�Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: p�ISSN: 2723 - 6609
�e-ISSN : 2745 � 5254
������������������������������ ���������� �Vol. 1, No. 2 September 2020
USULAN PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN THEORY OF CONSTRAINTS� PADA� PT XYZ
Firra Dinni
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer
Universitas Indraprasta Pgri Jakarta
Email : [email protected]����
Abstrak��������������������������������
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur serta menganalisis waste dan defect terlebih produk berkualitas dengan harga terjangkau dan ketepatan waktu sesuai dengan waktu permintaan mutlak harus dipenuhi ketika perusahaan menginginkan untuk tetap bersaing dalam persaingan pasar. PT XYZ sebagai salah satu perusahaan perhiasan terbesar di Indonesia juga menghadapi hal yang serupa. Permasalahan seperti waste maupun defect terjadi pada stasiun kerja casting, perakitan, poles rangka, setting stone, pasang batu, dan poles chroom dengan jumlah kecacatan mencapai 25,55% selama 12 bulan terakhir sehingga membuat ketepatan waktu pemesanan PT XYZ tidak sesuai. Berdasarkan permasalahan tersebut maka metode penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur dan menganalisis waste khususnya defect adalah lean six sigma dengan DMAIC-nya. Adapun dalam penelitian ini diketahui ada 6 total CTQ dengan cacat yang tidak bisa di repair ada di stasiun casting yaitu kecacatan shrinkage porosity. Pada penelitian ini juga di ketahui perbandingan process cycle efficiency pada value stream map secara aktual dan usulan perbaikan yaitu 79,48% dan setelah usulan perbaikan adalah 90,14%. Pada penelitian ini peneliti juga memberikan usulan dengan metode poka yoke pada tahap control yaitu sebuah mesin ultrasonik flaw detector yang dapat mengidentifikasi kecacatan pada casting sehingga presentase kecacatan pada PT XYZ dapat berkurang.
����������������������������������������������
Kata kunci: Lean Six Sigma, DMAIC, Value Stream Map, Waste, dan Poka Yoke
Pendahuluan
Seiring perkembangan jaman berbagai kebutuhan manusia diperoleh dengan sangat mudah dan cepat, kebutuhan tersebut meliputi barang maupun jasa, sehingga permintaan konsumen diberbagai sektor Industri semakin meningkat serta persaingan pada dunia industri semakin ketat. Hal tersebut mendorong perusahaan untuk mampu bersaing dan melakukan upaya perbaikan secara terus menerus dalam (Darwis, 2009) meningkatkan kinerja perusahaan melalui Kinerja perusahaan ditentukan sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan good corporate governance dan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut dapat meliputi kinerja operator, manajerial, serta perencanaan produksi perusahaan. Dalam memperbaiki perencanaan produksi harus secara keseluruhan baik meliputi mesin, waktu produksi, serta volume produksi dalam setiap lini produksi.
Upaya dalam memperbaiki perencanaan produksi tersebut diperlukan penjadwalan produksi yang optimal agar mampu mencapai target yang telah ditetapkan oleh� perusahaan dan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Jika penjadwalan produksi tidak dilakukan dengan optimal maka akan timbul kendala seperti penumpukan pada stasiun kerja. Stasiun kerja yang mengalami kendala tersebut akan menghambat pada� saat proses produksi berlangsung.
PT XYZ yang beralamat di Kawasan Industri Jawa Barat merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur penghasil transformator power
dengan memproduksi transformator baik 1 maupun 3 phase yang bertegangan mulai dari 5 hingga mencapai 500 KW. PT XYZ menggunakan make to order pada sistem produksi perusahaannya serta metode penjadwalan yang digunakan perusahaan adalah first come first served (FCFS), sehingga transformator yang diproduksi ditentukkan berdasarkan urutan pesanan dan permintaan yang dibutuhkan oleh pelanggan. Biasanya pesanan diperoleh 6 bulan sebelum transformator tersebut akan dibuat, berdasarkan sistem make to order tersebut pesanan transformator dituntut tepat waktu, sehingga tidak mengecewakan konsumen.
