1123
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 7 Juli 2021
PENGARUH TINGKAT KEMATANGAN POC KULIT SEMANGKA (Citrullus
vulgaris Schard.) DI PEMBIBITAN KELAPA SAWIT PRE NURSERY
Chyntia Christina
1
, Rama R Sitinjak
2
, Bayu Pratomo
3
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Agro Teknologi, UNPRI, Medan
Email: sitinjakrama@yahoo.co.id
2
3
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi terbaik dari pemberian POC
kulit semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap pembibitan kelapa sawit,
mengetahui tingkat kematangan terbaik POC kulit semangka (Citrullus vulgaris
Schard.) yang optimal untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit, dan mengetahui
pengaruh interaksi antara pemberian POC kulit semangka dengan tingkat
kematangan POC kulit semangka (Citrullus vulgaris Schard.) terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di area Pertanaman Masyarakat di
Martubung. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 Faktorial. Faktor I adalah
tingkat kematangan POC kulit semangka dengan 3 taraf yaitu : T0 = 0 hari, T1 = 2
minggu, dan T2 = 4 minggu. Faktor II adalah konsentrasi POC kulit semangka
dengan 4 taraf yaitu : K1 = 5%, K2 = 10%, K3 = 20%, dan K4 = 40%. Data hasil
pengamatan dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA). Berdasarkan hasil
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tingkat kematangan, konsentrasi, dan
interaksi POC kulit semangka tidak berpengaruh positif terhadap tinggi bibit, namun
POC kulit semangka dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit di
pre nursery dan pertumbuhan tinggi bibit yang terbaik ada pada perlakuan T2K3
(dengan tingkat kematangan POC kulit semangka umur 4 minggu dan dosis POC
kulit semangka 20%) dengan rataan 20,61 cm. Tingkat kematangan, konsentrasi,
dan interaksi POC kulit semangka juga tidak berpengaruh positif terhadap diameter
batang, namun POC kulit semangka dapat meningkatkan ukuran diameter batang
bibit kelapa sawit di pre nursery dan diameter batang yang terbaik ada pada
perlakuan T0K1 (dengan tingkat kematangan POC kulit semangka 0 hari dan dosis
POC kulit semangka 5%) dengan rataan 6,54 cm. Tingkat kematangan, konsentrasi,
dan interaksi POC kulit semangka juga tidak berpengaruh positif terhadap jumlah
daun, namun POC kulit semangka dapat meningkatkan jumlah daun bibit kelapa
sawit di pre nursery dan pertumbuhan jumlah daun yang terbaik ada pada perlakuan
T0K1 (dengan tingkat kematangan POC kulit semangka 0 hari dan dosis POC kulit
semangka 5%) dengan rataan 2,78 cm.
Kata Kunci: elaeis guineensis Jacq; pupuk organik cair; kulit semangka
Abstract
The purpose of this study was to determine the best concentration of watermelon
rind POC (Citrullus vulgaris Schard.) on oil palm seedlings, to determine the best
maturity level of watermelon rind POC (Citrullus vulgaris Schard.) which was
Chyntia Christina, Rama R Sitinjak, Bayu Pratomo
1124 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
optimal for oil palm seedling growth, and to determine the effect of the interaction
between giving Watermelon rind POC with maturity level of watermelon rind POC
(Citrullus vulgaris Schard.) on the growth of oil palm seedlings. This research was
conducted in the Community Plantation area in Martubung. The method used is an
experimental method using 2 Factorial Randomized Block Design (RAK). Factor I
is the maturity level of POC watermelon rind with 3 levels, namely: T0 = 0 days, T1
= 2 weeks, and T2 = 4 weeks. Factor II is the concentration of POC watermelon
rind with 4 levels, namely: K1 = 5%, K2 = 10%, K3 = 20%, and K4 = 40%.
