759
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi: pISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No. 5 Mei 2021
PENURUNAN NILAI EKONOMI AKIBAT PENURUNAN NILAI KINERJA
JARINGAN IRIGASI D.I. WADUK DARMA
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon
Abstract
Water is part of natural resources as well as part of the ecosystem. The quantity
and quality at a certain location and time depends and is influenced by various
things, various interests and various purposes. Along with population growth,
various problems related to water or water resources have been and continue to be.
The availability of water tends to decrease, but on the other hand, the need for
water is increasing. In other words, the amount of water available in nature that
can potentially be utilized by humans is very limited. This study aims to analyze the
availability of water in the Darma reservoir area, whether the mainstay discharge,
demand discharge in the Darma Reservoir Irrigation Area is fulfilled, among
others, to several areas. irrigation through Kuningan / Surakatiga Weirs (525 ha),
Cipikul Weirs (436 Ha), Bantarwangi Weirs (535 Ha), Citanggulun Weirs (873
Ha), Ciparigi Weirs (295 Ha), according to their needs. Knowing the condition and
function of the network and irrigation building on. IN. Darma Reservoir is
functioning well or not. This research also aims to determine the cost of AKNOP in
DI. Darma Reservoir. This research also aims to calculate the value of economic
decline. The results obtained from this study are. The mainstay discharge of the
Darma Reservoir Irrigation Area from 2004 - 2014 was greater than the discharge
of demand so that the discharge of needs could be met. The conditions of the
Darma Reservoir Irrigation Area irrigation network from 2004 - 2014 were not
functioning with an average percentage of 54.66%. the building of the Darma
Reservoir Irrigation Area from 2004 - 2014 was functioning. Medium this is shown
by an average percentage of 59.72%. From the calculations that have been done,
the AKNOP costs in the Darma Reservoir irrigation area are Rp. 6,032,844,700.00
(six billion thirty-two million eight hundred forty-four thousand seven hundred
rupiahs). From the calculation of the economic analysis the value of the decline in
rice production in DI. Darma Reservoir from 2004 to 2014 had a maximum
discharge at MT.1 of 1,573.2 tons, MT.2 of 1,283.4 tons and MT.3 of 679.8 tons.
The debit of Q80 at MT.1 is 1,770 tons, MT.2 is 4,170 tons and MT.3 is 3,234 tons.
The minimum debit on MT.1 is 12,939.6 tons, MT.2 is 11,101.2 tons and MT.3 is
6,085.2 tons.
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
760 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Keyword: water availability; AKNOP; economic analysis and sensitivity analysis
Abstrak
Air merupakan bagian dari sumber daya alam sekaligus juga sebagai bagian dari
ekosistem. Kuantitas dan kualitasnya pada lokasi dan waktu tertentu tergantung dan
dipengaruhi oleh berbagai hal, berbagai kepentingan dan berbagai tujuan. Seiring
dengan pertumbuhan penduduk, berbagai persoalan yang terkait dengan air atau
sumber daya air telah dan terus berlangsung. Ketersediaan air cenderung menurun
namun di lain pihak kebutuhan air semakin meningkat. Dengan kata lain, air yang
tersedia di alam yang secara potensial dapat dimanfaatkan manusia sangat terbatas
jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan air di daerah
Waduk Darma apakah antara debit andalan, debit kebutuhan di Daerah Irigasi
Waduk Darma tercukupi di antara lain ke beberapa daerah irigasi dengan melalui
Bendung Kuningan/Surakatiga (525 ha), Bendung Cipikul (436 Ha), Bendung
Bantarwangi (535 Ha), Bendung Citanggulun (873 Ha), Bendung Ciparigi (295
Ha), sesuai dengan kebutuhannya.Mengetahui Kondisi dan fungsi jaringan dan
bangunan irigasi di. DI. Waduk Darma berfungsi baik atau tidak.Penelitian ini juga
bertujuan untu mengetahai biaya AKNOP di DI Waduk Darma. Penelitian ini juga
bertujuan untuk menghitung nilai penurunan ekonomi. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah. Debit andalan Daerah Irigasi Waduk Darma dari tahun 2004-
2014 lebih besar dari debit kebutuhan dengan demikian debit kebutuhan dapat
terpenuhi.Kondisi jaringan irigasi Daerah Irigasi Waduk Darma dari tahun 2004-
2014 kurang berfungsi dengan ditunjukan prosentase rata-rata sebesar 54,66
%.Kondisi bangunan Daerah Irigasi Waduk Darma dari tahun 2004-2014 berfungsi
Sedang hal tersebut ditunjukan dengan prosentase rata-rata 59,72 %.Dari hasil
perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan biaya AKNOP di daerah irigasi
Waduk Darma sebesar Rp. 6.032.844.700,00 (enam milyar tiga puluh dua juta
delapan ratus empat puluh empat ribu tujuh ratus rupiah). Dari perhitungan analisis
ekonomi nilai penurunan produksi padi pada DI Waduk Darma dari tahun 2004
sampai 2014 di debit maksimum pada MT.1 sebesar 1.573,2 ton, MT.2 sebesar
1.283,4 ton dan MT.3 sebesar 679,8 ton. Di debit Q
80
pada MT.1 sebesar 1.770 ton,
MT.2 sebesar 4.170 ton dan MT.3 sebesar 3.234 ton. Di debit minimum pada MT.1
sebesar 12.939,6 ton, MT.2 sebesar 11.101,2 ton dan MT.3 sebesar 6.085,2 ton.
