pISSN: 2723 - 6609 e-ISSN : 2745-5254
Vol. 4, No. 1, Januari 2023
http://jist.publikasiindonesia.id/
PENGARUH KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA TERHADAP PERILAKU
KEWARGAAN ORGANISASI MELALUI KOMITMEN ORGANISASI PADA GURU
SMK SWASTA DI JAKARTA TIMUR
Anindia Ningtias Saputri
1
, Widya Paramita
2
, Rizkia Firdausi
3
Universitas Negeri Jakarta, Indonesia
*Correspondence: [email protected]
organisasi sebagai perilaku tambahan (sukarela) di luar
persyaratan formal pekerjaan yang memberikan
keuntungan bagi sekolah serta dapat terus berkembang
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kata kunci: Keseimbangan
Kehidupan Kerja; Perilaku
Kewargaan Organisasi;
Komitmen Organisasi.
Keywords:
Work-Life Balance;
Organizational Citizenship
Behavior; Organizational
Commitment.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas
dari keberhasilan tenaga pendidik, salah satunya yaitu
guru. Kualitas guru menjadi pendorong dalam
melahirkan pribadi-pribadi yang unggul, berkarakter dan
berkualitas. Penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh
dari keseimbangan kehidupan kerja, terhadap perilaku
kewargaan organisasi melalui komite organisasi pada
guru SMK Swasta di Jakarta Timur. Metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu metode kuantitatif
deskriptif, dengan pendekatan survey. Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh langsung yang signifikan
dan positif antara keseimbangan kehidupan kerja
terhadap perilaku kewargaan organisasi, adanya
pengaruh langsung yang signifikan dan positif antara
keseimbangan kehidupan kerja terhadap komitmen
organisasi, adanya pengaruh langsung yang signifikan
dan positif antara komitmen organisasi terhadap perilaku
kewargaan organisasi, dan adanya pengaruh tidak
langsung yang signifikan dan positif antara
keseimbangan kehidupan kerja terhadap perilaku
kewargaan organisasi dimediasi oleh komitmen
organisasi.
ABSTRACT
School is a service organization that carries out the teaching
and learning process. Schools must develop organizational
citizenship attitudes and behaviors as additional (voluntary)
behaviors outside of formal job requirements that provide
benefits to schools and can continue to develop and achieve
Doi : 10.36418/jist.v4i1.569 25
INFO ARTIK
EL ABSTRAK
Diajukan
: 03-01-2023 Sekolah merupakan sebuah organisasi pelayanan yang
Diterima
: 11-01-2023
melakukan proses belajar mengajar. Sekolah harus
Diterbitkan
: 16-01-2023
mengembangkan sikap dan perilaku kewargaan
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
26
the goals set. The success of education is inseparable from the
success of educators, one of which is the teacher. The quality
of teachers is a driving force in producing superior, character
and quality individuals. The research was conducted to see the
effect of work-life balance on organizational citizenship
behavior through organizational committees of private
vocational school teachers in East Jakarta. The method used
in this research is descriptive quantitative method, with a
survey approach. The results showed that there was a
significant and positive direct effect between work-life balance
on organizational citizenship behavior, a significant and
positive direct effect between work-life balance on
organizational commitment, a significant and positive direct
effect between organizational commitment on organizational
citizenship behavior, and there is a significant and positive
indirect effect between work-life balance on organizational
citizenship behavior mediated by organizational commitment.
Attribution-ShareAlike 4.0 International
Pendahuluan
Sekolah merupakan sebuah organisasi pelayanan yang melakukan proses belajar
mengajar (Rahmawati & Bachtiar, 2018), (Zohriah, 2017), (Iskandar, 2013). Sekolah
pada dasarnya adalah tempat proses pembelajaran, di mana belajar dilakukan oleh siswa
dan guru yang berupaya untuk mengajar dan mendidik siswa agar mencapai kompetensi
yang diharapkan (Ernata, 2017), (Ananda & Fadhilaturrahmi, 2018), (Buchari, 2018). Hal
tersebut menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk memberikan ilmu
pengetahuan serta keterampilan agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan tentunya didukung oleh kompetensi dan kualitas guru.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari keberhasilan tenaga
pendidik, salah satunya yaitu guru (Fujiawati, 2016), (Utama & Setiyani, 2014). Kualitas
guru menjadi pendorong dalam melahirkan pribadi-pribadi yang unggul, berkarakter dan
berkualitas. Guru merupakan elemen penting dalam sistem pendidikan karena guru
merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Sulit
meningkatkan mutu pendidikan tanpa diikuti perbaikan kualitas guru. Seperti catatan
dalam laporan McKinsey yang menyatakan bahwa kualitas sistem pendidikan tidak
mungkin melampui kualitas gurunya (Barber, M., & Mourshed, 2007)
Dilansir dari portal artikel online yakni zenius.net yang ditulis oleh Mikael
Dewabrata (2019) pada tanggal 4 Desember 2019 yang menerangkan bahwa pendidikan
Indonesia berada di peringkat enam terbawah di dunia yang disusun International Student
Assessment (PISA). Peringkat PISA yang dibuat The Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) ini mengisyaratkan kualitas
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
pendidikan di dunia dan dengan adanya PISA diharapkan setiap negara memiliki tolak
ukur untuk mengembangkan kualitas pendidikan mereka.
Tantangan untuk memajukan pendidikan semakin lama semakin berat. Guru
hendaknya memiliki kinerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja yang
tinggi dapat dilihat ketika guru mempunyai perilaku kewargaan organisasi
(Organizational Citizenship Behaviour) yang tinggi. Guru dengan perilaku kewargaan
organisasi yang tinggilah yang akan mampu mewujudkan tujuan pendidikan secara
optimal. Guru yang memiliki perilaku kewargaan organisasi yang tinggi akan selalu
berusaha melakukan apapun agar sekolahnya menjadi lebih baik dan mencapai tujuan
sekolah secara optimal. Dengan adanya perilaku kewargaan organisasi juga diharapkan
guru dapat lebih menyatu dengan sekolah dan rekan-rekan kerjanya sehingga dapat lebih
mudah dalam mencapai visi sekolah.
Guru juga dituntut untuk menjadi teladan bagi para siswa dan teman sejawat
(Kemhay, Muhammad, & Hamid, 2021). Namun kenyataannya, guru tidak terlepas dari
adanya permasalahan. Permasalahan yang timbul salah satunya adalah kurangnya
perilaku extra-role atau perilaku yang melebihi dari yang disyaratkan (Hardiyanti, 2016),
(Maftuhah, Putrawan, & Suryadi, 2018). Beberapa contoh perilaku guru yang
menandakan rendahnya perilaku kewargaan organisasi yaitu; datang ke sekolah terlambat
dan pulang lebih awal, kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu, menunda dalam membuat administrasi guru atau perangkat pembelajaran,
kurangnya kontribusi dalam kegiatan sekolah, dan enggan membantu rekan guru lain atau
rekan kerja yang kesusahan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Permasalahan tentang rendahnya perilaku kewargaan organisasi juga dapat terjadi
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta di Jakarta Timur. Berdasarkan fakta di
lapangan yang Peneliti temukan dengan melakukan wawancara awal dengan kepala
sekolah dan beberapa guru SMK Swasta di wilayah Jakarta Timur, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi guru di antaranya
kepemimpinan transformasional, iklim organisasi, kepuasan kerja, komitmen organisasi,
keadilan organisasi, dan Keseimbangan Kehidupan Kerja. Salah satu masalah yang
dianggap mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi guru adalah keseimbangan
kehidupan kerja yang dialami guru dalam menjalankan pekerjaan dan kehidupan
pribadinya. Dikatakan bahwa masih ada beberapa guru yang kurang berkontribusi dalam
kegiatan-kegiatan di sekolah dikarenakan adanya waktu yang bentrok dengan mengajar
di sekolah lain dan kegiatan diluar sekolah seperti mendampingi anak, merawat anak yang
sedang sakit, dan lain sebagainya.