Observational data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA). Based on the
results and discussion it can be concluded that the level of maturity, concentration,
and interaction of watermelon rind POC did not have a positive effect on seedling
height, but watermelon rind POC could increase the height growth of oil palm
seedlings in pre nursery and the best seed height growth was in the T2K3 treatment
(with maturity level of POC watermelon rind aged 4 weeks and dose of POC
watermelon rind 20%) with an average of 20.61 cm. The level of maturity,
concentration, and interaction of watermelon rind POC also did not have a positive
effect on stem diameter, but watermelon rind POC could increase the stem diameter
of oil palm seedlings in pre-nursery and the best stem diameter was in T0K1
treatment (with watermelon rind POC maturity level 0 days and 5% watermelon
rind POC dose) with an average of 6.54 cm. The level of maturity, concentration,
and interaction of watermelon rind POCs also did not have a positive effect on the
number of leaves, but watermelon rind POCs could increase the number of leaves of
oil palm seedlings in pre-nursery and the best leaf growth was found in T0K1
treatment (with watermelon rind POC maturity level 0 days and 5% watermelon
rind POC dose) with an average of 2.78 cm.
Keywords: elaeis guineensis jacq; liquid organic fertilizer; watermelon skin
Pendahuluan
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang memegang peranan sangat penting bagi Indonesia sebagai komoditi
andalan untuk ekspor maupun komoditi yang dapat meningkatkan pendapatan
perkebunan Indonesia. Menurut data Kementrian Pertanian 2014, Indonesia menempati
urutan pertama sebagai negara dengan luas tanaman menghasilkan kelapa sawit terbesar
di dunia mencapai 11.300.370 hektar dengan produksi 31.284.306 ton. (Ariyanti, Natali,
& Suherman, 2017). Melihat kontribusi yang diberikan oleh tanaman kelapa sawit
dewasa ini dan dimasa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan
minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas dari
kelapa sawit.
Dalam pengembangan kelapa sawit, bibit merupakan produk dari suatu proses
pengadaan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi dan
masa selanjutnya (Waruwu, Simanihuruk, Prasetyo, & Hermansyah, 2018). Pembibitan
merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa
sawit. Bibit kelapa sawit yang baik memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang
optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat
Pengaruh Tingkat Kematangan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka (Citrullus
Vulgaris Schard.) Terhadap Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di pre
nursery
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1125
pelaksanaan trans planting (Harahap, 2018). Untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang
berkualitas baik, maka diperlukan perlakuan khusus terhadap media tanam dan pupuk
yang digunakan selama proses pembibitan.
Pada masa pembibitan awal (pre nursery) pemeliharaan dipusatkan pada media
tanam, di antaranya pemberian pupuk untuk memacu pertumbuhan tanaman.
Pemupukan pada bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk
organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik terdiri dari pupuk organik padat dan
pupuk organik cair. Pupuk organik padat adalah pupuk yang tersusun dari materi
makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan. Pupuk organik cair
adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman,
kotoran hewan dan manusia (Nur, Noor, & Elma, 2016).
Bahan baku pupuk cair yang sangat baik dari sampah organik yaitu bahan
organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa
buah-buahan, sayur-sayuran. Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan sebagai pupuk
organik dengan mencampurkan berbagai komponen bahan-bahan tertentu sesuai dengan
kadar yang dibutuhkan oleh tanah dan nutrisi pada tumbuhan. Kelebihan dari pupuk
organik cair ini adalah dengan secara cepat mengatasi defesiensi hara, mampu
menyediakan hara cepat artinya bisa langsung diserap oleh tumbuhan. Pupuk organik
cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walau digunakan sesering mungkin
karena tidak meninggalkan residu kimia yang berbahaya (Ratrinia, Ma’ruf, & Dewi,
2014).
Kulit semangka yang saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh
masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk mengurangi permasalahan sampah
yang dapat menyebabkan pencemaran. Kandungan air dalam kulit semangka per 100 g
sebesar 87,7, kandungan karbohidrat yaitu 5,6 g, kandungan protein yaitu 2,5 g,
kandungan lemak yaitu 0,1 g, kandungan kalsium yaitu 8 mg, kandungan vitamin A
yaitu 2845, kandungan vitamin C yaitu 7,63 mg, kandungan fosfor yaitu 11 mg dan
kandungan kalium yaitu 220 mg. (USDA, 2015). Unsur-unsur yang terkandung dalam
kulit semangka ini membuat kulit semangka berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
pupuk organik. Pemberian pupuk organik cair (POC) kulit semangka pada konsentrasi
15ml/L dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit pre nursery dan
berpengaruh nyata pada parameter berat segar tajuk (Hout, Swandari, & Mardu, 2019).
