Jurnal Indonesia Sosial Teknologi:p–ISSN: 2723 - 6609
e-ISSN : 2745-5254
Vol. 2, No.4April 2021
ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN LIMIT EQUILIBRIUM METHOD PADA HIGHWALL PIT 5 PT. TAMBANG BUKIT TAMBI SITE PADANG KELAPO, KABUPATEN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI
John Wily Saragih, Riska Faramodita, Faizar Farid dan Aditya Denny Prabawa
Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas Jambi
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstract
The method of coal mining used in research areas is open pit. This method resulted in the formation of mine opening holes. This has an effect on the stability of the slopes, namely highwall and lowwall. In order for the highwall to remain in a stable state, geotechnical analysis is needed to discuss the stability of the slopes to avoid avalanches. The purpose of this study is to find out whether or not a slope is stable based on the geometric shape of the slope recommended in the form of safety factor value (FK). The stages used in this study are data retrieval in the field in the form of highwall geometry and characteristics of slope constituent materials. Data is processed by geotechnical support application by simulating slopes to obtain FK values considered safe using bishop and spencer methods according to KEPMEN 1827, 2018. The results of the analysis of both incisions showed the highwall in unstable condition (FK ≤ 1.2). Redesigned by increasing the width of the bench. The results of the analysis of all sections namely FK > 1.2 (stable) with saturated slope conditions.
Keywords: highwall; analysis; safety factor.
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui stabil atau tidak suatu lereng berdasarkan bentuk geometri lereng direkomendasikan dalam bentuk nilai faktor keamanan (FK). Metode penambangan batubara yang digunakan pada daerah penelitian adalah open pit. Metode ini mengakibatkan terbentuknya lubang bukaan tambang. Hal ini berpengaruh pada kestabilan lereng yaitu highwall dan lowwall. Agar highwall tetap berada dalam keadaan stabil diperlukan analisis geoteknik membahas mengenai kestabilan lereng untuk menghindari terjadi longsoran. Tahapan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengambilan data dilapangan berupa geometri highwall serta karakteristik material penyusun lereng. Data diolah dengan aplikasi pendukung geoteknik dengan cara melakukan simulasi lereng untuk mendapatkan nilai FK dianggap aman menggunakan metode bishop dan spencer sesuai KEPMEN 1827, 2018. Hasil analisis kedua sayatan menunjukkan highwall dalam kondisi tidak stabil (FK ≤ 1,2). Dilakukan desain ulang dengan menambah lebar bench. Hasil analisa section yaitu FK > 1,2 (stabil) dengan kondisi lereng jenuh.
Kata kunci: highwall; analisis; faktor keamanan
Pendahuluan
Kestabilan lereng banyak ditentukan oleh tingkat pelapukan dan bidang diskontinuitas yang ada pada masa batuan tersebut, seperti sesar, lipatan, dan struktur bidang perlapisan. Pada saat merancang suatu tambang terbuka maka dilakukan analisis kestabilan lereng yang terjadi akibat proses penggalian maupun penimbunan (Arif, 2016). Untuk menentukan kondisi kestabilan lereng, maka dilakukan analisis dengan metode kesetimbangan batas dalam menentukan nilai dari faktor keamanan (FK). Analisis kesetimbangan batas merupakan metode yang mempertimbangkan kesetimbangan gaya sepanjang bidang gelincir. Dalam melakukan analisa stabilitas lereng terdapat dua kelompok besar, yakni, prosedur massa dan metoda irisan (Masagus Ahmad, 2012).
Perusahaan Tambang Bukit Tambi merupakan perusahaan pertambangan yang bergerak dibidang pertambangan batubara, Perusahaan ini terletak di Desa Padang Kelapo, Muarosebo ulu, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Penelitian dilakukan pada PIT 5 dikarenakan pada PIT ini merupakan pertemuan dua formasi yaitu formasi air benakat dan formasi muara enim. Pertemuan dua formasi mengakibatkan terbentuknya struktur geologi yaitu antiklinorium pada lapisan ke dua batubara yang memiliki arah umum baratlaut-tenggara (Kurniawan et al., 2019).
