1023
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 6 Juni 2021
STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENGELOLA
KEPEMIMPINAN MILLENIAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
KARYAWAN YANG DIDUKUNG OLEH TEKNOLOGI MODERN
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Email: jerryongkowijo[email protected]
Abstract
Technology is present in the industrial world as a medium to improve employee
performance and productivity. Optimal productivity will help the company to
continue to compete with its competitors. To achieve optimal productivity, leaders
must be able to demonstrate superior human resource management skills. In the
current era, many leaders in the millennial generation have begun to take part in
managing HR. The advantages possessed by the millennial generation are that they
are close to technology and have higher flexibility than the previous generation. So,
companies can optimize millennial leadership in optimizing employee productivity
by always providing the latest technology developments. Technology is able to
encourage the potential of millennial leaders to manage existing human resources
so that employees can reach their maximum potential in giving their best
performance.
Keyword: technology; leadership; millennial; human Resources; productivity
Abstrak
Penelitian ini dibuat untuk memberikan analisis literatur mengenai strategi
manajemen sumber daya manusia dalam mengelola kepemimpinan milenial untuk
meningkatkan produktivitas karyawan dengan dukungan teknologi modern. Metode
penelitian ini menggunakan metode studi literatur dimana peneliti mengkaji dan
mensintesis berbagai macam referensi ilmiah terkait strategi manajemen sumber
daya manusia dalam kepemimpinan milenial untuk mengelola sumber daya manusia
dengan dukungan teknologi modern. Hasil dari analisis literatur menunjukkan untuk
mencapai produktivitas yang optimal, para pemimpin harus mampu menunjukkan
keterampilan mengelola sumber daya manusia secara unggul. Di era saat ini, mulai
banyak muncul pemimpin di generasi milenial yang mengambil peran dalam
mengelola SDM. Keunggulan yang dimiliki oleh generasi milenial adalah dekat
dengan teknologi dan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi daripada generasi yang
sebelumnya. Maka, perusahaan dapat mengoptimalkan kepemimpinan milenial
dalam mengoptimalkan produktivitas karyawan dengan selalu memberikan
perkembangan teknologi terbaru. Teknologi mampu mengoptimalkan potensi
pemimpin milenial.
Kata kunci: teknologi; kepemimpinan; milenial; sumber daya manusia; produktivitas
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1024 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
Pendahuluan
Dunia selalu berubah sepanjang waktu. Perubahan ini terjadi dalam berbagai
aspek kehidupan manusia. Menurut (Robbins et al., 2015), manusia memiliki kebutuhan
untuk berkembang dan melakukan perubahan di dalam kehidupannya. Berdasarkan
pernyataan tersebut, manusia selalu mencari upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Karya-karya yang dibuat oleh manusia salah satunya adalah perkembangan teknologi.
Teknologi sudah menjadi bagian keseharian yang tidak dapat lepas dari kehidupan
bermasyarakat.
Menurut (Volti, 2009), teknologi adalah “a system created by humans that uses
knowledge and organization to produce objects and techniques for the attainment of
specific goals. Examples that currently exist, such as the laser, the television, or the
computer, all qualify as technology according to the criteria of this definition”. Dari
definisi tersebut, teknologi yang ada di sekitar kita dapat berupa laser, televisi, komputer
dan hal-hal lain. Teknologi muncul karena ada tujuan yang dibuat oleh manusia. Tujuan
paling sederhana adalah agar membuat hidup manusia menjadi lebih mudah dan praktis
dengan munculnya teknologi. Menurut Bigelow dalam (Li‐Hua, 2009), konsep teknologi
memuat beberapa aspek dibawah berikut ini :
a. Physical (process)
b. Methapysicial (principles)
c. Sociocultural (nomenclature)
d. Functional (application of science)
e. Beneficial (considered useful)
f. Purposeful (promoting societalg gain)
g. Economic (emulment)
Manfaat hadirnya teknologi dapat dirasakan dari waktu ke waktu. Misalnya dalam
aspek transportasi, pada zaman dahulu manusia menciptakan kereta kuda untuk
mobilisisasi. Dari kereta kuda, berkembang menjadi transportasi dengan mesin uap pada
revolusi industri yang pertama. Dari transportasi bertenaga mesin uap, berkembang
menjadi transportasi udara, darat, dan laut yang digunakan manusia dalam aktivitasnya.
Manfaat yang dapat kita peroleh adalah kecepatan waktu dalam berpergian dari suatu
tempat dan tempat yang lain. Selain transportasi, masih banyak aspek-aspek lain yang
berkembang dan memberi manfaat pada hidup manusia.
Menurut (Kumar et al., 1999) teknologi memuat dua komponen utama. Pertama,
komponen fisik yang memuat hal-hal seperti produk, peralatan, blueprints, teknik, dan
proses. Kedua, komponen informasi yang berisi manajemen prosedur, pemasaran,
produksi quality control, reliabilitas, keterampilan dalam area kerja. Dari kedua
komponen tersebut, maka teknologi juga muncul dalam dunia kerja yaitu keterampilan,
produksi, pemasaran, manajemen prosedur, dll. Teknologi dalam dunia kerja berkembang
untuk menunjang proses kerja yang lebih baik lagi.
Hadirnya teknologi tentu memberikan perubahan bagi perusahaan di dalam dunia
kerja. Namun, hal yang tetap menjadi tujuan sebuah perusahaan adalah produktivitas
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1025
karyawannya (Masuda et al., 2012). Salah satu cara dalam mencapai tujuan organisasi
adalah dengan melakukan kinerja yang baik (Borman et al., 2003). Dengan kedua
pernyataan di atas, maka teknologi dapat hadir sebagai alat untuk memaksimalkan potensi
kinerja karyawan yang ada. Apalagi di zaman sekarang, teknologi merupakan kunci
utama bagi proses bisnis untuk dapat memiliki daya saing yang kuat.
Produktivitas didefinisikan sebagai nilai-nilai yang diberikan oleh karyawan
kepada perusahaannya dalam kurun waktu tertentu (Sakurai & Jex, 2012). Dalam istilah
manajemen operasi, (Jacobs et al., 2004) menyebutkan bahwa produktivitas adalah
jumlah output per satuan waktu. Artinya, produktivitas adalah sejumlah nilai yang
diberikan kepada karyawannya dalam satuan waktu tertentu. Bagaimana seorang
karyawan berproses dan memberikan usahanya kepada perusahaan akan menjadi nilai
bagi perusahaan tersebut. Nilai ini bisa menjadi nilai positif atau nilai negatif. Jika positif,
maka usaha yang dilakukan oleh karyawan tersebut memberikan manfaat/keuntungan
bagi perusahaan. Jika negatif, maka usaha tersebut mendatangkan kerugian bagi
perusahaan.