Pada pupuk cair diperlukan bakteri untuk mengikat nitrogen, fosfor, kalium, dan
unsur lain misalnya dengan menggunakan Effective Microorganism-4 (EM4). Banyak
ahli yang berpendapat bahwa Effective Microorganism bukan digolongkan dalam
pupuk. EM4 merupakan bioaktivator yang membantu mempercepat proses pembuatan
pupuk organik dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM4 juga bermanfaat
memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara
yang dibutuhkan tanaman. Dengan demikian penggunaan EM4 akan membuat tanaman
menjadi lebih subur, sehat dan relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit
(Ratrinia et al., 2014).
Chyntia Christina, Rama R Sitinjak, Bayu Pratomo
1126 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
Bahan baku pembuatan pupuk organik cair bermacam-macam dengan
memanfaatkan bahan-bahan atau limbah yang tersedia di lingkungan setempat, sehingga
kandungan unsur hara dan mikroorganismenya juga bervariasi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan pemberian pupuk
organik cair terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada
pembibitan utama (pre nursery).
Metode Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ayakan, saringan,
pengaduk/potongan kayu, parang, ember dengan penutupnya, kain, meteran, gelas ukur,
timbangan, babybag 15 cm x 22 cm, jangka sorong dan alat tulis. Bahan yang
digunakan adalah bibit kelapa sawit hasil persilangan Dura x Psifera (DxP) yang
diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), kulit semangka, air, aquades, gula
merah, dan EM4.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang
terdiri dari 2 faktor, yaitu Faktor I = Tingkat kematangan POC kulit semangka dengan 3
taraf yaitu : T0 = 0 hari, T1 = 2 minggu, dan T2 = 4 minggu. Faktor II = Konsentrasi
POC kulit semangka dengan 4 taraf yaitu : K1 = 5%, K2 = 10%, K3 = 20%, dan K4 =
40%.
Dari kedua faktor tersebut diperoleh 12 jenis kombinasi perlakuan dan masing
masing kombinasi perlakuan diulangi sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 plot, dan
setiap plot terdiri dari 3 tanaman. Maka dari itu, jumlah bibit kelapa sawit yang
dibutuhkan adalah 108 bibit. Data hasil pengamatan dianalisis dengan Analysis of
Variance (ANOVA). Apabila hasil perlakuan pada penelitian ini berpengaruh nyata,
maka akan dilakukan pengujian lebih lanjut dengan Uji Jarak berganda Ducan dengan
taraf 5% dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 22.
Hasil dan Pembahasan
Analisa Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka
Pupuk organik cair (POC) kulit semangka dengan lama kematangan 2 minggu
yaitu memiliki unsur nitrogen (N) sebanyak 0.09%, fosfor (P) sebanyak 0.12%, kalium
(K) sebanyak 0.34%, air sebanyak 97.4%, protein sebanyak 0.37%, lemak sebanyak 6%,
dan karbohidrat sebanyak 6%. Sedangkan pupuk organik cair (POC) kulit semangka
dengan lama kematangan 4 minggu yaitu memiliki unsur nitrogen (N) sebanyak 0.07%,
fosfor (P) sebanyak 0.08%, kalium (K) sebanyak 0.30%, air sebanyak 97.5%, protein
sebanyak 0.10%, lemak sebanyak 5%, dan karbohidrat sebanyak 3.8%.
