Mohamad Ismail Chandra¹, Suyanto², Tri Widyastuti³, Nurmala Ahmar⁴ 
 
1186                  Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 
 
delisting dan tahun 2010 tidak terdapat perusahaan delisting oleh BEI sedangkan pada 
tahun 2011 BEI kembali melakukan delisting sebanyak 3 emiten yaitu PT. New Century 
Development, Tbk (PTRA),  PT. Anta Express Tour and Travel Services, Tbk (ANTA) 
dan PT. Alfa Retailindo ,Tbk (ALFA) . Pada tahun 2012 sebanyak 2 emiten yaitu PT. 
Katarina Utama,Tbk (RINA) dan PT Suryainti Permata, Tbk (SIIP), tahun 2013 terdapat 
3 emiten yaitu PT. Panca Wirasakti Tbk (PWSI), Indosiar Karya Media, Tbk (IDKM) 
dan Amstelci Indonesia Tbk (INCF) tahun 2014, 2015 dan 2016 tidak ada perusahaan 
jasa yang delisting. 
Munculnya  berbagai  model  prediksi  kebangkrutan  merupakan  antisipasi  dan 
sistem peringatan dini terhadap kebangkrutan karena model tersebut dapat digunakan 
sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai 
pada krisis atau kebangkrutan. 
Berkaitan  dengan  upaya  melihat  aspek  keuangan  dan  resiko  yang  memadai 
dalam industri   Jasa,  diperlukan suatu  indikator  untuk  melihat  tingkat  kesehatan dan 
kinerja perusahaan yang digunakan untuk membuat prediksi apakah sebuah perusahaan 
memiliki  potensi  untuk  bangkrut  atau  tidak.  Salah  satu  cara  untuk  melihat  kondisi 
keuangan dan kinerja perusahaan  kinerja yaitu dengan menggunakan rasio keuangan, 
(Van  Horne  &  Wachowicz,  2021).  Beberapa  penelitian  telah  dilakukan  untuk 
memprediksi  potensi  kebangkrutan  dengan  menggunakan  rasio  keuangan    dalam 
menganalisis tingkat kesehatan, misalnya : (Fatmawati, 2012) yang menyatakan bahwa 
model Zmijewski merupakan model prediksi yang lebih akurat daripada model Altman 
Z-Score  dan  model  Springate,  (Prihanthini  &  Sari,  2013)  menyatakan  bahwa  model 
Grover  paling  akurat  dibandingkan  dengan  model  Springate,  Zmijewski  dan  model 
Altman Z-Score, (Purnajaya & Merkusiwati, 2014) menyatakan bahwa model Altman 
Z- Score dan model  Zmijewski paling  akurat  dibandingkan dengan model Springate, 
(Wulandari,  n.d.)  menyatakan  bahwa  model  Zmijewski  dan  Grover  paling  akurat 
dibandingkan  dengan  model  Springate,  Nurchayati  menyatakan  bahwa  model 
Zmijewski lebih akurat dibandingkan dengan Altman Z-Score dan Springate, (Armini & 
Wirama,  2015)  menyatakan   bahwa  model  Altman  Z-Score  akurasinya  sangat tinggi 
(95%), (Sayyidah & Saifi, 2017) menyatakan bahwa Altman Z Score tingkat akurasinya 
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Springate, Zmijewski dan Grover, (Aprillianto 
et al., 2014) menyatakan bahwa model Altman Z-Score tingkat akurasinya lebih tinggi 
dibandingkan  dengan  Springate  dan  Zmijewski,  Marcelinda,  (Marcelinda,  2014) 
menyatakan bahwa model Altman Z-Score tingkat akurasinya sangat rendah (27,9%), 
(Kusdiana, 2014) menyatakan bahwa model Altman Z-Score tingkat akurasinya sangat 
tinggi (100%), Yami dan Pratiwi menyatakan bahwa tingkat akurasi model Zmijewski 
lebih  tinggi  dibandingkan  Springate  dan  Z-Score,  (Chrisnawan  &  Norita,  2017) 
menyatakan  bahwa  tingkat  akurasi  model  Z-Score  lebih  baik  dari  Springate  dan 
Zmijewski,  (HARTONO,  2014)  menyatakan  bahwa  tingkat  akurasi  model  Springate 
lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  Zmijewski  dan  Z-Score,  Rahmadini  menyatakan 
bahwa  tingkat  akurasi  model  Z-Score  dan  Springate  sama-sama  rendah  hanya  20%, 
(KARTIKA & Purnamasari, 2016) menyatakan bahwa tingkat akurasi model Z-Score