Selanjutnya, untuk memperkuat hasil wawancara terkait masalah maka Peneliti
melakukan pra-riset. Hal ini dilakukan kepada 35 responden yakni Guru yang mengajar
di SMK Swasta di Jakarta Timur, yang menunjukkan hasil bahwa 14 dari 35 guru atau
40% merasa bahwa mereka masih kurang berkontribusi nyata terhadap sekolah. Selain
itu, 5 dari 35 guru atau 14,3% merasa belum berkontribusi maksimal dalam mencapai
tujuan sekolah. Sedangkan 16 dari 35 guru atau 45,7% merasa bahwa perilaku
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
28
kewargaan organisasi yang mereka miliki sudah memberikan kontribusi maksimal dalam
pencapaian tujuan sekolah.
Selain itu, Peneliti juga melakukan pra-riset terkait intensi turnover terhadap 35
responden yakni Guru yang mengajar di SMK Swasta di Jakarta Timur. Sejumlah 65,7
% Guru pernah berpikir untuk pindah atau keluar dari sekolah tempat dimana mereka
mengajar saat ini. Sedangkan 34,3 % Guru memiliki komitmen yang kuat untuk tetap
mengabdi pada sekolah tempat dimana mereka mengajar. Selanjutnya, Peneliti juga
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi pada guru.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behaviour dapat
dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Hasil Kuesioner Pra Survei Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Kewargaan Organisasi
No.
Faktor-faktor
Ya
Tidak
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1.
Kepemimpinan
Tranformasional
28
80%
7
20%
35
100
2.
Iklim Organisasi
29
82,9%
6
17,1%
35
100
3.
Kepuasan Kerja
27
77,1%
8
22,9%
35
100
4.
Komitmen
Organisasi
30
85,7%
5
14,3%
35
100
5.
Keadilan Organisasi
27
77,1%
8
22,9%
35
100
6.
Keseimbangan
Kehidupan Kerja
32
91,4%
3
8,6%
35
100
Sumber: Data yang telah diolah oleh Peneliti. (2021)
Pra-riset dilakukan kepada 35 responden yang merupakan guru yang mengajar di
SMK Swasta di Jakarta Timur. Pada tabel tersebut diketahui bahwa faktor dengan nilai
paling rendah yang mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi adalah kepuasan kerja
yaitu menggambarkan sejauh mana guru merasa puas terhadap pekerjaannya sebagai guru
SMK Swasta di sekolah menyebabkan guru yang menjadi malas dalam bekerja, tidak
bersungguh-sungguh berkontribusi lebih untuk sekolah dan juga tidak sedikit yang
berhenti bekerja. Kurangnya gaji yang diterima membuat guru tidak puas dengan
pekerjaannya dan memilih untuk berhenti bekerja lalu lebih memilih bekerja di sebuah
perusahaan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang diterimanya sebagai guru.
Berdasarkan pra-riset yang Peneliti lakukan, diketahui bahwa faktor dengan nilai
kedua terendah selain kepuasan kerja yang mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi
guru adalah keadilan organisasi yaitu menggambarkan keadilan sekolah terhadap guru
SMK Swasta di sekolah. Kurangnya apresiasi yang diterima guru di sekolah swasta
mengakibatkan tingkat kesejahteraan guru swasta yang masih rendah, proses sertifikasi
dan berbagai tunjangan lain yang bertele-tele. Hal tersebut menyebabkan guru bekerja
hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja dan tidak sungguh-sungguh
mengajar dan mendidik murid-muridnya di sekolah.
Berdasarkan pra-riset yang Peneliti lakukan, diketahui bahwa faktor dengan nilai
ketiga terendah adalah kepemimpinan transfomasional yaitu menurut beberapa guru
SMK Swasta kurangnya tindak tegas dan pengawasan secara langsung menyebabkan
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
guru bertindak semaunya. Begitupun dengan kepala sekolah yang tidak tegas dan tidak
konsisten dalam mengambil kebijakan sehingga membuat guru merasa kebingungan dan
melaksanakan tugasnya tidak sungguh-sungguh.
Diketahui bahwa faktor dengan nilai keempat terendah adalah iklim organisasi yaitu
menggambarkan suasana kerja di sekolah yang menyebabkan guru bertindak tidak sesuai
dengan peraturan yang ada. Iklim sekolah yang kurang baik akan menyebabkan perilaku
guru disekitarnya menjadi kurang baik. Tidak kondusifnya iklim kerja di sekolah dapat
menurunkan motivasi dan komitmen individu untuk bekerja sehingga akan sulit
terbentuknya perilaku kewargaan organisasi. Contohnya: menunda dalam mengumpulkan
tugas administrasi guru yang dilakukan guru-guru di sekolah serta datang terlambat ke
sekolah.
Berdasarkan data pra-riset pada Tabel tersebut menunjukkan bahwa faktor yang
paling tinggi mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi adalah keseimbangan
kehidupan kerja dengan presentase 91,4% dan komitmen organisasi dengan presentase
85,7%. Oleh karena hal tersebut Peneliti tertarik untuk mengambil 2 variabel yaitu
keseimbangan kehidupan kerja dan komitmen organisasi.
Berdasarkan pra-riset yang telah Peneliti lakukan, diketahui bahwa faktor dengan
nilai tertinggi yang mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi adalah keseimbangan
kehidupan kerja yaitu sejauh mana guru dapat mengatur keseimbangan antara kehidupan
dan pekerjaan seperti pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan
pribadi, pekerjaan dan kehidupan sosial. Akibat tidak seimbangnya antara urusan
pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan akan menyebabkan turunnya fokus kerja
sehingga kurang berkontribusi maksimal terhadap sekolah. Seorang guru yang merasa
memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang baik merasa berada dalam lingkungan
kerja yang nyaman sehingga tercipta perilaku positif yang berkontribusi pada sekolah.
Pada masa pandemi Covid-19 juga terdapat beberapa guru yang merasa kesulitan
dalam membagi waktu antara pekerjaan dalam mengajar dan kehidupan pribadinya.
Dilansir dari (Balpos.Com, 2022) menerangkan dilematika seorang guru sekaligus orang
tua. Setiap hari guru disibukkan dengan persiapan media pembelajaran yang akan
digunakan untuk mengajar daring. Disisi lain tugas sebagai orang tua menuntut juga untuk
selalu mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Dilematika seperti inilah yang saat
ini terjadi hampir pada semua guru. Seorang guru harus bisa menyiasati dalam membagi
tugas antara pekerjaan dan tuntutan diluar pekerjaannya. Begitu sibuknya para guru
sehingga tidak sedikit guru yang tidak dapat secara sukarela membantu rekan kerja yang
kesulitan dalam mengerjakan tugasnya.