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara pada Pupuk Organik Cair (POC) Kulit
Semangka Umur 2 Minggu dan 4 Minggu
Nama
Sampel
Analisa POC Kulit Semangka (%)
Nitrogen
(N)
Fosfor
(P)
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Pengaruh Tingkat Kematangan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka (Citrullus
Vulgaris Schard.) Terhadap Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di pre
nursery
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1127
POC 2
Minggu
0.09
0.12
97.4
0.37
5.97
6
POC 4
Minggu
0.07
0.05
97.5
0.8
4.92
3.6
Ciri-ciri fisik dari POC kuit semangka yaitu dilihat dari warna, bau, dan
kepekatan. Warna POC kulit semangka umur 2 minggu tidak terlalu coklat pekat,
sedangkan warna POC kulit semangka umur 4 minggu sama-sama berwarna coklat
tetapi lebih gelap karena lebih lama difermentasi, itu menandakan bahwa POC yang
berumur 4 minggu sudah matang. Bau POC kulit semangka umur 2 minggu masih agak
berbau, sedangkan bau POC kulit semangka umur 4 minggu sudah tidak berbau lagi dan
baunya lebih mirip ke bau tape, jika sudah tidak berbau maka POC sudah matang.
Kepekatan POC kulit semangka umur 2 minggu encer artinya sudah sesuai dengan POC
yang sudah matang, dan kepekatan POC kulit semangka umur 4 minggu juga encer
artinya sudah sesuai juga dengan POC yang sudah matang.
Jika dibandingkan hasil analisis kandungan unsur hara POC kulit semangka
dengan Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/Sr.140/10/2011, maka hasilnya
kurang sesuai. Kadar unsur hara nitrogen (N) POC kulit semangka umur 2 minggu
menunjukkan hanya mengandung 0.09% dan di umur 4 minggu mengandung nitrogen
(N) hanya 0.07%, sedangkan pada Peraturan Menteri Pertanian No.70 harus 3-6%,
artinya kadar nitrogen kurang banyak dibutuhkan pada POC kulit semangka. Nitrogen
itu sendiri merupakan unsur hara utama yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Nitrogen
sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan organ vegetatif tanaman
seperti daun, batang dan aka (Oktiawan, Sarminingsih, Purwono, & Afandi, 2015).
Sumber utama nitrogen berasal dari udara. Selain itu, Meriatna et al (2018) juga
menyatakan bahwa nitrogen dapat mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah.
Nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan,
misalnya asam-asam amino. Setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan
setiap enzim adalah protein maka nitrogen merupakan unsur penyusun protein dan
enzim.
Kadar unsur hara fosfor (P) POC kulit semangka umur 2 minggu menunjukkan
hanya mengandung 0.12% dan di umur 4 minggu mengandung 0.05%, sedangkan pada
Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/Sr.140/10/2011 kadar fosfor (P) harus 3-
6%, artinya kadar fosfor (P) yang dibutuhkan pada POC kulit semangka kurang banyak.
Unsur P itu sendiri juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu diantaranya
pertumbuhan tinggi tanaman karena unsur fosfor dapat berperan dalam proses
metabolisme tanaman. Fosfor merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel yang
berperan penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan
meristem (Oktiawan et al., 2015). Fosfor (P) mengaktifkan pertumbuhan tanaman,
pertumbuhan bunga, mempercepat pematangan buah dan tanaman. Fosfor (P) juga dapat
Chyntia Christina, Rama R Sitinjak, Bayu Pratomo
1128 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
merangsang pertumbuhan akar, terutama akar lateral dan akar rambut (Zubaidah &
Munir, 2007).
Kadar unsur hara kalium (K) POC kulit semangka umur 2 minggu menunjukkan
hanya mengandung 0.34% dan di umur 4 minggu mengandung 0.30%, sedangkan pada
Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/Sr.140/10/2011 kadar kalium (K) harus
3-6%, artinya kadar K yang dibutuhkan oleh POC kulit semangka kurang banyak.
Karena kalium (K) memiliki pengaruh sebagai penyeimbang keadaan bila tanaman
kelebihan nitrogen. Unsur ini dapat meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat,
sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Kalium juga dapat
meningkatkan kandungan gula (Hafsi, Debez, & Abdelly, 2014). Menurut Pettigrew
bahwa tanaman yang mengalami defisiensi unsur kalium (K) menyebabkan penurunan
jumlah dan ukuran daun pada setiap individu tanaman yang berpengaruh terhadap
proses fotosintesis dan fotosintat yang akan dihasilkan.
