1183
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 7 Juli 2021
PERTARUNGAN MODEL ALTMAN, SPRINGATE, ZMIJEWSKI DAN
GROVER MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN JASA
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
¹Universitas Pancasila, Jakarta, ²Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI, Jakarta,
³Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Jakarta, ⁴Universitas Pancasila, Jakarta
1
2
,
3
4
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti model prediksi financial distress terbaik
diantara 4 model yaitu Altman Z Score, Springate, Zmijewski, dan Grover dalam
memprediksi financial distress pada perusahaan jasa pada sub sektor investasi dan
sekuritas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 perusahaan jasa sub sektor sekuritas
dan investasi di Bursa Efek Indonesia. Tehnik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling yaitu salah satu tehnik non random dimana
peneliti menentukan pengambilan sample dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil Penelitian menunjukan bahwa terdapat
perbedaan hasil prediksi financial distress antara model Altman Z Score, Springate,
Zmijewski, dan Grover dalam memprediksi financial distress. Model Grover
merupakan model terbaik, kemampuan variabel independen secara bersama-sama
dalam mempengaruhi variabel dependen juga cukup baik, dari 3 variabel yang
digunakan, semua variabel berpengaruh positif terhadap financial distress. Model
Grover juga yang paling rendah memprediksi perusahaan yang distress baik melalui
uji deskriptif crosstab maupun non parametrik sesuai dengan kondisi real yang ada
dimana perusahaan jasa studi kasus (sub sektor investasi dan sekuritas) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sample penelitian tersebut sampai
dengan tahun 2016 tidak ada yang distress dan baru pada tahun 2018 ada 1 (satu)
perusahaan yang di suspend.
Kata Kunci: skor altman Z; pegas; zmijewski; grover dan kesulitan keuangan
Abstract
This study aims to examine the best financial distress prediction models among 4
models ie Altman Z Score, Springate, Zmijewski,and Grover in predicting financial
distress at the company services in the investment and securities sub-sector listed
on the Indonesia Stock Exchange for the period 2012-2016. The samples used in
this study were as many as 16 companies services securities and investment sub-
sector on the Indonesia Stock Exchange. The data analysis technique used in this
study was purposive sampling technique. The results showed that there were
differences in the prediction results of financial distress between the Altman Z
Score, Springate, Zmijewski, and Grover models. in predicting financial distress.
Grover's model is the best model, the ability of the independent variables together
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
1184 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
to influence the dependent variable is also quite good, of the 3 variables used, all
variables have a positive effect on financial distress. The Grover model is also the
lowest predictor of companies that are distressed both through crosstab and non-
parametric descriptive tests according to the existing real conditions where the
company case study services (investment and securities sub-sector) listed on the
Indonesia Stock Exchange which were used as research samples until 2016 had
no distress and only in 2018 there was 1 (one) company that was suspended.
Keywords: altman Z score; springate; zmijewski; grover and financial distress
Pendahuluan
Pelaku usaha berperan besar dalam menopang pertumbuhan ekonomi serta
kinerja pemerintahan khususnya bidang pembagunan dan ekonomi. Tingginya
pertumbuhan ekonomi akan mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan dan tingkat
pendidikan dan pada akhirnya akan mampu memperbaiki citra dan mutu hidup
(Tambunan, Elisabet. “Modul Ajar Teori Ekonomi Makro”. www.manajemen.sari-
mutiara.ac.id. Diakses pada 01 Januari 2018). Setiap perusahaan didirikan dengan
harapan akan menghasilkan profit sehingga mampu untuk bertahan dan berkembang
dalam jangka panjang dan tidak mengalami likuidasi (Aprillianto, Wulandari, &
Kurrohman, 2014). Kenyataannya, asumsi tersebut tidak selalu terjadi dengan baik dan
sesuai harapan. Seringkali perusahaan yang telah beroperasi dalam jangka waktu
tertentu terpaksa bubar karena mengalami kesulitan keuangan (financial distress) yang
berujung pada kebangkrutan.
Financial Distress adalah keadaan kesulitan keuangan atau likuiditas yang
mungkin merupakan awal terjadinya kebangkrutan. Menurut Gamayuni terdapat 5
(lima) bentuk financial distress atau kesulitan keuangan diantaranya yaitu sebagai
berikut :
a. Economic failure, yaitu dimana suatu keadaan pendapatan perusahaan tidak
dapat menutup total biaya perusahaan, termasuk biaya modal.
b. Business failure, yaitu dimana suatu keadaaan perusahaan menghentikan
kegiatan operasional dengan tujuan mengurangi (akibat) kerugian bagi
kreditor.
c. Technical insolvency, yaitu dimana suatu keadaan perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.
d. Insolvency in bankruptcy, yaitu dimana suatu keadaan nilai buku dari total
kewajiban melebihi nilai pasar asset perusahaan .
e. Legal bankcruptcy, yaitu dimana suatu keadaan perusahaan dikatakan
bangkrut secara hukum.