Tabel 1.1. Target Waktu Produksi PT XYZ
Transformator Daya 3 Phase E0935-1 30 MVA
No |
Stasiun Kerja |
Batas Waktu Pengerjaan (Jam) |
Waktu Pemprosesan (Jam) |
Keterangan |
1 |
Insulation |
328 |
432 |
NOT GOOD |
2 |
Winding |
435 |
540 |
NOT GOOD |
3 |
Core Stacking |
135 |
130 |
GOOD |
4 |
Core Coil |
218 |
206 |
GOOD |
5 |
Lead Conection |
86 |
120 |
NOT GOOD |
6 |
Final Assy |
115 |
114 |
GOOD |
7 |
Finishing |
138 |
136 |
GOOD |
Sumber: PT� XYZ
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa PT XYZ mengalami keterlambatan dalam mencapai target waktu produksi yang telah ditentukan oleh perusahaan, salah satunya yaitu pada area insulation yang menyebabkan proses produksi berjalan lambat akibat mengalami kendala berupa bottleneck. Bottleneck merupakan suatu kondisi kemacetan jalur produksi yang menyebabkan penurunan output dan waktu throughput yang lebih lama, serta menghambat kinerja sistem secara keseluruhan (Hofmann et al., 2019).
Area insulation tersebut merupakan area yang memproduksi seluruh komponen yang digunakan dalam merakit transformator salah satu komponen yang diproduksi area insulation adalah silinder, komponen silinder ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu silinder winding (kumparan) dan silinder antara. Silinder winding merupakan komponen yang digunakan pada area winding yang berfungsi untuk menggulung tembaga, sedangkan silinder antara digunakan pada area core coil pada saat memasukkan winding ke dalam core (inti besi), yang berfungsi sebagai isolasi maupun pembatas sehingga aliran listrik yang ada di dalam transformator tidak terjadi konsleting pada saat transformator� sedang beroprasi, dengan begitu komponen silinder ini merupakan komponen yang sangat penting. Jika dalam memproduksi silinder mengalami bottleneck maka akan menghambat serta memperlambat area kerja produksi berikutnya.
Permasalahan tersebut jika dibiarkan dan tidak segera diatasi akan mempersulit kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Pelanggan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan serta pelanggan merupakan aset yang dapat menentukan keberhasilan perusahaan (Aprisia & Mayliza, 2019) Maka dari itu untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sangat penting, jangan sampai perusahaan mengecewakan akibat pesanan produk yang dibuat lambat dan tidak tepat waktu.
Kendala yang dialami oleh PT XYZ tersebut akan menurunkan performansi perusahaan, bahwa suatu kendala sistem membatasi performansi yang relatif tinggi dari tujuan yang ingin dicapai (HUNUSALELA, 2015). Salah satu cara untuk mengatasi kendala dalam proses produksi yaitu dengan menggunakan Theory of Constraints. Theory of Constraints itu sendiri berupa metode untuk mengatasi serta membantu perusahaan dalam mengatasi kendala seperti pernyataan (Hansen, Don R., 2013) pendekatan Theory of Constraints adalah mengidentifikasi kendala-kendala, mendayagunakan kendala-kendala dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang dan menemukan cara untuk mengatasi kendala-kendala untuk mencapai kemajuan terus-menerus bagi perusahaan.
Penelitian yang menggunakan Theory of Constraints pernah dilakukan antara lain oleh (Sodikin & Mashuri, 2012) melalui penelitian tersebut setelah menggunakan theory of constraints diperoleh penghematan sebesar 2,94 hari sehingga stasiun kerja lebih efektif dan efisien. Penelitian berikutnya dengan Theory of Constraints juga pernah dilakukan oleh (Rianto, n.d.) hasil throughput maksimal sebesar Rp. 843.300.486, dengan menggunakan theory of constraints perusahaan dapat lebih berhemat serta memiliki keuntungan pendapatan yang lebih besar.