Kata kunci: ketersediaan air; AKNOP; anlisis ekonomi dan analisis sensitivitas
Pendahuluan
Air merupakan bagian dari sumber daya alam sekaligus juga sebagai bagian dari
ekosistem (Aulia & Hakim, 2017). Kuantitas dan kualitasnya pada lokasi dan waktu
tertentu tergantung dan dipengaruhi oleh berbagai hal, berbagai kepentingan dan
berbagai tujuan (Alamsyah, Permana, & Farida, 2013). Tantangan dalam penyediaan air
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 761
adalah bagaimana mencapai ketersediaan air dengan baik dari segi kuantitas maupun
kualitas (Putri, 2018). Pengendalian sumberdaya air bisa menjadi permasalahan yang
berkesinambungan dari waktu ke waktu (Rahadian, 2016), dimana pada setiap interval
waktu harus diambil suatu keputusan yang optimal dengan kondisi air yang berfluktuasi,
kendala pada sturuktur kendali dan sistem tata air yang ada.
Bangunan sebagai infrasturktur dapat berfungsi sebagai pengendali air.
(Ismawati, 2017) menjelaskan terdapat dua kategori bangunan pengendali air yaitu
dimensi geometri yang tetap misalnya tanggul dan saluran, serta dimensi yang dapat
berubah misalnya bendung dan waduk sehingga dapat dilakukan pengaturan.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, berbagai persoalan yang terkait dengan
air atau sumber daya air telah dan terus berlangsung. Ketersediaan air cenderung
menurun namun di lain pihak kebutuhan air semakin meningkat (Siswadi & Purnaweni,
2011). Dengan kata lain, air yang tersedia di alam yang secara potensial dapat
dimanfaatkan manusia sangat terbatas jumlahnya (Purwantini, Zakaria, & Gunawan,
n.d.). Pada kenyataanya penurunan nilai ekonomi banyak penyebabnya dari realisasi
tanam yang telah dilakukan masih jauh dari rencana tanam , sehingga luas areal yang di
aliri di saat debit maksimum, debit andalan dan debit minimum akan terjadi penurunan
terhadap luas areal yang dialiri. Oleh sebab itu kinerja jaringan irigasi yang mengalami
penurunan dari segi ketersediaan air, fungsi bangunan dan jaringan irigasi yang kurang
baik dan kurangnya operasi dan pemiliharaan dapat mengakibatkan penurunan
produktifitas padi atau luas areal yang dialiri mengalami penurunan. Dengan penurunan
tersebut maka penurunan nilai ekonomi akibat dari turunnya kinerja jaringan irigasi
(Kholiq, Aziz, Rijaludin, & Nurjamilah, 2018).
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh (Irawan, 2016), faktor utama yang
menyebabkan turunnya produksi adalah konversi lahan. Dari sisi produksi masalah
pangan seperti meningkatnya serangan hama, terjadinya kekeringan atau banjir ,
rusaknya jaringan irigasi, turunnya harga pangan dan konversi lahan sawah. (Kusumo &
Hadiani, 2016) dalam penelitiannya, kurangnya dana OP serta rehabilitasi jaringan
irigasi diidentifikasikan sebagai salah satu penyebab menurunnya kondisi fisik jaringan
irigasi, penelitian ini juga mengkaji bagaimana mempertahankan jaringan sistem irigasi
melalui rangkaian model proses yang sistematis, yakni menciptakan model penilaian
kinerja, menghitung dan mendapatkan indeks kinerja di setiap komponen penilaian,
mendapatkan kinerja jaringan secara umum, merekomendasikan bentuk kegiatan yang
diperlukan, dan menghitung kebutuhan anggaran berdasarkan bentuk kegiatan yang
direkomendasikan. Sedangkan (Hasan, 2010) dalam penelitiannya, untuk meningkatkan
produksi pangan antara lain dengan ekstensifikasi pertanian dan intensifikasi pertanian.
Artinya ekstensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi pengan dengan
meluaskan areal tanam , dan intensifikasi pertanian adalah usaha peningkatan produksi
pangan dengan cara yang intensif pada lahan yang sudah ada, antara lain dengan
penggunaan bibit unggul , pemberian pupuk yang tepat serta pemberian air irigasi yang
efektif dan efisien, sehingga produktifitas meningkat.
