��Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: p�ISSN: 2723 - 6609

��e-ISSN : 2745 � 5254

������������������������������ ���� ������������Vol. 1, No. 2 September 2020

 

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN TECHNIQUE FOR ORDER PREFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION

 

Agustira Hermansyah

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer

Universitas Indraprasta Pgri Jakarta

Email: [email protected]

�������������������������������������������������������������������������������������

Abstrak

PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur dan jasa. Dalam bidang manufaktur PT XYZ memproduksi transformator daya dengan tegangan mulai dari 0 hingga mencapai 500 KV dengan kapasitas produksi mencapai 12.000 MVA pertahun atau mencapai 15 unit per bulan dan dalam bidang jasa perusahaan juga menyediakan after sales service untuk pemasangan di tempat tujuan. PT XYZ beralamat Jawa Barat ini memiliki jumlah karyawan mencapai 480 orang. PT XYZ menggunakan make to order pada sistem perusahaannya, sehingga transformator yang diproduksi berdasarkan pesanan dan permintaan yang dibutuhkan oleh konsumen. PT XYZ menjual transformatornya pada PLN, tidak hanya memproduksi untuk kebutuhan PLN dalam negeri saja, tetapi transformator yang dihasilkan dieksport keberbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Malaysia, Kenya, Nigeria, Filipina, China, Brunei, AS, Kanada, Arab Saudi, Venezuela, dan Qatar. PT XYZ mengoperasikan program-program desain untuk mendesain sendiri produk dengan spesifikasi berdasarkan keinginan pelanggan. Para engineer yang bekerja di perusahaan ini telah memiliki pengalaman bekerja dengan standard-standard yang berlaku di dunia seperti IEC, ANSI, standard Australia (AS) dan standard New Zealand (NZS).

����������������������������������������

Kata kunci : proses produksi bidang manufaktur dan jasa

 

Pendahuluan

Persaingan bisnis yang semakin ketat di era globalisasi menuntut perusahaan harus merumuskan strategi-strategi dan taktik bisnis secara cermat. Jika dilihat secara mendalam, persaingan yang ketat terletak pada bagaimana cara sebuah perusahaan dapat mengimplementasikan proses penciptaan jasa dan produk yang senantiasa mutakhir, harga murah dan cepat dibandingkan dengan pesaing bisnisnya. Dengan begitu dapat ditemukan bahwa peningkatan kinerja dapat dicapai dengan cara bekerja sama dengan mitra bisnis secara baik, dengan memberikan pasokan bahan baku sesuai yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan bermacam bentuk (Indrajit 2016).

Setiap perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur maupun jasa pasti akan mempertimbangka strategi dalam konsep supply chain management agar terciptanya nilai tambah barang atau jasa untuk lebih efektif dan efisien.� Supply chain juga berhubungan dengan barang yang mengalir dari hulu ke hilir, uang yang mengalir dari hilir ke hulu serta informasi yang mengalir baik dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Hubungan antara pemasok dengan Industri harus tetap berjalan dengan baik, karena ketergantungan perusahaan terhadap supplier (pemasok) sangat tinggi dan bersifat jangka panjang, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil selalu melakukan kegiatan logistik, untuk itu dibutuhkan supply chain management yang terintegrasi dengan benar

sehingga dapat meningkatkan keunggulan kompetitif terhadap produk yang dihasilkan industri (Tisya, 2017).

PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dengan memproduksi transformator daya yang bertempatkan di Jawa Barat. Dalam sistem produksinya PT XYZ menggunakan make to order, sehingga untuk memproduksi transformator daya perusahaan tergantung dengan pemesanaan. Dalam memenuhi pesanan atau permintaan konsumen PT XYZ dituntut untuk menyelesaikan pembuatan produk dengan tepat waktu. Pengelolaan pada bidang supply chain di PT XYZ sangat penting karena menyangkut hubungan yang terus-menerus dari bahan baku yang didapat memalui supplier sampai ke konsumen.

