1224
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 7 Juli 2021
EKSISTENSI TRADISI SERAK GULO DI KOTA PADANG
Seski Bakti Syafeli
Universitas Pendidikan Indonesia
Abstrak
Masyarakat Muhammadan merupakan salah satu paguyuban yang ada di Kota
Padang. Dalam upaya pembauran dengan etnis lain maka mereka melaksanakan
tradisi serak gulo yang dibawa dari Gujarat oleh nenek moyangnya sebagai tanda
syukur atas rezeki yanag mereka dapatkan dalam kurun satu tahun. Pelaksanaan
serak gulo menghimpun berbagai kalangan mulai dari beragam etnis, strata, serta
budaya yang berbeda. Pelaksanaan serak gulo memberikan keceriaan dan
kegembiraan bagi masyarakat antar etnis yang ada di Kota Padang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai
eksistensi tradisi serak gulo dalam mewujudkan integrasi sosial antar etnis di Kota
Padang. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dan deskriptif analisis. Dalam
penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan, pertama bentuk
tradisi serak gulo ini memiliki dua tahapan yaitu tahap persiapan kegiatan serak
gulo dan tahap pelaksanaan kegiatan serak gulo. Kedua, pemerintah juga berperan
dalam pelaksanaan serak gulo meliputi penyebaran informasi kegiatan acara serak
gulo, penganggaran dana dan penyediaan fasilitas keamanan. Ketiga, adapun
kontribusi serak gulo dalam mewujudkan integrasi antar etnis di Kota Padang
meliputi (1) Meningkatnya interaksi antar etnis di Kota Padang (2) Menguatnya
rasa identitas sebagai bagian dari masyarakat Kota Padang (3) Menguatnya rasa
solidaritas dan toleransi (4) Terjadinya amalgamas
Kata Kunci: serak gulo; masyarakat Muhammadan; integrasi sosial
Abstract
The tradition serak gulo contributed to the impact of social integration in inter-
ethnic life in the city of Padang. In tradition serak gulo, many people come with
high enthusiasm. The government also takes part in this serak gulo tradition. Serak
gulo is an activity carried out by the Muhammadan community in order to fulfill
their vows for the sustenance they have received from Allah SWT. This research
uses a qualitative approach with the case study method. The data collection stage is
in the form of interviews, observations, and documentation. The results of the study
looked at the implementation of the tradition serak gulo and saw the role of the
government in the implementation of thetradition serak gulo, as well as the impact
of the serak gulo in realizing social integration in the city of Padang. The findings
in this study are that serak gulo has a major impact on inter-ethnic social
integration in the city of Padang. The embodiment of social integration can be seen
from internal and external aspects. Internally, the tradition serak gulo has the
Eksistensi Tradisi Serak Gulo di Kota Padang
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1225
following impacts: a) preserving thetradition serak gulo, b) establishing
friendships, pexternal factors are: a) increased interaction between communities,
b) strengthened sense of solidarity and tolerance between ethnicities, c)
amalgamation occurs. Apart from the participation of the community in this
activity, the husky gulo is also able to reduce the differences that exist between
ethnic groups in the city of Padang.
Keywords: serak gulo; muhammadan community; social integration
Pendahuluan
Kota Padang merupakan salah satu kota dengan penduduk yang mempunyai
keberagaman etnis, agama, ras, suku, dan lain sebagainya. Terjadinya keberagaman ini
dikarenakan banyak faktor, diantaranya faktor geografis. Tercatat dalam sejarah Kota
Padang menjadi salah satu tempat pemberhentian bagi penjajah maupun para pedagang
melalui jalur laut dalam waktu yang tidak sebentar. Sehingga tidak dapat dihindari
muncul faktor yang kedua yaitu terjadinya amalgamasi dan asimilasi. Ketiga, perbedaan
mata pencaharian, perbedaan bentuk geografis atau wilayah menjadikan para pendatang
membentuk sistem mata pencaharian yang berbeda dengan masyarakat asli agar
kebutuhan hidupnya terpenuhi (Abidin, 2016).
Faktor pertama menjadi alasan masuknya masyarakat pendatang seperti etnis
Cina, etnis India, Etnis Arab, Suku Jawa, dan Suku Nias ke Kota Padang (Safwan,
Taher, & Asnan, 1987). Masyarakat pendatang biasanya tinggal secara berkelompok
pada sebuah wilayah sesuai dengan etnisnya masing-masing. Sampai sekarang sebagian
besar masyarakat pendatang masih hidup berkelompok di Kecamatan Padang Selatan.