Tinggi Bibit (cm)
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit di pre nursery,
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair (POC) kulit semangka tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kelapa sawit di pre nursery. Namun POC kulit
semangka dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit di pre nursery dan
pertumbuhan tinggi bibit yang terbaik ada pada perlakuan T2K3 (dengan tingkat
kematangan POC kulit semangka umur 4 minggu dan dosis POC kulit semangka 20%)
dengan rataan 20,61 cm.
POC kulit semangka tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa
sawit karena kadar unsur nitrogen (N) dalam hasil analisis POC kulit semangka sangat
rendah persennya baik yang umur 2 minggu maupun umur 4 minggu, dimana nitrogen
(N) itu merupakan unsur yang paling utama dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman.
Menurut (Safitri, Handayani, & Yolida, 2015) yang menyebutkan bahwa penambahan
bahan organik yang mengandung nitrogen (N) akan mempengaruhi kadar nitrogen (N)
total dan membantu dalam mengaktifkan sel-sel tanaman dan mempertahankan jalannya
proses fotosintesis yang pada akhirnya pertumbuhan tinggi tanaman dapat dipengaruhi.
Pertambahan tinggi tanaman sangat erat kaitannya dengan unsur hara makro seperti
nitrogen (N) (Sepriani, 2015). Unsur nitrogen berperan merangsang pertumbuhan
vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman. (Rahmah, Izzati, & Parman, 2014)
menyatakan bahwa peningkatan tinggi tanaman terjadi karena nitrogen pada POC dapat
memacu pertumbuhan meristem apikal sehingga tanaman bertambah panjang jika
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tabel 2. Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka Terhadap Rataan
Tinggi Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery Umur 5-12 MST
Perlakuan
Tinggi Bibit (cm)
5
MST
6
MST
7
MST
8
MST
9
MST
10
MST
11
MST
12
MST
T0K1
9.2
10.7
11.68
13.16
15.16
16.67
17.89
19.51
T0K2
8.74
10.27
11.91
13.33
15.04
16.38
17.39
18.87
Pengaruh Tingkat Kematangan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka (Citrullus
Vulgaris Schard.) Terhadap Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di pre
nursery
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1129
T0K3
9.21
10.73
11.88
13.63
15.11
16.5
18.11
19.8
T0K4
7.79
9.18
10.43
11.92
15.17
16.3
17.39
19.54
T1K1
8.81
10.26
11.66
12.92
14.72
15.88
17.33
19.81
T1K2
11.08
12.62
14.09
15.59
16.76
17.77
18.59
20.14
T1K3
8.7
10.23
11.24
12.83
14.67
16.08
17.33
19.24
T1K4
8.74
10.44
11.92
13.43
15.46
16.88
17.67
19.56
T2K1
7.77
9.38
10.77
12.3
14.76
16.74
18.08
20.06
T2K2
8.9
10.63
12.16
13.87
15.67
16.96
18.44
20.47
T2K3
8.11
9.77
11.2
12.72
15.39
16.83
18.83
20.61
T2K4
8.08
9.64
10.82
12.56
15.04
16.37
17.83
19.87
Sifat fisik tanah juga dapat mempengaruhi tinggi bibit karena memegang air dan
juga aerasi yang baik bagi pertumbuhan akar bibit kelapa sawit di pre nursery (Afrillah,
Sitepu, & Hanum, 2015).
Diameter Batang (mm)
Hasil pengamatan terhadap diameter batang kelapa sawit di pre nursery,
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair (POC) kulit semangka tidak
berpengaruh nyata terhadap diameter batang kelapa sawit di pre nursery. Namun POC
kulit semangka dapat meningkatkan ukuran diameter batang bibit kelapa sawit di pre
nursery dan diameter batang yang terbaik ada pada perlakuan T0K1 (dengan tingkat
kematangan POC kulit semangka 0 hari dan dosis POC kulit semangka 5%) dengan
rataan 6,54 cm.