Jika perusahaan tidak memiliki karyawan yang produktif, maka keberlangsungan
organisasi tersebut akan terancam. Contohnya adalah perusahaan SEARS, sebuah
perusahaan ritel yang telah bangkrut. Dilansir dari kompas.com tahun 2018 pada tahun
1945, pendapatan perusahaan ini mencapai 1 Milliar dollar. Angka itu setara dengan 13
Milliar dollar pada tahun 2018. Saalah satu penyebab perusahaan ini bangkrut adalah
karyawannya yang tidak produktif dalam perushaaan. Proses bisnis tidak diserahkan
kepada ahlinya, tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan, dan tidak fokus pada inti
bisnis adalah penyebab kegagalan perusahaan ini yang tercatat. Saat itu, upaya
restruktisasi yang dilakukan oleh SEARS tidak mampu menjawab hambatan yang mereka
hadapi. Maka, SEARS yang dulunya merupakan raja pasar ritel di Amerika Serikat harus
menutup ratusan bahkan ribuan dari tokonya. Ini adalah akibat dari karyawan yang tidak
produktif dalam perusahaan tersebut.
Sebaliknya, jika perusahaan memiliki karyawan yang produktif, maka perusahaan
tersebut akan menjadi perusahaan yang bertahan di tengah banyaknya perkembangan
teknologi yang ada. Perusahaan tersebut tidak akan menjadi perusahaan yang statis dan
terus berkembang ke arah yang diinginkan. Hasilnya, perusahaan semacam ini akan
menjadi perusahaan yang terus berinovasi dan menciptakan hal-hal baru.
Keberlangsungan perusahaan semacam ini terjaga karena mereka mempertahankan
produktivitas karyawannya.
Salah satu contoh perusahaan yang terus menjaga kinerja karyawannya agar tetap
produktif dan memanfaatkan teknologi adalah perusahaan Apple Inc. Apple saat ini
adalah perusahaan teknologi terkemuka di dunia asal Amerika Serikat. Produk yang
terkenal oleh perusahana ini adalah telfon genggam dengan merk dagang iPhone.
Sebelum menjadi perusahaan besar seperti saat ini, Apple merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur komputer. Setelah sukses di dalam bisnis komputer, Steve
Jobs sebagai salah satu pendiri perusahaan tersebut membuat lini-lini produk baru. Salah
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1026 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
satunya adalah mengeluarkan telpon genggam untuk pertama kalinya dan menciptakan
iPod. Saat iPod pertama diluncurkan, pada tahun 2001 penjualannya mencapai 38 juta
dollar. Namun tidak berhenti sampai disana, berbagai model iPod terbaru terus
bermunculan. Hingga pada tahun 2008, penjualan iPod mencapai 4 milliar dollar. Hal ini
tentu menggambarkan produktivitas karyawan di Apple dalam mengembangakan produk
barunya. Jika produktivitas ini tidak dilakukan dengan konsisten, maka kemungkinan
penjualan produk iPod tidak akan mencapai angka yang setinggi itu.
Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas karyawan penting
untuk mempertahankan keberlangsungan dari sebuah perusahaan. Dalam mengelola
produktivitas karyawan ada beberapa hal yang menjadi faktor utama. Salah satu pihak
yang mengelola produktivitas karyawan adalah seorang pemimpin. Menurut (Winston &
Patterson, 2006) kepemimpinan (leadership) adalah “... one or more people who selects,
equips, trains, and influences one or more follower(s) who have diverse gifts, abilities,
and skills and focuses the follower(s) to the organization’s mission and objectives causing
the follower(s) to willingly and enthusiastically expend spiritual, emotional, and physical
energy in a concerted coordinated effort to achieve the organizational mission and
objectives”. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin adalah
orang yang mengatur, mengelola, dan mempengaruhi satu atau lebih orang lain yang
beragam untuk memenuhi tujuan dari sebuah organisasi.
Dalam mengelola produktivitas, pemimpin memiliki tugas untuk mengatur agar
tiap orang yang berada di bawah koordinasinya dapat menunjukkan produktivitas yang
diharapkan. Terlepas dari gaya kepemimpinan apa yang dipakai oleh pemimpin tersebut,
produktivitas karyawan tetap menjadi hal utama yang harus dikelola. Fungsi utama
kepemimpinan adalah membuat sebuah tim mencapai sebuah tujuan yang sama. Maka
dari itu, pemimpin harus memiliki berbagai macam keterampilan yang berguna.
Keterampilan yang dimaksud diantaranya adalah pengambilan keputusan, berfikit kritis,
sabar, tegas, jujur, dan berkomitmen. Dengan adanya sikap tersebut, maka seorang
pemimpin mampu membawa timnya menuju hal yang lebih baik.
Seorang diangkat menjadi pemimpin jika ia dianggap memiliki kemampuan yang
memenuhi kebutuhan sesuai perusahaannya masing-masing. Pemimpin di zaman
sekarang terdiri dari berbagai macam generasi. Generasi yang cukup menjadi perhatian
saat ini adalah generasi millenial. Generasi millenial, menurut (Peña‐Solórzano et al.,
2019) adalah mereka yang lahir di antara tahun 1981 1996. Namun, masih banyak
perdebatan antara batasan tahun lahir untuk menentukan kategori generasi millenial.
Tahun tersebut adalah tahun umum yang dipakai oleh banyak peneliti untuk menentukan
batas tahun lahir. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk memfokuskan
kepemimpinan pada teori kepemimpinan positif. Alasannya dikarenakan teori
kepemimpinn positif memiliki komponen yang dekat dengan karakteristik generasi
millenial yang ada.
Kepemimpinan positif berorientasi pada perubahan performa ke arah yang lebih
baik, melahirkan fokus pada kebajikan, dan menciptakan manusia dalam kondisinya yang
paling optimal (Cameron & Spreitzer, 2011). Fokusnya adalah untuk menyatukan orang-
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1027
orang dan memberdayakan mereka agar dapat menciptakan suatu nilai yang bermakna
dalam kehidupan mereka. Nilai bermakna yang dimaksud adalah sesuatu yang menjadi
kekuatan dan membangun kapasitas dari seseorang (Youssef-Morgan & Luthans, 2013).
