuk
menikmati wisata baru yang hadir di Kota Jayapura. Banyaknya pembangunan yang
terjadi serta beberapa lahan kosong pada kawasan ini menyebabkan pandangan yang
kurang sedap ditambah dengan material pembangunan ataupun sisa pembangunan yang
berserakan di suatu lahan ataupun pada bahu jalan (Yusuf, 2017). Permasalahan seperti
ketersedian wc umum, tempat sampah masih menjadi masalah utama (Nugroho, Zauhar,
& Suryadi, 2014).
Hasil identifikasi stakeholder yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di
Kawasan Jembatan Youtefa berjumlah 12 stakeholder yang terdiri dari pemerintah, LSM,
tokoh adat, pengusaha, pedagang, dan wisatawan domestic
Klasifikasi Stakeholder Dilihat dari Perannya
Klasifikasi dilakukan berdasarkan matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder
yang ditampilkan menggunakan stakeholders grid
Theodorus Filipus, Bambang Hari Wibisono
1444 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021
Gambar 3 Matriks Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Kuadran I (subyek) ditempati oleh pemilik café, penyewaan gazebo dan pedagang
artinya para stakeholders memiliki kepentingan yang tinggi tetapi hanya memiliki
pengaruh yang rendah, Kuadran II (key player) Dinas Pariwisata, Bappeda, Dinas PU dan
stakeholder lainnya yaitu warga lokal dan LSM WGAB yang artinya memiliki pengaruh
dan kepentingan yang sama-sama tinggi. Kuadran III (contxet setter) ditempati oleh Dinas
Lingkungan Hidup dan pemilik penginapan yang artinya memiliki pengaruh yang tinggi
sehingga dapat menentukan arah pengembangan pariwisata yang terjadi saat ini
(Groenendijk & Dopheide, 2003). Kuadran IV (crowd) ditempati tokoh adat dan
wisatawan domestik yang artinya memiliki kepentingan dan pengaruh rendah akibat tidak
terlibat secara langsung dalam proses pengembangan (Amalyah, Hamid, & Hakim, 2016).
Kesimpulan
Dari hasil klasifikasi klasifikasi stakeholders menggunakan stakeholder grid
ditemukan bahwa Kuadran I (subyek) ditempati oleh pemilik café, penyewaan gazebo
dan pedagang, Kuadran II (key player) didominasi oleh instansi pemerintah dan
stakeholder lainnya, beberapa instansi pemerintah yang termasuk adalah Dinas
Pariwisata, Bappeda, Dinas PU dan stakeholder lainnya yaitu warga lokal dan LSM
WGAB, Kuadran III (context setter) ditempati oleh Dinas Lingkungan Hidup dan pemilik
penginapan, Kuadran IV (crowd) ditempati tokoh adat dan wisatawan domestik.
Dari hasil klasifikasi untuk melihat peran stakeholder yang terlibat dalam proses
pengembangan pariwisata di Kawasan Jembatan Youtefa maka ditemukan bahwa Policy
creator yaitu stakeholder yang berperan sebagai pengambil keputusan dan penentu suatu
kebijakan sesuai dengan kuadran II yaitu key player yang terdiri dari Dinas Pariwisata,
Bappeda, Dinas PU. Koordinator yaitu stakeholder yang berperan mengkoordinasikan
stakeholder lain yang terlibat yaitu kuadran II yang masih berperan penting sebagai
penggerak stakeholder lainnya agar bergerak secara terkordinir. Key player yang
bergerak untuk mengkordinir antar stakeholder adalah warga lokal dan LSM WGAB.
Peran dan Koordinasi Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata di Kawasan
Jembatan Youtefa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021 1445
Fasilitator yaitu stakeholder sebagai fasilitator yang berperan menfasilitasi dan
mencukupi apa yang dibutuhkan kelompok sasaran terdapat di Kuadran II dan Kuadran
III. Kuadran II yaitu Dinas PU sebagai penyedia dan melakukan pembangunan fasilitas
penunjang seperti lampu jalan, parkiran, toilet umum, rambu lalu lintas dan hal lainnya.