Penelitian dilakukan pada PIT 5 lereng highwall lapisan 2 batubara dikarenakan lereng highwall memiliki kemiringan bench searah dengan kemiringan lapisan litologi batuan penyusun lereng. Kondisi yang terjadi pada daerah ini dapat dianalisis melalui perhitungan analisis kestabilan lereng dengan menggunakan metode kesetimbangan batas untuk menentukan faktor keamanan pada lereng tersebut.
Penelitian dilakukan untuk menentukan nilai faktor keamanan berdasarkan simulasi geometri lereng yang direkomendasikan pada seam 2 batubara, selain itu juga melakukan analisa faktor keamanan lereng dianalisis dengan cara dinamik (memperhitungkan koefisien gempa) dengan 2 metode. Sehingga nilai yang didapatkan lebih optimal. Dengan dilakukan analisis ini dapat memberikan rekomendasi lereng yang aman sehingga dapat diterapkan di perusahaan.
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu
Gambar 1. Kesampaian daerah penelitian
Kesampaian daerah Padang Kelapo dapat dicapai dari Jambi luar kota dengan menggunakan transportasi darat, dilanjutkan ke Muaro Bulian dan menuju Muaro Tembesi, Lalu dilanjutkan perjalanan dari Muaro Tembesi ke Desa Padang Kelapo dengan menggunakan transportasi darat selama ± 3 jam. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 oktober 2020 selama dua bulan.
Kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak dan penahan yang bekerja pada lereng (Pangemanan et al., 2014). Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang mengakibatkan suatu bagian lereng bergerak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng diantaranya geometri lereng, struktur geologi, kondisi air tanah, sifat mekanik dan fisik tanah/batuan, serta gaya-gaya yang bekerja pada lereng (Nurhidayat, 2016).
Struktur batuan juga mempengaruhi dalam kestabilan lereng dalam hal keterdapatan bidang-bidang diskontinuitas seperti sesar, rekahan, dan perlapisan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah dan sekaligus dapat menjadu tempat merembesnya air yang menyebabkan berkurangnya nilai kuat geser tanah/batuan (Rahim et al., 2015).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat penulis selain itu dalam melakukan analisis menggunakan metode kesetimbangan batas (limit equilibrium) dengan pendekatan metode irisan. Metode ini sanagt berguna dalam praktek rekayasa serta membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan metode lainnya seperti metode elemen tak hingga.
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung dilapangan mengenai kondisi area highwall serta material penyusun lereng yang terdapat pada pit 5. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi dan data mengenai kajian teori cara mendesain highwall, menghitung sifat fisik dan mekanik penyusun lereng serta bagaimana cara penggunaan perangkat lunak yang digunakan.
Data-data yang dibutuhkan yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer berupa sayatan aktual geometri lereng, data strike dan dip, kondisi MAT. Untuk data sekunder diperoleh dari instansi perusahaan, berupa data sifat fisik dan mekanik batuan, peta geologi regional, peta kemajuan tambang, peta topografi.
Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan yaitu perhitungan sifat fisik dan mekanik batuan yang didapatkan dari hasil uji laboratorium, pembuatan penampang dari desain pit, melakukan simulasi dari software pendukung geoteknik, melakukan desain lereng yang aman dengan melakukan pelebaran bench, memperhatikan jarak antar elevasi, dan slope bench (Sukadana et al., 2012).
Metode irisan yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah metode bishop disederhanakan (1955) dan metode spencer (1967) pada lereng highwall kedua metode ini dapat digunakan dikarenakan pada daerah penelitian jenis batuan memiliki sifat mendekati tanah (Muhamad, n.d.).