Lokasi ini biasanya disebut daerah Pondok, berasal dari kata pondokan yang berarti
tempat istirahat atau tempat tinggal. Kawasan ini dipilih karena terletak di tepi sungai
yang menjadi tempat pemberhentian kapal-kapal para pedagang. Etnis yang bermukim
di daerah pondok adalah di etnis India Muslim dengan sebutan kampung Keling, Cina
dengan sebutan kampung Cina, Nias dengan sebutan kampung Nias, dan Jawa disebut
kampung Jawa. Sehingga tidak heran jika wilayah Padang Selatan dapat berkembang
dengan pesat karena menjadi pusat perdagangan dan objek wisata.
Perbedaan latar belakang sosial dan budaya tetap bisa menjadikan mereka hidup
berdampingan dan hampir tidak ada konflik sama sekali (Juditha, 2015). Bahkan jika
ada pergelaran tradisi dari salah satu etnis, etnis lain datang untuk memeriahkan tradisi
itu. Seperti selaju sampan yang merupakan tradisi dari etnis Minangkabau juga
diramaikan dan dinikmati acaranya oleh masyarakat dari etnis lain. Begitu juga
perayaan serak gulo pada tradisi etnis India muslim dan tradisi cap go meh oleh etnis
Tionghoa. Tiga etnis ini saling melengkapi satu sama lain. Masing-masing etnis hampir
tidak memiliki stereotip negatif kepada etnis lain, karena suasana yang diciptakan dalam
bermasyarakat adalah suasana yang positif.
Serak gulo menjadi salah satu kegiatan tahunan yang terus dilakukan pada akhir
Jumadil Akhir pada kalender Hijriah oleh para masyarakat Muhammadan di depan
masjid Muhammadan Pasar Gadang. Etnis India muslim menamai kelompoknya
Seski Bakti Syafeli
1226 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
dengan masyarakat Muhammadan. Perubahan tersebut dilakukan karena jika dipanggil
dengan etnis India mempunyai konotasi mereka menganut agama Hindu atau Budha,
sedangkan jika dipanggil dengan nama Muhammadan tentu masyarakat akan tahu
bahwa mereka menganut agama Islam. Kegiatan serak gulo dilirik oleh Pemerintah
Kota Padang karena pelaksanaannya begitu meriah dan sangat menarik. Uniknya serak
gulo juga masuk sebagai kalender tahunan pemerintah Kota Padang. Selain menarik
para wisatawan, upaya ini dilakukan pemerintah agar budaya yang telah mereka lakukan
sejak lama tidak hilang. Serak gulo memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat
masyarakat Muhammadan dengan etnis sekitarnya. Sehingga terjalin komunikasi yang
terbuka tanpa ada yang membatasi mereka.
Pengaruh positif ini memberikan respon yang baik pula kepada etnis lain.
Pelaksanaan dan perayaan tradisi masyarakat Kota Padang dipersilahkan hadir melihat
dan ikut serta mengikuti kegiatan yang dilakukan. Gula yang terkumpul bukan hanya
sumbangan dari masyarakat Muhammadan saja, melainkan etnis lain juga boleh
menyumbang donasi baik itu berupa gula, jeruk, uang dan sebagainya yang dirasa perlu.
Masyarakat Muhammadan dapat dikatakan berhasil dalam mengambil hati masyarakat
Kota Padang. Hal ini dapat peneliti rasakan ditandai dengan kehidupan yang rukun,
damai, saling toleransi, saling bersilaturahmi, bahkan saling membantu antar sesama.
Perasaan tersebut membuktikan bahwa perbedaan yang ada akan memberikan kebaikan-
kebaikan yang sangat positif sehingga harus dijaga dan dihargai (Hardianto, 2020).