Kepemimpinan positif tidak hanya untuk menciptakan emosi positif bagi orang-
orang, atau untuk menolong orang agar merasa bahagia. Lebih dari itu, positive leadership
berguna untuk memberi pengaruh yang sangat signifikan dan semakin kuat dalam
psikologi industri dan organisasi. Hal ini karena performa organisasi. Kondisi zaman
sekarang yang jelas berbeda dengan 10 tahun lalu membuat posisi positive leadership
menekankan pada apa yang mengangkat seseorang/kelompok, sesuatu yang berjaan
dengan benar, serta pengalaman apa yang sangat menarik dan menhginspirasi bagi
individu maupun kelompok (Cameron & Spreitzer, 2011). Kepemimpinan positif
membuat suasana kerja menjadi sehat dan bahagia (Snyder & Lopez, 2001). Dengan
suasana kerja yang sehat dan kondusif, performas organisasi tentu akan meningkat ke
arah yang lebih baik.
Generasi Millenial memiliki ciri-ciri unik yang berbeda dari generasi yang lain.
Generasi Millenial lahir dan tumbuh di era teknologi. Maka salah satu ciri utama generasi
ini adalah sangat mampu beradaptasi dan familiar dengan perkembangan teknologi yang
ada. Ciri-ciri lainnya adalah mereka dihadapkan pada dunia yang sedang berkembang.
Mereka melihat ruang dan waktu semakin menyempit, mereka senang mengeskpos diri
mereka dalam media digital. Mereka memiliki ketertarikan untuk berbagi aktivitas yang
mereka jalankan ke dunia digital sehingga rekan-rekan mereka mengetahui secara aktual
apa yang mereka lakukan saat ni. Selain itu, mereka sangat suka belajar menjadi orang
yang multitasking, dimana banyak pekerjaan dilakukan dalam satu waktu. Dengan
bantuan perkembangan teknologi yang ada, mereka belajar melakukan berbagai macam
hal dalam satu waktu yang sama.
Saat ini, jumlah generasi millenial di dunia mencapai hampir setengah dari seluruh
populasi di dunia. Jumlah ini terus akan berkembang setiap tahunnya. Sejumlah penelitian
memprediksi bahwa di tahun 2020 ini jumlah millenial di dalam dunia kerja akan
mencapai separuh dari seluruh populasi angkatan kerja. Di Indonesia sendiri, tahun 2017,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak mencatat bahwa 33,75%
populasi Indonesia adalah generasi millenial. Dengan demikian, generasi millenial ini
akan menjadi generasi yang meggerakkan dunia di masa mendatang.
Dengan ciri-ciri yang dinamis dan adaptif yang dimiliki oleh para generasi
millenial, maka beberapa diantara mereka dianggap mampu untuk menjadi seorang
pemimpin. Di tempat bekerja penulis, yaitu sebuah perusahaan di Sidoarjo, Jawa Timur,
dengan jumlah lebih dari 4400 karyawan, 72% karyawannya adalah generasi millenial.
Dari jumlah tersebut, 62% adalah millenial dengan jabatan sebagai seorang pemimpin
dengan tingkat minimal di level supervisor. Ini artinya cukup banyak millenial yang mulai
mengembangkan sisi kepemimpinannya di dalam dunia kerja itu sendiri.
Generasi millenial memiliki gaya tersendiri dalam mengelola tim yang
dipimpinnya. Menurut (Novitria, 2020), Millennials have never known a world without
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1028 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
instant access to the World Wide Web that can give them answers to their burning
questions”. Artinya, millenial adalah generasi yang suka mencari tahu segala hal dengan
instan/cepat. Ini memunculkan gaya tersendiri dalam memimpin yaitu tentang kecepatan
dan efektivitas dalam bekerja. Millenial tidak terlalu memikirkan proses yang begitu
rumit, mereka mencari tau dengan teknologi apa mereka mampu memperoleh sebuah cara
yang lebih praktis dan cepat.
Gaya unik lainnya dalam pemimpin di usia millenial adalah kepemimpinan yang
fleksibel. Generasi ini tidak menyukai sesuatu yang bersifat birokratis dan struktural.
Mereka berpandangan bahwa antara atasan dan bawahan harus memiliki kesetaraan
dalam berkomunikasi dan tidak dibatasi oleh struktur yang mengikat. Misalnya saja
pendiri perusahaan Spotify, Daniel Ek, membuat struktur perusahaannya berdasarkan
prinsip fleksibilitas. Bagi dia, struktur organisasi yang terlalu ketat akan membatasi
kretivitas dan pengembangan mereka di tempat kerja
Generasi millenial memiliki tantangannya tersendiri dengan kondisi masa depan
yang akan diprediksikan. Pertanyaan yang muncul adalah “Apakah pemimpin millenial
hari ini akan menjadi pemimpin yang hebat di masa mendatang?”. Selain dipaparkan
tentang uniknya generasi millenial, perlu diingat bahwa tujuan dari pemimpin adalah
mengelola karyawannya agar bisa terus berproduktivitas. Namun, karyawan yang
dipimpin atau berelasi dengan pemimpin di usia millenial tidak hanya sebatas di usia yang
sama. Beragamnya usia di tempat kerja ini membuat fenomena generation gap. Sebut
saja generasi baby boomers yang masih belum terbiasa dengan penggunaan teknologi
yang biasa oleh dipakai oleh parah millenial. Bagaimana mengatasi situasi seperti ini?.
Generation gap adalah perbedaan pandangan dan prinsip dalam komunikasi yang
dilakukan antar generasi. Perbedaan ini berpotensi menimbulkan konflik antar generasi
di tempat kerja. Generation gap terjadi pada millenial sebagai pemimpin maupun
memiliki pemimpin yang berbeda generasi dengannya. Dalam hal ini, kita akan berfokus
pada millenial sebagai pemimpin dan menghadapi generation gap di dalamnya. Millenial
harus mampu mengembangkan kompetensinya sebagai pemimpin agar bisa memahami
karakteristik di antar generasi ini.
Untuk mengatasi generation gap, proses kepemimpinan millenial harus bersinergi
dengan pengelolaan manajemen sumber daya manusia di tempat kerja. Hal yang nyata
terjadi adalah perusahaan masih berusaha menciptakan tempat kerjanya agar
memfasilitasi kebutuhan pemimpin millenial yang ada. Peran manajemen sumber daya
manusia ini berakar pada 7 employee lifecycle touch point yang dimiliki oleh karyawan.
Seven lifecycle touch point tersebut adalah atrract, recruit, onboard, development,
compensation & benefit, career development and farewell dan alumni. Dalam setiap titik
tersebut, pengelolaan manajemen sumber daya manusia kepada pemimpin millenial harus
dikelola dengan semaksimal mungkin. Harapannya, dari 7 employee lifecyvle touch point
tersebut, pemimpin millenial mampu memberikan employee experience yang baik kepada
karyawannya mulai dari masuk kerja hingga keluar dari pekerjaannya.