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
762 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Dari beberapa penelitan tersebut penurunan nilai ekonomi diakibatkan oleh
turunnya kinerja jaringan irigasi seperti kondisi dan fungsi jaringan dan bangunan
irigasi yang kurang baik, faktor lainnya penyebab penurunan nilai ekonomi adalah
kodisi luas areal yang berkurang karena ketersedian air dan operasi dan pemeliharaan
yang kurang juga dapa menurunkan nilai ekonomi.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tersebut, irigasi
berfungsi untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi
pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat,
khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan irigasi (Indonesia, 2006).
Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional
sangat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan
tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari
usaha teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan
tepat waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis. Kontribusi prasarana dan sarana
irigasi terhadap ketahanan pangan selama ini cukup besar yaitu sebanyak 84 %
produksi beras nasional bersumber dari daerah irigasi (Hasan, 2005).
Adapun lokasi Daerah Irgasi yang dialiri dari Waduk Darma yaitu : 1) - D.I
Surakatiga, 2) D.I Cipikul, 3) D.I Bantarwangi, 4) D.I.Ctanggulun, 5) D.I. Ciparigi.
Dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
Gambar 1. Peta Waduk Darma
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis ketersediaan air di Daerah Irigasi
Waduk Darma. (2) Menganalisis AKNOP (Angka Kebutuhan Nyata Operasi
Pemeliharaan) di Daerah Irigasi Waduk Darma. (3) Menganalisis Penurunan Nilai
ekonomi di Daerah Irigasi Waduk Darma.
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 763
Metode Penelitian
Menurut (Supriharyono, 2006) metode adalah suatu cara bagaimana melakukan
penelitian yang baik dan benar untuk mencapai tujuan. Penelitian merupakan sebuah
metode untuk menemukan sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Menurut
(Arikunto, 2003), penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap
masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk
menentukan apakah cocok dengan hipotesis.
Pada studi ini digunakan metode deskriptif evaluatif, yaitu metode studi yang
mengevaluasi kondisi objektif pada suatu keadaan yang sedang menjadi objek studi
(Supriharyono, 2006). Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-
sifat suatu keadaan atau gejala tertentu pada lokasi penelitian. Tujuannya adalah untuk
membuat gambaran secara sistematis. Sumber data penelitian terdiri dari: 1) Data
utama, didapat dari buku hasil catatan Operasi Waduk Darma, data hidrologi seperti
curah hujan, penguapan ( Evaporasi ); 2) Data pendukung: dari Instansi terkait seperti
Dinas SDAP Kabupaten Kuningan, Dinas Pertanian dan BAPPEDA Kabupaten
Kuningan, Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung. Pengolahan data
dengan cara; 1) Menghitung data debit tersedia untuk mengetahui berapa ketersedian
air daerah irigisa Waduk Darma, 2) Menghitung data kebutuhan air dengan
memperhatikan rencana tanam dan realisasi tanam, 3) Menganalisis Kondisi dan fungsi
jaringan dan bangunan dengan menggunakan data dari dinas PSDA Kabupaten
Kuningan, 4) Menganalisis Ekonomi dengan mengunakan data debit andalan, debit
maksimum dan debit minimun dibandingkan dengan luas areal yang dialiri dengan
menggunakan metode grafik.
Hasil dan Pembahasan
A. Analsisis dan Deskripsi
Berikut adalah tabel resume perbandingan curah hujan, debit andalan dan debit
kebutuhan.
Tabel 1. Resume perbandingan Curah Hujan, Debit Andalan, Debit
Kebutuhan
M3/detik
Curah
Hujan
Debit
Andalan
Debit
Kebutuhan
Musim
I
0,566
0,464
1,358
MT. 1
II
1,093
0,675
1,225
I
1,598
0,954
1,176
II
1,093
1,234
1,009
I
5,058
1,190
1,009
II
3,379
1,358
1,013
I
2,529
1,115
0,746
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
764 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Sumber : Hasil Hitungan
Dari hasil analisis terhadap perbandingan debit andalan lebih dengan debit
kebutuhan Daerah Irigasi Waduk Darma dapat disimpulkan bahwa debit andalan lebih
besar dari debit kebutuhan, dengan demikian kebutuhan air di Daerah Irigasi Waduk
Darma dapat terpenuhi.
1. AKNOP DI. Waduk Darma
Perhitungan AKNOP didasarkan pada hasil pengamatan kondisi terakhir di
DI. Waduk Darma. Dengan rincian AKNOP DI.Waduk Darma terdiri atas biaya
operasi rutin, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan biaya rehabilitasi.