Kuadran III memiliki pengaruh yang tinggi seperti Dinas Lingkungan Hidup dan pemilik
penginapan, DLH memperhatikan persoalan ijin terkait pembangunan baik AMDAL dan
hal lainnya. Implementer yaitu stakeholder pelaksana kebijakan yang di dalamnya
termasuk kelompok sasaran yaitu Kuadran I masuk sebagai implementer yaitu merupakan
sasaran dari seluruh kebijakan dan rencana yang telah dibuat, dalam hal ini adalah
pedagang, penyewaan gazebo dan pemilik café.
Pendekatan top down merupakan mekanisme yang terjadi dalam proses
pengembangan pariwisata di Jembatan Youtefa dimana proses perencanaan dilakukan
oleh pemimpin tertinggi suatu organisasi kemudian atas dasar keputusan tersebut dibuat
suatu perencanaan di tingkat yang lebih rendah. Pemimpin tertinggi yaitu pemerintah dan
kemudian melibatkan stakeholder lainnya seperti pengusaha, warga lokal dan tokoh adat.
Pendekatan bottom up kurang terlihat akibat masih kurangnya sumber daya masyarakat
yang paham mengenai pengelolaan pariwisata.
Theodorus Filipus, Bambang Hari Wibisono
1446 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021
Bibliografi
Amalyah, Reski, Hamid, Djamhur, & Hakim, Luchman. (2016). Peran stakeholder
pariwisata dalam pengembangan Pulau Samalona sebagai destinasi wisata bahari.
Jurnal Administrasi Bisnis, 37(1), 158163.
BAHTIAR, FAJAR N. U. R. (n.d.). Pengembangan Dan Peran Stakeholder Desa Wisata
Di Karangsalam Kecamatan Baturaden.
Groenendijk, E. M. C., & Dopheide, E. J. M. (2003). Planning and Management Tools
Enschede. International Institute for Geoinformation Science and Earth
Observations, ITC.
Handayani, Fitri, & Warsono, Hardi. (2017). Analisis Peran Stakeholders Dalam
Pengembangan Objek Wisata Pantai Karang Jahe Di Kabupaten Rembang. Journal
of Public Policy and Management Review, 6(3), 4053.
Kusdiarni, Yuli. (2020). Pengaruh Pemangku Kepentingan Dalam Meningkatkan Kinerja
Usaha Industri Bordir Di Provinsi Aceh. JURNAL EKONOMI, SOSIAL &
HUMANIORA, 1(12), 917.
Nugroho, Hermawan Cahyo, Zauhar, Soesilo, & Suryadi, Suryadi. (2014). Koordinasi
Pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Nganjuk.
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development, 5(1).
Pratama. (2019). Peran Dan Koordinasi Stakeholders Dalam Pengembangan Jalur Sepeda
Di Kawasan Pariwisata Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rakib, Muhammad. (2017). Strategi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan
lokal sebagai penunjang daya tarik wisata. Jurnal Kepariwisataan, 1(2), 5469.
Sanjaya, Surya. (2012). Jurnal. Volume 4 Nomor 1 April 2012 ISSN: X. Jurnal Sosek
Pekerjaan Umum, 4(1).
Siregar, M. (2011). Peranan Stakeholders terhadap Pengembangan Ekowisata di Taman
Nasional Teluk Cenderawasih Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat.
Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung.
Supiana, Dyah Eka. (2019). Pengembangan Wisata Wendit untuk Penunjang Pariwisata
di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Karta Rahardja: Jurnal Pembangunan Dan
Inovasi, 1(1), 5766.
Swesti, Woro. (2019). Dampak Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
di Banda Aceh. Jurnal Kepariwisataan Indonesia: Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Kepariwisataan Indonesia, 13(2), 4965.
Peran dan Koordinasi Stakeholder dalam Pengembangan Pariwisata di Kawasan
Jembatan Youtefa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 8, Agustus 2021 1447
Yusuf, Juardi. (2017). Studi Penataan Lingkungan Permukiman Petani Rumput Laut di
Kelurahan Ela-ela Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.