POC kulit semangka tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang mungkin
karena rendahnya unsur fosfor (P) didalam POC kulit semangka baik di umur 2 minggu
maupun umur 4 minggu. Unsur hara P dan K sangat berperan dalam meningkatkan
diameter batang tanaman dan mampu membenahi pertumbuhan vegetatif seperti lingkar
batang (Satria, Wardati, & Khoiri, 2015).
Tabel 3. Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka Terhadap Rataan
Diameter Batang Kelapa Sawit di Pre Nursery Umur 5-12 MST
Perlakuan
Diameter Batang (mm)
5
MST
6
MST
7
MST
8
MST
9
MST
10
MST
11
MST
12
MST
T0K1
4.81
5.11
5.33
5.56
5.83
6.08
6.29
6.54
T0K2
4.37
4.6
4.8
5.02
5.22
5.24
5.42
5.7
T0K3
4.34
4.56
4.76
4.97
5.3
5.33
5.61
5.88
T0K4
4.09
4.27
4.49
4.68
4.96
5.14
5.36
5.7
T1K1
4.09
4.31
4.53
4.77
4.99
4.58
4.8
5.04
T1K2
4.5
5.07
5.28
5.46
5.68
5.91
6.17
6.43
T1K3
4.31
4.51
4.72
4.94
4.92
5.13
5.33
5.54
T1K4
4.1
4.3
4.51
4.72
4.94
5.14
5.34
5.6
T2K1
3.86
4.06
4.24
4.43
4.63
4.83
5.12
5.4
T2K2
4.4
4.61
4.81
5.04
5.24
5.46
5.73
5.96
Chyntia Christina, Rama R Sitinjak, Bayu Pratomo
1130 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
T2K3
3.71
3.9
4.07
4.47
4.68
4.83
5.03
5.28
T2K4
3.59
3.77
3.98
4.2
4.39
4.53
4.87
5.22
Menurut Hasibuan menyatakan unsur fosfor (P) pada tanaman berfungsi untuk
merangsang pembentukan akar dan memperkuat batang agar tidak mudah roboh. Pada
umumnya, semakin besar perkembangan diameter batang, maka organ-organ pada
bagian atasnya seperti tinggi batang dan jumlah daun juga semakin baik pula (Suryati,
Sampurno, & Anom, 2014). Faktor penyiraman 2 hari sekali pada media tanam dapat
mempengaruhi perkembangan diameter batang dibandingkan dengan penyiraman setiap
hari, hal ini terjadi karena penyiraman 2 hari sekali dapat meningkatkan kemampuan
tanah dalam menahan air, meningkatnya kemampuan tanah dalam menahan air, maka
akar-akar tanaman akan lebih mudah menyerap zat-zat makanan bagi pertumbuhan
(Ariyanti et al., 2017).
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan terhadap jumlah daun kelapa sawit di pre nursery
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair (POC) kulit semangka tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun kelapa sawit di pre nursery. Namun POC kulit
semangka dapat meningkatkan jumlah daun bibit kelapa sawit di pre nursery dan
pertumbuhan jumlah daun yang terbaik ada pada perlakuan T0K1 (dengan tingkat
kematangan POC kulit semangka 0 hari dan dosis POC kulit semangka 5%) dengan
rataan 2,78 cm.
POC kulit semangka tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
kemungkinan karena rendahnya usur N, P, dan K dalam POC kulit semangka, dimana
unsur N, P, dan K berguna untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pertambahan jumlah
daun berhubungan dengan pertambahan tinggi bibit karena semakin tinggi tanaman
maka akan diikuti juga dengan bertambahnya nodus-nodus batang, dimana nodus-nodus
batang merupakan tempat kedudukan daun (Satria et al., 2015). Semakin tinggi dosis
pemberian pupuk organik urine yang mempunyai kandungan unsur N, P, dan K, diduga
akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanah, hal ini juga berpengaruh terhadap
banyaknya unsur hara yang diserap akar (Sepriani, 2015).