Berdasarkan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan Peneliti terhadap guru-
guru di SMK Swasta Jakarta Timur, terdapat permasalahan keseimbangan kehidupan
kerja yang membuat banyak guru merasa kelelahan dalam bekerja dikarenakan beban
kerja guru yang cukup banyak serta urusan di luar pekerjaan yang juga tidak kalah
pentingnya. Ditambah lagi dengan gaji yang diterima oleh guru swasta yang cukup kecil
memaksa guru tertentu mengajar juga di sekolah lain dan belum tentu dapat ditempuh
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
30
dalam waktu singkat. Tentunya hal tersebut membuat guru kurang berkontribusi
maksimal untuk membantu mengembangkan setiap sekolah tempat mereka bekerja.
Faktor lain yang memiliki nilai tertinggi pada pra-riset yang telah dilakukan adalah
komitmen organisasi, komitmen guru terhadap sekolah tempatnya bekerja akan
berpengaruh pula pada sikap dan perilaku positif terhadap sekolahnya. Dengan tingginya
komitmen, seorang guru akan menunjukkan kesetiaan pada sekolah, kinerja yang tinggi,
ketulusan membantu rekan kerja dan berpartisipasi aktif pada kegiatan- kegiatan di
sekolah.
Faktanya komitmen guru pada sekolah rendah, hal ini dapat dilihat dari wawancara
dan pra-riset yang telah Peneliti lakukan dengan beberapa guru SMK Swasta yang berada
di Jakarta Timur, dimana tidak sedikit guru yang pernah berpikiran untuk pindah ataupun
keluar dari tempatnya bekerja. Selain itu, kinerja guru dalam mengajar dan mendidik
masih terbilang rendah dapat dilihat pada masa pandemi Covid- 19 saat ini banyak guru
yang hanya memberikan tugas tanpa membimbing muridnya semasa belajar dirumah.
Seperti yang dilansir dari portal berita online kompas.com (2020) yang menunjukkan
banyak dari orang tua murid yang melaporkan bahwa guru hanya memberikan tugas berat
namun tidak disertai dengan bimbingan dalam pengerjaannya. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa komitmen guru yang masih rendah dalam mengajar.
Keseimbangan kehidupan kerja sebagai kemampuan guru untuk memenuhi
komitmen pekerjaan dan keluarga mereka, serta tanggung jawab non-pekerjaan dan
kegiatan lain. Maka dari itu, keseimbangan kehidupan kerja juga akan memenuhi
komitmen organisasi yang ada pada diri guru untuk sekolah tempatnya bekerja.
Permasalahan keseimbangan kehidupan kerja yang terjadi pada guru dapat
berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Seorang guru yang tidak dapat
menyeimbangkan urusan pekerjaannya dan urusan di luar pekerjaan tentu akan
menurunkan komitmennya terhadap pekerjaan dan sekolah.
Hal ini mengindikasikan kesejahteraan guru swasta masih sangat minim sehingga
banyak guru swasta mengajar dua atau tiga sekolah demi mengejar kebutuhan
finansialnya. Permasalahan tersebut berakibat kurangnya perilaku kewargaan organisasi
guru terhadap tempatnya bekerja. Para guru beranggapan bahwa yang bertanggung jawab
dalam permasalahan siswa-siswa hanyalah Pembina kesiswaan dan wali kelasnya saja.
Maka dari itu, guru yang lain tidak ada urusan ataupun kepentingannya.
Sekolah harus mengembangkan sikap dan perilaku kewargaan organisasi sebagai
perilaku tambahan (sukarela) di luar persyaratan formal pekerjaan yang memberikan
keuntungan bagi sekolah serta dapat terus berkembang dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Guru yang menunjukkan perilaku tersebut akan memberikan kontribusi yang
maksimal terhadap sekolah disamping guru harus melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai tenaga pendidik.
Berdasarkan data yang sudah ada dan telah dijelaskan sebelumnya, Peneliti tertarik
untuk meneliti faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku kewargaan organisasi,
yaitu keseimbangan kehidupan kerja (work life balance) dan komitmen
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
organisasi. Karena dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Peneliti terdahulu yaitu Choi
dan Lee (2020) yang menyampaikan bahwa mengenai keseimbangan kehidupan kerja
berpengaruh terhadap perilaku kewargaan organisasi melalui komitmen organisasi.
Ketika pekerjaan dan kehidupan diluar pekerjaan seimbang atau sama, karyawan tersebut
telah memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaan, maka karyawan tersebut dapat
mendorong perilaku sukarela, dan rela melakukan tindakan yang bertujuan memajukan
perusahaan. Dengan menjaganya tetap positif, hal itu dapat meningkatkan pemanfaatan
sumber daya manusia dalam organisasi. Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja terhadap
Perilaku Kewargaan Organisasi dimediasi oleh Komitmen Organisasi pada Guru SMK
Swasta di Jakarta Timur”.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017)
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, sebagaimana digunakan peneliti untuk meneliti populasi atau sampel tertentu
dengan pengambilan sampel secara random serta pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik. Adapun desain
metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
menurut Hardani, dkk (2020) adalah penelitian yang ditujukan untuk memberikan
deskripsi atau gambaran tentang gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian- kejadian secara
sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Metode penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif kategori survei. Metode penelitian survei menurut
Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012) merupakan penelitian dengan cara mengumpulkan
informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview dengan
tujuan menggambarkan berbagai aspek dari populasi.
Berikut konstelasi pengaruh variabel X dan Z terhadap Y dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1 Konstelasi Hubungan Antar Variabel
Sumber: Data diolah oleh Peneliti (2021)
Keterangan:
X : Variabel Bebas
Z : Variabel Mediasi
H2
H3
H4
H4
Keseimbangan
Kehidupan Kerja
(Work Life Balance)
(X)
H1
Perilaku Kewargaan
Organisasi
(Organizational
Citizenship Behaviour)
(Y)
Komitmen
Organisasi
(Z)
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
32
Y : Variabel Terikat
: Pengaruh Langsung
: Pengaruh Tidak Langsung
Subjek dalam penelitian ini adalah Sekolah SMK Swasta Wilayah di Jakarta Timur
dengan sekolah yang diteliti yaitu Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Matraman,
Kecamatan Pulo Gadung, Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Makasar. Pada penelitian
ini yang dijadikan populasi adalah guru yang mengajar di SMK swasta di Jakarta Timur.
Sedangkan populasi terjangkaunya adalah 206 Guru pada 7 SMK swasta di Jakarta Timur.
Pada penelitian ini metode pengukuran sampel yang digunakan adalah probability
sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana semua anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Sugiyono, 2017).
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa Structural
Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan Partial Least Square (PLS), software
yang digunakan ialah SmartPLS versi 3.2.9. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model sebab akibat (causal modeling) atau pengaruh-hubungan, bisa juga disebut
dengan analisis jalur (path analysis), melalui Struktural Equation Modeling (SEM) yang
dioperasikan menggunakan software SmartPLS 3.2.9. Dalam mengevaluasi pada outer
model indikator terdapat 3 langkah yaitu: Convergent Validity, Composite Reliability
(CR), dan Discriminant Validity.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel laten eksogen dan satu variabel laten endogen.