Beberapa penyebab terjadinya kesulitan keuangan bagi usaha kecil diantaranya
struktur permodalan yang kurang diantaranya, menggunakan peralatan dan metode
bisnis yang ketinggalan jaman, ketiadaan perencanaan, dan kualifikasi pribadi.
Kualifikasi pribadi yang dimaksud adalah yaitu kurangnya pengetahuan bisnis, tidak
Pertarungan Model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover Memprediksi Financial
Distress Perusahaan Jasa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1185
ingin bekerja terlalu keras, tidak ingin mendelegasikan tugas dan wewenang,
ketidakmampuan memelihara hubungan baik dengan konsumen.
Perusahaan jasa adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya ditujukan
untuk memperoleh pendapatan ataupun penghasilan melalui pelayanan jasa-jasa
tertentu. Perusahaan jasa merupakan suatu tempat berlangsungnya proses produksi yang
menggabungkan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan suatu jasa (Ramadhani &
Lukviarman, 2009). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium
sebelum jasa itu dibeli. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan produk yang
telah dihasilkan. Jasa dihasilkan dan dikomsusi secara bersamaan.
Pada perkembangan dunia usaha yang pesat khususnya perusahaan di bidang
jasa, semakin banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh pemimpin perusahaan
ataupun pihak manajemen. Oleh karena itu, memungkinkan seseorang pemimpin
mengawasi seluruh jalannya operasional perusahaan secara langsung dan terus menerus,
agar pihak manajemen perusahaan dapat melakukan tugasnya dengan baik serta
mewujudkan sistem informasi yang dapat bekerja untuk mencapai tujuan memperoleh
keuntungan dan dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Maka dengan didirikannya
sebuah perusahaan tujuannya bukanlah untuk mengalami kebangkrutan melainkan
berorientasi untuk kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang sebagai prinsip
utama dari mendirikan perusahaan, yaitu untuk dapat melakukan usahanya secara terus
menerus (going concern). Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi
dan mempertahankan kinerja keuangan agar perusahaan terhindar dari kegagalan usaha.
Kegagalan usaha sendiri merupakan sesuatu yang sebenarnya bisa diprediksi dengan
menggunakan berbagai pendekatan teori ilmu keuangan. Berikut ini adalah grafik
perkembangan kebangkrutan perusahaan jasa selama 8 (delapan) tahun terakhir:
Gambar 1.1
Perkembangan Kebangkrutan Perusahaan Jasa Tahun 2009-2016
Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2009-2016
Berdasarkan gambar 1.1 dapat dinyatakan bahwa perkembangan perusahaan jasa
yang delisting dari tahun 2009-2016 tercatat BEI telah mengeluarkan 13 emiten.
Dimana pada tahun 2009 sebanyak 5 emiten yaitu PT. Singer Indonesia Tbk (SING),
PT. Courts Indonesia (MACO), PT. Jasa Angkasa Semesta (JASS), PT. Bukaka Teknik
Utama Tbk (BUKK), dan PT. Infoasia Teknologi Global Tbk (IATG) yang telah di
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
1186 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
delisting dan tahun 2010 tidak terdapat perusahaan delisting oleh BEI sedangkan pada
tahun 2011 BEI kembali melakukan delisting sebanyak 3 emiten yaitu PT. New Century
Development, Tbk (PTRA), PT. Anta Express Tour and Travel Services, Tbk (ANTA)
dan PT. Alfa Retailindo ,Tbk (ALFA) . Pada tahun 2012 sebanyak 2 emiten yaitu PT.
Katarina Utama,Tbk (RINA) dan PT Suryainti Permata, Tbk (SIIP), tahun 2013 terdapat
3 emiten yaitu PT. Panca Wirasakti Tbk (PWSI), Indosiar Karya Media, Tbk (IDKM)
dan Amstelci Indonesia Tbk (INCF) tahun 2014, 2015 dan 2016 tidak ada perusahaan
jasa yang delisting.
Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan
sistem peringatan dini terhadap kebangkrutan karena model tersebut dapat digunakan
sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai
pada krisis atau kebangkrutan.