Tabel 4. Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka Terhadap Rataan
Jumlah Daun Kelapa Sawit di Pre Nursery Umur 5-12 MST
Perlakuan
Jumlah Daun (helai)
5
MST
6
MST
7
MST
8
MST
9
MST
10
MST
11
MST
12
MST
T0K1
1.56
1.78
1.78
1.78
2.11
2.22
2.33
2.78
T0K2
1.33
1.56
1.67
1.67
1.89
2.11
2.11
2.67
T0K3
1.56
1.78
1.89
2.22
2.33
2.33
2.33
2.33
T0K4
1.44
1.56
1.67
1.67
1.78
1.89
2.11
2.67
T1K1
1.56
1.67
1.89
2.11
2.33
2.33
2.44
2.78
T1K2
1.67
1.89
1.89
1.89
2
2.11
2.33
2.44
T1K3
1.33
1.56
1.56
1.89
1.89
2
2
2.33
Pengaruh Tingkat Kematangan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka (Citrullus
Vulgaris Schard.) Terhadap Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di pre
nursery
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1131
T1K4
1.56
1.78
1.78
2
2.11
2.22
2.22
2.67
T2K1
1.11
1.33
1.33
1.33
1.44
1.89
2.11
2.78
T2K2
1.56
1.78
1.89
2.11
2.11
2.33
2.33
2.67
T2K3
1.33
1.67
1.78
1.89
2.11
2.33
2.33
2.78
T2K4
1.33
1.67
1.78
1.89
2.33
2.33
2.56
2.78
Kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair seperti N, P, K, dan Ca dapat
mempengaruhi jumlah daun karena berperan penting dalam proses pembelahan dan
pemanjangan sel (Wijaya, Ginting, & Haryati, 2014). Faktor genetik juga menentukan
jumlah daun yang akan terbentuk, oleh sebab itu sangat penting dalam pembibitan
menggunakan bibit yang berkualitas, selain faktor genetik faktor lingkungan juga
berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun. Faktor lingkungan yang berpengaruh
yaitu unsur hara yang tersedia di dalam tanah (Ibnu, 2017).
Kesimpulan
Tingkat kematangan, konsentrasi, dan interaksi pupuk organik cair (POC) kulit
semangka tidak berpengaruh positif terhadap tinggi bibit, namun POC kulit semangka
dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit di pre nursery dan
pertumbuhan tinggi bibit yang terbaik ada pada perlakuan T2K3 (dengan tingkat
kematangan POC kulit semangka umur 4 minggu dan dosis POC kulit semangka 20%)
dengan rataan 20,61 cm. Tingkat kematangan, konsentrasi, dan interaksi pupuk organik
cair (POC) kulit semangka juga tidak berpengaruh positif terhadap diameter batang,
namun POC kulit semangka dapat meningkatkan ukuran diameter batang bibit kelapa
sawit di pre nursery dan diameter batang yang terbaik ada pada perlakuan T0K1
(dengan tingkat kematangan POC kulit semangka 0 hari dan dosis POC kulit semangka
5%) dengan rataan 6,54 cm. Tingkat kematangan, konsentrasi, dan interaksi pupuk
organik cair (POC) kulit semangka juga tidak berpengaruh positif terhadap jumlah daun,
namun POC kulit semangka dapat meningkatkan jumlah daun bibit kelapa sawit di pre
nursery dan pertumbuhan jumlah daun yang terbaik ada pada perlakuan T0K1 (dengan
tingkat kematangan POC kulit semangka 0 hari dan dosis POC kulit semangka 5%)
dengan rataan 2,78 cm.
Chyntia Christina, Rama R Sitinjak, Bayu Pratomo
1132 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
Bibliografi
Afrillah, Muhammad, Sitepu, Ferry Ezra, & Hanum, Chairani. (2015). Respons
pertumbuhan vegetatif tiga varietas kelapa sawit di pre nursery pada beberapa
media tanam limbah. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(4),
105873.
