Identifikasi dan Penanganan Banjir pada Bangunan Sungai di Sungai Cisanggarung
Wilayah Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1199
Banjir besar terjadi apabila air hujan cukup tinggi dan jatuh tersebar merata di
seluruh daerah tangkapan air, kemudian berubah menjadi limpasan permukaan yang
terkumpul secara cepat pada suatu titik keluaran (outlet). Faktor alami daerah tangkapan
air merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan limpasan permukaan dari seluruh
daerah tangkapan air untuk bisa terkumpul secara bersama-sama di titik keluaran
(Mardiatno & Marfai, 2021).
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) akhir-akhir ini kita sering mendengar
bahwa sungai banyak menimbulkan masalah pada masyarakat sekitarnya, dikarenakan
pemanfaatan sungai tidak memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan
sehingga menimbulkan penurunan sumber daya air sungai (Priyana, 2016). Fungsi
aliran sungai sebagai penyalur banjir mulai menurun potensinya akibat adanya erosi di
daerah hulu dan pengendapan di daerah hilir, rusaknya tebing-tebing sungai akibat
pengambilan bahan bangunan yang berlebihan mengakibatkan tebing sungai menjadi
longsor. Di lain pihak dengan pesatnya pembangunan, betonisasi, aspalisasi
mengakibatkan infiltrasi berkurang dan runoff menjadi besar. Akhirnya pada musim
hujan terjadilah banjir karena air yang melewati sungai atau saluran melebihi potensi
sungai yang ada. Menurut beberapa penelitian penyebab rusaknya sungai sebagian besar
diakibatkan oleh penggalian bahan bangunan seperti pasir, kerikil kemudian angkutan
sedimen dari hulu serta lain-lain seperti perubahan bentuk sungai. Kerusakan sungai
yang diakibatkan kegiatan tersebut adalah degradasi, agradasi, gerusan dan runtuhan
tebing (Priyana, 2016).
Upaya perbaikan Sumber Daya Alam (SDA) sungai pemanfaatan sumber daya
air sungai yang tidak memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan akan
merusak hubungan antar komponen ekosistem sungai yang pada akhirnya akan
menurunkan kondisi sumber daya air sungai. Untuk itu perlu sekali segera dilakukan
penanganan upaya perbaikan terhadap kerusakan sumber daya air sungai baik pada
kerusakan badan sungai maupun pencemaran air sungai. Penanganan ini hendaknya
dilakukan menyeluruh pada system daerah aliran sungai mulai dari hulu sampai dengan
hilir sungai (Syahputra, 2015).
Bio Engineering adalah ilmu yang mendalami biologi dari kacamata teknik sipil
dan berkaitan erat dengan bio teknologi. Disiplin ilmu yang diaplikasikan dalam
perekayasaan berbasis biosistem (gabungan ilmu biologi, lingkungan dan pertanian)
untuk meningkatkan efisiensi fungsi dan manfaat biosistem itu sendiri.
Sebagai contoh dari penggunaan bio engineering khususnya untuk daerah yang
terdampak longsor ataupun banjir untuk pembuatan tanggul alami bisa menggunakan
metode tanggul bambu karena tanaman ini cocok dengan unsur tanah dan dapat
menahan erosi air sungai yang meluap. Metode bio engineering dipilih untuk
mengembalikan fungsi vegetasi lahan sungai dan secara otomatis dapat merestorasi agar
tanggul sungai kembali hijau.
Penanganan longsor cara lainnya adalah dengan bio-engineering, yaitu
penggunaan tanaman dalam mendukung kestabilan lereng yang berwawasan
lingkungan. Fungsi tanaman sebagai bagian dari ekosistem, dapat bermanfaat banyak.