Berkaitan dengan upaya melihat aspek keuangan dan resiko yang memadai
dalam industri Jasa, diperlukan suatu indikator untuk melihat tingkat kesehatan dan
kinerja perusahaan yang digunakan untuk membuat prediksi apakah sebuah perusahaan
memiliki potensi untuk bangkrut atau tidak. Salah satu cara untuk melihat kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan kinerja yaitu dengan menggunakan rasio keuangan,
(Van Horne & Wachowicz, 2021). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
memprediksi potensi kebangkrutan dengan menggunakan rasio keuangan dalam
menganalisis tingkat kesehatan, misalnya : (Fatmawati, 2012) yang menyatakan bahwa
model Zmijewski merupakan model prediksi yang lebih akurat daripada model Altman
Z-Score dan model Springate, (Prihanthini & Sari, 2013) menyatakan bahwa model
Grover paling akurat dibandingkan dengan model Springate, Zmijewski dan model
Altman Z-Score, (Purnajaya & Merkusiwati, 2014) menyatakan bahwa model Altman
Z- Score dan model Zmijewski paling akurat dibandingkan dengan model Springate,
(Wulandari, n.d.) menyatakan bahwa model Zmijewski dan Grover paling akurat
dibandingkan dengan model Springate, Nurchayati menyatakan bahwa model
Zmijewski lebih akurat dibandingkan dengan Altman Z-Score dan Springate, (Armini &
Wirama, 2015) menyatakan bahwa model Altman Z-Score akurasinya sangat tinggi
(95%), (Sayyidah & Saifi, 2017) menyatakan bahwa Altman Z Score tingkat akurasinya
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Springate, Zmijewski dan Grover, (Aprillianto
et al., 2014) menyatakan bahwa model Altman Z-Score tingkat akurasinya lebih tinggi
dibandingkan dengan Springate dan Zmijewski, Marcelinda, (Marcelinda, 2014)
menyatakan bahwa model Altman Z-Score tingkat akurasinya sangat rendah (27,9%),
(Kusdiana, 2014) menyatakan bahwa model Altman Z-Score tingkat akurasinya sangat
tinggi (100%), Yami dan Pratiwi menyatakan bahwa tingkat akurasi model Zmijewski
lebih tinggi dibandingkan Springate dan Z-Score, (Chrisnawan & Norita, 2017)
menyatakan bahwa tingkat akurasi model Z-Score lebih baik dari Springate dan
Zmijewski, (HARTONO, 2014) menyatakan bahwa tingkat akurasi model Springate
lebih tinggi dibandingkan dengan Zmijewski dan Z-Score, Rahmadini menyatakan
bahwa tingkat akurasi model Z-Score dan Springate sama-sama rendah hanya 20%,
(KARTIKA & Purnamasari, 2016) menyatakan bahwa tingkat akurasi model Z-Score
Pertarungan Model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover Memprediksi Financial
Distress Perusahaan Jasa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1187
lebih tinggi dibandingkan dengan model Springate dan Zmijewski. Dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi
kesehatan perusahaan, bahkan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan. Informasi kesehatan dan prediksi kebangkrutan sangat penting, oleh karena
itu penelitian ini perlu dilakukan.
Penelitian ini mencoba menguji teori yang dihasilkan oleh Altman (1968),
Springate (1978), Zmijewski (1983) serta model Grover yang diciptakan melalui
penilaian dan pendesainan ulang terhadap model Altman. Altman menggunakan lima
rasio, Springate (1978) dengan mengunakan empat rasio, Zmijewski (1983)
menggunakan teori yang berbeda, yaitu bahwa profitabilitas, volatilitas, dan kondisi
leverage perusahaan sebagai variabel terpenting dalam memprediksi distress sedangkan
Model Grover menggunakan tiga rasio, teori ini bisa disamakan dengan teori liquidity,
profitability, dan wealth. Berdasarkan pada penelitian terdahulu terdapat perbedaan
tingkat akurasi dalam memprediksi Financial Distress. Diketahui bahwa Model Almant
Z-Score paling sering digunakan dalam memprediksi Financial Distress kemudian
Springate, Zmijewski dan yang terakhir Grover akan tetapi jika dilihat dari rata-rata
tingkat akurasi model Grover paling tinggi dalam memprediksi Financial Distress.
Kebaruan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ;
a. Perbedaan tingkat akurasi dalam penelitian terdahulu dalam memprediksi
financial distress
b. Belum ada penelitian sebelumnya analisis prediksi financial distress pada
perusahaan jasa studi kasus sub sektor investasi dan sekuritas yang terdaftar di
BEI
c. Pengolahan data kedalam analisis uji statistik deskriptif dgn cara crosstabulation
status financial distress per tahun per model dan .deskripsi variabel dan
komponen variabel dengan one way anova
d. Pengolahan data kedalam uji beda statistik non parametrik
Metode Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan publik kelompok perusahaan
investasi dan sekuritas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sesuai dengan
publikasi idx.go.id menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang terdaftar pada periode
2012-2016 sejumlah 17 emiten atau sejumlah 85 data tahun.