Berikut ini tabel kondisi dan fungsi jaringan dan bangunan DI. Waduk Darma:
II
1,578
1,155
0,570
I
1,032
1,264
0,639
II
1,659
1,359
1,225
MT.2
I
4,35
1,274
1,176
II
1,214
1,370
1,099
I
627
1,343
1,099
II
2,084
1,303
1,013
I
5,058
1,118
0,875
II
0,000
0,750
0,715
I
0,000
0,675
0,618
II
0,000
0,735
0,555
MT.3
I
0,000
0,403
0,240
II
0,000
0,295
0,471
I
0,000
0,275
0,471
II
0,000
0,210
0,379
I
0,000
0,365
0,000
II
0,000
0,449
0,000
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 765
Tabel 2. Kondisi dan Fungsi Jaringan Irigasi DI. Waduk Darma
Nama Panjang Fungsi
RR RS RB
2004 Daerah 16,705 12,234 1,804 - 2,667 73,236
2005 Irigasi 16,705 12,631 2,384 - 1,690 75,612
2006 Surakatiga 16,705 12,890 1,090 - 2,725 77,163
2007 16,705 13,110 0,950 - 2,645 78,479
2008 16,705 13,458 0,850 - 2,397 80,563
2009 16,705 14,115 0,810 - 1,78 84,496
2010 16,705 13,890 0,770 - 2,045 83,149
2011 16,705 14,578 0,987 - 1,140 87,267
2012 16,705 14,237 1,007 - 1,461 85,226
2013 16,705 15,003 1,502 - 0,200 89,811
2014 16,705 15,254 0,365 - 1,086 91,314
16,705 13,764 1,138 - 0,915 82,392
2004 Daerah 4,800 3,200 1,100 - 0,500 66,666667
2005 Irigasi 4,800 3,400 0,900 - 0,500 70,833
2006 Cipikul 4,800 3,300 0,750 - 0,750 68,750
2007 4,800 3,250 1,000 - 0,550 67,708
2008 4,800 3,200 0,850 - 0,750 66,667
2009 4,800 3,100 1,150 - 0,550 64,583
2010 4,800 3,050 1,200 - 0,550 63,542
2011 4,800 3,150 1,100 - 0,550 65,625
2012 4,800 3,100 1,050 - 0,650 64,583
2013 4,800 3,200 1,000 - 0,600 66,667
2014 4,800 3,400 0,900 - 0,500 70,833
4,800 3,214 1,000 - 0,586 66,951
2004 Daerah 5,700 0,900 2,350 - 2,450 15,789
2005 Irigasi 5,700 1,500 2,700 - 1,500 26,316
2006 Citanggulun 5,700 0,800 2,500 - 2,400 14,035
2007 5,700 1,200 2,300 - 2,200 21,053
2008 5,700 1,400 2,750 - 1,550 24,561
2009 5,700 0,950 2,600 - 2,150 16,667
2010 5,700 1,250 2,400 - 2,050 21,930
2011 5,700 1,630 2,800 - 1,270 28,596
2012 5,700 1,550 2,150 - 2,000 27,193
2013 5,700 1,700 2,600 - 1,400 29,825
2014 5,700 1,650 2,700 - 1,350 28,947
5,700 1,321 2,532 - 1,847 23,174
Jumlah rata - rata
Jumlah rata - rata
Baik
Tahun
Daerah Irigasi
(Km)
Kondisi
Rusak
(%)
Jumlah rata - rata
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
766 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Dari hasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa kondisi fungsi jaringan irigasi
di DI. Waduk Darma kurang berfungsi, hal tersebut ditunjukan dengan prosentase rata
rata 54,66 %.
Nama Panjang Fungsi
RR RS RB
2004 Daerah 5,900 2,900 0,900 - 2,100 49,153
2005 Irigasi 5,900 3,100 1,100 - 1,700 52,542
2006 Bantarwangi 5,900 2,700 1,200 - 2,000 45,763
2007 5,900 3,150 1,400 - 1,350 53,390
2008 5,900 3,470 1,750 - 0,680 58,814
2009 5,900 3,250 1,500 - 1,150 55,085
2010 5,900 3,600 1,210 - 1,090 61,017
2011 5,900 3,500 1,430 - 0,970 59,322
2012 5,900 3,400 1,500 - 1,000 57,627
2013 5,900 3,500 1,700 - 0,700 59,322
2014 5,900 3,600 1,600 - 0,700 61,017
5,900 3,288 0,008 - 1,222 55,732
2004 Daerah 2,235 0,953 0,275 - 1,007 42,640
2005 Irigasi 2,235 1,117 0,356 - 0,762 49,978
2006 Ciparigi 2,235 1,050 0,295 - 0,890 46,980
2007 2,235 0,893 0,336 - 1,006 39,955
2008 2,235 0,809 0,335 - 1,091 36,197