Metode Bishop disederhanakan
Metode ini mengasumsikan gaya-gaya antar segmen diabaikan, serta gaya normal yang terdapat pada dasar segmen dihasilkan dari menguraikan gaya-gaya pada segmen yang berarah vertikal. Kesalahan dapat terjadi jika bagian permukaan bidan longsor mempunyai lereng yang curam dan negatif di dekat kaki (toe). Metode Bishop meskipun termasuk kedalam metode yang sangat sederhana tetapi mempunyai nilai keakurasian yang bagus terutama pada bidang longsoran berbentuk lingkaran (Abdillah et al., 2017).
Nilai faktor keamanan dengan menggunakan metode bishop dapat dihitungan dengan persamaan:
FK =
Diantara metode irisan lainnya, metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode yang paling populer dalam analisis kestabilan lereng. Asumsi yang digunakan dalam metode ini yaitu besarnya gaya geser antar-irisan sama dengan nol (X=0) dan bidang runtuh berbentuk sebuah busur lingkaran. Kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi oleh metode ini adalah kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan dan kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh untuk semua irisan. Sedangkan kesetimbangan gaya dalam arah horizontal tidak dapat dipenuhi (Rajagukguk, 2014).
Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada irisan
Perhitungan nilai faktor keamanan dapat menggunakan persamaan berikut ini:
F=
Dimana :
X = (c’ + (γh – γwhw) tanФ’)
Y = tanψ tanФ’
Z = γh ΔX sinψ
Q = 0.5 γw z2
F = faktor keamanan
γ = bobot isi material (ton/m3)
γw = bobot isi air (ton/m3)
ψ = kemiringan bidang luncur (o)
h = tinggi lereng (m)
hw = tinggi lereng jenuh (m)
c’ = kohesi (MPa)
z = kedalaman tegangan tarik (m)
φ’ = sudut geser dalam (o)
Metode Spencer
Metode Spencer merupakan metode mengasumsikan bidang kelongsoran yang berbentuk non-circular. Metode ini berdasarkan pada asumsi dari gaya-gaya yang bekerja di sekitar bidang irisan adalah paralel sehingga gaya-gaya tersebut memiliki sudut kemiringan yang sama yaitu:
Tan ϕ = =
Dimana θ adalah sudut dari resultan gaya yang bekerja di sekitar bidang irisan terhadap horizontal. Metode ini menjumlahkan setiap gaya yang tegak lurus memperoleh gaya normal yang bekerja pada bidang irisan :
P =
Dengan memperhitungkan nilai-nilai kesetimbangan gaya dan momen, akan dihasilkan 2 jenis faktor keamanan, yaitu Ff dan Fm. Faktor keamanan berdasarkan
momen (Fm) yang berpusat pada satu titik menghasilkan persamaan faktor keamanan.
Fm =
Nilai faktor keamanan berdasarkan kesetimbangan gaya (Ff) dengan menggunakan asumsi dari spencer maka nilai dari faktor keamanannya didapat dari persamaan.
Ff =
P = Gayanormal
c’ = kohesi ( jika analisa dalam kondisi undrained diambil nilai Cu jika dalam kondisi drained diambil nilai kohesiefektif)
Wn = gaya akibat beban tanahke-n
Α = sudut antara titik tengah bidang irisan dengan titik pusat busur bidang longsor
$’ = sudut geser tanah (jika dalam kondisi undrained nilai sudut geser)
U = tekanan airpori
XL XR = gaya gesek bekerja ditepi irisan
Cara untuk menstabilkan lereng
Menurut (Gideon, 2017), ada beberapa cara untuk menstabilkan atau memperbaiki lereng yang mungkin akan terjadi longsoran, yaitu :
Membuat lereng lebih datar atau mengurangi sudut kemiringan dari lereng tersebut. Ini cocok untuk lereng yang tidak terlalu tinggi.
Memperkecil ketinggian lereng
Mengubah lereng menjadi multy slope
Dengan menambah counter weight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng.
Memperbesar gaya lawan atau force moment
Memasang tiang pancang atau tembok penahan tanah
Hasil dan Pembahasan
Lokasi penelitian terletak pada area highwall pit 5 dikarenakan lokasi penelitian ini merupakan pertemuan dua formasi yaitu formasi airbenakat dan formasi muara enim.Pertemuan antar kedua formasi ini mengakibatkan terbentuknya struktur geologi yaitu antiklin pada lapisan kedua batubara.