Pada penelitian ini melibatkan 2 variabel, yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial distress
sebagai variable dependen. Rasio prediksi kebangkrutan yang digunakan pada model
Altman, Springate, Zmijewski dan Grover sebagai variable independen. Metode dalam
mengukur masing-masing model prediksi financial distress adalah sebagai berikut.
Metode Z-Score (Altman) adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali
nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan.
Z=6,56 X
1
+ 3,26 X
2
+6,72 X
3
+1,05 X
4
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
1188 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
X
1
= Rasio modal kerja terhadap total aktiva (WCTA)
X
2
= Rasio laba ditahan terhadap total aktiva (RETA)
X
3
= Rasio earning before interest and taxes terhadap total aktiva (EBITTA)
X
4
= Rasio modal sendiri terhadap total utang (MVETL)
Model Springate adalah model rasio yang menggunakan multiple discriminat
analysis (MDA). Dalam metode MDA diperlukan lebih dari satu rasio keuangan yang
berkaitan dengan kebangkrutan perusahaan untuk membentuk suatu model yang baik.
Untuk menentukan rasio-rasio mana saja yang dapat mendeteksi kemungkinan
kebangkrutan, Springate menggunakan MDA untuk memililh 4 rasio dari 19 rasio
keuangan yang populer dalam literatur-literatur, yang mampu membedakan secara
terbaik antara sound business yang pailit dan tidak pailit. (Adnan & Arisudhana, 2017)
S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4
X
1
= Working Capital / Total Assets (WCTA)
X
2
= Net Profit Before Interest Taxes / Total Assets (EBITTA)
X
3
= Net Profit Before Taxes / Current Liability (EBTCL)
X
4
= Sales / Total Assets (STA)
Model Grover adalah pendesainan dan penilaian ulang terhadap model Altman Z-Score.
Jeffrey S. Grover menggunakan sampel sesuai dengan model Altman Z-score pada
tahun 1968, dengan menambahkan tiga belas rasio keuangan baru (Prihanthini & Sari,
2013).
G = 1,650 X
1
+ 3,404 X
2
0,016 X
3
X
1
= Working Capital / Total Assets (WCTA)
X
2
= Earnings Before Interest and Taxes / Total Asset (EBITTA)
X
3
= Net Income / Total Assets (NITA)
Model Zmijewski menggunakan analisis rasio yang mengukur kinerja, leverage dan
likuiditas perusahaan. Model ini menekankan pada jumlah hutang sebagai komponen
yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan (Rudianto, 2013).
Zm = -4,3-4,5 X
1
+5,7 X
2
-0,004 X
3
X
1
= Earning after Taxes / Total Assets (ROA)
X
2
= Total Debt / Total Assets (DR)
X
3
= Current Asset / Current Liabilities (CR)
Menghitung metode financial distress yang akan digunakan dari setiap kategori
populasi sasaran. Untuk menilai apakah perusahaan mengalami tidak distress atau
Pertarungan Model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover Memprediksi Financial
Distress Perusahaan Jasa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1189
distress dimasa mendatang. Metode financial distress dihitung dengan cara memasukan
rasio-rasio keuangan yang telah dihitung sebelumnya kedalam perhitungan di setiap
metode. Adapun status 4 macam metode financial distress yang menunjukkan
perusahaan tidak distress atau distress adalah sebagai berikut ;
1. Altman , didasarkan pada Z-score. Jika Z < 1,81 maka perusahaan distress. Jika
1,81 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah
perusahaan sehat atau bangkrut). Jika Z > 2,99 maka termasuk perusahaan tidak
distress.
2. Springate, perusahaan yang tidak distress dan distress didasarkan pada nilai S-
score. Jika skor S > 0,862 maka perusahaan tidak berpotensi distress. Jika skor S
< 0,862 maka perusahaan tidak sehat atau distress.
3. Zmijewski, perusahaan yang tidak distress dan distress didasarkan pada nilai X-
score. Jika nilai X > 0, maka perusahaan diprediksi berpotensi mengalami
distress. Jika X < 0, maka perusahaan diprediksi tidak distress.