Para generasi millenial sekarang sudah mulai mengambil alih peran
kepemimpinan khususnya di tempat kerja. Namun, berdasarkan penelitian oleh
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1029
(McCleskey, 2018) mengungkapkan bahwa kepemimpinan millenial berfokus kepada
Shared Leadership”. Shared Leadership adalah kekuatan tim yang muncul dari
pengaruh kepemimpinan kepada beberapa anggota tim (Carson et al., 2007). Melalui
definisi ini, kepemimpinan tipe ini merupakan kepemimpinan yang menghindari
monopoli kekuasaan dan tanggung jawab tunggal, namun menekankan pada pemahaman
dan sistem secara kolektif sebagai sebuah proses sosial dalam memimpin sebuah
kelompok. Dalam Shared Leadership, pemimpin memiliki karakteristik yaitu dynamic,
simultaneuous, dan on-goin. Dynamic adalah pemimpin yang mampu beradaptasi dengan
berbagai perubahan kondisi dan situasi eksternal. Simultaneous yaitu bagaimana
pemimpin bersama dengan rekannya mempengaruhi anggota lain untuk mencapai tujuan
tim. On-going berarti pemimpin bersikap fleksibel namun tetap memperhatikan kualitas
kerja yang optimal.
Menurut (Schuler et al., 1993), menyatakan bahwa human resources
management (HRM) is the recognition of the importance of an organization’s workforce
as vital human resources contributing to the goals of the organization, and the utilization
of several functions and activities to ensure that they are used effectively and fairly for
the benefit of the individual the organization, and society.” Pernyataan tersebut
menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia memberikan pengakuan tentang
pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia utama yang memberi
kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memberikan kepastian bahwa
pelaksanaan fungsi dan kegiatan organisasi dilaksanakan secara efektif dan adil bagi
kepentingan individu, organisasi, dan masyarakat.
Pentingnya peran SDM dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan organisasi
maka pengelolaan sumber daya manusia harus memperhatikan beberapa aspek seperti
aspek staffing, pelatihan dan pengembangan, motivasi dan pemeliharaannya. Secara lebih
mendetail dikemukakan oleh (De Cenzo & Robbins, 1996), menyatakan bahwa: “human
resources management is the part of the organization that is concerned with the “people”
or human resources aspect of management position, including recruiting, screening,
training, rewarding, and appraising”.
Dalam manajemen sumber daya manusia, manusia dipandang sebagai asset paling
berharga dalam sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan sistem maupun peralatan yang
tersedia tidak akan bisa dijalankan tanpa kehadiran manusia. (Tedja, 2020) menyatakan
bahwa manusia adalah inti dari segala sistem yang ada di sebuah perusahaan sehingag
harus menjadi perhatian utama sebelum menjalankan proes bisnis. Semakin
berkembangnya zaman, dunia sumber daya manusia juga semakin berubah. Hadirnya
teknologi memberikan warna baru dalam mengelola sumber daya manusia.
Saat ini, praktek sumber daya manusia masih berfokus pada kepemimpinan secara
umum. Para pemimpin yang berada di generasi milenial membutuhkan aplikasi praktis
dalam menjalankan kepemimpinan. Studi yang dilakukan oleh (Silva et al., 2020)
menunjukkan bahwa pemimpim milenial memiliki potensi yang besar namun
membutuhkan dukungan perusahaan untuk menciptakan praktek yang jelas dan kriteria
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1030 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
yang tepat untuk setiap tindakan yang mereka lakukan. Hasil ini selaras dengan studi yang
dilakukan oleh (Grotkamp et al., n.d.) yang menunjukkan bahwa pemimpin milenial
memerlukan dukungan untuk mengetahui bagaimana memaksimalkan potensinya di
dalam perusahan. Dari kedua penelitian ini, maka bisa dilihat bahwa perlu ada
pengembangan manajemen sumber daya manusia untuk memaksimalkan kepemimpinan
milenial ini.
Pentingnya kepemimpinan di milenial harus menjadi perhatian karena generasi
kerja terbesar sekarang berada di usia milenial (Suyanto et al., 2019). Jika pemimpin ini
tidak dikelola dengan tepat, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Padahal banyak
potensi besar yang dimiliki oleh pemimpin generasi milenial. Studi yang dilakukan oleh
(WANASIDA et al., 2021) menunjukkan bahwa kepemimpinan milenial memiliki
hubungan positif dengan organization agility dan kapasita memanfaatkan teknolgi
informasi. Lebih lanjut, studi ini menjelaskan bahwa organization agility dan kapasitas
untuk memanfaatkan teknologi informasi memiliki hubungan positif dengan performa
organisasi. Sehingga, kepemimpinan milenial jika dikelola dengan tepat akan mendukung
organiasi mencapai performa yang lebih baik.
Dengan pengelolaan sumber daya manusia yang tepat, diharapkan karyawan di
dalamnya mampu bekerja dengan baik. Banyak sekali strategi yang disarankan atau
dimunculkan. Namun, untuk memilih strategi yang tepat diperlukan analisis yang
mendalam. Maka dari itu, peneliti akan mencoba menganalisis tentang strategi apa yang
tepat yang dapat dilakukan oleh manajemen sumber daya manusia untuk mengoptimalkan
proses kepemimpinan millenial dengan memanfaatkan teknologi modern agar
memaksimalkan produktivitas karyawan di sebuah perusahaan. Diharapkan, tulisan ini
dapat memberikan analisis yang bermanfaat dan saran tentang peran / strategi manajemen
sumber manusia yang tepat dalam memaksimal era proses kepemimpinan millenial untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan yang berdasarkan pada teknologi modern.
Secara teoritis, tulisan ini dapat memberikan sumbangsih terhadap pengetahuan,
khsusnya psikologi industri organisasi dan manajemen sumber daya manusia tentang
peran / strategi manajemen sumber manusia yang tepat dalam memaksimal era proses
kepemimpinan millenial untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan yang
berdasarkan pada teknologi modern. Secara praktis, bagi para pemimpin di usia millenial,
tulisan ini dapat memberikan pandangan baru mengenai strategi MSDM yang harus
dibangun untuk membuat karyawan menjadi produktif dalam memanfaatkan teknologi.
Bagi jajaran manajemen perusahaan, penelitian ini dapat menjadi referensi bagaimana
membentuk strategi pengelolaan SDM di perusahaan yang memiliki pemimpin di usia
millenial. Terakhir, bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan referensi
dalam membuat analisis literatur tentang peran / strategi manajemen sumber manusia
yang tepat dalam memaksimal era proses kepemimpinan millenial untuk meningkatkan
produktivitas kerja karyawan yang berdasarkan pada teknologi modern.