2009 2,235 0,975 0,309 - 0,951 43,629
2010 2,235 0,937 0,459 - 0,839 41,924
2011 2,235 1,215 0,459 - 0,561 54,362
2012 2,235 1,100 0,450 - 0,685 49,217
2013 2,235 1,030 0,605 - 0,600 46,085
2014 2,235 1,000 0,400 - 0,835 44,743
2,235 1,007 0,389 - 0,839 45,064
Sumber : Dinas PSDAP
Catatan :
Menurut Permen PU No. 32/PRT/M/2007
Fungsi baik > 70% - 100%
Fungsi sedang > 55% - 70%
Kurang berfungsi < 55%
(%)
Baik
Jumlah rata-rata
Jumlah rata-rata
Kondisi
Rusak
Tahun
Saluran
(Km)
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 767
Tabel 3. Kondisi dan Fungsi Bangunan Air DI. Waduk Darma
Nama Jumlah Fungsi
RR RS RB
2004 Daerah 50 44 - - 6 88
2005 Irigasi 50 44 - - 6 88
2006 Surakatiga 50 44 - - 6 88
2007 50 46 - - 4 92
2008 50 45 2 - 3 90
2009 50 43 3 - 4 86
2010 50 43 5 - 2 86
2011 50 44 4 - 2 88
2012 50 45 3 - 2 90
2013 50 47 1 - 2 94
2014 50 47 2 - 1 94
50 45 3 - 1 89
2004 Daerah 60 12 44 - 4 20
2005 Irigasi 60 14 42 - 4 23
2006 Cipikul 60 18 38 - 4 30
2007 60 22 35 - 3 37
2008 60 23 34 - 3 38
2009 60 27 30 - 3 45
2010 60 28 30 - 2 47
2011 60 33 25 - 2 55
2012 60 28 20 - 2 47
2013 60 35 22 - 3 58
2014 60 36 20 - 4 60
60 25 31 - 3 42
2004 Daerah 69 36 21 - 12 52
2005 Irigasi 69 37 20 - 12 54
2006 Citanggulun 69 42 18 - 9 61
2007 69 40 20 - 9 58
2008 69 40 19 - 10 58
2009 69 43 16 - 10 62
2010 69 43 17 - 9 62
2011 69 44 17 - 8 64
2012 69 45 17 - 7 65
2013 69 32 20 - 7 46
2014 69 33 18 - 8 48
69 40 18 - 9 57
Jumlah rata - rata
Jumlah rata - rata
(buah)
Baik
Jumlah rata - rata
Rusak
Tahun
Kondisi
Saluran
(%)
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
768 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Dari hasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa kondisi fungsi bangunan air di
DI. Waduk Darma berfungsi sedang, hal tersebut ditunjukan dengan prosentase rata
rata 59,72 %.
a. Biaya Operasi Rutin
Untuk operasi DI. Waduk Darma diperlukan pembiayaan berupa intensif (honor
atau upah) dan perjalanan dinas (bagi pengamat, juru ukur, PPA atau staf), serta biaya
operasional kantor dan peralatan seperti kebutuhan ATK, bahan survey dan sebagainya.
Hasil perhitungan kebutuhan biaya operasi di DI. Waduk Darma dapat dilihat pada tabel
4 berikut:
Nama Jumlah Fungsi
RR RS RB
2004 Daerah 71 47 19 - 5 66
2005 Irigasi 71 48 18 - 5 68
2006 Bantarwangi 71 49 17 - 5 69
2007 71 46 20 - 5 65
2008 71 47 20 - 4 66
2009 71 48 19 - 4 68
2010 71 50 17 - 4 70
2011 71 47 20 - 4 66
2012 71 49 19 - 3 69
2013 71 45 20 - 6 63
2014 71 49 18 - 4 69
71 48 19 - 1 67
2004 Daerah 43 19 17 - 7 44
2005 Irigasi 43 21 15 - 7 49
2006 Ciparigi 43 22 15 - 6 51
2007 43 21 16 - 6 20
2008 43 22 15 - 6 15
2009 43 24 13 - 6 56
2010 43 25 13 - 5 58
2011 43 26 12 - 5 15
2012 43 24 15 - 4 56
2013 43 24 16 - 3 56
2014 43 22 17 - 4 51
43 23 15 - 5 43
Sumber : Dinas PSDAP
Catatan :
Menurut Permen PU No. 32/PRT/M/2007
Fungsi baik > 70% - 100%
Fungsi sedang > 55% - 70%
Kurang berfungsi < 55%
Jumlah rata - rata
Jumlah rata-rata
Tahun
Kondisi
Saluran
(buah)
Baik
Rusak
(%)
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 769
Tabel 4. Rincian Biaya Operasi Rutin
Sumber: dinas PSDP
b. Biaya Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan DI.