Variabel laten eksogen adalah variabel laten yang berperan sebagai variabel bebas dalam
model yaitu Keseimbangan Kehidupan Kerja (X), sedangkan variabel laten endogen
adalah variabel laten yang minimal pernah menjadi variabel tak bebas dalam persamaan
yaitu Perilaku Kewargaan Organisasi (Y). Pengaruh antara keduanya di mediasi oleh
Komitmen Organisasi (Z). Cara perhitungan inner model dalam penelitian ini adalah
melalui: T-Statistics, R-Square (R2), F-Square (f2), Variance Inflaction Factor (VIF),
dan Pengujian Hipotesis.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini terdapat 3 variabel yang dilibatkan sebagai tolak ukur penelitian, yaitu
Keseimbangan Kehidupan Kerja (X), Komitmen Organisasi (Z), Perilaku Kewargaan
Organisasi (Y). Data yang terkumpul adalah data yang diperoleh sesuai kondisi yang ada
di lapangan. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan pada data-data tersebut dan
disajikan dengan menguji pengaruh antara variabel bebas, variabel terikat dan variabel
mediasi.
Data yang dihimpun diperoleh melalui penelitian tertutup yaitu menggunakan
google formulir. Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dianalisis dengan analisis
deskriptif data kuantitatif. Profil responden dalam penelitian ini adalah guru yang
mengajar di SMK Swasta di Jakarta Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah 206
responden dengan 136 responden sebagai sampel penelitian. Responden dalam penelitian
ini mewakili seluruh guru SMK Swasta di Jakarta Timur. Responden dalam
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
penelitian ini dapat dikategorikan dalam beberapa karakteristik, yaitu jenis kelamin, usia,
pendidikan akhir, status pernikahan, lama bekerja, dan rata-rata waktu untuk bekerja
dalam 1 hari. Adapun presentase profil responden sebagai berikut:
Jenis kelamin jumlah responden dalam penelitian ini 70% Perempuan dan 30%
Laki-laki. Dapat diketahui fakta bahwa sebagian besar perempuan yang mengisi
kuesioner yang menjadi Guru di Sekolah SMK Swasta di Jakarta Timur.
Usia responden 20 -30 tahun berjumlah 25%, 31- 40 tahun berjumlah 29%, 41- 50
tahun berjumlah 33% dan 13% >50 tahun. Informasi mengenai usia responden sangat
penting untuk diketahui karena perbedaan umur masing-masing responden sangat
berpengaruh terhadap sikap dan cara pandangnya dalam hal komitmen organisasi,
keseimbangan kehidupan kerja, dan perilaku kewargaan organisasi.
Responden terbanyak dengan pendidikan akhir S-1 dengan 82% Fakta ini dapat
dipahami karena pendidikan terakhir yang paling banyak dibutuhkan pada guru SMK
Swasta adalah S-1.
Status pernikahan dalam penelitian ini didapatkan hasil 25% responden belum
menikah, 68% sudah menikah, 4% cerai hidup, dan 3% cerai mati. Fakta ini dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden sudah menikah. Informasi mengenai status
pernikahan responden sangat penting untuk diketahui karena perbedaan status dapat
berpengaruh terhadap kondisi atau situasi yang dialami responden dalam hal
keseimbangan kehidupan kerja yang dijalaninya.
Lama bekerja dalam penelitian ini didapatkan hasil 6% mengajar selama < 1 Tahun,
32 % mengajar selama 1 5 Tahun, 24% mengajar selama 6 10 Tahun, dan 38% sudah
mengajar selama >10 Tahun. Fakta ini dapat dipahami karena sebagian besar guru
dengan lama kerja tersebut telah mampu beradaptasi dengan pekerjaannya, dan telah
mengenal lingkungan kerjanya dengan baik, sehingga mampu mempersepsikan
komitmen organisasi dan perilaku kewargaan organisasi di sekolah tersebut.
Rata-rata waktu untuk bekerja dalam 1 hari didapatkan hasil 65% responden
menjalani rata-rata waktu untuk bekerja selama sampai dengan 9 jam, dan 35% responden
menjalani pekerjaannya selama >9 jam. Informasi mengenai rata-rata waktu yang
dihabiskan untuk bekerja sangat penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap
kondisi keseimbangan kehidupan kerja responden.
Data Perilaku Kewargaan Organisasi (Y)
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
34
Gambar 1. Perilaku Kewargaan Organisasi
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2022)
Berdasarkan distribusi garfik histogram terlihat bahwa frekuensi tertinggi variabel
perilaku kewargaan organisasi berada pada interval kelas keenam yaitu 46-48 dengan
frekuensi relatif sebesar 21% sedangkan frekuensi terendah variabel perilaku kewargaan
organisasi berada pada kelas pertama yaitu 31-33 dengan frekuensi relative sebesar 4 %.
Peneliti juga melakukan analisis deskriptif data rata-rata hitung skor perilaku
kewargaan organisasi berdasarkan dimensi yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Rata-rata Hitung Skor Perilaku Kewargaan Organisasi
Variabel
Dimensi
Butir
Skor
Total
skor
Total
item
Mean
%
Altruism
2
572
1104
2
552
19,5%
4
532
Courtesy
6
591
1176
2
588
20,8%
8
585
Perilaku
Kewargaan
Organisasi
Sportmanship
11
582
1118
2
559
19,8%
13
536
15
532
Civic Virtue
16
591
1703
3
567,667
20,1%
17
580
Conscientiousness
18
518
1120
2
560
19,8%
20
602
Total
6221
6221
11
2826,67
100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2022)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel perilaku kewargaan
organisasi paling besar dipengaruhi oleh dimensi courtesy yaitu sebesar 20,8%, di mana
pada dimensi tersebut indikator yang memiliki skor tertinggi yaitu menghormati dan
menjaga hubungan baik dengan rekan kerja. Hal ini menggambarkan bahwa responden
Perilaku Kewargaan Organisasi (Y)
35
25%
30
20%
25
20
15%
15
10%
10
5%
0%
31-33 34-36 37-39 40-42 43-45 46-48 49-51 52-54 55-57
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
sebagian besar setuju dengan pernyataan di mana mereka tidak menyalahgunakan atau
menganggu hak-hak orang lain.
Sedangkan dimensi yang memberikan pengaruh paling kecil dari variabel perilaku
kewargaan organisasi adalah dimensi altruism yaitu sebesar 19,5%, di mana pada dimensi
tersebut indikator yang memiliki skor terendah yaitu tidak membesar-besarkan masalah
di luar proporsinya. Hal ini menggambarkan bahwa responden kurang setuju dengan
pernyataan di mana mereka siap memberikan bantuan secara sukarela kepada orang di
sekitar lingkungan kerja mereka.
Data Keseimbangan Kehidupan Kerja (X)
Gambar 2 Grafif Histogram Keseimbangan Kehidupan Kerja
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2022)
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi pada variabel
keseimbangan kehidupan kerja yaitu sebesar 39 yang berada pada kelas interval kelima
antara 24-26 dengan frekuensi relatif sebesar 29%. Sedangkan untuk frekuensi dengan
nilai terendah yaitu sebesar 5 yang berada pada kelas interval pertama antara 15- 17
dengan frekuensi relatif sebesar 4%.