Berdasarkan beberapa referensi tersebut penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan metode Theory of Constraints dan berjudul �Usulan�� Penjadwalan�� Produksi�� Menggunakan Pendekatan Theory of Constraints� Pada� PT XYZ�.
Metode Penelitian�����
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam kategori observasi dan kuantitatif. Pada saat melakukan observasi peneliti mengamati stasiun kerja dalam pembuatan silinder transformator, saat melakukan observasi kegiatan yang dilakukan yaitu mencatat proses prilaku subjek (operator pembuatan silinder transformator), objek (silinder transformator) atau kejadian sistematis
atau tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi terhadap objek dan subjek yang diteliti, dalam observasi alat pengumpul data yang digunakan yaitu jam henti (stop watch). Penelitian ini tergolong dalam kuantitatif karena pengolahan data dilakukan berdasarkan rumus serta referensi yang berkaitan dengan pembahasan.
1. Konsep Produksi
Proses produksi adalah suatu kegiatan mengenai pembuatan produk baik berwujud fisik (tangible products) maupun berwujud jasa (ingtangible produk) (Sinulingga, 2009). Berdasarkan definisi tersebut bahwa proses produksi merupakan mengkonversikan bahan baku menjadi produk-produk fisik melalui serangkaian kegiatan pengubahan dari bahan baku menjadi produk jadi dimana melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, dan modal serta hal yang terlibat lainnya. Proses produksi merupakan serangkaian kegiatan proses produksi meliputi perencanaan (planning), perancangan (desain), pengadaan (procurement), pengolahan (production), pengelolaan persediaan (Inventory Management), pemasaran (marketing), penyaluran (distribution), penjualan (sales), dan penanganan limbah (waste disposal/recycling).
2. Konsep Produktivitas
Dalam persaingan dunia industri yang semakin ketat, produktivitas merupakan salah satu faktor yang menentukan suatu perusahaan dikatakan berhasil. Sedangkan tingkat produktivitas yang dicapai perusahaan merupakan indikator seberapa efisien dan efektif perusahaan dalam mengkombinasikan sumber dayanya dengan pertimbangan kesesuaian kondisi dan karakteristik masing-masing perusahaan (Anita & Dodo, 2017).
Produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik daripada hari ini (Tohardi, 2002).
Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja dengan cara selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan. (Sutrisno, 2010).
Berdasarkan kutipan di atas produktivitas merupakan hasil pencapaian para pekerja yang harus dikembangkan setiap harinya dengan mengedepankan hari esok harus lebih baik daripada hari sebelumnya, dan seterusnya sehingga dapat termotivasi serta selalu meningkatkan produktivitasnya.
Hasil dan Pembahasan
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di PT XYZ dengan memperoleh data primer serta data sekunder. Adapun data yang dapat dikumpulkan adalah sebagai berikut:
1. Permintaan Produksi
Permintaan produk diperoleh berdasarkan sistem produksi make to order yang ada pada perusahaan.
Tabel 2.1
Bulan |
Tahun |
Permintaan |
Agustus |
2018 |
14 |
September |
14 |
|
Oktober |
13 |
|
November |
13 |
|
Desember |
11 |
|
Januari |
2019 |
14 |
Februari |
14 |
|
Maret |
15 |
|
April |
15 |
�������� Sumber: PT XYZ
Tabel 2.1 merupakan data permintaan produk transformator power bulan agustus 2018 hingga bulan april 2019, dengan kisaran permintaan antara 11 hingga 15 transformator dalam satu bulan. Dalam penelitian ini fokus pada permintaan dibulan september 2018 dengan rincian permintaan transformator sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tipe Transformator |
Quantity Permintaan |
83,3 MVA |
4 |
60 MVA |
5 |
45 MVA |
1 |
40 MVA |
1 |
|
|
Lanjutan... |
|
30 MVA |
2 |
20 MVA |
1 |
��������������� Sumber: PT XYZ
Berdasarkan Tabel 2.2 permintaan pada transformator 83,3 MVA sebanyak 4 unit, tipe 60 MVA sebanyak 5 unit dan 30 MVA sebanyak 2 unit. Maka dari itu, penelitian ini hanya fokus terhadap tipe transformator 83,3 MVA, 60 MVA dan 30 MVA.