Waduk Darma, agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar operasi dan
mempertahankan keberlanjutan fungsi dan manfaat prasarana jaringan DI. Waduk
Darmayang dilakukan secara terus menerus. Jenis kegiatan dan hasil perhitungan
ditampilkan dalam tabel 5 berikut:
Tabel 5. Rincian Biaya Pemeliharaan Rutin
Sumber: dinas PSDP
No Uraian Biaya (Rp)
1 Biaya Intensif
40.742.400Rp
2 Biaya Perjalanan Dinas
5.920.000Rp
3 Biaya Operasional Kantor dan Peralatan
31.890.000Rp
Total
78.552.400Rp
Saluran Saluran Saluran Tanggul
Primer Sekunder Tersier Pelindung
1 Pembersihan 3.360.000Rp 840.000Rp 840.000Rp
Sampah
2 Pemotongan 25.200.000Rp 3.733.300Rp 490.000Rp 1.120.000Rp
Rumput
3 Pembersihan 20.300.000Rp 5.600.000Rp 2.940.000Rp
tumbuhan air
4 pemeliharaan 11.760.000Rp 3.360.000Rp 392.000Rp 210.000Rp
tanggul
5 pelumasan dan 4.642.000Rp 4.160.000Rp 1.110.000Rp
pengecatan
bangunan air
Jumlah Biaya 65.262.000Rp 17.693.300Rp 5.772.000Rp 1.330.000Rp
Total Biaya 90.057.300Rp
Kebutuhan Biaya
No
Uraian
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
770 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
c. Biaya Pemeliharaan Berkala
Hasil peninjauan lapangan akan dihitung pula biaya perbaikan pintu air
masing-masing. Disamping kegiatan tersebut dilakukan pemeliharaan bangunan air.
Tabel 6. Rincian Biaya Pemeliharaan Berkala
Sumber: dinas PSDP
d. Biaya Rehabilitasi
Demi kepentingan pengaturan tata air dalam DI. Waduk Darma maka
kegiatan Rehabilitasi sangat diperlukan untuk menanggulangi jaringan dan
bangunan yang rusak.
Tabel 7. Rincian Biaya Rehabilitasi
Sumber: dinas PSDP
No Uraian Lokasi Biaya (Rp)
1 Perbaikan saluran DI. Surakatiga
211.670.000Rp
(Pasangan Batu)
2 Perbaikan Saluran DI. Cipikul
42.333.000Rp
(Pasangan Batu)
3 Perbaikan Saluran DI. Citanggulun 176.807.000Rp
(Pasangan Batu)
4 Perbaikan Saluran DI. Bantarwangi 117.993.000Rp
(Pasangan Batu)
5 Perbaikan Saluran DI. Ciparigi 205.432.000Rp
(Pasangan Batu)
754.235.000Rp
Total Biaya
No Uraian Lokasi Biaya (Rp)
1 Perbaikan saluran DI. Surakatiga
1.200.000.000Rp
2 Perbaikan Saluran DI. Cipikul
1.310.000.000Rp
3 Perbaikan Saluran DI. Citanggulun 900.000.000Rp
4 Perbaikan Saluran DI. Bantarwangi 950.000.000Rp
5 Perbaikan Saluran DI. Ciparigi 750.000.000Rp
5.110.000.000Rp
Total Biaya
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 771
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan biaya AKNOP
sebesar Rp. 6.032.844.700,00 (enam milyar tiga puluh dua juta delapan ratus empat
puluh empat ribu tujuh ratus rupiah). Rincian biaya AKNOP ditunjukkan dalam tabel
e. Rekapitulasi Biaya AKNOP
Tabel 8. Rekapitulasi Biaya AKNOP
Sumber: dinas PSDP
Dari tabel dapat dilihat bahwa biaya rehabilitasi merupakn biaya paling besar
(85%) dalam rangka pengelolaan jaringan irigasi. Gambar menapilkan grafik prosentase
pembiayaan AKNOP DI. Waduk Darma.
Grafik 1. Prosentase AKNOP
2. Analisa Ekonomi
Analisa ekonomi dibuat dalam rangka untuk mengetahui penurunan nilai
ekonomi terhadap penurunan kinerja jaringan irigasi DI. Waduk Darma. Pengaruh
debit yang mempengaruhi turunnya nilai ekonomi didaerah irigasi Waduk Darma.
Berikut ini adalah grafik analisis penurunan nilai ekonomi terhadap debit.
No Uraian Biaya (Rp)
1 Operasi Rutin
78.552.400Rp
2 Pemeliharaan Rutin
90.057.300Rp
3 Pemeliharaan Berkala
754.235.000Rp
4 Rehabilitasi 5.110.000.000Rp
Total
6.032.844.700Rp
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
772 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Grafik 2. Debit Maksimum, Minumun dan Q 80 %.
Dari grafik diatas bahwa debit minimum di MT.1 mengaliri areal sawah seluas
465,4 ha, di MT.2 mengaliri sawah seluas 288,8 ha, dan di MT.3 mengaliri sawah seluas
118,8 ha. Debit andalan di MT.1 mengaliri sawah seluas 2.327 ha, di MT.2 dapat
mengaliri sawah seluas 1.444 ha, dan di MT.3 dapat mengaliri sawah seluas 594 ha.