Gambar 3. Penampang lereng Highwall
Gambar diatas merupakan bentukan aktual lereng, yang diambil dari lereng lowwall. Pada lereng highwall batubara seam 2 mengalami geologi struktur antiklin(lipatan) keatas maka diperlukan analisis kestabilan lereng untuk menentukan slope dangeometri bench yang baik dan aman saat melakukan coal getting.
Lereng yang dianalisis terdiri dari beberapa lapisan penyusun batuan yaitu batulempung pasiran, batubara seam 3, batulempung, batubara seam 2, carbonaceous claystone, batubara seam 1, dan overburden yang terdiri dari lapisan top soil dan batu lempung warna merah.
Lapisan overburden
Lapisan tanah penutup (overburden) pada lereng yang akan dilakukan penelitian dicirikan dengan dominasi batulempung. Berdasarkan deskripsi inti bor pada lapisan overburden terdapat top soil sebagai tanah pucuk dengan ketebalan 1,5 m danLapisan ini terdiri atas batulempung dengan batulempung pasiran dengan ketebalan mencapai 5m (data inti bor). Berdasarkan deskripsi dilapangan menunjukkan bahwa batulempung pasiran dengan warna kecoklatan abu-abu, ukuran butirnya halus-sedang, dengan komposisi kuarsa. Pada batulempung memiliki warna abu-abu terang, sangat lapuk.
Lapisan Batubara seam 3
Lapisan ini memiliki ketebalan 0,7m. Hasil deskripsi dilapangan menunjukkan bahwa batubara dengan warna gelap, dull, agak keras, warna lapuk coklat, gores hitam. Lapisan pengotor batu lempung berwarna abu-abu gelap, lapuk dan tebal 30 cm pada bagian roof batubara.
Lapisan batulempung
Pada lapisan ini batulempung warna segar abu-abu gelap, warna lapuk abu-abu kecoklatan, kekerasan lunak, mengandung serat karbon.
Batubara seam 2
Lapisan batubara ini memiliki ketebalan 4 m, dengan warna hitam dan warna lapuk coklat, gores hitam, pecahan tidak beraturan, agak keras dengan pengotornya batulempung
carbonaceous claystone
Merupakan lapisan batulempung, warna abu-abu gelap. Lapisan ini merupakan lapisan yang hadir sebagai parting antara lapisan batubara seam 1 dan seam 2 dengan ketebalan 0.5 m.
Lapisan batubara seam 1
Lapisan batubara dengan ketebalan 3 m. dengan warna hitam, warna lapuk coklat. Gores hitam, agak rapuh.
Parameter Sifat fisik dan mekanik
Nilai peak merupakan nilai yang diuji pada kondisi awal hingga batas puncak, sehingga nilai ini ditujukan untuk material lereng seperti highwall, dan lowwall dengan material yang original. Penelitian ini digunakan nilai peak untuk nilai sifat fisik dan mekanik material.