2. Alur Produksi
Alur produksi di PT XYZ yaitu dimulai pada area insulation hingga finnising, adapun alur produksi tranformator adalah sebagai berikut:
Alur produksi di PT XYZ terdapat di 3 bagian area yang disebut Hall A, Hall B dan Hall C. Pada Hall A terdapat area insulation, untuk Hall B terdapat area winding dan kitting, sedangkan Hall C terdapat area core stacking hingga finishing, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
a. Insulation
Area insulation merupakan awal dimana proses produksi dimulai, pada area insulation terdapat kurang lebih 15 mesin. Material yang diproduksi pada ini bermacam-macam seperti silinder, core bolt, guider block, KP ring, pedestal, yoke insulation, afloop noose, angle ring, blockjesband, dwarsspie, end ring, flowing ring, KP spacer, nutton band, potential ring, PSP cylinder for winding, PSP end ring making single, PSP ring, PSP slotter, PSP strip winding cylinder, slot for winding, krenspien, press block, press plates, PSP cylinder for cyl assy, PSP strip cyl assy, scharming dan spacer block.
���� ���Gambar 1.1
proses produksi yaitu seperti proses pemotongan, pengeboran, pengamplasan, pengepressan, pembubutan, pengerolan, pengeleman dan proses pengovenan.
b. Kitting
Area kitting merupakan tempat penyimpanan sementara untuk menyimpan komponen yang telah selesai diproduksi pada area insulation. Sebelum komponen didistribusikan ke departemen selanjutnya komponen tersebut akan diletakkan pada kitting.
c. Core stacking
Pada area core stacking proses yang dilakukan yaitu penumpukkan material silicon steel, pada area core stacking ini ada beberapa komponen yang disalurkan dari area insulation sebagai komponen pendukung.
������������������������������������������������������������ Gambar 1.2
steel untuk menjadi sebuah core yang nantinya akan berfungsi untuk menghasilkan fluk magnetik pada tranformator.
d. Winding
Winding merupakan proses penggulungan terhadap tembaga, mesin winding berfungsi untuk mengulung gulungan tembaga kedalam sebuah cylinder sehingga hasil produksinya disebut dengan kumparan yang berfungsi untuk alat transformasi tegangan dan arus.
Gambar 1.3
Operator PT XYZ sedang melakukan penggulungan tembaga.
e. Phase Assembling
Pada area phase assembling terdapat proses assembling pada kumparan winding, area ini dibuat agar mengurangi waktu tunggu dan penumpukkan pada kumparan winding yang telah diproduksi.
f. Core Coil Assembling Area core coil assembling terdapat proses penggabungan core dengan winding yang telah di phase assembling sebelumnya.
g. Lead Connecting
Area lead connecting terdapat proses penyambungan antara kumparan primer dengan kumparan sekunder.
� Gambar 1.4
merupakan area lead connecting dengan transformator yang sedang� sedang dilakukan penyambungan kumparan-kumparan dengan top charger.
h. Oven / VPD
Pada area VPD active part yang telah dikoneksi pada area lead connecting sebelumnya akan dimasukkan kedalam oven guna menghilangkan kandungan air di dalamnya transformator.
�� Gambar 1.5
Proses pengovenn transformator ini dilakukan paling cepat selama 24 jam.
i. Final Assembling
Area final assembling terdapat proses pengecekan dan perbaikkan setiap bagian transformator yang baru selesai dioven pada area PVD, proses di area ini telah ada ketentuan 12 jam waktu pengerjaan, jika proses melewati batas waktu yang telah ditentukan transformator tersebut akan dioven kambali.
j. Test Bay
Area test bay merupakan area dimana proses transformator memasuki tahapan pengujian untuk mengetahui resistensi pada bagian transformator serta untuk mengetahui kelayakan transformator berdasarkan spesifikasi yang sudah ditentukan.