Keberadaan masyarakat Muhammadan tidak menimbulkan kecemasan bagi
masyarakat setempat, malah sebaliknya mereka sebagai salah satu agen dalam
mewujudkan integrasi sosial antar etnis di Kota Padang. Gambaran mengenai kehidupan
masyarakat Muhammadan yang ada di Padang sangat bisa dijadikan sebagai contoh
dalam kehidupan masyarakat multikultural, karena pada dasarnya setiap tempat
memiliki kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Masyarakat yang terintegrasi atas
dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang
mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut
dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu
keseimbangan. Dengan demikian “masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-
sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan” (Grathoff,
2000). Kegiatan serak gulo yang dilakukan oleh masyarakat Muhammadan sangat
berhubungan sekali dengan teori struktural fungsional yang dibesarkan oleh Talcott
Parsons.
Perspektif ini menganut bahwa setiap elemen mempunyai fungsinya masing-
masing. Apabila salah satu sistem pincang, maka seluruh aspek akan terganggu. Pada
struktural fungsional terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dicapai ketika
mempertahankan hidup dibarengi dengan struktur yang sesuai dengan kehidupannya
dalam memenuhi sebuah kebutuhan. Terdapat satu proposisi sangat penting dari teori ini
sebuah struktur pasti akan selalu menpunyai proses menciptakan keseimbangan.
Dengan adanya keberagaman akan mendorong masyarakat Kota Padang untuk
saling menghargai dan toleransi satu sama lain. Nilai toleransi menjadi sebuah nilai
Eksistensi Tradisi Serak Gulo di Kota Padang
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1227
unggul dalam menciptakan kedamaian pada keyakinan tiap individu (Hasan, 2016).
Secara keseluruhan serak gulo mempunyai dampak integrasi sosial dan dirasakan oleh
tiap etnis, baik itu masyarakat Muhammadan, masyarakat Kota Padang dan pemerintah
Kota Padang yang akan mengangkat eksistesi tradisi serak gulo ini nantinya. (Sari,
2011) meneliti mengenai bagaimana sejarah timbulnya tradisi serak gulo, melihat
bagaimana proses tradisi tersebut dilaksanakan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam
tradisi serak gulo. Seiring melestarikan tradisi yang menjadi program pemerintah
(Faisal, 2020) meneliti mengenai ruang-ruang perjumpaan yang dilakukan oleh antar
etnis dan agama. Artinya, intoleransi juga masih dapat terjadi dengan kelompok
masyarakat yang jarang melakukan dialog lintas agama dan budaya.
Penulis ingin melihat eksistensi tradisi serak gulo di Kota Padang sebagai
keterbaharuan penelitian yang belum disorot pada peneliti sebelumnya. Terdapatnya
kelompok minoritas dan mayoritas terjadi karena adanya keberagaman (Nurhayati &
Agustina, 2020). Masyarakat Muhammadan termasuk kelompok minoritas yang dalam
jumlah anggotanya hanya sedikit di banding kelompok masyarakat lain. Walaupun
hanya berjumlah sedikit, masyarakat Muhammadan tidak pernah lelah untuk
melestarikan budaya yang dibawa oleh nenek moyang mereka. Mereka menyepakati
untuk selalu melaksanakan tradisi ini demi menjaga eksistensi tradisi tersebut. Upaya
yang masyarakat Muhammadan lakukan adalah usaha pembauran dengan masyarakat
asli yang tinggal di lingkungan tersebut.
Inti dari keberagaman ini adalah kesediaan dari kelompok satu dengan kelompok
yang lainnya sebagai suatu kesatuan, tanpa memandang adanya perbedaan latar
belakang dan budaya. Terciptanya sebuah kesatuan dalam kehidupan membentuk
sebuah nilai dan norma yang dianut bersama dalam bersikap, keteraturan dan
berperilaku koperatif (Fukuyama, 2002). Terlihat pada saat pelaksanaan ritual serak
gulo ini masyarakat terlihat saling membantu dalam mempersiapkan acara secara
bersama-sama. Hal ini menunjukkan bahwa menjadi minoritas bukanlah sebagai
penghalang untuk melestarikan kearifan lokal yang dibawa oleh nenek moyangnya,
akan tetapi dapat dipandang sebagai sebuah keberagaman budaya yang akan menjadi
variasi budaya pada kehidupan bermasyarakat (Syam, 2009).
Sehingga dari latar belakang di atas dapat diambil judul “Eksistensi Serak Gulo
Di Kota Padang”, peneliti mencoba menggali lebih dalam tentang bagaimana eksistensi
tradisi serak gulo yang hanya ada di kota Padang. Tujuan agar serak gulo dapat
dijadikan sebagai salah satu contoh tradisi yang mampu eksis dan memberikan dampak
terhadap kehidupan bermasyarakat.
Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara mendalam
mengenai eksistensi tradisi serak gulo dalam mewujudkan integrasi sosial antar etnis di
Kota Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskripsi
analisis. Pengumpulan data menggunakan dengan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi (Sugiyono, 2014). Peneliti menggunakan purposive sampling dengan
Seski Bakti Syafeli
1228 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
mengambil beberapa informan yang mampu menjawab kebutuhan penelitian (Sugiyono,
2012). Informan penelitian ini adalah ketua masyarakat Muhammadan, ketua LKAAM
(Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Padang, Camat Padang Selatan, dan masyarakat yang berada di daerah Pasar
Gadang. Pihak yang peneliti sebutkan merupakan orang yang mempunyai informasi dan
pengetahuan dalam memberi informasi bahkan sebagai penuntun dan memberikan akses
kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian mengenai serak gulo ini (Schwandt,
2007).
Hasil dan Pembahasan
Serak gulo telah menjadi salah satu identitas budaya khas masyarakat
Muhammadan yang menunjukkan bagaimana sebuah komitmen oleh kelompok
minoritas dalam menginternalisasikan nilai-nilai kebersamaan, persatuan dalam
menyambut keberkahan dengan membagikan gula kepada semua partisipan acara.
Keberkahan yang diajar oleh Wali Allah Sahul Hamid akhirnya berbuah manis dan
memang bisa dirasakan oleh semua kalangan masyarakat terkhususnya masyarakat Kota
Padang. Adanya keberadaan serak gulo, masyarakat Muhammadan mampu untuk lebih
bersikap terbuka dengan masyarakat yang lain. Mereka selalu berhati-hati dalam
bersikap, karena tidak mau menyinggung atau membuat masalah sekecil apapun dengan
masyarakat lain.
Adapun prosesi tradisi pelaksanaan tradisi serak gulo masyarakat Muhammadan,
khususnya yang ada di Kota Padang terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaan
kegiatan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan Kegiatan Serak Gulo Oleh Masyarakat Muhammadan Kota Padang
a. Pengumuman Kegiatan Serak gulo
Kegiatan serak gulo biasanya diumumkan dua bulan sebelum kegiatan
dilaksanakan. Serak gulo dapat dihitung tiga bulan sebelum memasuki bulan puasa.
Himpunan Keluarga Muhammadan (HKM) memberitahu keluarga yang tidak
berdomisili di Kota Padang, dan juga membuat spanduk terkait kegiatan serak gulo dan
dipasang di depan teras masjid Muhammadan. Sosialisasi tradisi ini juga dilakukan oleh
setiap orang tua kepada anaknya, agar mereka tertarik dengan budaya yang dibawa oleh
nenek moyangnya. Akan lebih seru lagi jika orang tertua dalam kelompok
Muhammadan seperti nenek dan kakek menceritakan secara detail bagaimana
kemeriahan serak gulo yang telah dilakukan ratusan tahun yang lalu. Sehingga tidak
heran, pada pelaksanaanya anak-anak Muhammadan sangat gembira tidak sabar untuk
menunggu hari pelaksanaan.
b. Pengumpulan Gula
Masyarakat yang ingin bernazar sudah bisa memberikan gula kepada
panitia. Gula biasanya dikumpulkan di salah satu rumah tetua masyarakat
Muhammadan yang terletak di depan masjid Muhammadan. Pemilihan gula
untuk diberikan kepada masyarakat ada filosofinya. Selain mengenang kebaikan
Sahul Hamid, alasan dipilihnya gula berharap sesuatu yang manis. Tidak dapat
Eksistensi Tradisi Serak Gulo di Kota Padang
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1229
dipungkiri jika niat orang yang bernazar ini adalah dimudahkan untuk
mendapatkan pendamping hidup, diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil, bisa
naik haji, dan sebagainya. Orang yang bernazar memberikan gula tidak hanya
dari masyarakat Muhammadan saja, tapi terbuka juga untuk umum. Gula bisa
saja sumbangan dari pemerintah, etnis Tionghoa, ataupun masyarakat
Minangkabau dengan syarat mereka telah berniat baik ketika memberikan gula
tersebut. Gula yang terkumpul pada kegiatan serak gulo tahun 2020 berjumlah
kurang lebih 7 ton. Meskipun tidak sebanyak tahun 2019 yang berjumlah 9 ton,
tapi tidak mengurangi nilai kebersamaan dan kemeriahan kegiatan acara serak
gulo.