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1031
Metode Penelitian
Metodologi pembahasan yang dipakai adalah studi literatur yang tertera dari
berbagai macam referensi dan jurnal. Metode studi literatur adalah aktivitas yang terkait
dengan proses pengumpulan data-data pustaka dengan cara membaca, mencatat, serta
mengelola data pustaka tersebut sebagai bahan penelitian (Zed, 2004). Jadi, peneliti
mencari sumber dari berbagai macam referensi ilmiah untuk dianalisis dan disintesis di
dalam tulisan ini. Studi literatur dalam tulisan ini yang menghasilkan beberapa poin
pembahasan diantaranya:
a. Kepemimpinan millenial dan pengembangan teknologi
b. Kepemimpinan millenial dalam meningkatkan produktivitas karyawan berdasarkan
teknologi
c. Peran dan fungsi MSDM dalam mengelola pemimpin millenial
Hasil dan Pembahasan
A. Kepemimpinan Millenial dan Pengembangan Teknologi
Salah satu ciri-ciri generasi millenial adalah adaptif dan tergantung pada teknologi
yang berkembang saat ini (Prasarti & Prakoso, 2020). Dalam hal ini, generasi millenial
memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi diri mereka dan lingkungan. Sifat mereka yang sangat adaptif dengan teknologi
memicu kreativitas dalam penggunaannya. Hasilnya, banyak inovasi-inovasi baru yang
didasarkan pada teknologi dalam berbagai macam aspek. Studi yang dilakukan oleh (Au-
Yong-Oliveira et al., 2018) menunjukkan bahwa teknologi berhasil mempengaruhi
generasi milenial dalam cara mereka memimpin dan bagaimana harapan mereka terhadap
pemimpin yang ada.
Perkembangan teknologi juga dimanfaatkan oleh para generasi millenial yang
menjadi pemimpin di tempat kerjanya. Salah satu hal paling sederhana adalah bentuk
komunikasi yang dilakukan. Saat ini, komunikasi banyak dilakukan dalam bentuk digital.
Menurut (Suyanto et al., 2019) pemimpin di generasi milenial sudah erat dengan
teknologi komunikasi akibat revolusi industri 4.0. Misalnya ketika ingin mengadakan
rapat, dengan perkembangan teknologi saat ini, rapat dapat dilakukan jarak jauh dengan
menggunakan video conference. Selain itu, untuk memonitor kinerja timnya sudah
tersedia berbagai platform secara online.
Ciri generasi millenial yang lain adalah mereka memiliki rasa percaya diri yang
tinggi (Prasarti & Prakoso, 2020). Rasa percaya diri ini muncul dari sikap optimis yang
mereka miliki. Hal ini bisa menjadi modal yang penting bagi sebuah perusahaan. Rasa
optimis mendukung pencarian solusi yang lebih cepat atas sebuah permasalahan. Jika ada
masalah datang, mereka akan memikir solusi yang praktis dan efektif untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Mereka mampu memanfaatkan teknologi yang ada
untuk memberikan usulan solusi. Misalnya, ketika ada masalah berkaitan dengan proses
rekrutmen dalam sebuah perusahaan, generasi millenial mampu mengusulkan untuk
membuat rekrutmen secara online. Rekrutmen secara online mampu memangkas waktu
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1032 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
dan mendukung efisiensi. Memang, mereka masih butuh arahan agar rasa kepercayaan
diri mereka tidak bergerak di arah yang salah. Jika mereka dibiarkan seorang diri, mereka
mungkin masih kurang menguasai situasi dan terburu-buru dalam mengambil sebuah
keputusan. Arahan yang tepat mampu membuat pemimpin millenial menjadi pemimpin
yang ideal bagi perusahaan.
Hadirnya teknologi juga mengubah suasana dan budaya dalam sebuah
perusahaan. Teknologi tidak serta merta hadir dalam bentuk perangkat berat. Ide-ide baru
dalam pikiran manusia itu juga merupakan bentuk teknologi yaitu methaphysical. Pikiran
manusia yang baru ini mampu mendorong sebuah perubahan dalam perusahaan. Para
pemimpin millenial sangat suka memikirkan ide-ide baru yang sesuai degan keunikan
mereka tersendiri. Hal ini terjadi karena mereka adalah generasi yang kreatif, dibesarkan
dalam lingkungan yang beragam sehingga mereka memiliki pandangan yang luas
terhadap sebuah hal. Dengan pemikiran mereka yang unik dan kreatif, mereka bisa
mendorong budaya perubahan dan membuat suasana kerja menjadi lebih kondusif
daripada sebelumnya. Jadi, teknologi bisa muncul dalam bentuk pikiran-pikiran kreatif
dari para pemimpin millenial.
Dengan perkembangan teknologi yang kian meluas, para pemimpin millenial
mulai meninggalkan cara-cara konvensional dalam melakukan sesuatu. Namun, perlu
diperhatikan bagi para pemimpin millenial bahwa tidak semua orang terbiasa dengan
menggunakan teknologi. Dalam sebuah lingkungan kerja, generasi yang ada di dalamnya
tidak hanya generasi millenial saja. Maka dari itu, mereka perlu belajar untuk
berkomunikasi dengan generasi yang ada di atas maupun di bawah mereka. Tujuannya
adalah agar mereka mampu mengkomunikasikan apa yang ada di pikiran mereka secara
baik dan dapat diterima. Perlu diakui bahwa terkadang generasi millenial kurang
memahami bagaimana berkomunikasi secara profesional kepada generasi di atasnya.
Maka dari itu mereka mengalami kesulitan dalam memberikan ide-ide yang berkaitan
tentang teknologi. Maka dari itu, diperlukan bimbingan dan arahan yang tepat bagi
generasi ini.
Teknologi juga menghadirkan isu baru yaitu tentang etika dalam dunia maya.
Analisis dari (PWC, 2016) menunjukkan bahwa tingkat digitalisasi dari perusahaan juga
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan, tingkat digitalisasi perusahaan
akan mencapai 72% pada tahun 2025 mendatang. Hadirnya teknologi yang dipakai
generasi millenial erat kaitannya dengan etika dan norma yang berlaku dalam perilaku
maya. Para pemimpin millenial perlu menyadari bagaimana etika yang harus dimiliki
dalam menggunakan media online di dalam tempat kerja. Hal ini penting untuk
menghindari konflik dan kesalahpahaman dalam alur informasi yang berjalan. (Saputra
et al., 2019) menyatakan bahwa pengambilan dan pengolahan data / informasi harus
disertai dengan sikap yang benar untuk menjamin keaslian dan keotentikan data /
informasi tersebut Contoh sederhana adalah etika penulisan surat elektronik dan
penggunaan media sosial. Dalam menulis surat elektronik, perlu diperhatikan keamanan
data dan tata bahasa kepada siapa kita mengirimkan surat tersebut. Dalam penggunaan
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1033
media sosial untuk keperluan company branding, perlu diperhatikan konten apa yang
tidak melanggar norma sosial budaya yang ada di masyarakat.