Peneliti juga melakukan analisis deskriptif data rata-rata hitung skor keseimbangan
kehidupan kerja pada tabel berikut:
Tabel 3. Rata-rata Hitung Skor Keseimbangan Kehidupan Kerja
Variabel
Indikator
Butir
Skor
Total
skor
Total
item
Mean
%
WIPL (Work Interference
With Personal Life)
2
482
997
2
498,5
23,8%
3
515
PLIW (Personal Life
Interference With Work)
6
474
Keseimbangan
Kehidupan
Kerja
9
493
1476
3
492
23,4%
10
509
PLEW (Personal Life
Enhancement of Work)
12
557
557
1
557
26,5%
WEPL (Work Enhancement
of Personal Life)
14
551
551
1
551
26,3%
Total
3581
3581
7
2098,5
100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2022)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel keseimbangan kehidupan
kerja paling besar dipengaruhi oleh dimensi PLEW (Personal Life Enhancement of
Keseimbangan Kehidupan Kerja (X)
50
40
30
20
10
40%
30%
20%
10%
0%
15-17 18-20 21-23 24-26 27-29 30-32 33-35
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
36
Work) yaitu sebesar 26,5%. Sedangkan dimensi yang memberikan pengaruh paling kecil
dari variabel keseimbangan kehidupan kerja adalah dimensi PLIW (Personal Life
Interference With Work) yaitu sebesar 23,4%. Hal ini menggambarkan bahwa responden
sebagian besar setuju dengan pernyataan di mana kehidupan pribadi memberikan energi
untuk melakukan pekerjaan. Sedangkan untuk indikator yang memiliki skor terendah
yaitu kehidupan pribadi menghabiskan energi yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan.
Data Komitmen Organisasi (Z)
Gambar 3. Grafik Histogram Komitmen Organisasi
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2022)
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi variabel
komitmen organisasi yaitu sebesar 36 yang berada pada kelas interval keenam antara 35-
37 dengan frekuensi relatif sebesar 26%. Sedangkan untuk frekuensi dengan nilai
terendah yaitu sebesar 2 yang berada pada kelas interval pertama antara 20-22 dengan
frekuensi relatif 1%.
Peneliti juga melakukan analisis deskriptif data rata-rata hitung skor komitmen
organisasi berdasarkan dimensi yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Rata-rata Hitung Skor Komitmen Organisasi
Variabel
Indikator
Butir
Skor
Total
skor
Total
item
Mean
%
1
514
Komitmen
Afektif
2
569
2211
4
552,75
34%
4
560
5
568
Komitmen
Organisasi
8
513
Komitmen
Berkelanjutan
9
514
1574
3
524,667
32%
11
547
Komitmen
Normatif
12
526
1078
2
539
33%
14
552
Total
4863
4863
9
1616,42
100%
Sumber: Data diolah oleh peneliti (2022)
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa variabel komitmen organisasi paling besar
dipengaruhi oleh dimensi komitmen afektif yaitu sebesar 34%. Sedangkan
Komitmen Organisasi (Z)
40
30
20
10
30%
20%
10%
0%
20-22 23-25 26-28 29-31 32-34 35-37 38-40 41-43 44-46
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
dimensi yang memberikan pengaruh paling kecil dari variabel komitmen organisasi
adalah dimensi komitmen berkelanjutan yaitu sebesar 32%. Hal ini menggambarkan
bahwa responden sebagian besar setuju bahwa mereka merasakan seperti bagian dari
keluarga di sekolah tempat mereka mengajar.
Convergent Validity
Berdasarkan hasil outer loading factor pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
seluruh indikator dari konstruk variabel Perilaku Kewargaan Organisasi (PKO),
Keseimbangan Kehidupan Kerja (KKK), dan Komitmen Organisasi (KO) memiliki nilai
> 0,7 yang mana berarti indikator dari semua variabel memenuhi syarat validitas
Discriminant Validity
Pengukuran Discriminant Validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap
konsep dari masing-masing model laten berbeda dengan variabel lainnya. Untuk menguji
Discriminant Validity dengan melihat cross loading pada item pengukur setiap variabel
(Ghozali & Latan, 2015).
Berdasarkan hasil analisis cross loading, konstruk dari variabel Keseimbangan
Kehidupan Kerja (KKK), Komitmen Organisasi (KO), dan Perilaku Kewargaan
Organisasi (PKO) memiliki nilai konstruk yang lebih besar dari nilai loading pada
konstruk yang lainnya. Nilai yang lebih besar mengindikasikan kesesuaian suatu
indikator untuk menjelaskan konstruknya dibanding menjelaskan konstruk lainnya.
Berdasarkan hasil uji AVE di atas dapat diketahui bahwa nilai AVE pada setiap
variabel yang ada yaitu, Keseimbangan Kehidupan Kerja adalah 0,560, Komitmen
Organisasi adalah 0,568, dan Perilaku kewargaan organisasi adalah 0,576 yang mana
semua nilai AVE tersebut > 0,5. Berdasarkan tabel AVE di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa seluruh konstruk dalam variabel penelitian ini adalah reliabel.
Composite Reliability
Berdsarkan hasil uji composite reliability, diperoleh nilai pada pada variabel
keseimbangan kehidupan kerja sebesar 0,899, variabel komitmen organisasi sebesar
0,922, dan variabel perilaku kewargaan organisasi sebesar 0,937. Hal ini menunjukkan
nilai composite reliability semua variabel memiliki nilai > 0,7 yang berarti semua
konstruk dalam penelitian ini dinyatakan reliabel dan memenuhi syarat.
Hasil Uji cronbach’s Alpha menunjukkan nilai untuk variabel Keseimbangan
Kehidupan Kerja adalah 0,869, Komitmen Organisasi adalah 0,905, dan Perilaku
Kewargaan Organisasi adalah 0,926 yang mana ketiga variabel tersebut memiliki nilai
cronbach’s Alpha > 0,7. Maka dapat dikatakan bahwa semua konstruk pada variabel
penelitian ini valid.
R-Square (R2)
Berdasarkan hasil R-Square (R2) di atas, dapat dideskripsikan sebagaimana berikut:
R-Square model jalur I = 0,646 artinya kemampuan konstruk variabel keseimbangan
kehidupan kerja dalam menjelaskan komitmen organisasi adalah sebesar 0,646 atau
64,6% (sedang). R-Square model jalur II = 0,784 artinya kemampuan konstruk variabel
keseimbangan kehidupan kerja dan komitmen organisasi dalam perilaku kewargaan
organisasi adalah sebesar 0,784 atau 78,4% (kuat). Dapat
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
38
disimpulkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja memiliki hubungan dengan
komitmen organisasi dan pada model jalur kedua terlihat bahwa keseimbangan kehidupan
kerja memiliki hubungan lebih besar dengan perilaku kewargaan organisasi melalui peran
komitmen organisasi sebagai mediator.
F-Square (F2)
Berdasarkan hasil F2 diketahui bahwa Hubungan antara konstruk variabel
keseimbangan kehidupan kerja dengan konstruk komitmen organisasi sebesar 1,822 yang
berarti bahwa keduanya memiliki hubungan yang kuat. Hubungan antara konstruk
variabel komitmen organisasi dengan konstruk variabel perilaku kewargaan organisasi
sebesar 0,407 yang berarti bahwa keduanya memiliki hubungan yang kuat. Hubungan
antara konstruk variabel keseimbangan kehidupan kerja dengan konstruk variabel
perilaku kewargaan organisasi sebesar 0,309 yang berarti bahwa keduanya memiliki
hubungan yang sedang.