Hasil uji laboratorium dan pemetaan dari kegiatan geoteknik yang dilakukan dengan pengujian secara langsung dilakukan, sehingga digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Dari hasil uji laboratorium sebelumnya digunakan untuk permodelan dan analisis awal. Data parameter uji laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Sifat fisik dan mekanik |
|||||
NO |
Material |
Peak |
|
||
C (KPa) |
Φ (0) |
sat kN/m3 |
d kN/m3 |
||
1 |
Top Soil |
23.3 |
20.25 |
11.08 |
9.905 |
2 |
Lempung merah |
17 |
30.25 |
16.67 |
12,65 |
3 |
Batulempung pasiran |
30.72 |
16.17 |
18.53 |
15.10 |
4 |
Batubara seam 3 |
51.6 |
202.4 |
16.954 |
11.368 |
5 |
Batulempung warna abu-abu |
39.74 |
10.8 |
16.67 |
13.72 |
6 |
Batubara seam 2 |
49.9 |
340 |
12.05 |
10.388 |
7 |
carbonaceous claystone |
24.02 |
21.17 |
14.41 |
17.55 |
8 |
Batubara seam 1 |
44.9 |
390 |
12.936 |
10.388 |
FK Desain Awal Highwall
Nilai Faktor Keamanan diperoleh dari analisis kestabilan lereng pada sayatan penampang terhadap lereng highwall di PIT 5, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
Penampang A-A”
Pada penampang sayatan A-A” lapisan batubara pada lokasi penambangan hadir sebagai sisipan diantara perselingan batulempung pasiran dengan batulempung berwarna abu-abu. Sifat fisik dan mekanik material penyusun lereng mencakup batuan, tanah penutup, kadar air, berat isi kering, berat isi basah, dan sudut geser dalam puncak (peak). Kuat geser puncak (peak) yang digunakan diasumsikan bahwa highwall dengan kondisi lapisan material original.
Analisis dilakukan pada kondisi eksisting merupakan kondisi beban yang bekerja adalah beban statis dan dinamis. Bidang gelincir pada lereng tunggal berupa kontak perlapisan batulempung pasiran dan overburden (batulempung warna merah), tipe longsoran yang akan berpotensi terjadi adalah longsoran dalam berbentuk busur dengan bidang gelincir berada disepanjang kontak batulempung pasir dan batulempung warna abu-abu. Hal ini terjadi karena kontras nilai kuat geser pada kedua lapisan dan orientasi perlapisan yang searah dengan muka lereng. Hal ini juga didukung oleh kondisi muka lereng yang menunjukkan gradasi pelapukan dan mudcrack pada lapisan batulempung. Hal ini mengindikasikan rendahnya durabilitas batuan dan mudahnya batulempung terdisintegrasi.
Gambar 4. Faktor Keamanan Bishop
Gambar 5. Nilai Faktor Keamanan Spencer
Untuk kondisi MAT yang tidak jenuh dalam pengolahan data didapatkan nilai faktor keamanan untuk overall slope didapatkan nilai faktor keamanan 1,036 pada metode bishop simplied, sedangkan nilai faktor keamanan pada metode spencer untuk overall slope didapatkan nilai faktor keamanan 1,037 (gambar 5). Berdasarkan hasil didapatkan bahwa lereng overall slope dalam kondisi kritis (KEPMEN 1827, 2008).
Penampang B-B”
Pada analisis penampang B-B” litologi penampang lereng berbeda dengan highwall pada penampang A-A” dikarenakan penampang B-B” berhadapan langsung dengan lowwall. Pada penampang B-B” litologi penyusun lereng terdiri dari batu lempung merah, batubara seam 1, batulempung, carbonaceous claystone, batupasir, dan batulempung warna abu-abu. Pada gambar 7, diketahui bahwa penampang B-B” terdiri dari 4 jenjang yang dimana lereng ini dekat dengan penampang A-A” batubara seam 2 mengalami antiklin. Nilai sifat fisik dan mekanik material yang tergolong rendah dan juga lereng dalam kondisi jenuh diakibatkan tingginya curah hujan menyebabkan nilai faktor keamanan rendah.
Gambar 6. Faktor Keamanan metode Bishop Simplied kondisi jenuh
Gambar 7. Faktor Keamanan metode Spencer kondisi jenuh
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa lereng dalam keadaan kering, akan tetapi tingginya curah hujan dibulan Oktober dan Novembersehingga mengakibatkan kondisi muka air tanah (MAT) lereng dalam keadaan jenuh dengan tujuan meminimalisir potensi terjadinya longsoran dengan kondisi terburuk pada lereng.
Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam kestabilan lereng yaitu gempa bumi, iklim, dan cuaca. Disekitar lereng tidak terdapat alat mekanis yang bekerja sehingga beban bersifat statis. Muka air tanah dalam kondisi jenuh berdasarkan metode bishop simplied nilai Faktor Keamanan overall slope yaitu 0,912. Sedangkan pada metode spencer nilai Faktor Keamanan overall slope yaitu 0,907 (gambar 8). Pada geometri lereng nilai faktor keamanan padakedua metode dalam kondisi kritis (KEPMEN, 2018, 1827).