Debit Maksimum di MT.1 mengaliri sawah seluas 2.359,8 ha, di MT.2 mengaliri sawah
seluas 1.925,1 ha, dan di MT.3 mengaliri sawah seluas 1.019,7 ha. Maka dapat di
simpulkan bahwa penurunan nilai ekonomi terhadap debit akan mengurangi luas sawah
yang dialiri, berikut penjelasan dengan menggunakan grafik 3 di bawah ini.
Grafik 3. Rencana Tanam, Realisasi Tanam Qmin ,Realisasi Tanam
Q80%,Realisasi Tanam Max.
MT.1 ( ha ) MT.2 ( ha ) MT.3 ( ha )
max
2,359.80 1,925.10 1,019.70
80%
2,327.00 1,444.00 594.00
min
465.40 288.80 118.80
rencana
2,622.00 2,139.00 1,133.00
2,359.80
1,925.10
1,019.70
2,327.00
1,444.00
594.00
465.40
288.80
118.80
2,622.00
2,139.00
1,133.00
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
ha
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 773
Dari grafik di atas didapatkan bahwa terjadi penurunan luas sawah yang tidak
dialiri di DI. Waduk Darma. Di debit minimum terjadi penurunan luas sawah yang tidak
dialiri MT.1 rencana tanam 2.622 ha - realiasi tanam 465,4 ha = 2.156,6 ha , di MT.2
rencana tanam 2.139 ha realisasi tanam 288,8 ha = 1.850,2 ha, di MT.3 rencana tanam
1.133 ha realisasi tanam 118,8 ha = 1.014,2 ha. Di debit andalan terjadi penurunan
luas sawah yang tidak dialiri MT.1 rencana tanam 2.622 ha realisasi tanam 2.327 ha =
295 ha, di MT.2 rencana tanam 2.139 ha realisasi tanam 1.444 ha = 695 ha, di MT.3
rencana tanam 1.133 ha realisasi tanam 594 ha = 539 ha. Di debit maksimum terjadi
penurunan luas sawah yang tidak dialiri MT.1 rencana tanam 2.622 ha realisasi tanam
2.359,8 ha = 262,2 ha, di MT.2 rencana tanam 2.139 ha realisasi tanam 1.925,1 ha =
213,9 ha, dan di MT.3 rencana tanam 1.133 ha realisasi tanam 1.019,7 ha = 113,3 ha.
Berikut penjelasan di grafik
Grafik 4. Grafik Sawah Total yang tidak di aliri pada debit makimum,Q80 dan
minumum.
Dari grafik diatas bahwa total sawah yang tidak dialiri di debit maksimum dari
MT.1, MT.2 dan MT.3 dari tahun 2004 sampai 2014 (262,2 + 213,9 + 113,3 = 589,4 ha
), di debit andalan dari MT.1, MT.2 dan MT.3 dari tahun 2004 sampai 2014 ( 295 + 695
+ 539 = 1529 ha), di debit minimum dari MT.1, MT.2 dan MT.3 dari tahun 2004
sampai 2014 ( 2.156,6 + 1.850 + 1.014,2 = 5.021 ha ). Berikut grafik produksi padi
dalam ton.
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
774 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Grafik 5. Produksi Padi dalam ton terhadap debit maksimum, Q
80
dan minimum
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai penurunan produksi padi pada DI.
Waduk Darma dari tahun 2004 sampai 2014 di debit maksimum pada MT.1 sebesar
1.573,2 ton, MT.2 sebesar 1.283,4 ton dan MT.3 sebesar 679,8 ton. Di debit Q80 pada
MT.1 sebesar 1.770 ton, MT.2 sebesar 4.170 ton dan MT.3 sebesar 3.234 ton. Di debit
minimum pada MT.1 sebesar 12.939,6 ton, MT.2 sebesar 11.101,2 ton dan MT.3
sebesar 6.085,2 ton.
3. Analisa Sensitivitas
Tabel 9. Penurunan produktivitas padi terhadap debit.
Pada tabel 9 dapat diketahui bahwa penurunan produktivitas padi jika debit
minimum mencapai 5.021,00 ha atau sebesar Rp. 210.882.000,00 , jika debit Q80
penurunan produktivitas padi mencapai 1.529,00 ha atau sebesar Rp.
64.218.000.000,00 , jika debit maksimum penurunan produktivitas padi mencapai
589,40 ha atau sebesar Rp. 24.754.800.000,00
Areal yang tidak dialiri Produksi padi per ha Harga padi per kg
( ha ) ( kg ) ( Rp. )
Maksimum 589,40 6.000 7.000 24.754.800.000Rp
Q
80
1.529,00 6.000 7.000 64.218.000.000Rp
Minimum 5.021,00 6.000 7.000 210.882.000.000Rp
Debit
Hasil
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 775
Grafik 6. Penurunan Produktivitas Padi
Grafik di atas menyatakan bahwa debit maksimum mengalami
penurunan produktivitas padi yang terkecil dengan nilai sebesar Rp.