Variance Inflation Factor (VIF)
Nilai VIF variabel Keseimbangan Kehidupan Kerja, Komitmen Organisasi, dan
Perilaku Kewargaan Organisasi masing-masing sebesar < 5,0 yang artinya tidak terdapat
masalah multikolinearitas dalam model korelasi pada penelitian ini
Uji Hipotesis
Tabel 5. Koefisien Jalur Path (Path Coefficient)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(O/STDEV)
P Values
Keseimbangan Kehidupan Kerja
(X) -> Komitmen Organisasi (Z)
0,804
0,806
0,030
27,191
0,000
Keseimbangan Kehidupan Kerja
(X) -> Perilaku Kewargaan
Organisasi (Y)
0,434
0,435
0,073
5,976
0,000
Komitmen Organisasi (Z) ->
Perilaku Kewargaan Organisasi
(Y)
0,498
0,497
0,073
6,830
0,000
Sumber: Data diolah oleh peneliti menggunakan SmartPLS 3.2.9 (2022)
H1: Keseimbangan Kehidupan Kerja berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi.
Berdasarkan hasil uji koefisien jalur (path coefficient) pada tabel di atas, variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap perilaku kewargaan
organisasi secara langsung dilihat dari nilai original sample sebesar 0,434 dan t-statistics
> 1,96 yaitu 5,976. Kemudian, berdasarkan nilai p-values yaitu 0,000 < 0,05 maka
variabel keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh signifikan dengan perilaku
kewargaan organisasi secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa keseimbangan
kehidupan kerja berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perilaku kewargaan
organisasi secara langsung, maka H1 dalam penelitian ini diterima.
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
H2: Keseimbangan Kehidupan Kerja berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Komitmen Organisasi.
Berdasarkan hasil uji koefisien jalur (path coefficient) pada tabel di atas, variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi secara
langsung dilihat dari nilai original sample sebesar 0,804 dan t-statistics > 1,96 yaitu
27,191. Kemudian, berdasarkan nilai p-values yaitu 0,000 < 0,05 maka variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh signifikan dengan komitmen organisasi
secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh
secara signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi secara langsung, maka H2
dalam penelitian ini diterima.
H3: Komitmen Organisasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
Perilaku Kewargaan Organisasi.
Variabel komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap perilaku kewargaan
organisasi secara langsung dilihat dari nilai original sample sebesar 0,498 dan t-statistics
> 1,96 yaitu 6,830. Kemudian, berdasarkan nilai p-values yaitu 0,000 < 0,05 maka
variabel komitmen organisasi berpengaruh signifikan dengan perilaku kewargaan
organisasi secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh
secara signifikan dan positif terhadap perilaku kewargaan organisasi secara langsung,
maka H3 dalam penelitian ini diterima.
Analisis Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect): Uji Peran Variabel
Intervening Mediator
Tabel 6. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(| O/STDEV |)
P
Values
Keseimbangan
Kehidupan Kerja (X) -
> Komitmen
Organisasi (Z) ->
Perilaku Kewargaan
Organisasi (Y)
0,400
0,400
0,058
6,922
0,000
Sumber: Data diolah peneliti (2022)
H4: Komitmen Organisasi memediasi pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja
terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel indirect effect di atas, variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh terhadap perilaku kewargaan organisasi
dengan komitmen organisasi sebagai mediator diantara keduanya. Nilai original sample
dari pengaruh ketiga variabel ini sebesar 0,400 dan t-statistics sebesar 6,922 > 1,96.
Kemudian, berdasarkan nilai p-values 0,000 < 0,05 maka variabel keseimbangan
kehidupan kerja berpengaruh terhadap perilaku kewargaan organisasi dengan komitmen
organisasi sebagai mediator berpengaruh signifikan secara tidak langsung. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel komitmen organisasi memediasi pengaruh keseimbangan
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
40
kehidupan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasi dan disimpulkan bahwa H4
dalam penelitian ini diterima.
Pembahasan
Pembahasan Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Berdasarkan pengukuran outer model yang digunakan sebagai pengukur validitas
dan reliabilitas indikator, meliputi pengukuran convergent validity, discriminant validity,
composite reliability, average variance extracted (AVE), dan Cronbach’s Alpha.
Berdasarkan perhitungan convergent validity menunjukkan bahwa seluruh
indikator dalam variabel memiliki nilai outer loading factor di atas 0,7, maka dapat
disimpulkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel dinyatakan valid.
Selain melihat dari nilai outer loading, peneliti juga melihat hasil dari nilai AVE, pada
penelitian ini seluruh variabel memiliki nilai AVE diatas 0,5, sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua indikator pada variabel yang digunakan dinyatakan valid.
Pengukuran validitas selanjutnya adalah melihat hasil dari nilai discriminant
validitity yang menjukkan bahwa nilai cross loading dari item pengukur seluruh indikator
variabel pada penelitian ini memiliki nilai di atas 0,7. Sehingga dapat disimpulkan baik
dari convergent validity maupun discriminant validity telah memenuhi syarat dan diuji
validitasnya. Nilai reabilitas pada penelitian ini diukur dengan melihat nilai cronbach’s
alpha dan composite reliability.
Cronbach’s alpha dan composite reliability pada seluruh variabel memiliki nilai di
atas 0,7 artinya seluruh variabel dalam penelitian ini dinyatakan reliabel. Dapat
disimpulkan bahwa dengan terpenuhinya kriteria persyaratan pada analisis outer model,
maka seluruh butir penelitian pada penelitian ini dapat digunakan.
Selanjutnya, berdasarkan pengukuran inner model yang digunakan sebagai
pengukur hubungan antar konstruk, menyatakan bahwa nilai R-Square konstruk
keseimbangan kehidupan kerja dalam menjelaskan komitmen organisasi sebesar 64,6%
sedang, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang sedang antara
keseimbangan kehidupan kerja (variabel independen) terhadap komitmen organisasi
(variabel intervening). Namun, nilai R-square pada penelitian ini dengan jalur kedua yaitu
pengaruh keseimbangan kehidupan kerja (variabel independen) dan komitmen organisasi
(variabel intervening) terhadap perilaku kewargaan organisasi (variabel dependen)
memiliki pengaruh yang kuat yaitu sebesar 78,4%.
Berdasarkan hasil pengukuran inner model dengan memasukan komitmen
organisasi sebagai variabel intervening terlihat bahwa nilai R-square yang dihasilkan
meningkat. Maka disimpulkan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh mediasi
antara keseimbangan kehidupan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasi.
Berdasarkan hasil pengukuran f-square, antara keseimbangan kehidupan kerja dengan
komitmen organisasi memiliki hubungan yang kuat (1,822) dan hubungan komitmen
organisasi dengan perilaku kewargaan organisai memiliki hubungan yang kuat (0,407).
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
Namun, hubungan antara keseimbangan kehidupan kerja dengan perilaku kewargaan
organisasi memiliki hubungan yang sedang (0,309).
Berdasarkan nilai dari variance inflaction factor (VIF) semua konstruk variabel
dalam penelitian ini yaitu keseimbangan kehidupan kerja (KKK), perilaku kewargaan
organisasi (PKO), dan komitmen organisasi (KO) memiliki nilai VIF < 5,0 yang berarti
tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model korelasi penelitian.
Pembahasan Hasil Uji Hipotesis
H1: Keseimbangan Kehidupan Kerja berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi.
Berdasarkan hasil uji koefisien jalur (path coefficient) pada tabel di atas, variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap perilaku kewargaan
organisasi secara langsung dilihat dari nilai original sample sebesar 0,434 dan t-statistics
> 1,96 yaitu 5,976. Kemudian, berdasarkan nilai p-values yaitu 0,000 < 0,05 maka
variabel keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh signifikan dengan perilaku
kewargaan organisasi secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa keseimbangan
kehidupan kerja berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perilaku kewargaan
organisasi secara langsung, maka H1 dalam penelitian ini diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja yang
diterapkan pada guru SMK Swasta di Jakarta Timur memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku kewargaan organisasi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fiernaningsih (2019), Erdianza et.al.