B. Kepemimpinan millenial dalam meningkatkan produktivitas karyawan
berdasarkan teknologi
Teknologi hadir untuk memberikan sebuah tujuan dalam kehidupan manusia.
Tujuan tersebut berupa kemudahan, keefektifan, dan penyederhanaan sehingga membuat
manusia lebih mudah melakukan sesuatu (Al-Saqqa et al., 2014). Akhirnya, teknologi ini
dipakai menjadi dasar dalam melakukan sebuah pekerjaan. Dalam konteks bekerja,
teknologi muncul untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya dalam revolusi industri
pertama di Perancis, dimana mesin uap pertama kali ditemukan untuk kegiatan produksi
(Rojko, 2017). Seluruh tenaga kerja manusia dialihkan ke mesin uap tersebut. Alasannya
saat itu mesin uap mampu menghasilkan produk yang lebih banyak daripada dikerjakan
oleh manusia. Contoh sederhana ini menunjukkan bahwa teknologi hadir untuk
meningkatkan produktivitas karyawan di perusahaan.
Penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas masih terus berlanjut
hingga saat ini. Produktivitas yang disasar juga tidak sebatas produktivitas dalam konteks
operasional. Namun produktivitas sudah bergeser ke seluruh tingkat dan jabatan
karyawan. Artinya, seluruh karyawan diberikan teknologi untuk memudahkan mereka
dalam melakukan pekerjaan mereka. Misalnya, seorang petugas administrasi yang
dulunya menggunakan mesin ketik diganti menggunakan komputer untuk mempercepat
tugasnya atau seorang teknisi yang diberikan alat-alat teknik terbaru untuk
memudahkannya dalam memperbaiki mesin. Jadi, produktivitas sudah didasarkan pada
teknologi untuk seluruh karyawan dalam sebuah perusahaan.
Dengan perkembangan teknologi yang begitu masif, generasi millenial menjadi
generasi yang paling dekat dengan perkembangan ini. Mereka sangat adaptif terhadap
perkembangan, perubahan, maupun penggunaan sebuah teknologi yang ada. Artinya,
mereka akan semaksimal mungkin memanfaatkan teknologi yang ada untuk menunjang
produktivitas dalam perusahaan.
Kepemimpinan millenial dekat dengan kepemimpinan positive leadership. Dalam
kepemimpinan ini, tugas yang diberikan tidak hanya diharapkan untuk diselesiakan
dengan biasa saja, namun melebihi standar dan harapan. Millenial sangat suka
memberikan usaha yang lebih melalui kreativitasnya. Studi yang dilakukan oleh Do, (Do
et al., 2018) menunjukkan bahwa pemimpin milenial mampu menunjukkan sikap yang
positif dalam memimpin dan memanfaatkan perkembangan tekbologi yang ada. Maka,
teknologi mampu memfasilitasi kebutuhan millenial ini. Hasil yang luar biasa berarti
meningkatkan kinerja dan produktivitas dari seorang karyawan. Pemimpin millenial akan
melihat sisi kekuatan dari seorang karyawan dalam bekerja. Dengan kelebihan yang
dimiliki oleh karyawannya, pemimpin millenial memberikan sebuah tugas yang sesuai.
Harapannya karyawan tersebut mampu menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Dalam memberikan tugas, pemimpin millenial menyertakan unsur-unsur teknologi di
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1034 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
dalamnya. Unsur teknologi ini dimasukkan agar karyawan tersebut lebih mudah dan lebih
produktif dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Contoh hadirnya teknologi untuk meningkatkan produktivitas adalah hadirnya
reporting secara online dalam sebuah platform performance management. Saat ini,
banyak pihak yang mengembangkan pelaporan proses kerja secara online. Melalui
teknologi ini, pemimpin millenial dapat mendelegasikan tugas secara lebih terperinci dan
detail. Pemimpin millenial juga mampu melihat sejauh apa hasil kerja karyawan tersebut.
Jika hasilnya baik maka pemimpin bisa memberikan tugas-tugas tambahan untuk
meningkatkan potensi karyawan tersebut. Jika hasilnya belum sesuai dengan harapan,
maka pemimpin millenial mampu memberikan feedback. Salah satu ciri milenial adalah
bekerja dalam tim. Artinya, mereka mampu melihat kelemahan dan kekurangan timnya
dan bisa bersosialisasi dengan pihak yang lebih beragam. Dengan munculnya teknologi
seperti ini, pemimpin millenial mampu memaksimalkan potensinya untuk mengelola
karyawan yang ada di bawahnya.
Hal lain yang menjadi tantangan adalah komitmen pada generasi millenial untuk
mau mengembangkan produktivitas timnya. Teknologi hanyalah sebatas alat jika tidak
digunakan dengan tepat. Salah satu kelemahan generasi millenial adalah membangun
komitmen. Padahal, komitmen adalah pondasi penting dalam menjadi seorang pemimpin.
Generasi millenial perlu diberikan bimbingan dan arahan dalam membangun
komitmennya untuk mengelola sebuah tim. Komitmen generasi millenial dapat turun
ketika terjadi perselisihan pendapat atau karena mereka merasa bosan dengan apa yang
mereka kerjakan. Akhirnya, fungsi monitor sebagai pemimpin mulai menurun dan
membuat tim yang dipimpinnya tidak produktif. Hal ini harus dicegah dan segera diatasi
bila terjadi.
C. Peran dan fungsi MSDM dalam mengelola pemimpin millenial
Fungsi manajemen sumber daya manusia adalah untuk pengelolaan sumber daya
manusia harus memperhatikan beberapa aspek seperti aspek staffing, pelatihan dan
pengembangan, motivasi dan pemeliharaannya (Cherif, 2020). Dalam konteks pemimpin
millenial, fungsi MSDM jatuh kepada pimpinan manajemen diatasnya. Bagaimana
manajemen mengarahkan dan memberikan saran kepada para pemimpin millenial
menjadi penting. Hal ini dilakukan agar para pemimpin millenial tidak hilang arah dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin. Selain itu, para pemimpin millenial juga perlu
memahami situasi dan kondisi di masing-masing perusahaan. Dengan pemahaman yang
baik, pemimpin millenial mampu menjalankan peran MSDM secara tepat.