Ariyanti, Mira, Natali, Gita, & Suherman, Cucu. (2017). Respons pertumbuhan bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap pemberian pupuk organik asal
pelepah kelapa sawit dan pupuk majemuk NPK. Agrikultura, 28(2).
Hafsi, Chokri, Debez, Ahmed, & Abdelly, Chedly. (2014). Potassium deficiency in
plants: effects and signaling cascades. Acta Physiologiae Plantarum, 36(5), 1055
1070.
Harahap, Awal Hamdani. (2018). Uji Efektivitas Pupuk Organik Cair (POC) dari Kulit
Pisang Kepok dan Urine Sapi pada BIbit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di
Pembibitan Utama.
Hout, Williax, Swandari, Tantri, & Mardu, Retni. (2019). PENGARUH INTERVAL
PEMBERIAN DAN DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS JACQ) DI
PRE-NURSERY. JURNAL AGROMAST, 4(1).
Ibnu, Hamdani Putra Nahombang. (2017). RESPON BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) di PRE NURSERY TERHADAP PUPUK KASCING DAN
PUPUK NPKMg (15: 15: 6: 4). Universitas Andalas.
Nur, Thoyib, Noor, Ahmad Rizali, & Elma, Muthia. (2016). Pembuatan pupuk organik
cair dari sampah organik rumah tangga dengan bioaktivator EM4 (Effective
microorganisms). Konversi, 5(2), 4451.
Oktiawan, Wiharyanto, Sarminingsih, Anik, Purwono, Purwono, & Afandi, Mahfud.
(2015). STRATEGI PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR KOMERSIAL DARI
LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN (RPH) SEMARANG. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 12(2), 8694.
Rahmah, Atikah, Izzati, Munifatul, & Parman, Sarjana. (2014). Pengaruh pupuk organik
cair berbahan dasar limbah sawi putih (Brassica Chinensis L.) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea Mays L. Var. Saccharata). Anatomi
Fisiologi, 22(1), 6571.
Ratrinia, Putri Wening, Ma’ruf, Widodo Farid, & Dewi, Eko Nurcahya. (2014).
Pengaruh penggunaan bioaktivator EM4 dan penambahan daun lamtoro (Leucaena
leucocephala) terhadap spesifikasi pupuk organik cair rumput laut Eucheuma
spinosum. Jurnal Pengolahan Dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(3), 8287.
Safitri, Mareta, Handayani, Tundjung Tripeni, & Yolida, Berti. (2015). Pengaruh Pupuk
Pengaruh Tingkat Kematangan Pupuk Organik Cair (POC) Kulit Semangka (Citrullus
Vulgaris Schard.) Terhadap Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di pre
nursery
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1133
Organik Cair Kulit Buah Pisang Kepok terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat.
Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah, 3(5).
Satria, Nanda, Wardati, Wardati, & Khoiri, M. Amrul. (2015). Pengaruh pemberian
kompos tandan kosong kelapa sawit dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit
tanaman gaharu (Aquilaria malaccencis). Riau University.
Sepriani, Yusmaidar. (2015). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Urine Domba
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans).
JURNAL AGROPLASMA, 2(2).
Suryati, Dhiya, Sampurno, Sampurno, & Anom, Edison. (2014). Uji Beberapa
Konsentrasi Pupuk Cair Azolla (Azolla Pinnata) pada
Pertumbuhanbibitkelapasawit (Elaeisguineensisjacq.) di Pembibitan Utama. Riau
University.
Waruwu, Filsafat, Simanihuruk, Bilman Wilman, Prasetyo, Prasetyo, & Hermansyah,
Hermansyah. (2018). Pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery dengan
komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk cair azolla pinnata berbeda. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 20(1), 712.
Wijaya, I. Gede Andri, Ginting, Jonatan, & Haryati, Haryati. (2014). Respons
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery terhadap
Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit dan Pupuk NPKMg (15: 15: 6: 4).
Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 3(1), 103580.
Zubaidah, Yulinar, & Munir, Rafli. (2007). Aktifitas pemupukan fosfor (P) pada lahan
sawah dengan kandungan P-sedang. Jurnal Solum, 4(1), 14.