Gula yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam kain perca warna warni
oleh anak-anak keturunan Muhammadan. Mereka ikut andil dan bersemangat
dalam memasukkan gula ke dalam kain perca. Anak-anak memasukkan gula
mulai dari jam 9 pagi hingga sudah mulai merasa capek. Apabila proses
pembungkusan gula ke dalam kain perca sudah selesai, maka kain perca yang
berisikan gula akan di tumpuk tinggi agar tidak memenuhi seluruh teras rumah,
panitia berjaga-jaga jika masih ada yang bermiat memberikan gula ketika hari H
sebelum kegiatan acara dimulai. Apabila dirasa sudah mendekati jam
pelaksanaan acara, maka gula tersebut akan dimasukkan ke dalam kantong
kresek dan karung guna dibawa ke atas atap masjid ketika proses pembagian
serak gulo.
c. Masak Bersama
Pada waktu yang sama, rombongan ibu-ibu akan sibuk di dapur untuk
mengelola konsumsi dan persiapan makanan minuman kegiatan serak gulo yang
akan disajikan ketika berdoa bersama dan di halaman mesjid. Biasanya mereka
bersama-sama memasak di salah satu rumah tetua dekat dengan masjid
Muhammadan. Mereka memasak makanan dan minuman khas India halal dalam
jumlah yang lumayan banyak. Adapun makanan dan minuman yang dibuat
adalah (1) air asam yaitu minuman yang terbuat dari jeruk nipis diberi bubuk
khas berwarna cokelat. (2) ampiang terbuat dari beras ketan.
2) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Serak Gulo Masyarakat Muhammadan Kota Padang
a. Dekorasi Tempat Kegiatan Acara Serak Gulo
Panitia bisanya sudah mulai mendekorasi tempat jam 6 pagi sampai jam 2
siang. Tim dekorasi biasanya diberikan tanggung jawab kepada laki-laki. Panitia
akan memasang tirai hiasan di sekitaran masjid dan membentangkan karpet
panjang berwarna merah tepat di jalan raya depan teras Mesjid Muhammadan.
Karpet merah tersebut akan menjadi tempat mimbar yang digunakan sebagai
panggung acara.
b. Pembukaan Acara Resmi Serak Gulo dan Doa Bersama
Kegiatan serak gulo dijadwalkan oleh panitia setelah solat Ashar. Biasanya
semua panitia sudah berpakaian rapi dan hadir sebelum jam tiga siang. Setelah
adzan dikumandangkan, panitia laki-laki bersama-sama solat berjamaah di
Seski Bakti Syafeli
1230 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
masjid Muhammadan. Sedangkan ibu-ibu lebih sibuk menuangkan hidangan
yang dimasak sehari sebelum kegiatan di pelataraan masjid serta teras rumah
yang dijadikan tempat do’a bersama. Tidak lebih dari 15 menit para tamu
undangan dari pemerintah Kota Padang datang, seperti: Bapak Nasrul Abit
sebagai wakil gubernur Sumatera Barat, Bapak Mahyeldi sebagai Walikota
Padang, Bapak Teddy Kurniawan sebagai Camat Padang Selatan, Bapak Eri
Sanjaya sebagai Camat Padang Barat, dan dihadiri juga oleh Anggota DPR RI
Bapak Mardani Alisera. Setelah dibuka secara resmi, para tamu undangan dan
para tetua dari masyarakat Muhammdan langsung berdiri dan berjalan mennuju
rumah tetua lalu menggelar doa bersama di rumah yang dianggap sebagai rumah
gadang masyarakat Muhammadan.
c. Pemasangan Bendera
Bendera yang dipasang berwarna hijau. Alasan bendera berwarna hijau
karena agama Islam identik dengan warna hijau yang mempunyai makna suci.
Bendera di bentuk dengan potongan segitiga, dan terdapat gambar bulan bintang.