Dalm aspek staffing, manajemen harus memberikan gambaran yang tepat
bagaimana metode-metode perekrutan karyawan yang sesuai dengan karakteristik
millenial namun tetap berorientasi pada kebutuhan tenaga kerja perusahaan. Dengan
demikian, manajemen perlu membuat sebuah sistem perekrutan yang lebih modern. Salah
satunya adalah dengan memberikan unsur teknologi di dalamnya. Penelitian yang
dilakukan oleh (Oswal et al., 2020) menunjukkan bahwa proses rekrutmen harus disertai
perkembangan teknologi seperti artificial intelligence atau application tracking system.
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1035
Dengan menggunakan unsur teknologi, selain lebih dekat dengan millenial, perusahaan
dapat memperoleh manfaat yang lebih atas hadirnya teknologi ini. Proses perekrutan
dapat berjalan lebih ringkas namun tetap sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Selain
dalam proses rekrutmen, manajemen juga mampu menerapkan proses assesmen kandidat
secara lebih efektif untuk mendapatkan profil kandidat yang tepat dan aktual.
Dalam aspek pelatihan dan pengembangan, manajemen dapat mengembangkan
modul-modul pembelajaran yang dapat dimanfaatkan. Sistem modul pembelajaran dapat
memanfaatkan teknologi internet dalam bentuk e-learning. Pemimpin millenial dapat
melaksanakan pembelajaran dengan perkembangan fasilitas yang ada. Hal ini akan
membuat proses pembelajaran di perusahaan lebih efektif dan menyenangkan bagi
pesertanya. Studi yang dilakukan oleh (Afiouni, 2019) menunjukkan bahwa model
pembelajaran di organisasi sudah semakin berkembang dengan berbagai macam
teknologi. Salah satu teknologi yang digunakan adalah machine learning yang dapat
mendukung organisasi menjadi organisasi pembelajar.
Salah satu metode pelatihan dan pengembangan adalah metode gamification.
Gamification adalah memasukkan unsur-unsur dalam permainan (game) ke metode
pembelajaran atau pelatihan (Erenli, 2013). Unsur-unsur dalam permaianan dikenal
sebagai unsur yang menyenangkan bagi para karyawan. Unsur-unsur seperti poin,
ranking, levelling, dll adalah unsur yang berguna dan dapat dimasukkan dalam metode
pelatihan dan pengembangan. Proses gamfication sendiri dilakukan dengan
memanfaatkan internet sebagai media penyampaian materinya. Salah satu pihak yang
menyediakan pembelajaran dengan gamification adalah Kahoot.com.
Dengan demikian, MSDM memiliki banyak peran dalam mengelola pemimpin
millenial. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana karakterisitik para
pemimpin millenial untuk menjalankan fungsi manajemen sumber daya manusia. MSDM
penting untuk mengelola manusia dalam mencapai tujuan perusahaan. Maka, perlu
dihadirkan cara-cara baru yang lebih modern sering perkembangan zaman yang ada. Jika
proses yang dilakukan masih proses zaman dahulu, maka proses ini tidak akan cocok
dengan generasi millenial. Generasi millenial akan selalu memadukan teknologi dalam
menjalankan fungsi sumber daya manusia. Trennya saat ini adalah bagaimana
membentuk manusia di tempat kerja yang tidak asing dengan teknologi-teknologi yang
baru.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis literatur di atas, kita dapat melihat bahwa teknologi hadir
dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dalam konteks kerja, teknologi hadir untuk
meningkatkan produktivias karyawan yang ada di dlaam perusahaan tersebut. Namun,
perlu disadari bahwa teknologi hanya sebatas alat. Fungsi dan manfaat teknologi akan
terasa jika digunakan oleh manusia yang tepat.
Dalam industri, produktivitas karyawan penting untuk keberlangsungan
perusahaan. Perlu diperhatikan bagaimana memanajemen performa karyawan agar selalu
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1036 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
menghasilkan kinerja yang optimal seusai bidang kerjanya masing-masing. Kinerja yang
optimal akan membawa perusahaan ke keadaan yang lebih baik di masa mendatang.
Dalam mengelola produktivitas, diperlukan pemimpin yang kompeten dan kredibel agar
mampun menyusun sebuah sistem pengelolaan sumber daya manusia yang tepat.
Pemimpin di zaman sekarang sudah banyak berada di usia millenial. Generasi
millenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1981 1996. Generasi ini memiliki
karakteristik yang positif maupun negatif. Generasi millenial adalah generasi yang dekat
dengan teknologi, maka diperlukan sebuah sistem baru untuk gaya kepemimpinan
millenial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Peramesti & Kusmana, kepemimpinan
millenial cenderung menunjukkan nilai-nilai kemandirian. Melalui teknologi, nilai ini
dapat dikembangkan agar memberikan dampak positif bagi perusahaan. Generasi
millenial memerlukan arahan dan bimbingan dari generasi sebelumnya untuk
meningkatkan komitmen dan loyalitas terhadap perusahaan. Komitmen berguna untuk
menjaga performa kinerja dan merasa menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Loyalitas
berarti memberikan usaha lebih daripada yang seharusnya tanpa perlu diminta apalagi
dipaksa.
Generasi millenial akan selalu memanfaatkan teknologi dalam proses kerjanya.
Ada banyak sekali teknologi bermunculan untuk mendukung performa dari pemimpin
generasi millenial. Generasi millenial menggunakan teknologi untuk meningkatkan
produktivitas sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hal ini berguna untuk
meningkatkan efisiensi waktu kerja namun tetap mendapatkan hasil yang maksimal.
Oleh karena itu, peran manajemen dalam mengembangkan generasi millenial
adalah dengan memberikan ruang yang lebih pada generasi ini untuk mengembangkan
potensinya. Pemimpin generasi millenial cenderung fleksibel dan tidak suka hal yang
bersifat hirakis. Maka, dengan menciptakan suasana kerja yang kondusif, pemimpin
millenial mampu membawa perubahan. Dalam menjalankan fungsi sumber daya
manusia, pihak manajemen perlu memberikan perhatian terhadap pengembangan sektor-
sektor yang dipimpin oleh generasi millenial. Berikan unsur teknologi dalam
kepemimpinan millenial. Pemimpin millenial mampu menggunakan teknologi tersebut
dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal.
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1037
Bibliography
Afiouni, R. (2019). Organizational Learning in the Rise of Machine Learning.
Al-Saqqa, S., Al-Sayyed, R., Al Shraideh, M., Obaidah, M. A., & Balawi, S. (2014). How
Technology Affects Our Life: The Case of Mobile Free Minutes in Jordan. Life
Science Journal, 11(7), 11111127.
Au-Yong-Oliveira, M., Gonçalves, R., Martins, J., & Branco, F. (2018). The social impact
of technology on millennials and consequences for higher education and leadership.