Gambar 1.6
merupakan area test bay, area ini cukup berbahaya karena pengujian dilakukan dengan tegangan yang tinggi.
k. Finishing
Setelah transformator telah lulus dalam pengujian, langkah terakhir adalah transformator dibawa ke area� finishing, di area ini proses yang dilakukan yaitu proses pengelasan, pengecatan, serta proses pelepasan atau disassembling pada komponen transformator. Hal tersebut berguna untuk mempermudah pada proses pendistribuan kepada pelanggan.
3. Proses Produksi Pembuatan Silinder Transformator
Pengumpulan data dilakukan pada area insulation dengan mengamati proses produksi pembuatan komponen silinder untuk transformator jenis 30 MVA, 60 MVA dan 83,3 MVA. Untuk memproduksi silinder harus melewati beberapa mesin yang ada pada area insulation seperti alur di bawah ini:
Alur Proses Pembuatan Silinder Transformator
���� Sumber: PT XYZ
Tahapan pada proses pembuatan silinder dimulai dari mesin potong, komponen yang digunakan untuk membuat silinder terlebih dahulu melewati proses pemotongan untuk menyesuaikan ukuran yang telah ditentukan. Setelah melewati proses pemotongan komponen melewati mesin champer guna untuk memperhalus ujung dari komponen agar mudah dalam proses pengeleman. Setelah itu komponen dimasukkan ke dalam mesin water intruction dan diberi air aquades agar komponen mudah dibentuk, setelah air aquades mengering dan meresap secara sempurna, lalu komponen dimasukkan ke dalam mesin roll untuk proses rolling dan dibentuk menyerupai silinder. Pada proses akhir dilakukan pengeleman pada ujung komponen yang telah membentuk silinder agar komponen berbentuk silinder dengan sempurna.
4. Elemen Stasiun Kerja Pembuatan Silinder
Setelah alur proses pembuatan silinder diperoleh, selanjutnya yaitu menentukan elemen kerja dalam pembuatan silinder dengan melakukan pengamatan pada operator stasiun kerja. Elemen kerja tersebut dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan produktif dan kegiatan non-produktif. Kegiatan produktif yaitu kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah. Sedangkan kegiatan non-produktif merupakan suatu kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah terhadap output yang dihasilkan.
a. Stasiun Kerja Mesin Potong
Kegiatan yang dilakukan pada stasiun kerja mesin potong ini yaitu melakukan pemotongan pada bahan baku pembuatan silinder, bahan baku memiliki lebar dan tinggi yang besar sehingga mesin potong yang digunakan merupakan mesin potong yang besar. Adapun kegiatan pada stasiun kerja mesin potong ini dapat terlihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 1.
No |
Elemen Kerja |
Keterangan |
1 |
Membawa crane ke arah material |
Non Produktif |
2 |
Membuka pengait pada crane |
Non Produktif |
3 |
Memasangkan material pada crane |
Non Produktif |
4 |
Mengunci material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
5 |
Memindahkan material ke mesin potong |
Non Produktif |
6 |
Melepas material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
7 |
Meletakkan material pada meja mesin potong |
Non Produktif |
8 |
Mengambil alat ukur |
Non Produktif |
9 |
Mengukur Material |
Non Produktif |
10 |
Mendorong material kedalam mesin potong |
Non Produktif |
11 |
Pemprograman mesin |
Non Produktif |
Lanjutan... |
||
12 |
Proses pemotongan material |
Produktif |
3 |
Mengeluarkan material dari mesin potong |
Non Produktif |
Sumber: Pengumpulan Data
b. Stasiun Kerja Mesin Champer
Kegiatan yang dilakukan pada stasiun kerja mesin champer yaitu
membentuk bagian ujung material yang berfungsi untuk mempermudah dalam proses pengeleman pada proses selanjutnya. Adapun kegiatan pada stasiun kerja mesin champer ini dapat terlihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
c. Stasiun Kerja Mesin Water Intruction
Kegiatan yang dilakukan pada stasiun kerja mesin water intruction yaitu memasukkan material untuk pembuatan silinder yang sudah dipotong ke dalam mesin water intruction yang mengeluarkan air berupa aquades, hal tersebut berguna agar material dapat lebih lentur dan mudah dibentuk. Adapun kegiatan pada stasiun kerja mesin water intruction ini dapat terlihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 2.