Bulan bintang menandakan kebesaran tuhan yang telah memberikan penerangan
dan petunjuk kepada umatnya. Pada bendera terdapat cap tangan masyarakat
Muhammadan yang telah melakukan niat nazar untuk menyumbangkan gula
pada kegiatan serak gulo. Cap tangan pada bendera tidak memakai tinta spidol
tetapi menggunakan serbuk bubuk kayu cendana.
d. Prosesi Serak gulo
Panitia yang bertugas akan menyebar ke tenda kecil berwarna hijau yang
sudah disiapkan sehingga tidak berkumpul di satu atap mesjid saja, dimaksudkan
agar gula yang dilempar dapat terbagi rata ke semua penduduk. Masyarakat yang
datang pun semangatnya juga tidak kalah dengan masyarakat Muhammadan,
masyarakat yang hadir terlihat sangat antusias sekali. Terlihat dari persiapan
masyarakat yang akan berpartisipasi, seperti membawa kantong kresek, karung,
ember, dan memakai helm. Semua masyarakat yang hadir saling berebut gula
sehingga kemeriahan acara serak gulo sangat terasa. Jika ada yang jatuh ketika
mengambil gula, maka yang lain akan menolong yang jatuh. Terkadang diselingi
dengan gelak tawa para masyarakat yang mengikuti serak gulo.
Ketika tahun 2016 akhir, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang
melakukan banyak mengevaluasi kinerja terkait bidang pariwisata. Pembuatan
kalender event tahunan ini adalah salah satu peran pemerintah dalam
mengupayakan menyebarkan informasi untuk masyarakat di Kota Padang.
Selain itu para wisatawan juga bisa mengetahui informasi kegiatan-kegiatan apa
saja yang dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun dari bulan Januari hingga
bulan Desember. Setelah informasi didapatkan oleh masyarakat dan wisatawan,
diharapkan masyarakat lebih melek dan sadar keberagaman etnis dan budaya di
Kota Padang. Selain sebagai mediator dan menyusun kalender tahunan yang
bertujuan sebagai pengingat acara budaya, peran pemerintah selanjutnya
merupakan hal yang paling penting mengenai yaitu sebagai fasilitator sarana dan
Eksistensi Tradisi Serak Gulo di Kota Padang
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1231
prasarana. Hal ini menjadi penting sekali karena terkait dengan pelayanan
kebutuhan ataupun pendanaan kegiatan acara. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
biasanya sudah menganggarkan biaya yang biasanya digunakan kelancaran acara
suatu kegiatan budaya. Biasanya ketika kegiatan budaya akan dilakukan, para
panitia dari acara tersebut akan mengajukan proposal kegiatan kepada Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan guna meminta bantuan dari pemerintah.
Secara keseluruhan tradisi serak gulo memberikan banyak dampak secara
internal maupun eksternal pada persatuan antar etnis yang ada di Kota Padang.
Dampak internal dirasakan langsung oleh masyarakat Muhammadan selaku
penyelenggara acara, adalah:
a) Pelestarian tradisi serak gulo
Kegiatan serak gulo yang dilakukan masyarakat Muhammadan adalah
bentuk patuh dan hormat masyarakat Muhamamdan pada nenek
moyang yang telah mengamanatkan untuk tetap melaksanakan tradisi
ini dalam keadaan apapun. Adanya keharusan untuk tetap
melaksanakan kegiataan ini salah satu pemikiran panjang nenek
moyang Muhammadan terhadap generasinya.
b) Menjalin Silaturahmi
Pada dasarnya manusia selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, sehingga seringkali lalai untuk menjalin silaturahmi
kepada keluarga, bahkan dengan tetangga sendiri. Hal ini menjadikan
seseorang mempunyai sifat individualism, yang akan membawa
dampak buruk dalam lingkungan sosial. Tradisi serak gulo yang ada di
Kelurahan Pasar gadang mampu membantah pernyataan di atas.