Tabel 2. Nilai Faktor Keamanan Desain Awal
Penampang |
Tinggi Lereng |
Faktor Keamanan |
Keterangan |
|
Bishop |
Spencer |
|||
A-A” |
44,372 |
1,036 |
1,037 |
Tidak Stabil |
B-B” |
39,581 |
0,912 |
0,907 |
Tidak Stabil |
FK Rekomendasi Desain Baru
Penampang A-A”
Analisis kestabilan lereng tambang batubara PT. Tambang Bukit Tambi dilakukan berdasarkan bentukan aktual lereng dilapangan. Dikarenakan penampang A-A” memiliki lebar bench sempit yaitu 2,5 sampai 3 m dan bentuk geometri lereng yang searah dengan perlapisan batuannya maka Penampang A-A” dilakukan pembuatan ulang desain geometri dengan memundurkan lereng sejauh 6 m dari bentukan crest tertinggi geometri aktual dilapangan. Pada pemunduran lereng tersebut untuk bench elevasi 94 sampai dengan elevasi 80 memiliki nilai slope yang sama seperti keadaan aktual.
Gambar 8. Faktor keamanan rekomendasi metode spencer
Gambar 9. Faktor keamanan rekomendasi metode bishop simplied
Berdasarkan pengamatan lereng tidak dalam kondisi jenuh dikarenakan terdapat genangan air disekitaran bench tambang dengan kedalaman 1.159 m. Perubahan geometri lereng dilakukan dengan menambah lebarpada setiap jenjang atau menambah bench untuk dapat mengurangi beban dari puncak lereng sehingga menambah nilai faktor keamanan. Dari hasil analisis desain lereng sayatan A-A” didapatkan nilai Faktor Keamanan untuk Overall Slope 1,290 metode spencer. Pada metode bishop didapatkan nilai Faktor Keamanan overall slope didapatkan nilai 1,283. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa FK untuk overall slope dalam kondisi stabil (KEPMEN 1827, 2008).
Penampang B-B”
Berdasarkan analisis kestabilan lereng yang dilakukan, penampang B-B” memiliki nilai faktor keamanan yang kritis (FK< 1,2).
Berdasarkan hasil rekomendasi yang didapatkan penampang B-B” dilakukan penambahan satu bench dari kondisi aktual dilapangan sehingga bench yang terbentuk ada lima bench dengan kondisi lereng dalam keadaan jenuh. Dari analisis didapatkan nilai faktor keamanan pada lereng dalam kondisi jenuh yaitu 1,526 pada metode bishop simplied dan 1,554 untuk overall slope menggunakan metode spencer.
Gambar 10. Rekomendasi metode spencer
Gambar 11. Rekomendasi metode bishop simplied
Berdasarkan rekomendasi geometri lereng yang didesain diketahui bahwa sudah memenuhi faktor keamanan menurut KEPMEN 1827 (2008) sehingga lereng dalam kondisi stabil.
Data didapatkan berdasarkan analisis bahwa terjadi perubahan geometri lereng baik itu slope maupun tinggi lereng. Untuk overall slope yang dibentuk mengalami perubahan pada penampang A-A” dari 320 menjadi 260. Untuk penampang B-B” juga mengalami perubahan slope pada overall slope dari 22 0 menjadi 200 (tabel 8) tujuan dilakukan perubahan overall slope membuat lereng lebih landai lagi sehingga mengurangi terjadinya longsoran pada highwall.