4. Grover, perusahaan yang tidak distress dan distress didasarkan pada nilai G-
score. Jika skor G ≤ -0,02 maka perusahaan yang diprediksi mengalami distress,
sedangkan bila G ≥ 0,01, maka perusahaan tidak distress.
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan beberapa metode dalam prediksi
financial distress. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data populasi
Perusahaan yang masuk dalam kategori Perusahaan sub sektor jasa di Bursa Efek
Indonesia yang telah mepublikasikan laporan keuangan tahunannya.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, metode yang digunakan dalam penelitian
menggunakan metode statistik deskriptif. Perusahaan yang masuk kelompok perusahaan
jasa selanjutnya menganalisis metode Altman Z-Score, Springate, Zmijewski dan Grover
yang dapat memberikan peringatan dini kepada Perusahaan satu atau dua tahun sebelum
terjadinya kondisi financial distress
Tehnik analisis dalam pengolahan data:
a. Mengumpulkan data, data yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan
keuangan perusahaan jasa (sub sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data laporan keuangan perusahaan tersebut
dikumpulkan selama periode lima tahun
b. Menghitung Rasio Keuangan, rasio-rasio keuangan dihitung terhadap seluruh
data yang ada di dalam komponen perhitungan model prediksi financial
distress Altman, Springate, Zmijewski, dan Grover. Perhitungan rasio
keuangan ini merupakan tahap awal penentuan score atau nilai akhir
perusahaan dari tiap model prediksi financial distress. Rasio keuangan yang
digunakan pada metode Altman, Springate, Zmijewski dan Grover
c. Menghitung metode financial distress yang akan digunakan dari setiap
kategori populasi sasaran. Untuk menilai apakah perusahaan mengalami tidak
distress atau distress dimasa mendatang. Metode financial distress dihitung
dengan cara memasukan rasio-rasio keuangan yang telah dihitung
sebelumnya kedalam perhitungan di setiap metode. Adapun status 4 macam
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
1190 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
metode financial distress yang menunjukkan perusahaan tidak distress atau
distress
d. Membuat tabel status masing-masing metode financial distress, setelah
dilakukannya perhitungan financial distress tahun 2012, 2013, 2014, 2015
dan 2016 dari setiap metode. Kemudian membuat tabel setiap metode hasil
perhitungan financial distress; metode Altman, Springate, Zmijewski dan
Grover beserta data masing-masing variabel dari metode tersebut.
e. Mengolah data kedalam analisis uji statistik deskriptif
Statistik deskrptif dilakukan dengan beberapa cara:
1) Crosstabulation status financial distress per tahun per model
2) Deskripsi variabel dan komponen variabel dengan one way anova
f. Membuat tabel excel 4 status metode financial distress
g. Mengolah data kedalam uji beda statistik Non Parametrik
h. Menarik kesimpulan
Hasil dan Pembahasan
Perbandingan model prediksi financial distress dilakukan untuk menjawab
Hipotesis kelima (H5) yaitu “model terbaik yang dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress pada perusahaan jasa sub sektor investasi dan sekuritas yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012 2016”.
Pada tabel 4.19 akan menyajikan perbandingan dari masing-masing mode
prediksi financial distress.
Tabel 4.19
Perbandingan Model Prediksi Financial Distress 1
ALTMAN 92.5% 7.5% 0,000 0,000 0,000 0,318 - - - - -
SPRINGATE 63.8% 36.2% 0.000 0.000 - - 0,015 0,898 - - -
ZMIJEWSKI 75.0% 25.0% - - - - - - 0,000 0,010 0,367
GROVER 95.0% 5.0% 0.000 - 0,000 - - - 0,000 - -
Crosstab
Anova (Sig)
WCTA
RETA
MVETL
EBTCL
STA
NITA
DAR
CR
Tidak
Distress
Model Financial
Distress
Distress
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.19 yang disajikan dapat dijelaskan bahwa melihat dari hasil
Uji statistik deskriptif crosstab terlihat prosentase “Tidak Distress” secara berurutan
yang paling besar Grover, Altman, Zmijewski dan Springate.
Pertarungan Model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover Memprediksi Financial
Distress Perusahaan Jasa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1191
Dari hasil analisis diatas tersebut terlihat tingkat akurasi prediksi financial
distress model Grover memiliki tingkat akurasi yang paling baik karena ketiga variabel
independennya berpengaruh signifikan terhadap financial distress dibanding dengan
model Altman, Springate dan Zmijewski yang tidak semua variabel independennya
berpengaruh signifikan terhadap financial distress.