Masyarakat Muhammadan sebenarnya melakukan silaturahmi tidak
hanya menunggu momentum serak gulo saja. Tetapi melalui serak gulo
hubungan silaturakmi antar masyarakat Muhammadan secara keluarga
besar terjalin lebih erat.
c) Menguatnya Rasa Identitas Sebagai Bagian Dari Masyarakat
Banyaknya partisipan pada perayaan serak gulo adalah salah satu
bentuk menyatunya rasa identitas antara masyarakat bahwa mereka
berada di satu bangsa. Bahasa yang mereka pakai sehari-hari kepada
keluarga mereka adalah bahasa campuran Minang-Indonesia. Mereka
tidak terlalu faseh dalam berbahasa Minang, tetapi mengerti apa yang
dikomunikasikan oleh orang lain. Masyarakat Muhammadan tetap
menyebut diri mereka adalah orang India keturunan Muslim, tapi
bangsa mereka tetap satu, yaitu Indonesia. Begitu juga yang terjadi
dengan etnis lain seperti Tionghoa. Mereka mengetahui bahwa nenek
moyangnya berasal dari negara lain, tetapi secara turun temurun
mereka sudah menjadi bangsa yang satu, yaitu Indonesia.
Seski Bakti Syafeli
1232 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
Dampak eksternal tradisi serak gulo terhadap kehidupan sosial pada masyarakat Kota
Padang adalah:
a. Interaksi Antar Masyarakat Meningkat
Seorang individu dalam hidup di masyarakat cenderung melihat dengan siapa
orang berinteraksi, bagaimana bentuk tubuh mereka, pakaian mereka, bahkan
kulit dan lain sebagainya. Sama halnya yang tejadi dengan masyarakat
Muhammadan yang memang berkulit hitam, mempunyai fisik yang tinggi, dan
besar membuat masyarakat sedikit tertutup untuk menjalin komunikasi dengan
masyarakat Muhammadan. Tradisi serak gulo ini menghapus image buruk dan
rasa takut untuk berinteraksi dengan masyarakat Muhammadan. Masyarakat
Muhammadan ternyata mempunyai sifat yang ramah, suka bercanda, dan suka
menyapa duluan. Sifat ramah tersebut menjadikan penduduk lain nyaman untuk
berinteraksi dengan masyarakat Muhammadan.
b. Meningkatnya Rasa Solidaritas dan Toleransi
Tradisi serak gulo ini mampu untuk menjalin kerjasama baik itu dari kalangan
anak-anak, pemuda dan orang dewasa. Keterbukaan ini memberikan dampak
persatuan yang akan mengikat serta menguatkan hubungan masyarakat
Muhammadan dengan etnis lain. Selama tiga tahun terakhir tidak ada
perselisihan yang terjadi, hal ini tidak jauh dari peran dan sifat masyarakat
Muhammadan yang selalu terbuka dan mempunyai toleransi yang tinggi kepada
sesama. Dapat dirasakan bahwa nilai gotong royong masih terasa kental di Kota
Padang, hal tersebut terbukti karena setiap kegiatan kebudayaan yang ada
dilingkungan masyarakat selalu datang membantu. Terdapatnya kepedulian
sosial menciptakan masyarakat Muhammadan lebih dekat dengan semua
masyarakat antar etnis yang ada di Kota Padang.
c. Terjadinya Amalgamasi
Sifat dan komunikasi yang terbuka menjadi faktor penting dalam proses
amalgamasi. Keterbukaan yang ada menjadikan masyarakat Muhammadan dan
masyarakat lain tidak mempersalahkan adanya perbedaan etnis atau ras malah
sebaliknya justru mengakui persamaan hak satu sama lain. Selain faktor diatas,
juga terdapat faktor lain dalam menunjang terciptanya amalgamasi, berupa
ekonomi, kesamaan agama, dan sosial. Mempunyai kesamaan dalam hal agama
justru berdampak baik. Interaksi yang ada karena kesamaan agama bisa terjadi
pada pelaksanaan solat berjamaah di masjid Muhammadan. Proses interaksi
terjadi tidak melihat bagaimana background budaya dan asal, tetapi bisa
membentuk sebuah kedekatan sehingga terbentuk integrasi sosial antar etnis.
Kesimpulan
Simpulan pada penelitian ini diantaranya yaitu, serak gulo merupakan tradisi
warisan turun-temurun yang telah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu. Tradisi
ini merupakan sebuah kegiatan dalam memperingati hari lahir Sahul Hamid yang
diyakini sebagai wali Allah setiap tanggal 31 Jumadil Akhir. Filosofi gula dianggap
Eksistensi Tradisi Serak Gulo di Kota Padang
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021 1233
sebagai salah satu simbol keberkahan yang mana mempunyai makna manis, sehingga
diharapkan orang yang menerima gula tersebut akan mempunyai kehidupan yang
berkah dan manis layaknya gula yang dibagikan. Kegiatan ini bersifat terbuka untuk
umum, siapa saja boleh datang dan ikut memeriahkan acara tersebut. Gula yang
dikumpulkan juga tidak murni dari masyarakat Muhammadan saja, tetapi juga nazar
dari masyarakat etnis lain.