Tabel 3. Nilai faktor keamanan rekomendasi
ANALISIS FAKTOR KEAMANAN |
|
|
|||||||||
Penampang |
Metode |
Jenis lereng |
Dimensi Geometri Lereng |
Faktor Keamanan (FK) |
Kondisi Lereng |
||||||
Elevasi |
Tinggi Lereng |
Slope |
|||||||||
Top |
Base |
||||||||||
( m ) |
( m ) |
( m ) |
(O) |
|
|||||||
A-A" |
Bishop simplied |
Overall slope |
93 |
73 |
56,381 |
28 |
1,283 |
Stabil |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|||||
A-A" |
Spencer |
Overall slope |
93 |
73 |
56,381 |
28 |
1,290 |
Stabil |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|||||
B-B” |
Bishop simplied |
Overall slope |
81 |
67 |
39,581 |
20 |
1,526 |
Stabil |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|||||
B-B” |
Spencer |
Overall slope |
81 |
67 |
39,581 |
20 |
1,554 |
Stabil |
|||
|
|
|
|
|
|
|
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Pada penampang A-A” dilakukan penambahan dua bench. Hasil analisa didapatkan nilai faktor keamanan pada penampang A-A” pada metode bishop simplied 1,036 dan pada metode spencer nilai faktor keamanan 1,037. Analisis yang dilakukan pada penampang B-B” ddapatkan bahwa nilai faktor keamanan pada metode bishop simplied yaitu 0,912 dan untuk metode spencer 0,907. Lereng termasuk dalam kondisi kritis sebab daerah penelitian memiliki curah hujan yang tinggi sehingga lereng diasumsikan kondisi jenuh.
Berdasarkan hasil analisis nilai faktor keamanan highwall nilai faktor keamanan dibawah 1,2, sehingga dilakukan pendesainan ulang dengan mengubah tinggi bench, slope bench dan menambah lebar bench dari bentukan geometri dilapangan untuk mendapatkan nilai faktor keamanan yang stabil.
Bibliography
Abdillah, R. A., Purwanto, M. S., & Warnana, D. D. (2017). Analisa Stabilitas Pada Lereng Tambang Terbuka Lapangan “TG.” Jurnal Teknik ITS, 6(2), B281–B283.
Arif, I. I. (2016). Geoteknik Tambang. Gramedia Pustaka Utama.
KEPMEN. (2018). Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 1827 K/30/MEM/2018.
Kurniawan, P., Sutriyono, E., & Jati, S. N. (2019). Identifikasi Lipatan Terhadap Geometri Lapisan Batubara Di Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatera Selatan. Prosiding Applicable Innovation of Engineering and Science Research, 2019, 104–108.
Masagus Ahmad, A. (2012). Analisis Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka (Studi Kasus Tambang Mineral X). Prosiding Simposium Dan Seminar Nasional Geomekanika Ke-1 Tahun 2012: Menggagas Masa Depan Rekayasa Batuan Dan Terowongan Di Indonesia, 4–19.
Muhamad, S. (n.d.). Analisis kestabilan lereng menggunakan metode bishop di pit alc-14 tambang batubara pt. Equalindo makmur alam sejahtera, daerah sanga-sanga, kabupaten kutai kartanegara, kalimantan timur.
Nurhidayat, T. (2016). Pengaruh Tinggi Muka Air Tanah Terhadap Faktor Kestabilan Lereng Tambang.
Pangemanan, V. G. M., Turangan, A. E., & Sompie, O. B. A. (2014). Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Fellenius (Studi Kasus: Kawasan Citraland). Jurnal Sipil Statik, 2(1).
Rahim, A., Heriyadi, B., & Anaperta, Y. M. (2015). Analisis Kestabilan Lereng Untuk Menentukan Geometri Lereng Pada Area Penambangan PIT Muara Tiga Besar Selatan PT. Bukit Asam (persero) TBK, Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Bina Tambang, 2(1), 271–284.
Rajagukguk, O. C. P., Turangan, A. E., & Monintja, S. (2014). Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop (Studi Kasus: Kawasan Citraland Sta. 1000m). Jurnal Sipil Statik, 2(3).
Sukadana, I., Indrastomo, F. D., Widito, P., & Widana, K. S. (2012). Identifikasi Batuan Sumber dan Deliniasi Sebaran Endapan Aluvial Mengandung Monasit di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.