Tabel 4.20
Perbandingan Model Prediksi Financial Distress 2
0 1
ST-ZSCORE 2.28 74 6 2.28
ST-SPRINGATE 2.86 51 29 2.86
ST-ZMIJEWSKI 2.63 60 20 2.63
ST-GROVER 2.23 76 4 2.23
N 80 80
CHI-SQUARE 52.299 52.299
DF 3 3
ASYMP.SIG 0.000 0.000
0.000
Friedman
(Ranks)
Uji Statistik
Value
Cohran
Kendall's W
(Ranks)
80
52.299
3
Sumber: Data diolah, 2018
Berdasarkan tabel 4.20 diatas yang disajikan dapat dijelaskan bahwa melihat dari
hasil uji statistik Friedman terlihat status ranking rata-rata tertinggi yang menyatakan
distress secara berurutan adalah model Springate, Zmijewski, Altman dan terakhir
Grover. Terlihat juga output test statistic pada tabel diatas dimana jumlah sample 80,
nilai Chi Squre hitung sebesar 52.299, df (derajat kebebasan) sebesar 3 dan asymp sig
0.000 sehingga didapatkan nilai Chi Square Tabel adalah sebesar 7.815 , karena nilai
Chi Square Hitung > Chi Squre Tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan
kata lain ada perbedaan ranking rata-rata status model financial distress pada keempat
kelompok waktu pengukuran.
Uji statistik Cohran pada tabel 4.20 diatas terlihat model financial distress
dengan frekwensi tertinggi yang menyatakan distress (value = 1) secara berurutan
adalah model Springate, Zmijewski, Altman dan terakhir Grover. Terlihat juga output
test statistic pada tabel diatas dimana jumlah sample 80, nilai Chi Squre hitung sebesar
52.299, df (derajat kebebasan) sebesar 3 dan asymp sig 0.000 sehingga didapatkan nilai
Chi Square Tabel adalah sebesar 7.815, karena nilai Chi Square Hitung > Chi Squre
Tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada perbedaan frekwensi
status prediksi financial distress antara Altman, Springate, Zmijewski dan Grover.
Uji statistik Kendall’s W pada tabel 4.20 diatas terlihat ranking status model
financial distress yang menyatakan distress tertinggi secara berurutan adalah model
Springate, Zmijewski, Altman dan terakhir Grover. Terlihat juga output test statistic
pada tabel diatas dimana jumlah sample 80, nilai Chi Squre hitung sebesar 52.299, df
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
1192 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
(derajat kebebasan) sebesar 3 dan asymp sig 0.000 sehingga didapatkan nilai Chi
Square Tabel adalah sebesar 7.815 , karena nilai Chi Square Hitung > Chi Squre Tabel
, maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain ada ada perbedaan ranking
rata-rata status model financial distress pada keempat kelompok waktu pengukuran.
Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, menyatakan ada hipotesis
yang diterima dan ada juga hipotesis yang ditolak. Hipotesis untuk menguji tingkat
kelayakan model prediksi financial distress jika digunakan pada perusahaan di
Indonesia.
Pengujian pertama bertujuan untuk mengetahui apakah Model Altman bisa
digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan jasa studi kasus (sub
sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Hasil pengujian pada hipotesis pertama menunjukkan bahwa model Altman
mampu memprediksi financial distress dengan cukup baik. Dari 4 variabel yang
digunakan (WCTA,RETA, EBITTA, MVETL), 3 variabel yang berpengaruh signifikan
yaitu WCTA, RETA dan EBITTA. Variabel WCTA, RETA dan EBITTA menunjukkan
mampu memprediksi financial distress perusahaan. Sementara variabel MVETL
menunjukkan tidak mampu memprediksi financial distress perusahaan. Hasil ini
menekankan bagi para investor dan stakeholder bahwa rasio WCTA, RETA dan
EBITTA bisa menjadi patokan untuk menganalisis going concern perusahaan dengan
melakukan prediksi financial distres. Dari hasil penelitian ini model Altman dinilai
layak untuk digunakan di Indonesia sebagai alat dalam memprediksi financial distress.
Pengujian kedua bertujuan untuk mengetahui apakah Model Springate bisa
digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan jasa studi kasus (sub
sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di bursa efek Indonesia .
Hasil pengujian pada hipotesis kedua menunjukkan bahwa model Springate
mampu memprediksi financial distress dengan cukup baik. Dari 4 variabel yang
digunakan (WCTA,RETA, EBTCL, STA) , 3 variabel yang berpengaruh signifikan
yaitu WCTA, RETA dan EBTCL. Variabel WCTA, RETA dan EBTCL menunjukkan
mampu memprediksi financial distress perusahaan. Sementara variabel STA
menunjukkan tidak mampu memprediksi financial distress perusahaan. Hasil ini
menekankan bagi para investor dan stakeholder bahwa rasio WCTA, RETA dan
EBTCL bisa menjadi patokan untuk menganalisis going concern perusahaan dengan
melakukan prediksi financial distres. Dari hasil penelitian ini model Springate dinilai
layak untuk digunakan di Indonesia sebagai alat dalam memprediksi financial distress.