No |
Elemen Kerja |
Keterangan |
1 |
Membawa crane ke arah material |
Non Produktif |
2 |
Membuka pengait pada crane |
Non Produktif |
3 |
Memasangkan material pada crane |
Non Produktif |
4 |
Mengunci material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
5 |
Memindahkan material ke mesin water in |
Non Produktif |
6 |
Melepas material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
7 |
Meletakkan material pada mesin water in |
Non Produktif |
8 |
Pemprograman mesin |
Non Produktif |
9 |
Membuka keran aquades pada mesin |
Non Produktif |
10 |
Proses water in |
Produktif |
11 |
Mengeringkan material |
Produktif |
12 |
Mengeluarkan material dari mesin water in |
Non Produktif |
Sumber: Pengumpulan Data
d. Stasiun Kerja Mesin Roll
Kegiatan yang dilakukan pada stasiun kerja mesin rolling yaitu membentuk material menjadi berbentuk silinder. Adapun kegiatan pada stasiun kerja mesin roll ini dapat terlihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut:
��� Tabel 3.
No |
Elemen Kerja |
Keterangan |
1 |
Membawa crane ke arah material |
Non Produktif |
2 |
Membuka pengait pada crane |
Non Produktif |
3 |
Memasangkan material pada crane |
Non Produktif |
4 |
Mengunci material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
5 |
Memindahkan material ke mesin roll |
Non Produktif |
6 |
Melepas material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
7 |
Meletakkan material di dekat mesin Roll |
Non Produktif |
8 |
Mengatur ukuran diameter pada mesin roll |
Non Produktif |
9 |
Memasukkan material ke dalam mesin |
Non Produktif |
10 |
Proses rolling |
Produktif |
Sumber: Pengumpulan Data
e. Stasiun Kerja Pengeleman
Kegiatan yang dilakukan pada stasiun kerja pengeleman yaitu mengelem ujung material agar membentuk silinder sempurna. Adapun kegiatan pada stasiun kerja pengeleman ini dapat terlihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut:
� Tabel 4.
No |
Elemen Kerja |
Keterangan |
1 |
Membawa crane ke arah material |
Non Produktif |
2 |
Membuka pengait pada crane |
Non Produktif |
3 |
Memasangkan material pada crane |
Non Produktif |
4 |
Mengunci material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
5 |
Memindahkan material ke tempat pengeleman |
Non Produktif |
6 |
Melepas material yang dipasang pada crane |
Non Produktif |
7 |
Meletakkan material |
Non Produktif |
8 |
Mengukur bagian yang akan dilem |
Non Produktif |
9 |
Membersihkan permukaan yang akan dilem |
Non Produktif |
10 |
Mempersiapkan lem |
Non Produktif |
11 |
Proses pengeleman |
Produktif |
Sumber: Pengumpulan Data
5. Hasil Pengamatan Waktu Siklus
Hasil pengamatan waktu siklus pada komponen silinder transformator pada per elemen kerja dan stasiun kerja untuk tipe 83,3 MVA, 60 MVA dan 30 MVA terdapat pada Lampiran 6,7 dan 8.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan identifikasi kendala dengan menggunakan metode TOC pada proses pembuatan silinder transformator, kendala terjadi akibat stasiun kerja mengalami bottleneck yang terdapat pada mesin roll pada proses rolling. Hal ini terlihat dari kapasitas produksi yang dimiliki oleh mesin roll lebih kecil yaitu selama 12636 menit dibandingkan dengan kapasitas yang dibutukan yaitu selama 14208,98 menit selama periode Maret 2019, dengan utilisasi mesin roll mencapai 112%.