Telematics and Informatics, 35(4), 954963.
Borman, W. C., Ilgen, D. R., & Klimoski, R. J. (2003). Handbook of psychology:
Industrial and organizational psychology, Vol. 12. John Wiley & Sons Inc.
Cameron, K. S., & Spreitzer, G. M. (2011). The Oxford handbook of positive
organizational scholarship. Oxford University Press.
Carson, J. B., Tesluk, P. E., & Marrone, J. A. (2007). Shared leadership in teams: An
investigation of antecedent conditions and performance. Academy of Management
Journal, 50(5), 12171234.
Cherif, F. (2020). The role of human resource management practices and employee job
satisfaction in predicting organizational commitment in Saudi Arabian banking
sector. International Journal of Sociology and Social Policy.
De Cenzo, D. A., & Robbins, S. P. (1996). Human resource management.. John Wiley&
Sons. New York. USA.
Do, N. T. H., Van Nguyen, P., & Dinh, P. U. (2018). A Qualitative Study Regarding the
Leadership Traits and Styles of the Millennial Generation in the Manufacturing
Industry. International Journal of Engineering & Technology, 7(3), 5258.
Erenli, K. (2013). The impact of gamification-recommending education scenarios.
International Journal of Emerging Technologies in Learning (IJET), 8(2013).
Grotkamp, L., Schaumann, J. M., & Riehm, P. (n.d.). MILLENNIAL
LEADERS’DISPLAY OF GENERATIONAL COHORT STEREOTYPES: A
QUALITATIVE RESEARCH APPROACH. Journal of Leadership in
Organizations, 2(2).
Jacobs, F. R., Chase, R. B., & Aquilano, N. J. (2004). Operations management for
competitive advantage. Boston: Mc-Graw Hill, 64, 70.
Kumar, V., Kumar, U., & Persaud, A. (1999). Building technological capability through
importing technology: the case of Indonesian manufacturing industry. The Journal
Yeremia Steven Putra Ongkowijoyo
1038 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021
of Technology Transfer, 24(1), 8196.
Li‐Hua, R. (2009). Technology Management.
Masuda, A. D., Poelmans, S. A. Y., Allen, T. D., Spector, P. E., Lapierre, L. M., Cooper,
C. L., Abarca, N., Brough, P., Ferreiro, P., & Fraile, G. (2012). Flexible work
arrangements availability and their relationship with work‐to‐family conflict, job
satisfaction, and turnover intentions: A comparison of three country clusters. Applied
Psychology, 61(1), 129.
McCleskey, J. A. (2018). Millennial leadership expectations, shared leadership, and the
future of organizations. J Manage Sci Bus Intell, 3(2), 5052.
Novitria, F. (2020). STUDI LITERATUR MENGENAI KARAKTERISTIK
KEPEMIMPINAN DALAM LINGKUP INDUSTRI DAN ORGANISASI DI ERA
GENERASI MILENIAL. Prosiding Seminar Nasional LP3M, 2.
Oswal, N., Khaleeli, M., & Alarmoti, A. (2020). RECRUITMENT IN THE ERA OF
INDUSTRY 4.0: USE OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE IN RECRUITMENT
AND ITS IMPACT. PalArch’s Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(8),
3947.
Peña‐Solórzano, C. A., Albrecht, D. W., Paganin, D. M., Harris, P. C., Hall, C. J., Bassed,
R. B., & Dimmock, M. R. (2019). Development of a simple numerical model for
trabecular bone structures. Medical Physics, 46(4), 17661776.
Prasarti, S., & Prakoso, E. T. (2020). KARAKTER DAN PERILAKU MILINEAL:
PELUANG ATAU ANCAMAN BONUS DEMOGRAFI. Consilia: Jurnal Ilmiah
Bimbingan Dan Konseling, 3(1), 1022.
PWC. (2016). Industry 4.0: Perusahaan di Seluruh Dunia Menanamkan Investasi
Sebesar $US900 Miliar per Tahun hingga tahun 2020.
Https://Www.Pwc.Com/Id/En/Media-Centre/Press-
Release/2016/Indonesian/Industry-4-0--Perusahaan-Di-Seluruh-Dunia-
Menanamkan-Investasi-s.Html.
Robbins, S. P., Judge, T. A., & Millett, B. (2015). OB: the essentials. Pearson Higher
Education AU.
Rojko, A. (2017). Industry 4.0 concept: Background and overview. International Journal
of Interactive Mobile Technologies, 11(5).
Sakurai, K., & Jex, S. M. (2012). Coworker incivility and incivility targets’ work effort
and counterproductive work behaviors: The moderating role of supervisor social
support. Journal of Occupational Health Psychology, 17(2), 150.
Saputra, F. S., Pamungkas, A. Y. M., Faisal, S. D., & Rakhmawati, N. A. (2019).
Pentingnya Memahami Etika dalam Mengambil dan Mengolah Data. Jurnal
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Mengelola Kepemimpinan Millenial
Untuk Meningkatkan Produktivitas Karyawan yang Didukung oleh Teknologi Modern
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 6, Juni 2021 1039
Komunikasi Profesional, 3(1).
Schuler, R. S., Dowling, P. J., & De Cieri, H. (1993). An integrative framework of
strategic international human resource management. Journal of Management, 19(2),
419459.
Silva, R., Dutra, J., Veloso, E. F. R., & Trevisan, L. (2020). Leadership and performance
of Millennial generation in Brazilian companies. Management Research: Journal of
the Iberoamerican Academy of Management.
Snyder, C. R., & Lopez, S. J. (2001). Handbook of positive psychology. Oxford university
press.
Suyanto, U. Y., Purwanti, I., & Sayyid, M. (2019). TRANSFORMATIONAL
LEADERSHIP: MILLENNIAL LEADERSHIP STYLE IN INDUSTRY 4.0.
Manajemen Bisnis, 9(1).
Tedja, F. W. (2020). People First.
Volti, R. (2009). The Encyclopedia of the Age of the Industrial Revolution, 17001920.
Technology and Culture, 50(3), 689690.
WANASIDA, A. S., BERNARTO, I., SUDIBJO, N., & PRAMONO, R. (2021).
Millennial transformational leadership on organizational performance in Indonesia
fishery startup. The Journal of Asian Finance, Economics, and Business, 8(2), 555
562.
Winston, B. E., & Patterson, K. (2006). An integrative definition of leadership.
International Journal of Leadership Studies, 1(2), 666.
Youssef-Morgan, C. M., & Luthans, F. (2013). Psychological capital theory: Toward a
positive holistic model. In Advances in positive organizational psychology. Emerald
Group Publishing Limited.
Zed, M. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.