Pengujian ketiga bertujuan untuk mengetahui apakah Model Zmijewski bisa
digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan jasa studi kasus (sub
sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di bursa efek Indonesia .
Hasil pengujian pada hipotesis kedua menunjukkan bahwa model Zmijewski
mampu memprediksi financial distress dengan cukup baik. Dari 3 variabel yang
digunakan (NITA, DAR, CR) , 2 variabel yang berpengaruh signifikan yaitu NITA dan
DAR. Variabel NITA dan DAR menunjukkan mampu memprediksi financial distress
perusahaan. Sementara variabel CR menunjukkan tidak mampu memprediksi financial
Pertarungan Model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover Memprediksi Financial
Distress Perusahaan Jasa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1193
distress perusahaan. Hasil ini menekankan bagi para investor dan stakeholder bahwa
rasio NITA dan DAR dapat menjadi patokan untuk menganalisis going concern
perusahaan dengan melakukan prediksi financial distres. Dari hasil penelitian ini
model Zmijewski dinilai layak untuk digunakan di Indonesia sebagai alat dalam
memprediksi financial distress.
Pengujian keempat bertujuan untuk mengetahui apakah Model Grover bisa
digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan jasa studi kasus (sub
sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Hasil pengujian
pada hipotesis kedua menunjukkan bahwa model Grover mampu memprediksi financial
distress dengan cukup baik. Dari 3 variabel yang digunakan (WCTA, EBITTA, NITA) ,
seluruh variabel yang berpengaruh signifikan. Variabel WCTA, EBITTA dan NITA
menunjukkan mampu memprediksi financial distress perusahaan. Hasil ini
menekankan bagi para investor dan stakeholder bahwa rasio WCTA, EBITTA dan
NITA dapat menjadi patokan untuk menganalisis going concern perusahaan dengan
melakukan prediksi financial distres.
Dari hasil penelitian ini model Grover dinilai layak untuk digunakan di
Indonesia sebagai alat dalam memprediksi financial distress. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniwati, dimana dalam
penelitianya menyimpulkan bahwa model Grover dapat digunakan sebagai prediktor
financial distress dengan menggunakan variabel WCTA.
Pengujian kelima bertujuan untuk mengetahui model prediksi financial distress
terbaik digunakan dari empat model yang diteliti. Hasil pengujian pada hipotesis
keempat menunjukkan bahwa model Grover merupakan model yang terbaik didukung
dengan seluruh variabel yang berpengaruh signifikan. Sementara model Altman,
Springate dan Zmijewski dinilai kurang sempurna karena dianggap tidak semua
variabelnya mampu memprediksi financial distress pada perusahaan jasa studi kasus
(sub sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena
terdapat satu variabel independennya yang tidak berpengaruh signifikan dalam
memprediksi financial distress.
Model Altman jika digunakan di Indonesia, ternyata dari 4 variabel yang
dianggap mampu menjadi faktor penentu prediksi financial distress pada perusahaan
jasa studi kasus (sub sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, hanya 3 variabel yang berpengaruh positif terhadap financial distress, yaitu
WCTA, RETA dan EBITTA sementara MVETL tidak berpengaruh positif.
Model Springate jika digunakan di Indonesia, ternyata dari 4 variabel yang
dianggap mampu menjadi faktor penentu prediksi financial distress pada perusahaan
jasa studi kasus (sub sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, hanya 3 variabel yang berpengaruh positif terhadap financial distress, yaitu
WCTA, RETA dan EBTCL sementara STA tidak berpengaruh positif.
Model Zmijewski jika digunakan di Indonesia, ternyata dari 3 variabel yang
dianggap mampu menjadi faktor penentu prediksi financial distress pada perusahaan
jasa studi kasus (sub sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di Bursa Efek
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
1194 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
Indonesia, hanya 2 variabel yang berpengaruh positif terhadap financial distress yaitu
NITA dan DAR sedangkan CR tidak berpengaruh positif.
Kesimpulan
Model Grover jika digunakan di Indonesia, ternyata dari 3 variabel yang
dianggap mampu menjadi faktor penentu prediksi financial distress pada perusahaan
jasa studi kasus (sub sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, semua variabel berpengaruh positif terhadap financial distress yaitu WCTA,
EBITTA dan NITA.
