Pengaruh Variasi Larutan KOH Terhadap Kualitas Sabun Berbahan Minyak Jelantah
dan Ekstrak Bunga Cengkeh
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1001
organoleptik seperti memiliki tekstur yang sedikit kental, dan memiliki warna
cokelat muda. Berdasarkan hasil variasi KOH di atas bahwa telah memenuhi
standar untuk sabun cuci tangan cair (Standar nasional Indonesia 06 – 3235- 1994)
yaitu syarat mutu sabun cuci tangan cair.
Kata kunci: minyak jelantah; KOH; sabun cuci tangan
Pendahuluan
Menurut data Dapartemen Perindustrian Tahun 2005, produksi minyak goreng
Indonesia pada tahun 2005 meningkat hingga 11,6% atau sekitar 6,43 juta ton,
sedangkan konsumsi perkapita minyak goreng mencapai 16,5 kg/ tahun dengan
konsumsi perkapita khusus minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg/ tahun.
Peningkatan jumlah limbah minyak kelapa sawit bekas pakai yang tidak
termanfaatkan dengan baik terjadi terus menerus. Minyak jelantah (waste cooking oil)
adalah minyak yang telah digunakan secara berulang-ulang hingga 3-4 kali
penggorengan (Naomi, Gaol, & Toha, 2013). Minyak jelantah apabila dikonsumsi terus
menerus dalam waktu yang lama akan membahayakan kesehatan karena mengandung
asam lemak jenuh yang sangat tinggi dan dapat memicu berbagai penyakit penyebab
kematian (Ardhany & Lamsiyah, 2018).
Minyak jelantah kelapa sawit diproses melalui saponifikasi, yaitu hidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuatan kondisi basa
yang digunakan yaitu Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidrokdsida (KOH).
Jika basa yang digunakan adalah NaOH maka produk reaksi yang digunakan adalah
sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH. Maka produk reaksi
merupakan sabun cair (Khuzaimah, 2018).
Sabun secara umum didefinisikan sebagai garam alkali dari asam lemak rantai
panjang. Lemak atau minyak disaponifikasi bersama garam natrium atau kalium
sehingga terjadi proses penyabunan. Sabun dihasilkan dari dua bahan utama, yaitu alkali
dan lemak atau minyak (Anggraini, Rahmides, & Malik, 2012).
Penggunaan larutan KOH sangat mempengaruhi kualitas sabun dikarenakan
konsentrasi KOH berpengaruh terhadap karakteristik sabun cair yang dihasilkan. Bunga
cengkeh berfungsi sebagai zat antifungi dan antibakteri. Pemeliharaan kulit
memburuhkan suatu perhatian khusus terhadap bakteri, karena kulit merupakan lapisan
terluar yang menutupi semua permukaan tubuh manusia (Andries, Gunawan, & Supit,
2014).
Tangan merupakan media utama dalam penyebaran bakteri. Oleh karena itu,
perlu adanya persediaan antiseptik tangan. Salah satu bentuk persediaan antiseptik yang
sering digunakan untuk tangan yaitu berbentuk gel atau sabun. Kemampuan bunga
cengkeh sebagai antibakteri karena bunga cengkeh memiliki minyak atsiri yang
mengandung eugenol, tannin, saponin, flavonoid, dan alkaloid. Maka dari itu, untuk
memperbaharui penelitian sebelumnya, pada penelitian ini ditambahkan ekstrak bunga
cengkeh sebagai campuran minyak jelantah dalam pembuatan sabun cair.