(2020), Afni & Amar (2019), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara keseimbangan kehidupan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasi.
H2: Keseimbangan Kehidupan Kerja berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap Komitmen Organisasi
Berdasarkan hasil uji koefisien jalur (path coefficient) pada tabel di atas, variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi secara
langsung dilihat dari nilai original sample sebesar 0,804 dan t-statistics > 1,96 yaitu
27,191. Kemudian, berdasarkan nilai p-values yaitu 0,000 < 0,05 maka variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh signifikan dengan komitmen organisasi
secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh
secara signifikan dan positif terhadap komitmen organisasi secara langsung, maka H2
dalam penelitian ini diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja yang
diterapkan pada guru SMK Swasta di Jakarta Timur memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap komitmen organisasi. Guru yang dapat menyeimbangkan urusan
pribadi dan pekerjaan membuat guru rileks dan semangat menjalani pekerjaannya
sehingga dapat meningkatkan komitmennya terhadap sekolah. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Berk dan Gundogmus (2018), Shabir
dan Gani (2020), Lugiani dan Yuniarsih (2019), Riffay (2019), Akter et al (2019) yang
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
42
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara keseimbangan
kehidupan kerja terhadap komitmen organisasi.
H3: Komitmen Organisasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
Perilaku Kewargaan Organisasi
Berdasarkan hasil uji koefisien jalur (path coefficient) pada tabel di atas, variabel
komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap perilaku kewargaan organisasi secara
langsung dilihat dari nilai original sample sebesar 0,498 dan t-statistics > 1,96 yaitu 6,830.
Kemudian, berdasarkan nilai p-values yaitu 0,000 < 0,05 maka variabel komitmen
organisasi berpengaruh signifikan dengan perilaku kewargaan organisasi secara
langsung. Dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan
dan positif terhadap perilaku kewargaan organisasi secara langsung, maka H3 dalam
penelitian ini diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi yang diterapkan pada
guru SMK Swasta di Jakarta Timur memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku kewargaan organisasi. Ketika guru merasa menjadi bagian dari keluarga dan
terikat secara emosional terhadap sekolahnya dengan secara langsung dapat mendukung
munculnya perilaku kewargaan organisasi untuk sekolahnya. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sucipto dan Gunawan (2021), Nugraha
dan Adnyani (2018), Prasetio et al. (2017), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara komitmen organisasi terhadap perilaku kewargaan
organisasi.
H4: Komitmen Organisasi memediasi pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja
terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel indirect effect di atas, variabel
keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh terhadap perilaku kewargaan organisasi
dengan komitmen organisasi sebagai mediator diantara keduanya. Nilai original sample
dari pengaruh ketiga variabel ini sebesar 0,400 dan t-statistics sebesar 6,922 > 1,96.
Kemudian, berdasarkan nilai p-values 0,000 < 0,05 maka variabel keseimbangan
kehidupan kerja berpengaruh terhadap perilaku kewargaan organisasi dengan komitmen
organisasi sebagai mediator berpengaruh signifikan secara tidak langsung. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel komitmen organisasi memediasi pengaruh keseimbangan
kehidupan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasi dan disimpulkan bahwa H4
dalam penelitian ini diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja yang
diterapkan pada guru SMK Swasta di Jakarta Timur memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku kewargaan organisasi melalui mediasi dari komitmen
organisasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Choi dan Lee (2020), Haar & Brougham (2020), Hartono & Etikariena (2021) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara keseimbangan
kehidupan kerja terhadap perilaku kewargaan organisasi dimediasi oleh komitmen
organisasi.
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan secara
empiris melalui deskripsi, pengolahan data statistik, interpretasi dan analisis data yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya. Peneliti menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil uji hipotesis pertama menunjukkan adanya pengaruh langsung yang
signifikan dan positif antara keseimbangan kehidupan kerja terhadap perilaku kewargaan
organisasi dengan nilai original sample sebesar 0,434 dan t-statistics > 1,96 yaitu 5,976.
Hal ini memiliki arti bahwa, jika guru-guru SMK Swasta di Jakarta Timur memiliki
keseimbangan kehidupan kerja yang tinggi maka guru akan memiliki perilaku kewargaan
organisasi yang kuat.
Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan adanya pengaruh langsung yang signifikan
dan positif antara keseimbangan kehidupan kerja terhadap komitmen organisasi dengan
nilai original sample sebesar 0,804 dan t-statistics > 1,96 yaitu 27,191. Hal ini memiliki
arti bahwa, jika guru-guru SMK Swasta di Jakarta Timur memiliki keseimbangan
kehidupan kerja yang tinggi maka guru akan memiliki komitmen yang kuat terhadap
sekolah tempat mereka mengajar.
Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan adanya pengaruh langsung yang signifikan
dan positif antara komitmen organisasi terhadap perilaku kewargaan organisasi dengan
nilai original sample sebesar 0,498 dan t-statistics > 1,96 yaitu 6,830. Hal ini memiliki
arti bahwa, jika guru-guru SMK Swasta di Jakarta Timur memiliki komitmen yang tinggi
terhadap sekolah, maka akan menimbulkan perilaku kewargaan organisasi yang kuat.
Hasil uji hipotesis keempat menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung yang
signifikan dan positif antara keseimbangan kehidupan kerja terhadap perilaku kewargaan
organisasi dimediasi oleh komitmen organisasi. Nilai original sample sebesar 0,400 dan
t-statistics sebesar 6,922 > 1,96. Hal ini memiliki arti bahwa, keseimbangan kehidupan
kerja mampu mempengaruhi perilaku kewargaan organisasi melalui komitmen organisasi
yang ada pada diri guru SMK Swasta di Jakarta Timur.
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
44
Bibliografi
Afni, Nur’, & Amar, Syamsul. (2019). The Effect Of Emotional Intelligence And Work
Life Balance On Organizational Citizenship Behavior With Career Development As
Mediating Variable (A Case Study At Pt. Bank Pembangunan Daerah (Bpd) Head
Office And Main Branch, Padang). 97(Piceeba), 607618.
Https://Doi.Org/10.2991/Piceeba-19.2019.67
Akter, Arifa, Hossen, Mohammad Awal, & Islam, Md. Nazrul. (2019). Impact Of Work
Life Balance On Organizational Commitment Of University Teachers: Evidence
From Jashore University Of Science And Technology. International Journal Of
Scientific Research And Management, 7(04), 10731079.
Https://Doi.Org/10.18535/Ijsrm/V7i4.Em01
Ananda, Rizki, & Fadhilaturrahmi, Fadhilaturrahmi. (2018). Analisis Kemampuan Guru
Sekolah Dasar Dalam Implementasi Pembelajaran Tematik Di Sd. Jurnal
Basicedu, 2(2), 1121. Retrieved From
Https://Www.Neliti.Com/Publications/278052/Analisis-Kemampuan-Guru-
Sekolah-Dasar-Dalam-Implementasi-Pembelajaran-Tematik-Di
Balpos.Com. (2022). No Title. Retrieved From Https://Www.Balpos.Com/Main
Barber, M., & Mourshed, M. (2007). How The World’s Best-Performing Schools
Systems Come Out On Top. New York: Mckinsey & Company.