Dari keempat model prediksi financial distress yang diteliti model Grover
terbaik, kemampuan variabel independen secara bersama-sama dalam memprengaruhi
variabel dependen juga cukup baik, dari 3 variabel yang digunakan, semua variabel
berpengaruh positif terhadap financial distress. Model Grover juga yang paling rendah
memprediksi perusahaan yang distress baik melalui uji deskriptif crosstab maupun non
parametrik sesuai dengan kondisi real yang ada dimana perusahaan jasa studi kasus (sub
sektor investasi dan sekuritas) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan
sample penelitian tersebut sampai dengan tahun 2016 tidak ada yang distress dan baru
pada tahun 2018 ada 1 (satu) perusahaan yang di suspend.
Pertarungan Model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover Memprediksi Financial
Distress Perusahaan Jasa
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1195
Bibliografi
Adnan, Hafiz, & Arisudhana, Dicky. (2017). Analisis kebangkrutan model Altman Z-
Score dan Springate pada perusahaan industri property. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, 1(1).
Aprillianto, Bayu, Wulandari, Novi, & Kurrohman, Taufik. (2014). Perilaku investor
saham individual dalam pengambilan keputusan investasi: Studi Hermeneutika-
Kritis. E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, 1(1), 1631.
Armini, Ni Nyoman Ayu, & Wirama, Dewa Gede. (2015). Pengaruh Pertumbuhan
Perusahaan, Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Dividen pada Kinerja
Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi, 12(2), 313327.
Chrisnawan, Rico, & Norita, Norita. (2017). Analisis Prediksi Kebangkrutan
Menggunakan Metode Altman Z-score, Grover Dan Fulmer Pada Industri Sub
Sektor Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (studi Kasus
Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Periode 2011-2015). EProceedings of
Management, 4(1).
Fatmawati, Mila. (2012). Penggunaan the Zmijewski Model, the Altman Model, dan the
Springate Model sebagai prediktor delisting. Jurnal Keuangan Dan Perbankan,
16(1).
HARTONO, ULIL. (2014). UJI PENERAPAN MODEL PREDIKSI FINANCIAL
DISTRESS ALTMAN, SPRINGATE, OHLSON DAN ZMIJEWSKI PADA
PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
APRILIA SAFITRI. Jurnal Ilmu Manajemen| Volume, 2(2).
KARTIKA, TITIS PUSPITANINGRUM DEWI, & Purnamasari, Linda. (2016).
Analisis Prediktor Delisting Terbaik (Perbandingan Antara Model Zmijewski,
Model Altman, Model Springate). Jurnal Buletin Studi Ekonomi, 21(1), 3847.
Kusdiana, Yayu. (2014). Analisis Model CAMEL dan Altman’s Z-Score dalam
Memprediksi Kebangkrutan Bank Umum di Indonesia (Studi pada Bank Umum
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011). Jurnal Tepak
Manajemen Bisnis, 6(1).
Marcelinda, Sheilly Olivia. (2014). Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model
Altman Z-Score pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, 1(1), 13.
Prihanthini, Ni Made Evi Dwi, & Sari, Maria M. Ratna. (2013). Prediksi Kebangkrutan
Dengan Model Grover, Altman Z-Score, Springate Dan Zmijewski Pada
Perusahaan Food And Beverage Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 5(2), 417435.
Purnajaya, Komang Devi Methili, & Merkusiwati, NKLA. (2014). Analisis Komparasi
Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴
1196 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate, Dan Zmijewski
Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 7(1), 4863.
Ramadhani, Ayu Suci, & Lukviarman, Niki. (2009). Perbandingan analisis prediksi
kebangkrutan menggunakan Model Altman pertama, Altman revisi, dan altman
modifikasi dengan ukuran dan umur perusahaan sebagai variabel penjelas (studi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Siasat
Bisnis, 13(1).
Rudianto, Edi. (2013). Akuntansi Manajemen Informasi Untuk Pengambilan Keputusan
Strategis. Jakarta: Erlangga.
Sayyidah, Ulfah, & Saifi, Muhammad. (2017). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi (Studi Pada
Perusahaan Sub Sektor Property Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia Periode
2013-2015). Jurnal Administrasi Bisnis, 46(1), 163171.
Van Horne, James C., & Wachowicz, John M. (2021). Prinsip-prinsip manajemen
keuangan.
Wulandari, Tessa Fitria. (n.d.). PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS,
UKURAN PERUSAHAAN, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP
STRUKTUR MODAL.