Dalam pelaksanaan proses produksi PT XYZ kadang kala mengalami kekosongan persediaan bahan baku akibat adanya keterlambatan bahan baku dari pemasok seperti pada tabel berikut:

������������ Tabel 1.1 Data Keterlambatan Bahan Baku 2018

Nama Bahan Baku

Keterlambatan (Hari)

Silicon Steel

4

Transformer Wire

2

Transformer Press Paper PSP

-

Bushing

-

������� Sumber: PT XYZ

Dapat dilihat pada tabel 1.1, bahwa PT XYZ mengalami keterlambatan bahan baku yang sudah dijadwalkan akan segera diproduksi oleh perusahaan. Hal tersebut dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi yang sedang berjalan dan penyelesaian produk tidak sesuai dengan rencana yang telah dibuat serta akan berdampak pada kepuasan konsumen dan produk-produk yang sudah direncanakan. Sedangkan bahan baku yang tersedia pada PT XYZ tidak sesuai dengan jadwal yang akan diproduksi. PT XYZ dalam memproduksi transformator daya menggunakan komponen-komponen yang berasal dari luar negeri seperti China, Jepang dan Korea Selatan dengan proses pengiriman hingga sampai ke perusahaan kurang lebih 1 bulan dari saat pemesanan bahan baku. Dengan hal tersebut PT XYZ harus benar-benar memberikan kebijakan dalam memutuskan untuk lebih memprioritaskan supplier-supplier yang dibutuhkan oleh perusahaan dengan bahan baku yang akan digunakan dalam memproduksi transformator daya.

Untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam memilih supplier agar memprioritaskan supplier yang dibutuhkan oleh perusahaan dan meminimalisir adanya keterlambatan bahan baku dan persediaan bahan baku dapat menggunakan metode analytical hierarchy process, (Merry, Ginting, and Marpaung 2014) dalam penelitiaannya mengemukakaan bahwa metode analytical hierarchy process (AHP) dapat membantu dalam memilih dan mengevaluasi supplier dengan kriteria utama di samping kriteria lainnya yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan supplier.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di PT XYZ maka penelitian ini berjudul �Pemilihan Supplier Bahan Baku pada PT XYZ dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process�.

���������������������������

Metode Penelitian

Dalam perencanaan penelitian ini, termasuk dalam kategori obesrvasi dan kauntitatif. Pada saat melakukan penelitian observasi peneliti mengamati secara langsung objek yang akan diteliti untuk memperoleh dan mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan dengan demikian peneliti dapat mengetahui apa saja yang menjadi permasalahan perusahaan dalam pengadaan bahan baku dan melakukan wawancara� secara langsung dan serta memberikan kuesioner kepihak-pihak yang ahli dan kompeten dalam permasalahan yang bersangkutan dengan penelitian ini. Penelitian ini juga tergolong dalam penelitian kuantitatif karena pengolahan data yang akandilakukan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari perhitungan sesuai dengan metode yang digunakan dan referensi yang berkaitan dengan pembahasan.

 

Hasil dan Pembahasan

1.    Permintaan Produksi

Permintaan produk diperoleh berdasarkan sistem produksi make to order yang ada pada perusahaan.

Tabel 4.1

Permintaan Produk

Bulan

Tahun

Permintaan

Agustus

2018

14

September

13

Oktober

13

November

13

Desember

11

Januari

2019

14

Februari

14

Maret

15

April

15

����������������������� Sumber: PT CG XYZ

 

Dari tabel 4.1 di atas menjelaskan bahwa permintaan produk yang diterima di PT XYZ yaitu tergantung pada kapasitas perusahaan dengan jumlah maksimal permintaan perbulan hanya 15 unit.

2.      Alur Produksi


Alur produksi di PT XYZ yaitu dimulai pada area insulation hingga finnising, alur produksi tersebut dibuat berdasarkan alur dari proses produksi pada setiap komponen trafo yang berkaitan satu sama lain.