Berk, Cem, & Gundogmus, Fatih. (2018). The Effect Of Work-Life Balance On
Organizational Commitment Of Accountants. Management, 13(2), 137159.
Https://Doi.Org/10.26493/1854-4231.13.137-159
Buchari, Agustini. (2018). Peran Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal Ilmiah
Iqra’, 12(2), 106124. Https://Doi.Org/10.30984/Jii.V12i2.897
Choi, Su Heyong, & Lee, Jung Mi. (2020). The Effect Of Work-Life Balance On
Organizational Commitment And Organizational Citizenship Behavior: The
Mediating Role Of Psychological Safety. Journal Of Digital Convergence, Vol. 18,
Pp. 8392. Https://Doi.Org/10.14400/Jdc.2020.18.3.083
Erdianza, Noor, Tentama, Fatwa, & Sari, Erita Yuliasesti Diah. (2020). The Effect Of
Work Enjoyment And Work-Life Balance On Organizational Citizenship Behavior
With Job Satisfaction As Mediator. International Journal Of Management And
Humanities, 4(7), 6773. Https://Doi.Org/10.35940/Ijmh.G0683.034720
Ernata, Yusvidha. (2017). Analisis Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui Pemberian
Reward Dan Punishment Di Sdn Ngaringan 05 Kec. Gandusari Kab. Blitar. Jurnal
Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (Jp2sd), 5(2), 781790.
Https://Doi.Org/10.22219/Jp2sd.V5i2.4828
Fiernaningsih, Nilawati. (2019). The Role Of Supervisory Support And Life Balance
Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Perilaku Kewargaan Organisasi
Melalui Komitmen Organisasi Pada Guru SMK Swasta di Jakarta Timur
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
Work In Increasing Organizational Citizenship Behavior: Study At Hotel Employees
In Malang. Journal Of Public Administration Studies, 4(2), 7684.
Https://Doi.Org/10.21776/Ub.Jpas.2019.004.02.6
Fraenkel, Jack R., Wallen, Norman E., & Hyun, Helen H. (2012). How To Design And
Evaluate Research In Education (Eighth Edi). New York: Mc Graw-Hill.
Fujiawati, Fuja Siti. (2016). Pemahaman Konsep Kurikulum Dan Pembelajaran Dengan
Peta Konsep Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni. Jpks (Jurnal Pendidikan Dan Kajian
Seni), 1(1). Https://Doi.Org/10.30870/Jpks.V1i1.849
Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial Least Squares Konsep, Teknik Dan Aplikasi
Menggunakan Program Smartpls 3.0 (Ed. Ke-2). Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Haar, Jarrod, & Brougham, David. (2020). Work Antecedents And Consequences Of
Work-Life Balance: A Two Sample Study Within New Zealand. International
Journal Of Human Resource Management, 0(0), 124.
Https://Doi.Org/10.1080/09585192.2020.1751238
Hardani, & Dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif (Husnu Abadi,
Ed.). Yogyakarta: Cv. Pustaka Ilmu.
Hardiyanti, Apriliani. (2016). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Perilaku Ekstra Peran (Ocb) Melalui Komitmen
Organisasional Karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram. Jmm Unram-
Master Of Management Journal, 5(3).
Https://Doi.Org/10.29303/Jmm.V5i3.69
Hartono, Ghaisa Marin, & Etikariena, Arum. (2021). Keseimbangan Kehidupan-Kerja ,
Komitmen Organisasi , Dan Perilaku Kewargaan Organisasi Karyawan Bank
Syariah Work-Life Balance , Organizational Commitment , And Organizational
Citizenship Behavior Of Bank Syariah Employees. Psikologika, 26, 365382.
Https://Doi.Org/10.20885/Psikologika.Vol26.Iss2.Art9
Iskandar, Uray. (2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja
Guru. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, 10(1).
Https://Doi.Org/10.26418/Jvip.V10i1.2061
Kemhay, Risman, Muhammad, Abdul Haris, & Hamid, Mustamin. (2021). Sistem
Informasi Pengisian Buku Tamu Pada Kantor Imigrasi Kelas I Tpi Ternate. Jurnal
Teknik Informatika (J-Tifa), 4(1), 2327. Https://Doi.Org/10.52046/J-
Tifa.V4i1.1224
Lugiani, Tigin, & Yuniarsih, Tjutju. (2019). The Influence Of Work Life Balance On The
Organizational Commitment Of Female Employees. Advances In Economics,
Business And Management Research, 65(Icebef 2018), 184187.
Https://Doi.Org/10.2991/Icebef-18.2019.44
Anindia Ningtias Saputri
Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 4, No. 1, Januari 2023
46
Maftuhah, Aufa, Putrawan, I. Made, & Suryadi, Suryadi. (2018). Pengaruh
Kepemimpinan Instruksional Dan Keadilan Prosedural Terhadap Citizenship
Behavior (Cb). Improvement Jurnal Ilmiah Untuk Peningkatan Mutu Manajemen
Pendidikan, 5(1), 2235. Https://Doi.Org/10.21009/Improvement.V5i1.11236
Nugraha, I. Putu Satya, & Adnyani, I. Gusti Ayu Dewi. (2018). Budaya Organisasi,
Komitmen Organisasi, Dan Kompetensi Terhadap Organizational Citizenship
Behaviour Pada Setda Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,
7(1), 1. Https://Doi.Org/10.24843/Ejmunud.2018.V7.I01.P01
Prasetio, Arif Partono, Yuniarsih, Tjutju, & Ahman, Eeng. (2017). Job Satisfaction,
Organizational Commitment, And Organizational Citizenship Behaviour In State-
Owned Banking. Universal Journal Of Management, 5(1), 3238.
Https://Doi.Org/10.13189/Ujm.2017.050104
Rahmawati, Nurul Alifah, & Bachtiar, Arif Cahyo. (2018). Analisis Dan Perancangan
Sistem Informasi Perpustakaan Sekolah Berdasarkan Kebutuhan Sistem. Berkala
Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 14(1), 7686.
Https://Doi.Org/10.22146/Bip.28943
Riffay, Achmat. (2019). Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja (Work Life Balance)
Dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Guru Sd Negeri Di Kecamatan
Kota Masohi. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 5(3), 3947.
Https://Doi.Org/10.5281/Zenodo.3360415
Shabir, Sana, & Gani, Abdul. (2020). Impact Of WorkLife Balance On Organizational
Commitment Of Women Health-Care Workers: Structural Modeling Approach.
International Journal Of Organizational Analysis, 28(4), 917939.
Https://Doi.Org/10.1108/Ijoa-07-2019-1820
Sucipto, Imam, & Gunawan, Ahmad. (2021). Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi:
Manfaatnya Bagi Organizational Citizenship Behavior (Ocb) Karyawan
Departemen Operasional Pt Ych Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen “E M O R,”
4(2), 256270. Https://Doi.Org/10.32529/Jim.V4i2.718
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Utama, Daniel Aditya, & Setiyani, Rediana. (2014). Pengaruh Transparansi,
Akuntabilitas, Dan Responsibilitas Pengelolaan Keuangan Sekolah Terhadap
Kinerja Guru. Dinamika Pendidikan, 9(2).
Https://Doi.Org/10.15294/Dp.V9i2.4886
Zohriah, Anis. (2017). Efektivitas Pelayanan Perpustakaan Sekolah. Tarbawi: Jurnal
Keilmuan Manajemen Pendidikan, 3(01), 102110.
Https://Doi.Org/10.32678/Tarbawi.V3i01.1782