2. Upaya dalam mengatasi kendala berupa keterlambatan yang terjadi akibat maskepan dan flowtime yang terlalu lama dengan mencari metode lain yang lebih optimal. Setelah dilakukan analisis, metode FCFS yang digunakan oleh perusahaan memiliki maskepan dan flowtime yang sangat besar sehingga penjadawalan yang dibuat kurang optimal. Berdasarkan metode FCFS maskepan yang diperoleh yaitu selama� 50779,54 menit dan flowtime selama 305675,07 menit. Sedangkan dengan menggunakan metode usulan yaitu� metode CDS maskepan yang diperoleh yaitu selama 16479,23 menit dan flowtime selama 17474,72 menit. Dengan begitu selisih maskepan dari kedua metode tersebut mencapai 32%.
3. Berdasarkan usulan penjadwalan produksi yang telah dievaluasi (Tabel 4.29), bottleneck berkurang hingga mencapai 10%.
Bibliography
Aprisia, G., & Mayliza, R. (2019). Pengaruh Citra Perusahaan (Corporate Image) Dan Penanganan Keluhan (Complaint Handling) Terhadap Loyalitas Pelanggan (Loyality) Natasha Skin Care Di Kota Padang.
Darwis, H. (2009). Corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 13(3).
Hansen, Don R.,� dan M. M. M. (2013). Akuntansi Manajerial.
Hofmann, C., Staehr, T., Cohen, S., Stricker, N., Haefner, B., & Lanza, G. (2019). Augmented Go & See: An approach for improved bottleneck identification in production lines. Procedia Manufacturing, 31, 148�154.
HUNUSALELA, Z. F. (2015). Usulan Penjadwalan Produksi dengan Menggunakan Theory of Constraint pada Bagian Welding Rear Body PT Krama Yudha Ratu Motor. Faktor Exacta, 6(1), 70�86.
Rianto, A. (n.d.). Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X.
Sinulingga, S. (2009). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sodikin, I., & Mashuri, A. (2012). Penjadwalan Produksi pada Sistem Manufaktur Repetitive Make to Order Flow Shop Melalui Pendekatan Theory Of Constraints. Jurnal Teknologi Technoscientia, 173�183.
Sutrisno, E. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia; PT Prenada Media. Group. Jakarta.
Tohardi, A. (2002). Pemahaman praktis manajemen sumber daya manusia. Universitas Tanjung Pura, Mandar Maju, Bandung.
Aprisia, G., & Mayliza, R. (2019). Pengaruh Citra Perusahaan (Corporate Image) Dan Penanganan Keluhan (Complaint Handling) Terhadap Loyalitas Pelanggan (Loyality) Natasha Skin Care Di Kota Padang.
Darwis, H. (2009). Corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 13(3).
Hansen, Don R.,� dan M. M. M. (2013). Akuntansi Manajerial.
Hofmann, C., Staehr, T., Cohen, S., Stricker, N., Haefner, B., & Lanza, G. (2019). Augmented Go & See: An approach for improved bottleneck identification in production lines. Procedia Manufacturing, 31, 148�154.
HUNUSALELA, Z. F. (2015). Usulan Penjadwalan Produksi dengan Menggunakan Theory of Constraint pada Bagian Welding Rear Body PT Krama Yudha Ratu Motor. Faktor Exacta, 6(1), 70�86.
Rianto, A. (n.d.). Penerapan Theory Of Constraints (TOC) Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas Produksi Di PT. X.
Sinulingga, S. (2009). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sodikin, I., & Mashuri, A. (2012). Penjadwalan Produksi pada Sistem Manufaktur Repetitive Make to Order Flow Shop Melalui Pendekatan Theory Of Constraints. Jurnal Teknologi Technoscientia, 173�183.
Sutrisno, E. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia; PT Prenada Media. Group. Jakarta.
Tohardi, A. (2002). Pemahaman praktis manajemen sumber daya manusia. Universitas Tanjung Pura, Mandar Maju, Bandung.