Gambar 4.1.Proses Produksi

�� Sumber: PT XYZ

Alur produksi di PT XYZ terdapat di 3 Area yang disebut Hall A, B dan Hall C. Pada Hall A terdapat area insulation, untuk Hall B terdapat area winding dan kitting, sedangkan Hall C terdapat area core stacking hingga finishing, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

 

a.    Insulation

Area insulation merupakan awal dimana proses produksi dimulai, pada area insulation terdapat kurang lebih 15 mesin. Material yang diproduksi pada ini bermacam-macam seperti silinder, core bolt, guider block, KP ring, pedestal, yoke insulation, afloop noose, angle ring, blockjesband, dwarsspie, end ring, flowing ring, KP spacer, nutton band, potential ring, PSP cylinder for winding, PSP end ring making single, PSP ring, PSP slotter, PSP strip winding cylinder, slot for winding, krenspien, press block, press plates, PSP cylinder for cyl assy, PSP strip cyl assy, scharming dan spacer block.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.2.

Proses Pembuatan Komponen Transformator

Sumber: PT XYZ

Gambar 4.2 menjelaskan bahwa area insulation terdapat beberapa proses produksi yaitu seperti proses pemotongan, pengeboran, pengamplasan, pengepressan, pembubutan, pengerolan, pengeleman dan proses pengovenan.

b.    Kitting

Area kitting merupakan tempat penyimpanan sementara untuk menyimpan komponen yang telah selesai diproduksi pada area insulation. Sebelum komponen didistribusikan ke departemen selanjutnya komponen tersebut akan diletakkan pada kitting.

c.    Core stacking

Pada area core stacking proses yang dilakukan yaitu penumpukkan material silicon steel, pada area core stacking ini ada beberapa komponen yang disalurkan dari area insulation sebagai komponen pendukung.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.3.

Description: CGPOWERSYSTEM-34

Proses Penumpukan Silicon Steel

Sumber: PT XYZ

Gambar 4.3 merupakan proses dari penumpukkan material silicon steel untuk menjadi sebuah core yang nantinya akan berfungsi untuk menghasilkan fluk magnetik pada tranformator.

d.   Winding

Description: CGPOWERSYSTEM-41Winding merupakan proses penggulungan terhadap tembaga, mesin winding berfungsi untuk mengulung gulungan tembaga kedalam sebuah cylinder sehingga hasil produksinya disebut dengan kumparan yang berfungsi untuk alat transformasi tegangan dan arus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4.4.

Proses Winding

Sumber: PT XYZ

Seperti yang terlihat pada gambar 4.4 operator PT XYZ sedang melakukan penggulungan tembaga.

e.    Phase Assembling

Pada area phase assembling terdapat proses assembling pada kumparan winding, area ini dibuat agar mengurangi waktu tunggu dan penumpukkan pada kumparan winding yang telah diproduksi.

f.     Core Coil Assembling

Area core coil assembling terdapat proses penggabungan core dengan winding yang telah di phase assembling sebelumnya.

g.    Lead Connecting

Description: active part.jpg

Area lead connecting terdapat proses penyambungan antara kumparan primer dengan kumparan sekunder.

Gambar 4.5.

Area Lead Connecting

Sumber: PT XYZ

Gambar 4.5 merupakan area lead connecting dengan transformator yang sedang� sedang dilakukan penyambungan kumparan-kumparan dengan top charger.

h.    Oven / VPD

Description: C:\Users\asus\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\images(1).jpg

Pada area VPD active part yang telah dikoneksi pada area lead connecting sebelumnya akan dimasukkan kedalam oven guna menghilangkan kandungan air di dalamnya transformator.

Gambar 4.6. Area pengovenan

Sumber: PT XYZ

Gambar 4.6 merupakan gambaran dari oven yang digunakan oleh PT XYZ, dalam proses mengoven transformator ini dilakukan paling cepat selama 24 jam.

i.      Final Assembling

Area final assembling terdapat proses pengecekan dan perbaikkan setiap bagian transformator yang baru selesai dioven pada area PVD, pada proses di area ini telah ada ketentuan 12 jam waktu pengerjaan dalam prosesnya, jika proses melewati batas waktu yang telah ditentukan transformator tersebut akan dioven kambali.

j.      Test Bay

Area test bay merupakan area dimana proses transformator memasuki tahapan pengujian untuk mengetahui resistensi pada bagian transformator serta untuk mengetahui kelayakan transformator berdasarkan spesifikasi yang sudah ditentukan.