24.754.800.000,00 dan di debit minimum mengalami penurunan produktivitas
padi sebesar Rp. 210.882.000.000,00
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan hal hal sebagai
berikut :
1. Debit andalan Daerah Irigasi Waduk Darma dari tahun 2004 2014 lebih
besar dari debit kebutuhan dengan demikian debit kebutuhan dapat
terpenuhi.
2. Kondisi jaringan irigasi Daerah Irigasi Waduk Darma dari tahun 2004
2014 kurang berfungsi dengan ditunjukan prosentase rata rata sebesar
54,66 %.
3. Kondisi bangunan Daerah Irigasi Waduk Darma dari tahun 2004 2014
berfungsi Sedang hal tersebut ditunjukan dengan prosentase rata rata
59,72 %.
4. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan biaya AKNOP
di daerah irigasi Waduk Darma sebesar Rp. 6.032.844.700,00 (enam milyar
tiga puluh dua juta delapan ratus empat puluh empat ribu tujuh ratus rupiah).
5. Dari perhitungan analisis ekonomi nilai penurunan produksi padi pada DI.
Waduk Darma dari tahun 2004 sampai 2014 di debit maksimum pada MT.1
sebesar 1.573,2 ton, MT.2 sebesar 1.283,4 ton dan MT.3 sebesar 679,8 ton.
Di debit Q
80
pada MT.1 sebesar 1.770 ton, MT.2 sebesar 4.170 ton dan MT.3
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
776 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
sebesar 3.234 ton. Di debit minimum pada MT.1 sebesar 12.939,6 ton, MT.2
sebesar 11.101,2 ton dan MT.3 sebesar 6.085,2 ton.
6. Pada perhitungan analisis sensitivitas bahwa penurunan produktivitas padi
jika debit minimum mencapai 5.021,00 ha atau sebesar Rp. 210.882.000,00 ,
jika debit Q80 penurunan produktivitas padi mencapai 1.529,00 ha atau
sebesar Rp. 64.218.000.000,00, jika debit maksimum penurunan
produktivitas padi mencapai 589,40 ha atau sebesar Rp. 24.754.800.000,00.
Penurunan Nilai Ekonomi Akibat Penurunan Nilai Kinerja Jaringan Irigasi D.I. Waduk
Darma
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021 777
Bibliography
Alamsyah, R., Permana, S., & Farida, I. (2013). Kajian Pemanfaatan Air Baku Terhadap
Area Pelayanan di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi,
11(1).
Arikunto, S. (2003). Prosedur penelitian suatu praktek. Jakarta: Bina Aksara, 3.
Aulia, A. N., & Hakim, L. (2017). Pengembangan Potensi Ekowisata Sungai Pekalen
Atas, Desa Ranu Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Jurnal
Wilayah Dan Lingkungan, 5(3), 156167.
Hasan, F. (2010). Peran luas panen dan produktivitas terhadap pertumbuhan produksi
tanaman pangan di jawa timur. Jurnal Embriyo, 7(1), 1520.
Indonesia, P. R. (2006). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 Tahun
2001 Tentang Irigasi.
Irawan, B. (2016). Konversi lahan sawah: potensi dampak, pola pemanfaatannya, dan
faktor determinan.
Ismawati, S. M. (2017). Pemodelan aliran 1D pada Bendungan Tugu menggunakan
software HEC-RAS. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Kholiq, A., Aziz, M., Rijaludin, A., & Nurjamilah, L. L. (2018). Evaluasi Kinerja
Jaringan Irigasi Wilayah Kadipaten untuk Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi
Pengelolaan Air Irigasi. J-ENSITEC, 4(02).
Kusumo, E. S., & Hadiani, R. (2016). Kinerja dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak Desa Tluwuk Kabupaten Pati. Jurnal Teknik
Sipil, 1(1).
Purwantini, T. B., Zakaria, A. K., & Gunawan, E. (n.d.). Dampak Teknologi Gerakan
Penerapan Pengelolaan Tanaman (GP-PTT) Terhadap Peningkatan Produksi dan
Pendapatan Petani.
Putri, V. A. (2018). Kajian Ketersediaan dan Alternatif Penyediaan Air Bersih Desa
Blumbang Kecamatan Klego. Semarang: Undip.
Rahadian, A. H. (2016). Strategi pembangunan berkelanjutan. Prosiding Seminar
STIAMI, 3(1), 4656.
Dennis Bintang Nugroho dan Saihul Anwar
778 Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 2, No. 5, Mei 2021
Siswadi, T. T., & Purnaweni, H. (2011). Kearifan Lokal Dalam Melestarikan Mata Air.
Jurnal Lingkungan Program Studi Ilmu Lingkungan, 9(2), 6368.
Supriharyono. (2006). Intisari Materi Kuliah Metodologi Penelitian. In Program
Pascasarjana Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang. Semarang.