Adapun peran Dinas Pariwisata dan Budaya adalah (1) untuk selalu mendukung
setiap kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan budaya dalam aspek pelestarian
budaya lokal yang ada di Kota Padang, (2) membantu dari segi dana dan pengamanan,
(3) memberikan kesempatan untuk eksis di tengah masyarakat kota Padang yang
ditampilkan setiap tahun pada tanggal 31 Jumadil Awal. Upaya yang telah dilakukan
adalah dengan melibatkan pemerintah pada pelaksaaan tradisi serak gulo dalam bentuk
tamu undangan khusus. Biasaya setiap tahun selalu dihadiri oleh Walikota Padang,
Wakil Gubernur Sumatera Barat, bahkan Anggota DPR RI beserta jajaran pemerintah
lainnya. Selain itu hal yang dapat dilakukan pemerintah adalah memasukkan kegiatan
tradisi serak gulo ke dalam kalender tahunan Kota Padang untuk mendapatkan sebuah
pengakuan budaya warisan dari masyarakat Muhammadan. Lalu pemerintah
menghimbau kepada masyarakat untuk saling menyebarkan informasi terkait
pelaksanaan kegiatan serak gulo. Hal yang paling penting yaitu berperan sebagai
penyedia sarana dan prasarana.
Adapun kontribusi serak gulo dalam mewujudkan integrasi antar etnis di Kota
Padang meliputi (1) meningkatnya interaksi antar masyarakat antar etnis di Kota Padang
(2) Menguatnya rasa identitas sebagai bagian dari masyarakat Kota Padang (3)
Menguatnya rasa solidaritas dan toleransi antar masyarakat Kota Padang (4) Terjadinya
amalgamasi antar etnis.Tradisi ini memberikan nilai-nilai moral yang patut di apresiasi
oleh pemerintah. Masyarakat Muhammadan sadar dengan kuantitas penduduknya
minoritas tapi tidak menyudutkan keinginan mereka untuk memperkenalkan budayanya
kepada masyarakat yang ada di Kota Padang.
Seski Bakti Syafeli
1234 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 7, Juli 2021
Bibliografi
Abidin, Zaenal. (2016). Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia. Jurnal
Dinamika Global, 1(02), 123140.
Faisal, Faisal. (2020). TRADISI RITUAL SOSIAL: RUANG PERJUMPAAN LINTAS
ETNIS DAN AGAMA. Jurnal Studi Agama, 4(2), 8398.
Fukuyama, Francis. (2002). Trust: kebajikan sosial dan penciptaan kemakmuran.
Language, 19(563p), 24cm.
Hardianto, Hardianto. (2020). Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan
keagamaan lembaga dakwah kampus Universitas Mataram Tahun 2020. UIN
Mataram.
Hasan, Muhammad Tholhah. (2016). Islam Kita Menuju Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.
Modul Perkuliahan Program Doktor Pendidikan Islam Multikultural Universitas
Islam Malang.
Juditha, Christiany. (2015). Stereotip dan Prasangka dalam Konfl ik Etnis Tionghoa
dan Bugis Makassar.
Nurhayati, Ifa, & Agustina, Lina. (2020). Masyarakat Multikultural: Konsepsi, Ciri Dan
Faktor Pembentuknya. Akademika, 14(01).
Safwan, Mardanas, Taher, Ishaq, & Asnan, Gusti. (1987). Sejarah Kota Padang.
Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Sari, S. O. (2011). Tradisi Serak Gulo Pada Masyarakat Keturunan India Kota Padang
(Universita). padang.
Schwandt, Thomas A. (2007). Participatory action research (PAR). The Sage Dictionary
of Qualitative Inquiry, 221.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D.Bandung:Alfabeta. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R &
D.Bandung:Alfabeta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Sugiyono, Metode. (2014). Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
R&D cet. Ke-19, Bandung: Alfabeta.
Syam, Nur. (2009). Tantangan multikulturalisme Indonesia: Dari radikalisme menuju
kebangsaan. Kanisius.