������� Gambar 4.7. Area Test Bay

Description: CGSYSTEM-333

Sumber: PT XYZ

Gambar 4.7 merupakan area test bay, area ini cukup berbahaya karena pengujian dilakukan dengan tegangan yang tinggi.

k.    Finishing

Setelah transformator telah lulus dalam pengujian, langkah terakhir adalah transformator dibawa ke area� finishing, di area ini proses yang dilakukan yaitu proses pengelasan, pengecatan, serta proses pelepasan atau disassembling pada komponen transformator. Hal tersebut berguna untuk mempermudah pada proses pendistribuan kepada pelanggan.

3.    Menyusun Hirarki

Syafiah (2018), hirarki disusun dalam beberapa level diantaranya kriteria, subkriteri dan alternatif. Dalam hirarki tersebut terdapat variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) sebagai berikut:

a.    Variabel independen

Variabel independen (bebas) yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitas, harga, pengiriman, garansi dan layanan pengaduan serta prestasi kinerja sebelumnya.

1)   Kualitas

Atribut ini berfokus pada kekampuan supplier dalam memenuhi kelengkapan jumlah unit selesai / bagian selesai dan akurasi atau kebenaran/kesesuaian dengan spesifikasi standar dan produk. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi:

a)    Kesesuian dengan spesifikasi

b)   Konsistensi mutu

c)    Kualitas pelayanan yang diberikan

2)                 Harga

Atribut ini berfokus pada biaya semua sumber daya termasuk yang akan dikonsumsi oleh perusahaan. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi:

a)    Harga bahan baku

b)   Harga pengiriman

c)    Biaya asuransi pengiriman

3)   Pengiriman

Atribut ini berfokus pada kemampuan supplier dalam ketepatan waktu (berapa lama untuk menyelesaikan, merespons, mengoreksi, atau menyelesaikan) dan ketersediaan. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi:

a)    Ketepatan jumlah yang dikirim

b)   Ketepatan waktu pengiriman

c)    Kontinuitas pengiriman

4)   Garansi dan layanan pengaduan

Atribut ini berfokus pada garansi dan layanan pengaduan terhadap supplier. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi:

a)    Kemudahan dalam proses klaim

b)   Memberikan garansi bahan baku

c)    Kecepatan menanggapi keluhan

5)    Prestasi kinerja sebelumnya

Atribut ini berfokus pada kemampuan pemenuhan supplier berdasarkan kinerja perusahaan sebelumnya. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi:

a)    Kemampuan pemenuhan terhadap jadwal yang ditetapkan

b)   Kemampuan menjaga kesepakatan kontrak

b.    Variabel dependen

Variabel dependen (terkait) dalam penelitian ini adalah alternatif supplier terbaik. Koesioner analytical hierarchy process (AHP) diawali dengan membuat struktur hirarki pemilihan supplier di PT XYZ. Berikut ini kriteria dan subkriteria dari hirarki yang akan digunakan sebagi berikut:

Tabel 4.2

Daftar kriteria dan subkriteria

No

Kriteria

Subkriteria

Kode

1

Kualitas (K1)

Kesesuian dengan spesifikasi

KL1

Konsistensi mutu

KL2

Kualitas pelayanan yang diberikan

KL3

2

Harga (K2)

Harga bahan baku

H1

Harga pengiriman

H2

Biaya asuransi pengiriman

H3

3

Pengiriman (K3)

Ketepatan jumlah yang dikirim

P1

Ketepatan waktu pengiriman

P2

Kontinuitas pengiriman

P3

4

Garansi dan Layanan Pengaduan (K4)

Kemudahan dalam proses klaim

GL1

Memberikan garansi bahan baku

GL2

Kecepatan menanggapi keluhan

GL3

5

Prestasi Kinerja Sebelumnya (K5)

Kemampuan pemenuhan terhadap jadwal yang ditetapkan

PK1

Kemampuan menjaga kesepakatan kontrak

PK2

�Sumber: Syafiah

 

 
 


Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari tujuan penelitian yang telah dilakukan pada PT XYZ dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.        Dalam penelitian ini terdapat 5 (lima) kriteria yaitu Kualitas (K1), Harga (K2), Pengiriman (K3), Garansi dan layanan pengaduan (K4) dan Prestasi kinerja sebelumnya (K5) serta 14 (empat belas) subkriteria yaitu Kesesuian dengan spesifikasi (KL1), Konsistensi mutu (KL2), Kualitas pelayanan yang diberikan (KL3), Harga bahan baku (H1), Harga pengiriman (H2), Biaya asuransi pengiriman (H3), Ketepatan jumlah yang dikirim (P1), Ketepatan waktu pengiriman (P2), Kontinuitas pengiriman (P3), Kemudahan dalam proses klaim (GL1), Memberikan garansi bahan baku (GL2), Kecepatan menanggapi keluhan(GL3), Kemampuan pemenuhan terhadap jadwal yang ditetapkan (PK1) dan Kemampuan menjaga kesepakatan kontrak (PK2).

2.        Dari perhitungan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan metode technique for order preference by similarity to ideal solution (TOPSIS) diperoleh supplier yang lebih diprioritaskan dengan peringkat pertama yaitu supplier 1 dengan bobot sebesar 0,755, diperingkat kedua yaitu supplier 2 dengan bobot sebesar 0,445, diperingkat ketiga yaitu supplier 3 dengan bobot sebesar 0,379 dan diperingkat terakhir yaitu supplier 4 dengan bobot sebesar 0,127.

 

 

 

Bibliography

 

Alkhairi, P., Windarto, A. P., & Tambunan, H. S. (2018). Analisis Menentukan Daerah Potensi Terbaik dalam Pengembangan Wilayah Sektor Unggulan Pertanian Menggunakan Metode AHP, 403�408.

 

Herman Firdaus, I., Abdillah, G., Renaldi, F., & Jenderal Achmad Yani Jl, U. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode Ahp Dan Topsis. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi, 2016 (Sentika).

 

Merry, L., Ginting, M., Marpaung, B., Teknik, F., Komputer, I., Teknik, J., � Wacana, K. K. (2014). Pemilihan Supplier Buah Dengan Pendekatan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan TOPSIS: Studi Kasus Pada Perusahaan Retail (Fruit Supplier Selection Using Analytical Hierarchy Process (AHP) Method and TOPSIS: A Case Study in Retail Company). Jurnal Manajemen dan Agribisnis, (June), 48�58.

 

Munir, M. (2018). Pemilihan Supplier Sodium Hiroxide Liquid Integrasi Dengan Metode AHP � TOPSIS. Jurnal Teknik Industri, 17(2), 62.

 

Sachdeva, G., & Ulum, H. (2018). Sistem Penentuan Supplier Kawat Las Dengan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Jurnal Sistem dan Manajemen Industri, 1(1), 12.

 

Sachdeva, A. 2009. Multi-Factor Mode Critically Analysis Using TOPSIS. International Journal of Industrial Engineering, vol. 5, No. 8 pp 1-9.

 

Sari, D. R., Windarto, A. P., Hartama, D., & Solikhun, S. (2018). Sistem Pendukung Keputusan untuk Rekomendasi Kelulusan Sidang Skripsi Menggunakan Metode AHP-TOPSIS. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 6(1), 1.

 

Sejati Purnomo, E. N., Widya Sihwi, S., & Anggrainingsih, R. (2016). Analisis Perbandingan Menggunakan Metode AHP, TOPSIS, dan AHP-TOPSIS dalam Studi Kasus Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Siswa Program Akselerasi. Jurnal Teknologi & Informasi ITSmart, 2(1), 16.

 

Siswanto, E., Hidayat, N., & Santoso, N. (2018). Penentuan Kelayakan Kandang Sapi Menggunakan Metode AHP-TOPSIS (Studi Kasus: UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Singosari). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (J-PTIIK) Universitas Brawijaya, 2(12),

 

Yuniarti, R., Azlia, W., & Fitriana, U. (2018). Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Truk Pada Distributor Semen Dengan Metode AHP dan TOPSIS. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 17(1), 46.

Zakiyah, I., Abdillah, G., Komarudin, A., Informatika, J., Jenderal, U., Yani, A., � Keputusan, S. P. (2019). Sistem pendukung keputusan pemilihan balita sehat menggunakan metode ahp dan topsis, 2019(Sentika), 13�14.